Referat Morbus Hansen
Disusun oleh: Amelia 406181081 Pembimbing: Dr. Sri Ekawati, SpKK KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT KULIT PERIODE 31 DESEMBER 2018 – 03 FEBRUARI 2019 RUMAH SAKIT RAA SOEWONDO PATI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA 2019
PENDAHULUAN Morbus Hansen = Lepra/ Kusta Penyakit tertua, menular, menahun.
Berasal dari bahasa India “Kustha” Mycobacterium Leprae Intraselular Obligat, Aerob, Gram (+)
Pria : Wanita 2:1. Jawa Tengah 10,82% Wisnu IM, Sjamsoe-Daili E, Menaldi SW. Kusta. Dalam : Menaldi SW, Bramono K, Indriatmi W (ed). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh. Cetakan Pertama. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2015. h.87-102.
MORBUS HANSEN DEFINISI Kusta = Lepra = Penyakit Hansen Disebabkan oleh Mycobacterium Leprae
Menyerang kulit, system saraf perifer, selaput lendir pada saluran pernapasan atas, mata. Kecuali susanan saraf pusat Penularan terjadi melalui kontak langsung antar kulit yang lama dan erat, inhalasi droplet. Masa inkubasi bervariasi antara 40 hari – 40 tahun (rata-rata 3-5 tahun) Wisnu IM, Sjamsoe-Daili E, Menaldi SW. Kusta. Dalam : Menaldi SW, Bramono K, Indriatmi W (ed). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh. Cetakan Pertama. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2015. h.87-102.
MORBUS HANSEN EPIDEMIOLOGI WHO 2010 192.246 Kasus
2012 18.994 Kasus baru di Indonesia 15.703 Kasus MH Tipe Multi Basiler (MB) Menular
Wisnu IM, Sjamsoe-Daili E, Menaldi SW. Kusta. Dalam : Menaldi SW, Bramono K, Indriatmi W (ed). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh. Cetakan Pertama. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2015. h.87-102.
MORBUS HANSEN ETIOLOGI Mycobacterium Leprae Obligat intrasel, aerob, basil gram (+)
Ukuran 3 – 8 μm x 0,5 μm Tahan asam dan alcohol Tumbuh dengan baik pada jaringan yang lebih dingin
Waktu pembelahan 2-3 minggu Bereproduksi pada suhu 27 °C – 30 °C secara in vivo Tidak mengenai area yang hangat Wisnu IM, Sjamsoe-Daili E, Menaldi SW. Kusta. Dalam : Menaldi SW, Bramono K, Indriatmi W (ed). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh. Cetakan Pertama. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2015. h.87-102.
MORBUS HANSEN KLASIFIKASI Ridley and Jopling Tuberculoid Tuberculoid (TT) Borderline Tuberculoid (BT) Mid Borderline (BB) Borderline Lepromatous (BL) Lepromatosa (LL)
KLASIFIKASI WHO Pausibasiler (PB) Indeterminate dan Tuberculoid Multibasiler (MB) Borderline dan Lepromatous
Wisnu IM, Sjamsoe-Daili E, Menaldi SW. Kusta. Dalam : Menaldi SW, Bramono K, Indriatmi W (ed). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh. Cetakan Pertama. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2015. h.87-102.
Zona Spektrum MH Menurut Berbagai Klasifikasi Klasifikasi Ridley&Jopling Madrid
Zona spectrum MH TT
BT
BB
BL
Tuberkuloid Borderline
LL Lepromatosa
WHO
Pausibasilar (PB)
Multibasilar (MB)
Puskesmas
PB
MB
Wisnu IM, Sjamsoe-Daili E, Menaldi SW. Kusta. Dalam : Menaldi SW, Bramono K, Indriatmi W (ed). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh. Cetakan Pertama. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2015. h.87-102.
Kusta / Morbus Hansen / Lepra
MORBUS HANSEN PATOGENESIS SIS baik Gambaran Klinis ke arah Tuberculoid SIS buruk Gambaran Klinik ke arah Lepromatosa
Wisnu IM, Sjamsoe-Daili E, Menaldi SW. Kusta. Dalam : Menaldi SW, Bramono K, Indriatmi W (ed). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh. Cetakan Pertama. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2015. h.87-102.
