PATOFISIOLOGI Neisseria gonorrhoeae dapat ditularkan melalui kontak seksual atau melalui penularan vertikal pada saat melahirkan. Bakteri ini terutama mengenai epitel kolumnar dan epitel kuboidal manusia. Patogenesis gonore terbagi menjadi 5 tahap sebagai berikut:
Fase 1 adalah bakteri Neisseria gonorrhoeae menginfeksi permukaan selaput lendir dapat ditemukan di uretra, endoserviks dan anus.
Fase 2 adalah bakteri ke microvillus sel epitel kolumnar untuk kolonisasi selama infeksi, bakteri dibantu oleh fimbriae, pili. Fimbriae terutama terdiri dari protein pilin oligomer yang digunakan untuk melekatkan bakteri ke sel-sel dari permukaan selaput lendir. Protein membran luar PII 9 Oppacity associated protein (OPA) kemudian membantu bakteri mengikat dan menyerang sel inang.
Fase 3 adalah masuknya bakteri ke dalam sel kolumnar dengan proses yang disebut endositosis di mana bakteri yang ditelan oleh membran sel kolumnar, membentuk vakuola.
Fase 4 adalah vakuola ini kemudian dibawa ke membran basal sel inang, dimana bakteri berkembang biak setelah dibebaskan ke dalam jaringan subepitel dengan proses eksositosis. Peptidoglikan dan bakteri LOS (Lipo Oligo Sakharida) dilepaskan selama infeksi. Gonococcus dapat memiliki dan mengubah banyak jenis antigen dari Neisseria LOS. LOS merangsang tumor necrosis factor, atau TNF, yang akan mengakibatkan kerusakan sel.
Fase 5 reaksi inflamasi yang dihasilkan menyebabkan infiltrasi neutrofil. Selaput lendir hancur mengakibatkan akumulasi Neisseria gonorrhoeae dan neutrofil pada jaringan ikat subepitel. Respon imun host memicu Neisseria gonorrhoeae untuk menghasilkan protease IgA ekstraseluler yang menyebabkan hilangnya aktivitas antibodi dan mempromosikan virulensi.
Gambar ?. Patogenesis gonore
Hook EW, Hansdfield HH. Gonococcal infection in the adult. New York; McGraw-Hill, 2008 :627-43
PENCEGAHAN
2.8. Pencegahan Gonore merupakan salah satu penyakit menular seksual, oleh karena itu pencegahannya sebagai berikut: Berpola hidup sehat, karena pola hidup sehat merupakan langkah awal untuk menghindari berbagai macam penyakit Hindari melakukan aktivitas seks melalui mulut Melakukan aktivitas seks dengan sehat dalam artian tidak menyimpang seperti melakukan seks pada anus dan tidak berganti-ganti pasangan Penggunaan kondom (baik kondom perempuan maupun kondom laki-laki), bila digunakan dengan benar adalah metode yang paling efektif untuk mencegah. Jika seseorang terlibat dalam setiap jenis aktivitas seksual, penting untuk melakukan deteksi/tes dini untuk Infeksi Menular Seksual dan HIV.
Praktek pencegahan penyakit menular seksual, antara lain: pencegahan primer, sekunder dan tertier.
Pencegahan primer, meliputi :
1. Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi. 2.
Selalu menggunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.
3.
Selalu menjaga kebersihan alat kelamin.
4. Segera memeriksakan diri serta melakukan konseling ke dokter atau petugas kesehatan apabila mengalami tanda dan gejala penyakit menular seksual, meliputi : rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atauberhubungan seksual, rasa nyeri pada perut bagian bawah, pengeluaran lendir pada vagina/ alat kelamin, keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal dan kemerahan pada alat kelamin atausekitarnya, keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal, timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seks, bintil-bintilberisi cairan , lecet atau borok pada alat kelamin.
Pencegahan sekunder, meliputi :
1. Adanya pemahaman tentang agama dilakukan di lokalisasi. 2. Peningkatan pengetahuan tentang Penyakit Menular Seksual melalui penyuluhan dari dinas kesehatan.
Pencegahan Tersier, meliputi :
1. Adanya peraturan dari pemerintah tentang larangan prostitusi. 2. Adanya usaha rehabilitasi dengan pelatihan ketrampilan pada wanita pekerja seksual
yang meninggalkan pekerjaan sebagai pekerja seksual. Daili Fahmi, Sjaiful. dkk.(2007). Infeksi Menular Seksual. Jakarta:Balai Penerbit FKUI