Raihanah Siti Zahrah (1606872823)
Mata Kuliah : Wacana
Ahmad Fadhrois (1506751701)
Pengajar
: LWK
Tanggal
: 14-03-2019
STRUKTUR DISKURSIF
DISKURSUS/DISKURSUS-DISKURSUS Ada perbedaan penting yang dibuat dalam karya Foucault antara wacana secara keseluruhan dengan wacana-wacana itu sendiri. Sebuah diskursus adalah seperangkat pernyataan yang memiliki kekuatan institusional, yang berarti seperangkat pernyataan itu memiliki pengaruh mendalam terhadap cara bertindak dan berpikir individu. Apa yang membentuk sebuah batasan diskursus sangat tidak jelas. Namun, kita dapat menyatakan bahwa diskursus adalah berbagai kelompok pernyataan yang memiliki kekuatan serupa yakni, pernyatan-pernyataan itu dikelompokkan karena adanya suatu tekanan institusional, karena kesamaan keadaan atau konteks, atau mereka bertindak dengan cara yang sama.
ARSIP Foucault mendeskripsikan arsip sebagai bentuk-bentuk seperangkat aturan yang pada periode dan masyarakat sosial tertentu yang didefinisikan sebagai: (1) batas-batas dan bentuk dari pengekspresian, (2) batas-batas bentuk konservasi, (3) batas-batas dan bentuk memori, (4) batas dan bentuk reaktivasi ( Foucault 1978:14-15)”. Dalam pengertian ini, arsip dapat dilihat sebagai bentuk yang sejalan dengan pengertian episteme, dan mungkin secara lebih baik dapat dipahami melalui analisis Foucault pada kerja berikutnya dalam esainya yang berjudul urutan wacana yang didiskusikusikan di bawah ini. Jadi, arsip harus dilihat sebagai seperangkat mekanisme diskursif yang membatasi apa yang dapat dikatakan, dalam bentuk apa dan apa yang dihitung sebagai nilai patokan untuk mengetahui dan mengingat. Hal ini merupakan pembatasan atau pengecualian menurut Foucault yang dipertimbangkannya secara lebih terinci karena hal ini penting untuk pemahaman dari organisasi struktur diskursif.
PENGECUALIAN DALAM WACANA Pengecualian dalam wacana menentukan cara struktur diskursif memetakan apa yang dapat dikatakan dan apa yang dapat dianggap sebagai pengetahuan yang benar atau sah, seperti dalam pernyataan Foucault dalam artikelnya yang berjudul “Urutan Wacana” yang awalnya diberikan dalam kuliah terbuka di Perancis. Pada pembahasannya mengenai urutan wacana, Foucault membahas bagaiman 1
wacana diatur oleh lembaga-lembaga yang bertujuan menghindari terjadinya hal-hal yang tidak dikehendaki. Ia menjelaskan bahwa proses ekslusi atau pengecualian yang beroperasi pada wacana untuk membatasi apa yang dapat dikatakan dan apa yang dapat dinilai sebagai pengetahuan beberapa diantaranya adalah sebagai berikut. 1. Larangan Dalam hal ini, yang dimaksud dengan pengecualian dengan larangan adalah pembatasan wacana yang membahas hal yang dianggap tabu pada masyarakat barat, seperti kematian dan seks. 2. Wacana yang bersumber dari orang yang kurang waras Dalam hal ini, yang dimaksud dengan pengecualian terhadap wacana yang dibuat oleh orang kurang waras dipertimbangkan sebagai sesuatu yang yang jauh dari kebenaran. Namun sebaliknya, Foucault malah berpendapat bahwa dalam periode sejarah yang berbeda, akan ada saatnya pendapat orang gila dianggap lebih baik atau benar-benar dihargai. 3. Pengecualian ketiga, yang mempertimbangkan bagaimana sebuah pernyataan dianggap benar ataupun dianggap palsu. Dalam hal ini Foucault berupaya menunjukkan bahwa kebenaran itu didukung oleh berbagai lembaga, yakni lembaga pendidikan, tempat penerbitan, lembaga-lembaga hukum, perpustakaan, dan sebagainya. Foucault menunjukkan bahwa hal ini menyebabkan sastra di abad ke-19 dan ke-20 awal menjadi sebuah obsesi yang menunjukkan bahwa apa yang tertulis adalah cermin dari realitas eksternal. Pengecualian, pada dasarnya secara paradoks adalah salah satu hal terpenting yang memengaruhi cara-cara diproduksinya wacana.