MORBUS HANSEN DIAGNOSIS DIAGNOSIS Kelainan kulit yang mati rasa Penebalan saraf tepi disertai gangguan fungsi saraf
Gejala pada kulit Bercak yang tidak gatal Kulit mengkilat/ bersisik Adanya kulit yang tidak berambut/ tidak berkeringat.
Gejala kerusakan saraf Nyeri tekan spontan pada saraf Kesemutan, tertusuk-tusuk & nyeri anggota gerak Kelemahan anggota gerak/ wajah Deformitas Luka yang sulit sembuh Wisnu IM, Sjamsoe-Daili E, Menaldi SW. Kusta. Dalam : Menaldi SW, Bramono K, Indriatmi W (ed). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh. Cetakan Pertama. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2015. h.87-102. Direktorat Jenderal Pengandalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Buku Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Kusta. Jakarta: Kemenkes RI. 2012
Wisnu IM, Sjamsoe-Daili E, Menaldi SW. Kusta. Dalam : Menaldi SW, Bramono K, Indriatmi W (ed). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh. Cetakan Pertama. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2015. h.87-102.
Wisnu IM, Sjamsoe-Daili E, Menaldi SW. Kusta. Dalam : Menaldi SW, Bramono K, Indriatmi W (ed). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh. Cetakan Pertama. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2015. h.87-102.
Wisnu IM, Sjamsoe-Daili E, Menaldi SW. Kusta. Dalam : Menaldi SW, Bramono K, Indriatmi W (ed). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh. Cetakan Pertama. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2015. h.87-102.
N. Ulnaris N. Medianus N. Radialis N. Poplitea lateralis N. Tibialis posterior N. fasialis N. Trigeminus
Wisnu IM, Sjamsoe-Daili E, Menaldi SW. Kusta. Dalam : Menaldi SW, Bramono K, Indriatmi W (ed). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh. Cetakan Pertama. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2015. h.87-102.
PEMERIKSAAN FUNGSI SARAF Tes sensorik Kapas, Jarum, Tabung reaksi berisi air hangat dan dingin Raba Nyeri Suhu
Tes Otonom Tes keringat dengan tinta (Tes Gunawan) Tes Pilokarpin Tes Motoris (Voluntary Muscle Test) pada n. ulnaris, n. medianus, n. radialis & n. peroneus Wisnu IM, Sjamsoe-Daili E, Menaldi SW. Kusta. Dalam : Menaldi SW, Bramono K, Indriatmi W (ed). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh. Cetakan Pertama. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2015. h.87-102.
PEMERIKSAAN PENUNJANG BAKTERIOSKOPIK 1 + Bila 1 – 10 BTA dalam 100 LP
2+ Bila 1 – 10 BTA dalam 10 LP 3+ Bila 1 – 10 BTA rata – rata dalam 1 LP 4+ Bila 11 – 100 BTA rata – rata dalam 1 LP
5+ Bila 101 – 1000 BTA rata – rata dalam 1 LP 6+ Bila> 1000 BTA rata – rata dalam 1 LP Wisnu IM, Sjamsoe-Daili E, Menaldi SW. Kusta. Dalam : Menaldi SW, Bramono K, Indriatmi W (ed). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh. Cetakan Pertama. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2015. h.87-102.
PEMERIKSAAN PENUNJANG HISTOPATOLOGI Gambaran histopatologi tipe tuberkoloid adalah tuberkel Tipe LL adalah ditemukan sel Virchow dengan basil banyak
SEROLOGIK Anti phenolic glycolipid-1 (PGL-1) Antibodi protein 16kD serta 35kD MLPA (Mycobacterium Leprae Particle Aglutination), uji ELISA (Enzyme Linked Immuno-Sorbent Assay) dan ML dipstick (Mycobacterium Leprae dipstick). Wisnu IM, Sjamsoe-Daili E, Menaldi SW. Kusta. Dalam : Menaldi SW, Bramono K, Indriatmi W (ed). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh. Cetakan Pertama. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2015. h.87-102.
