Dokumen (1).docx

  • Uploaded by: Tania Tanie
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Dokumen (1).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,833
  • Pages: 7
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan merupakan tujuan dari seluruh keluarga. Kesejahteraan diartikan sebagai kemampuan keluarga untuk memenuhi semua kebutuhan untuk bisa hidup layak, sehat, dan produktif. Berdasarkan data BPS (2010), masih terdapat sekitar 31 juta orang atau 13,3% penduduk yang tinggal di bawah garis kemiskinan atau mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi semua kebutuhan pokoknya. Penduduk miskin ini sebagian besar tinggal di wilayah perdesaan yang erat kaitannya dengan usaha pertanian Tingkat penghasilan/pendapatan seseorang akan berpengaruh besar terhadap ketenangan atau kesejahteraan, orang bisa menjadi tidak sejahtera dalam rumah tangganya karena tidak tenang jiwanya dalam menyesuaikan diri. Dalam memahami realitas tingkat kesejahteraan, pada dasarnya terdapat beberapa factor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan tingkat kesejahteraan antara lain : (1) social ekonomi rumah tangga atau masyarakat, (2) struktur kegiatan ekonomi sektoral yang menjadi dasar kegiatan produksi rumah tangga atau masyarakat, (3) potensi regional (sumberdaya alam, lingkungan dan insfrastruktur) yang mempengaruhi perkembangan struktur kegiatan produksi, dan (4) kondisi kelembagaan yang membentuk jaringan kerja produksi dan pemasaran pada skala lokal, regional dan global. Keluarga di Desa Bagan Laguh Kecamatan Bunut, mayoritas penduduknya beragama Islam dan terdiri dari berbagai macam suku, dilihat dari pekerjaannya di Desa Bagan Laguh banyak macamnya namun yang paling banyak adalah sebagai petani karet disamping pekerjaan lainnya seperti PNS, Petani sawit dan Bertukang, namun mengusahkan tanaman karet sebagai tanaman utama. Desa dengan penduduk 480 jiwa, 230 jiwa bekerja sebagai petani karet, , 89 jiwa lainnya bekerja sebagai PNS. 54 jiwa bekerja sebagai petani sawit, Sebagai tanaman utama yang diusahakan, maka ketergantungan terhadap pendapatan dari hasil penjualan karet ini sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan mereka. Meskipun Desa Bagan Laguh merupakan salah satu desa penghasil karet di Kabupaten Pelalawan, namun kenyataan menunjukkan tidak semua masyarakat petani karet hidup dalam kondisi yang lebih baik, banyak diantara mereka tergolong tidak mampu. Adapun penghasilan perbulannya kurang lebih mencapai Rp. 1.000.000 sampai dengan Rp.2.000.000 perorang dengan rata-rata perminggu berkisar antara Rp. 400.000 sampai dengan Rp. 500.000 perminggu. Hasil pengamatan yang penulis dapatkan dilapangan menunjukkan bahwa keluarga yang berprofesi sebagai petani karet ini dikerjakan oleh laki-laki maupun perempuan dan keduanya memiliki kesamaan yang sama karena tenaga kerja dan lahan yang dimiliki masih terbatas. Para petani akan merasa sangat resah apabila musim hujan datang sebab akan sulit untuk memproduksi lateks (getah kental) yang baik serta tidak dapat bekerja secara maksimal seperti hari biasanya. Hujan memang suatu masalah yang tidak bisa dihindari karena hujan adalah suatu yang alamiah. Turunnya harga pemasaran karet menyebabkan menurunnya pendapatan yang diperoleh petani. Serta besarnya lahan yang dimiliki oleh setiap keluarga. Walaupun demikian tidak membuat keluarga berputus asa karena tidak dapat menyadap pohon karet mereka, pada keadaan demikian para ibu rumah tangga akan berusaha untuk mencari cara agar kebutuhan keluarga tetap

terpenuhi dengan berbagai cara yakni berjualan gorengan, lontong, soto dan miso, serta ikut membantu menyadap karet pada saat luang mereka. Namun masyarakat Desa Bagan Laguh belum dikatakan sejahtera hal ini dapat dilihat dari gejala-gejala sebagai berikut: 1. Selalu muncul sifat pesimis dengan penghasilan yang mereka dapatkan hari ini. 2. Sering timbul sifat mengeluh dengan penghasilan yang mereka dapatkan. 3. Harga pemasaran dan niaga karet. 4. Luas kebun yang dimiliki. 5. Jumlah tanggungan dalam satu keluarga

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui bagaimana manajemen risiko pada kegiatan petani karet di Desa Bagan lauguh, Kecamatan Bunut. 2. Tujuan Kusus a. Untuk mengetahui faktor resiko pada pekerjaan petani karet. b. Untuk mengetahui pengendalian faktor resiko dari pekerjaan petani karet . C. Manfaat Penelitian 1. a.