SIRKULASI DISKURSUS Foucault memberikan keterangan bahwa dalam organisasi wacana terdapat mekanisme internal yang membuat keberadaannya tetap ada. Mekanisme sirkulasi pertama adalah. Wacana yang dikomentari oleh orang lain adalah wacana yang disebut memiliki validitas dan bernilai. Kita dapat mencurigai bahwa dalam semua masyarakat, dengan konsistensi yang luar biasa, jenis dari gradasi antarwacana: hal yang disebut sebagai wacana asli dari hari-hari dan pertukaran, dan yang akan lenyap segera setelah mereka diucapkan; dan hal yang akan melahirkan beberapa tindak tutur yang membuat mereka terangkat, mengubahnya atau berkata tentangnya, singkatnya, wacana tersebut, yang telah melebihi dan di atas formulasi yang ada, telah dikatakan dengan tak tervatas, dikatakan kembali, dan akan dikatakan lagi (Ibid: 57).
2
Bibel sendiri (yang di dalamnya terdiri atas komentar-komentar) dapat dianggap sebagai bagian dari teks dalam ranah ini, dengan komentar yang telah ditulis dan senantiasa ditulis: yang akan membuat Bibel tetap ada, memastikan bahwa tetap berada dalam sirkulasi pengetahuan yang diakui. Komentar yang ada akan memberikan kekayaan, kepadatan, dan keajegan teks dalam waktu kapanpun. Tetapi hal tersebut bukanlah aksi pribadi semata: Peran komentar….. dapat dikatakan sebagai hal yang berada di luar teks. Dengan menggunakan paradoks yang selalu berpindah tetapi tak pernah keluar konteks, komentar harus dikatakan pertama kali, apa yang dimiliki, meskipun begitu, telah dikatakan, dan harus selalu mengulang apa yang telah dimiliki, walaupun, tak pernah dikatakan (ibid: 58). Hal tersebut mengingatkan tentang strategi yang digunakan oleh kritik sastra konvensional dalam mengkritik. Kritik baru, sebagai contoh, merasa bahwa mereka harus menghasilkan interpretasi teks sastra, lebih baru, lebih baik, lebih komprehensif, sembari berargumen bahwa pemaknaan tersebut telah tersedia dalam teks tersebut, menunggu untuk ditemukan oleh pembaca yang punya kemampuan atau kritik. Dengan sudut pandang Foucauldian, proses yang berusaha untuk ‘menemukan’ makna ‘sesungguhnya’ dari teks disebut sebagai praktik yang menyesatkan, yang membuat teks tetap berada dalam sirkluasi. Proses yang membuat teks tetap berada dalam sirkulasi dengan adanya komentar di dalamnya telah menjadi bagian dari kritik sastra di universitas dan sekolah. Analisis kritis yang diungkapkan oleh para teoritis bukanlah hal yang mudah untuk diteliti, tetapi seperti yang telah ditunjukkan oleh teori feminis, memiliki dampak yang sangat berarti hingga dipublikasikan dan salah satunya telah mampu dicetak. Para peneliti telah mengakui bahwa untuk dapat mendapatkan pengakuan, maka mereka harus bekerja dengan teks yang bernilai, contohnya adalah teks kanonis dan atau pekerjaan teoritis kompleks lainnya. Karena hal ini, kecenderungan untuk bekerja pada teks kanonik (teks yang telah keluar dari aturan) membuatnya menjadi analisis yang kurang bernilai. Itulah mengapa, kritis feminis yang terjadi pada 1960an tidak hanya menghadapi kesulitan dalam teks-teks awal wanita, tetapi juga kesulitan dalam menetapkan legitimasi dari studi seperti itu (Sholwater, 1977). Teks non-kanonik sering kali tidak tercetak dan juga sulit untuk diakses oleh siswa. Selain itu, para penulis segan untuk memasukkannya dalam daftar bacaannya. Dengan begitu, fungsi komentar tidak hanya untuk meyakinkan bahwa teks tertentu akan dicetak, akan diajarkan pada dunia pendidikan, dan selalu mendapat perhatian dalam kerja peneliti, tetapi juga membuatnya sulit untuk menetapkan bahwa analisis dari teks tersebut sedikit banyak telah ditulis. Pengatur internal kedua dari wacana adalah anggapan dari disiplin akademik. Hal ini merupakan perintah besar pengelompokan pendekatan yang menentukan hal yang bisa disampaikan