PEMERIKSAAN PENUNJANG TES LEPROMIN Menunjukan system imun penderita terhadap M.Leprae Disuntikan intradermal 0,1ml lepromin dibaca 48 jam Reaksi Fernandez + jika terdapat indurasi dan eritema. Disuntikan intradermal 0,1mk lepromin dibaca 3-4 minggu Reaksi Mitsuda 0
Papul berdiameter 3 mm atau kurang
+ 1
Papul berdiameter 4 – 6 mm
+ 2
Papul berdiameter 7 – 10 mm
+ 3
papul berdiameter lebih dari 10 mm atau papul dengan ulserasi
Wisnu IM, Sjamsoe-Daili E, Menaldi SW. Kusta. Dalam : Menaldi SW, Bramono K, Indriatmi W (ed). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh. Cetakan Pertama. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2015. h.87-102.
DIAGNOSIS BANDING
Smith. S.Leprosy. Update aug 24, 2018. Available at https://emedicine.medscape.com/article/220455-medication
DIAGNOSIS BANDING
Smith. S.Leprosy. Update aug 24, 2018. Available at https://emedicine.medscape.com/article/220455-medication
DIAGNOSIS BANDING
Smith. S.Leprosy. Update aug 24, 2018. Available at https://emedicine.medscape.com/article/220455-medication
TATALAKSANA DDS (Dapsone)
Alternatif
Rifampisin
Ofloksasin
Klofazimin
Minoksiklin Klaritomisin
Wisnu IM, Sjamsoe-Daili E, Menaldi SW. Kusta. Dalam : Menaldi SW, Bramono K, Indriatmi W (ed). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh. Cetakan Pertama. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2015. h.87-102.
Obat dan dosis regimen MDT-PB. OBAT
DEWASA BB<35 kg
BB>35 kg
Rifampisin
450 mg/bln (diawasi)
600 mg/bln (diawasi)
Dapson swakelola
50mg/hari(1-
100 mg/hari
2mg/kgBB/hari)
Obat dan dosis regimen MDT-MB. OBAT
DEWASA BB<35 kg
Rifampisin
450 mg/bln (diawasi)
Klofazimin
300
mg/bln
diawasi
BB>35 kg 600 mg/bln (diawasi) dan
diteruskan 50 mg/hari swakelola 50mg/hari(1-2mg/kgBB/hari) Dapson swakelola
100 mg/hari
Obat dan Dosis Regimen MDT untuk Anak. PB
MB
OBAT
< 10 tahun BB < 50kg
10th – 14 th
< 10 th BB < 50 kg
10 th -14 th
Rifampisin
300 mg/bln
450 mg/bln
300 mg/bln
450 mg/bln
Klofazimin
-
-
100 mg/bln lalu 50 150 mg/bln lalu 50
DDS
25 mg/hr
50 mg/hr
mg, 2x/mgg
mg/hr
25 mg/hr
50 mg/hr
Reaksi Kusta
No.
Gejala/tanda
Tipe I (reversal)
Tipe II (ENL)
1
Kondisi umum
Baik atau demam ringan
Buruk, disertai malaise dan febris
2
Peradangan di kulit
Bercak kulit lama menjadi lebih meradang Timbul nodul kemerahan, lunak, dan nyeri (merah), dapat timbul bercak baru
tekan. Biasanya pada lengan dan tungkai. Nodul dapat pecah (ulserasi)
3
Waktu terjadi
Awal pengobatan MDT
Setelah pengobatan yang lama, umumnya lebih dari 6 bulan
4
Tipe kusta
PB atau MB
MB
5
Saraf
Sering terjadi
Dapat terjadi
Umumnya berupa nyeri tekan saraf dan atau gangguan fungsi saraf 6
Keterkaitan organ lain
Hampr tidak ada
Terjadi pada mata, KGB, sendi, ginjal, testis, dll
7
Faktor pencetus
Melahirkan
Obat-obat yang meningkatkan kekebalan tubuh
Emosi Kelelahan dan stress fisik lainnya kehamilan
No
Gejala/tanda
Tipe I
Ringan 1.