Bagi praktisi Dapat menjadi referensi bagi petani karet tentang potensi bahaya kecelakaan kerja yang bias di dapat dari rutinitas bekerja sehari-hari dari yang sering terjadi sampai kecelakaan berat yang mungkin terjadi.

b.

Dapat mengetahui cara pengendalian risiko mengurangi bahaya kecelakaan kerja.

2.

Bagi penulis

a.

Menambah pengetahuan tentang manajemen resiko khususnya bagi petani karet yang akan disampaikan pada materi dasar-dasar keselamatan dan kesehatan kerja.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja 1. Menurut Mangkunegara, keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur. 2. Menurut Suma’mur (1981: 2), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan. 3. Menurut Simanjuntak (1994), keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja 4. Mathis dan Jackson, menyatakan bahwa keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cidera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum. 5. Menurut Ridley, John (1983), mengartikan kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut. 6. Jackson, menjelaskan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan. 7. Ditinjau dari sudut keilmuan, kesehatan dan keselamatan kerja adalah ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja. (Lalu Husni, 2003: 138).

Setelah melihat berbagai pengertian di atas, pada intinya dapat ditarik kesimpulan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi berbicara mengenai kesehatan dan keselamatan kerja tidak melulu membicarakan masalah keamanan fisik dari para pekerja, tetapi menyangkut berbagai unsur dan pihak.

B.

Sektor pertanian Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini merupakan sektor yang tidak mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah dalam pembangunan bangsa. Mulai dari proteksi, kredit hingga kebijakan lain tidak satu pun yang menguntungkan bagi sektor ini. Program-program pembangunan pertanian yang tidak terarah tujuannya bahkan semakin menjerumuskan sektor ini pada kehancuran. Meski demikian sektor ini merupakan sektor yang sangat banyak menampung luapan tenaga kerja dan sebagian besar penduduk kita tergantung padanya. Perjalanan pembangunan pertanian Indonesia hingga saat ini masih belum dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat kesejahteraan petani dan kontribusinya pada pendapatan nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting dari keseluruhan pembangunan nasional. Ada beberapa hal yang mendasari mengapa pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan penting, antara lain: potensi Sumber Daya Alam yang besar dan beragam, pangsa terhadap pendapatan nasional yang cukup besar, besarnya pangsa terhadap ekspor nasional, besarnya penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini, perannya dalam penyediaan pangan masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Potensi pertanian Indonesia yang besar namun pada kenyataannya sampai saat ini sebagian besar dari petani kita masih banyak yang termasuk golongan miskin. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah pada masa lalu bukan saja kurang memberdayakan petani tetapi juga terhadap sektor pertanian keseluruhan.

C. Petani karet Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan dengan nilai ekonomis tinggi. Oleh karena itu, tidak salah jika banyak yang beranggapan bahwa tanaman karet adalah salah satu kekayaan Indonesia. Karet yang diperoleh dari proses penggumpalan getah tanaman karet (lateks) dapat diolah lebih lanjut untuk menghasilkan lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah (crumb rubber) yang merupakan bahan baku industri karet (Suwarto, 2010). Menurut Tohir (1991), tingkat kesejahteraan petani sering dikaitkan dengan keadaan usahatani yang dicerminkan oleh tingkat pendapatan petani. Penerimaan yang berkurang akan diikuti dengan semakin rendahnya pendapatan yang diterima petani. Pendapatan yang rendah tentunya dapat menyurutkan semangat kerja petani dalam mengusahakan usahatani karetnya, salah satunya misal petani enggan melakukan penyadapan. Jika karet tidak disadap, maka produksi atau panen akan menurun. Produksi yang menurun tentunya akan berimbas pula dengan semakin menurunnya pendapatan yang diterima petani. Bekerja sebagai petani memerlukan modal awal. Selain stamina, kondisi fisik harus mendukung pekerja tersebut. Seorang petani jangan sampai skit-sakitan. Kemudian tingkat pendidikan dan kesehatan awal. Kesehatan petani diperlukan untuk mendukung produktivitas. Secara teoritis apabila seseorang bekerja, ada tiga variable pokok yang saling berinteraksi, yakni kualitas tenaga kerja, jenis atau beban pekerjaan dan lingkungan pekerjaannya. Akibat hubungan interaktif berbagai faktor risiko kesehatan tersebut, apabila tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaan dapat bersifat akut dan

mendadak, kita kenal sebagai kecelakaan, dapat pula bersifat menahun. Berbagai gangguan kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaan misalnya para petani mengalami keracunan pestisida darri tingkat sedang hingga tiingkat tinggi.