3
dan dihormati sebagai sebuah fakta atau hal yang benar. Dengan begitu, setiap disiplin akan menentukan metodenya, membentuk proposisi dan argumen, dan daerah dari objek yang dianggap sebagai kebenaran. Paket struktur ini membuat proposisi baru menjadi dapat diucapkan, tetapi hanya dengan pendekatan tertentu. Foucault akan beralasan bahwa struktur dari disiplin yang ada meniadakan lebih banyak proposisi dibandingkan yang mereka gunakan. Bahkan jika kerja penelitian kita secara faktual memiliki akurasi atau pengertian yang mendalam, apabila tidak mendapat persetujuan dari bentuk dan konten dari disiplin tertentu, maka hal itu tak akan diindahkan, atau akan diindahkan sebagai hal yang tidak akademis atau tak populer. Disiplin tersebut mempersilakan orang untuk mengutarakan kebenaran, dengan dunia yang disadari sebagai kebenaran dalam disiplin itu, tetapi mereka juga meniadakan bentuk penyadaran pengetahuan lain yang mungkin saja ada. Sebagai contoh, jika arkeologis, menulis dalam surat kabar pendidikan karena struktur disiplinnya, fokus studinya tersebut bisa jadi dibutuhkan dalam perubahan manusia dan kemasyarakatan, tetapi arkeologis sering menggali data yang lebih mudah terbaca disadari sebagai hasil dari perubahan lingkungan dibandingkan aksi manusia. Jika arkeologis menghadapi situs yang sama, akan terdapat bukti dari erosi tanah atau kerusakan kebakaran. Mereka akan menginterpretasi pelacakan tersebut sebagai aksi manusia yang antara lain; manusia menanam tanaman panen dan menyebabkan tanah menjadi erosi, dan juga manusia menggunakan api untuk membersihkan areal pepohonan. Jika ahli georgrafi menghadapi pelacakan dalam situs yang sama, sepertinya mereka akan melihat hal tesebut sebagai bukti dari aktivitas lingkungan, sungai menggerus tanah, serta situs tersebut merupakan korban dari api yang tiba-tiba. Dengan begitu, disiplin dalam kasus ini menentukan bagaimana data akan diklasifikasikan. Struktur disiplin tidak hanya membuat garis pemisah tipe pengetahuan tertentu, tetapi juga membawa kepada konstruksi dari perbedaan metodologi dalam analisis, dan bahkan dengan universitas kampus akan membangun pengabdian bagi tiap disiplin, filosofis, psikologis, linguis, dan semiotik yang terlibat dalam studi objek yang sama – bahasa – tidak dalam fakta mendiskusikan perspektifnya satu sama lain. Akhirnya Foucault berfokus pada penjernihan wacana sebagai batasan pendekatan secara internal. Yang dimaksudkan dengan penjernihan olehnya adalah fakta yang mengejutkan bahwa walaupun ujaran yang diproduksi oleh seorang manusia secara teori tidak terbatas, faktanya, di dalamnya terdapat repetisi dan tetap sama batasan persetujuan sosial tertentu. Dalam teorinya, setiap orang dapat mengucapkan apapun yang mereka inginkan tetapi, awalnya orang cenderung untuk menetap, dalam pilihan topiknya pada sebuah percakapan dan dalam kata yang mereka pilih, secara wajar akan dibatasi oleh norma pribadi dan sosial, dan orang akan terbatasi pada pola dari konstruksi apa yang mereka butuhkan dan inginkan.
