Dongeng Sang Kancil dan Cicak Badung FITRAH AZHIMAN IHYA ZAIN 2A
Suatu ketika Kancil sedang bercengkrama dengan kawanan semut. Dia meloncat-loncat di sepanjang parit kecil yang dialiri air yang jernih, sementara para semut berlari-lari di pinggir parit sambil menari dan menyanyi. Sebagian semut yang lain berlayar dengan perahu daundaunan di belakang Sang Kancil. Ketika para semut melihat segerombol buah apel merah menjulur ke sungai, mereka berteriak-teriak pada Sang Kancil untuk memetiknya. Maka Sang Kancil dengan gesit melompat dan menyundul apel-apel itu hingga jatuh ke parit, lalu mendorongnya dengan kaki ke tepian. Tak berapa lama kemudian para semut merubungi apel-apel tersebut dan mulai memotongnya menjadi potongan kecil-kecil. Sebagian dipanggul, sebagian lagi diangkut ke atas perahu daun. Begitulah acara bermain dihentikan sejenak setelah mereka menemukan tempat yang nyaman untuk beristirahat sambil menikmati apel. Namun saat para semut sedang berpesta apel, tiba-tiba muncul binatang melata yang merayap cepat dan Happp!!! menangkap potongan apel yang paling besar dengan lidahnya lalu cepat-cepat kabur. “Waaahhh ada pencuri! Pencuri! Pencuri!” teriak para semut dengan kagetnya Kancil yang sedang enak-enak berjemur mengeringkan tubuhnya sambil menikmati manisnya buah apel jadi kaget. Kemudian setelah tahu apa yang telah terjadi maklumlah dia. Rupanya ada cicak badung yang berulah menyerobot potongan apel yang di bawa para semut. Setelah berpikir sejenak, Si Kancil yang sangat bijaksana ini membisikkan suatu rencana pada para semut. Sontak setelah mendengar kata-kata yang dibisikkan, para semut serentak tertawa terpingkal-pingkal. Sang Kancil melompat ke semak-semak dan sebentar kemudian kembali dengan membawa segenggam buah kecil berwarna merah. Para semut membawa potongan buah merah itu sambil sebentar-sebentar berhenti karena tak kuat menahan tawa. Rupanya para semut menganggap rencana mereka benar-benar sangat lucu. Pesta dimulai lagi, para semut kembali makan apel yang telah dipotong kecil-kecil. Buah merah pemberian Sang Kancil sengaja diletakkan di pinggir dan tidak dijaga oleh para semut. Mereka tertawa-tertiwi, bergandengan tangan, menari-nari sambil sebentar-sebentar melirik ke tumpukan buah merah. Ada juga yang menyanyi dengan syair lagu yang lucu-lucu.
Disaat para semut sedang berpesta, tiba-tiba Cicak kembali datang dan langsung menangkap buah-buah merah yang diletakkan di pinggir lalu kabur. Anehnya bukannya marah, tapi para semut malahan tertawa terpingkal-pingkal melihat Cicak membawa lari buah-buah itu. Terdengar suara tawa para semut riuh rendah mentertawakan Cicak yang lari sambil menggondol buah merah. Cicak yang tengah berlari itu jadi bertanya-tanya mengapa para semut tertawa terbahakbahak melihat dia mencuri buah merah. Kemudian dicicipinya buah merah itu, mmm rasanya manis dan enak. Tak terasa beberapa saat kemudian dia sudah tertidur kekenyangan dan lupa dengan pertanyaan yang timbul dalam benaknya. Saat terbangun si Cicak penasaran dengan tawa para semut. Maka dia kembali ke pinggir sungai dan mengintip ingin tahu apa yang aneh dengan para semut. Dilihatnya Sang Kancil sedang dikerumuni para semut sambil berbicara sesuatu. “Jadi buah merah tadi bukan cabe yah???. Percuma dong kita gagal memberi pelajaran pada si pencuri” kata seekor semut paling besar mewakili teman-temannya. Rupanya para semut tertawa terpingkal-pingkal karena menyangka buah yang mereka letakkan di pinggir adalah cabe, sehingga si pencuri akan kepedasan saat memakannya. Saat tahu buah merah itu bukan cabe mereka jadi kecewa. “Kalian terlalu tulus untuk bisa menjebak orang lain. Kalian tak bisa menahan tawa terpingkal-pingkal mendengar rencanaku. Pastilah si pencuri akan curiga dan meneliti buah yang dicurinya. Saat tahu itu cabe, dia tidak akan memakan dan akan kembali untuk mencuri buah lainnya. Jadi aku ganti saja dengan buah strawberry yang banyak di sekitar sini. Biar saja dia kenyang, ntar tidak akan mengganggu kita lagi” kata Kancil Para semut saling berpandang-pandangan dan mengakui bahwa mereka tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa. Pastilah si pencuri mendengar tawa itu dan jadi curiga. Para semut memang tidak bisa berpura-pura, mereka selalu jujur dalam bertindak dan berkata-kata. “Pencurinya adalah si Cicak kecil yang bandel. Biarlah nanti aku datang ke rumahnya sambil membawa sekeranjang strawberry dan sedikit nasehat. Biar dia tidak mencuri lagi” kata Si Kancil. Cicak kecil meneteskan air mata mendengar semua kata-kata Si Kancil. Rupanya Sang Kancil mengganti cabe dengan apel bukan saja karena para semut tidak bisa menahan tawa, tapi juga karena dia sayang pada Cicak kecil. Buktinya Sang Kancil akan datang ke rumahnya sambil membawa sekeranjang strawberry. Diam-diam Cicak kecil merasa dirinya telah melakukan perbuatan hina dina pada makhluk-makhluk yang baik hati