PATOFISIOLOGI Cairan di rongga pleura jumlahnya tetap karena adanya keseimbangan antara produksi oleh pleura parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis. Keadaan ini dapat dipertahankan karena adanya keseimbangan antara tekanan hidrostatis pleura parietalis sebesar 9 cm H₂O dan tekanan koloid osmotik pleura viseralis 10 cm H₂O. Cairan pleura terakumulasi ketika pembentukan cairan pleura lebih besar dari absorbsi cairan pleura Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hidrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir ke dalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter seharinya. Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, hal ini terjadi bila keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila: 1. Tekanan osmotik koloid menurun dalam darah pada penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat ada proses keradangan atau neoplasma 2. Terjadi peningkatan: • Permeabilitas kapiler (keradangan, neoplasma) • Tekanan hidrostatis di pembuluh darah ke jantung/ vena pulmonalis (kegagalan jantung kiri) • Tekanan negatif intra pleura (atelektasis) (Alsagaf H, Mukti A, 1995, 145) Efusi pleura berarti terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan bebas dalam kavum pleura. Kemungkinan penyebab efusi antara lain (1) penghambatan drainase limfatik dari rongga pleura, (2) gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke dalam rongga pleura (3) menurunnya tekanan osmotik koloid plasma yang menyebabkan transudasi cairan yang berlebihan (4) infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan pleura dari rongga pleura, yang memecahkan membran kapiler dan memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam rongga secara cepat (Guyton dan Hall , Egc, 1997, 623-624). Efusi pleura dapat berupa eksudat dan transudat. Transudat terjadi pada peningkatan penekanan vena pulmonalis, misalnya pada payah jantung kongestif. Pada kasus ini, keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan dari pembuluh. Penimbunan transudat dalam rongga pleura dikenal dengan nama hidrotoraks. Cairan pleura cenderung tertimbun pada dasar paru akibat daya gravitasi. Penimbunan eksudat timbul sebagai akibat sekunder dari peradangan atau keganasan pleura, dan akibat peningkatan permeabelitas kapiler/ gangguan absorbsi getah bening. Eksudat dibedakan dengan transudat. Dari kadar protein yang dikandung dan dari berat jenisnya. Transudat memiliki berat jenis kurang dari 1.015 dan kadar proteinnya kurang dari 3% , sedangkan eksudat mempunyai berat jenis dan kadar protein lebih tinggi karena banyak mengandung sel. KLASIFIKASI Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi unilateral dan bilateral. Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan penyakit penyebabnya. Akan tetapi efusi yang bilateral ditemukan pada penyakit-penyakit berikut: Kegagalan jantung kongestif, sindroma nefrotik, asites, infark paru, lupus eritematosus systemic, tumor dan tuberkolosis. Berdasarkan jenis cairannya dibedakan menjadi: a. Hemotoraks (darah di dalam rongga pleura) biasanya terjadi karena cedera di dada. Penyebab lainnya adalah: 1) pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura 2) kebocoran aneurisma aorta (daerah yang menonjol di dalam aorta) yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura
3) gangguan pembekuan darah. Darah di dalam rongga pleura tidak membeku secara sempurna, sehingga biasanya mudah dikeluarkan melelui sebuah jarum atau selang. b. Empiema (nanah di dalam rongga pleura) bisa terjadi jika pneumonia atau abses paru menyebar ke dalam rongga pleura. Empiema bisa merupakan komplikasi dari: 1) Pneumonia 2) Infeksi pada cedera di dada 3) Pembedahan dada 4) Pecahnya kerongkongan 5) Abses di perut. c. Kilotoraks (cairan seperti susu di dalam rongga dada) disebabkan oleh suatu cedera pada saluran getah bening utama di dada (duktus torakikus) atau oleh penyumbatan saluran karena adanya tumor. Silahkan edit jika tidak ingin mencantumkan sumber ^_^ http://feelinbali.blogspot.com/2013/11/patofisiologi-dan-klasifikasi-efusi.html#ixzz3xho0VmNW