4
Wacana dibatasi pada hal yang membuat hanya orang-orang tertentu yang dapat mengucapkan pernyataan tertentu: misalnya hanya wali nikah yang bisa melegalkan pernikahan (jika orang lain mengucapkan pernyataan yang sama, maka tidak akan bernilai). Bentuk pengetahuan yang secara akurat mematuhi aturan dari wacana akan menjadi hal yang sah. Analisis Foucault pada pengarang juga merupakan bagian penting dari struktur analisis wacana. ‘Pengarang bukan hanya individu yang berbicara atau menulis teks, tetapi…. Merupakan kumpulan prinsip wacana, dipahami sebagai kesatuan dan asal dari sebuah makna’ (Foucault, 1981: 58). Baik Barthes maupun Foucault mengajukan ‘kematian’ dari pengarang, menawarkan pergeseran dari kepedulian terhadap pengarang sendiri kepada kepedulian pada peran pembaca dalam interpretasi teks (Barthes) dan fungsi dari pengarang dalam proses membuat pernyataan umum tentang teks yang berbeda (Foucault). Foucault menyatakan dari relevansi seorang pengarang, karena dokumen yang ada merupakan legitimasi dari institusi, bukan lagi kemurnian tulisan pengarang. Foucault juga mempertanyakan konsep kreativitas, meski tidak menampiknya, karena berbagai ide yang ada biasanya merupakan turunan dari teori yang sebelumnya. Bahkan Foucault menyatakan bahwa sedari kecil setiap individu telah mendapatkan tekanan sosial melalui sistem pendidikan. Oleh karena itu, Foucault lebih memilih fokus kepada fungsi dari pengarang, sebuah prinsip organisasi yang menjalankan kelompok secara bersama dalam teks yang berlainan yang sering hanya memiliki fitur umum. Misalnya pekerjaan Shakespear yang dikelompokkan dan didiskusikan dalam fitur stilistika mereka yang umum, meskipun pengarang dari beberapa drama dan puisinya diragukan. Semua mekanisme dalam membangun, menghambat, dan sirkulasi dari informasi memiliki efek yang hampir sama; mereka menjelaskan tentang produksi makna, tetapi hanya tipe tertentu. Hal tersebut meyakinkan bahwa adanya batasan pada apa yang bisa kita katakan. Hal ini meyakinkan bahwa pengetahuanyang diproduksi pada masa tertentu memiliki kesamaan. Tetapi hal itu bukan berarti bahwa setiap individu setuju dengan sudut pandang dunia tertentu, tetapi bahwa semua pernyataan paten dan teks paten diproduksi oleh batasan pendekatan yang sama.
KESIMPULAN Gambaran yang kami dapatkan dari fase strukturalis Bartez dan Fucault pada ranah diskursif adalah kehadiran wacana yang terdiri dari satu set peraturan tidak tertulis. Peraturan-peraturan untuk memproduksi wacana tampaknya tidak selalu dibutuhkan harus disusun oleh satu orang, atau sekelompok orang dan tampaknya tidak diproduksi untuk kelompok tertentu, meskipun faktanya hal ini menjadi kepentingan mereka. Kesewenang-wenangan struktur diskursif ini membingungkan bagi
5
banyak orang; disini kita menghadirkan pemikiran dan pengucapan tidak hanya bersumber dari kehendak diri sendiri; melainkan kita melihat bahwa apa yang dapat kita pikirkan harus kita ekspresikan telah dibatasi oleh sistenm dan aturan yang diantaranya di luar control manusia. Sistem ini adalah salah satu yang tidak perlu kita sadari, dan ini hanyalah tipe kerja arkeologi yang diawali oleh Foucault dan Bartez, yang dari itu kita dapat menyadari kerangka kerja yang memproduksi wacana dan dengannya kita membangun ucapan dan pikiran kita. Teori post strukturalis dan postmodernis ini secara luas merusak banyak teori yang mendasari teori strukturalis, menanyakan eksistensi dari struktur secara keseluruhan. Namun, karya awal dari Bartez dan Foucault mempertimbangkan asal dari alat atau piranti yang kita pikirkan.
6