Kulit
Tipe II
Berat
Ringan
Bercak: merah, tebal, Bercak: merah, tebal, Nodul: panas, nyeri
panas,
nyeri
bertambah
Berat merah,
panas, Nodul:
yang nyeri
merah,
panas,nyeri
yang
bertambah parah sampai pecah
parah
sampai pecah 2
Saraf tepi
Nyeri pada perbaan (-)
Nyeri pada perabaan Nyeri pada perabaan (-)
Nyeri pada perabaan (+)
(+) 3
Keadaan umum
4
Keterlibatan lain
Demam (-)
organ -
Demam (+)
Demam (+)
Demam (+)
-
-
+ Terjadi peradangan di:
mata: iridocyclitis
testis: epididimoorchitis
ginjal: nefritis
kelenjar limpa: limfadenitis
gangguan pada tulang, hidung, dan tenggorokan
PENGOBATAN ENL DAN REVERSAL ENL ENL ringan (tanpa keterlibatan saraf, mata atau genital) dengan tablet asam salisilat 3 x 1000 mg/hari selama 1- 2 minggu -ENL berat terapi dengan steroid. Dosis dan cara pemberian sama dengan reaksi reversal Thalidomid bila tersedia dapat diberikan dengan dosis 100 – 400 mg sekali sehari selama 1- 2 minggu. Tidak diberikan pada ibu hamil maupun wanita yang menggunakan kontrasepsi tidak aman 100 %. Obat ini dapat menyebablam deformitas berat pada janin.
REVERSAL Prednisolon dengan dosis awal 40 mg/hari. Bila ada perbaikan dosis dapat diturunkan 30mg, 20 mg, 15 mg, 10 mg dan 5mg/ hari setiap 2 minggu. Bila dalam penurunan dosis tidak ada perbaikan/ memburuk, dosis dapat dipertahankan, pastikan bahwa pengobatan dapat dilanjutkan sesuai dengan waktu, periksa adanya infeksi terkait.
KESIMPULAN Diagnosa pada kusta didasarkan pada diagnostik secara klinis dimana terdapat tiga tanda kardinal yang khas yaitu lesi kulit yang mati rasa (hipopigmentasi atau eritema yang mati rasa atau anestesi), penebalan saraf perifer dan ditemukan M. leprae (bakteriologis positif). Pemeriksaan penunjang dengan pemeriksaan BTA dan menentukan indeks bakteri membantu membedakan jenis kusta yang diderita. Pengobatan lepra disarankan memakai program Multi Drugs Therapy (MDT), yang direkomendasikan oleh WHO sejak 1981. Tujuan dari program MDT adalah mengatasi resistensi dapson yang semakin meningkat, menurunkan angka putus obat (drop-out rate) dan ketidaktaatan penderita. Komplikasi utama yang ditakutkan adalah kecacatan bagian tubuh akibat hilangnya sensitifitas terutama pada kulit. Prognosis penyakit ini dengan adanya obat-obat kombinasi, menjadi lebih baik, dan pengobatannya menjadi lebih sederhana.
DAFTAR PUSTAKA Wisnu IM, Sjamsoe-Daili E, Menaldi SW. Kusta. Dalam : Menaldi SW, Bramono K, Indriatmi W (ed). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh. Cetakan Pertama. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2015. h.87-102. Infodatin Smith. S.Leprosy. Update aug 24, 2018. Available at https://emedicine.medscape.com/article/220455-medication Doerr S, Davis CP, editor. Leprosy Symptoms and Signs. Available at: http://www.emedicinehealth.com/leprosy/page3_em.htm. Diakses tanggal 1 November 2018 Direktorat Jenderal Pengandalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Buku Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Kusta. Jakarta: Kemenkes RI. 2012 Penyakit Kulit Yang Umum Di Indonesia
Terima Kasih