D. Beberapa Hal Yang Harus Diperhatikan Petani Karet Bekerja sebagai petani memerlukan modal awal. Selain stamina, kondisi fisik harus mendukung pekerja tersebut. Seorang petani jangan sampai skit-sakitan. Kemudian tingkat pendidikan dan kesehatan awal. Kesehatan petani diperlukan untuk mendukung produktivitas.. 1.

Keadaan tempat bekerja petani karet

a.

Lokasi perkebunan

1)

Lokasi yang aman dan terhindar dari binatang buas

2)

Disekitar tempat bekerja ramai dengan petani karet.

3)

Lokasi yang dituju bisa dijangkau dengan alat transportasi (sepeda motor, sepeda ontel dll ).

b.

Kolam tempat penampungan karet dekat dengan jalan utama agar mudah membawanya.

2.

Peralatan kerja

a.

Peralatan kerja harus lengkap, yaitu:

1)

Pahat (pisau karet), yang berguna untuk menyadap karet.

2)

Sudip , berguna untuk mengalirkan getah karet ke tempat penampungan.

3)

Wadah penampungan, dibutuhkan untuk menampung getah karet.

4)

Baju lengan panjang dan celana panjang, berguna untuk melindungi diri dari gigitan serangga .

5)

Sarung tangan, dibutuhkan untuk melindungi tangan dari resiko luka dari pisau karet.

6)

Sepatu, berguna untuk melindungi kaki dari benda tajam dan serangan ular berbisa dan sebagainya yang mengancam.

7)

Lotion anti nyamuk, agar terhindar dari gigitan nymuk.

8)

Air mineral, menghindari dari dehidrasi dalam bekerja.

3.

Fisik Pekerja

a.

Stamina pekerja

b.

Kondisi emosi pekerja yang labil

c.

Pola fikir pekerja yang biasanya kurang memperhatikan keselamatan kerja

d.

Motivasi dalam bekerja

e.

Pengetahuan pekerja tentang standar K3, penggunakan fasilitas kerja, dan berbagai hal dalam pekerjaan konstruksi

4.

Pengaturan Lain

a.

Jumlah pekerja

b.

Penerapan shift kerja

c.

Umur pekerja

d.

Jenis kelamin pekerja

E.

Manajemen Resiko Manajemen resiko adalah pengelolaan resiko dengan menerapkan secara sistematis suatu kebijakan manajemen, prosedur dan aktifitas dalam kegiatan identifikasi, analisa, penilaian, pengendalian bahaya dan pemantaun serta review resiko. Adapun tujuan dari manajemen resiko adalah sebagai berikut:

1.

Meminimalkan kerugian dan meningkatkan produktifitas

2.

Memotong mata rantai kejadian kerugian, sehingga efeknya tidak terjadi.

3.

Mencegah terjadinya kerugian berupa cidera dan penyakit akibat hubungan kerja. Manfaat manajemen resiko adalah sebagai berikut :

1.

Pemenuhan perundangan

2.

Mencegah kerugian finansial

3.

Meningkatkan nilai saham

4.

Menekan gangguan bisnis

5.

Memelihara kelangsungan usaha.

F.

Identifikasi Bahaya Identifikasi bahaya dilakukan untuk mengidentifikasi bahaya potensial pada petugas pengelolaan limbah medis padat di lingkungan rumah sakit. Bahaya potensial atau hazards yang akan di identifikasi adalah: 1. Bahaya potensial fisik 2. Bahaya potensial kimia 3. Bahaya potensial biologi 4. Bahaya potensial ergonomi

5. Bahaya potensial psikologi

BAB III PROSES KEGIATAN DAN PEMBAHASAN 1. Proses mengasah (mempertajam pisau karet atau pahat). 2. Proses pengolesan dan penyemprotan zat kimia (Tril dan pestisida) pada pohon karet agar getah

karet (lateks) yang dihasilkan berlimpah dan terhindar dari jamur yang membahayakan pohon karet. a. Proses mengoleskan3. Proses menyadap karet yang dilakukan oleh petani karet. b. a. Posisi tegak lurus b. posisi membungkuk

Related Documents

Dokumen
August 2019 90
Dokumen
October 2019 80
Dokumen
June 2020 52
Dokumen Surat.docx
November 2019 44

More Documents from "Dian Puspita"