Digital_2016-3_20405273-sp-muhammad Fikry Firdaus.pdf

  • Uploaded by: utari kusnadi
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Digital_2016-3_20405273-sp-muhammad Fikry Firdaus.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 15,690
  • Pages: 86
UNIVERSITAS INDONESIA

UJI VALIDASI KONSTRUKSI DAN RELIABILITAS INSTRUMEN THE AMSTERDAM PREOPERATIVE ANXIETY AND INFORMATION SCALE (APAIS) VERSI INDONESIA

TESIS

MUHAMMAD FIKRY FIRDAUS 0906646542

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM STUDI ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF JAKARTA NOVEMBER 2014

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

UNIVERSITAS INDONESIA

UJI VALIDASI KONSTRUKSI DAN RELIABILITAS INSTRUMEN THE AMSTERDAM PREOPERATIVE ANXIETY AND INFORMATION SCALE (APAIS) VERSI INDONESIA

TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Dokter Spesialis Anestesiologi

MUHAMMAD FIKRY FIRDAUS 0906646542

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM STUDI ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF JAKARTA NOVEMBER 2014

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

HALAMAN PER}TYATAA}I ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang

dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama

: Muhammad Fikry f irdaus

NPM

z

TandaTangan

:

Tanggal

: 20 November2014

0906646542

Universitas lndonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmatNya, saya dapat menyelesaikan tesis ini.Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Dokter Spesialis Anestesiologi pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dalam penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M. Met., selaku Rektor Universitas Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menyelesaikan tesis ini. 2. Dr. dr. Ratna Sitompul, SpM-K., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia

yang

telah

memberikan

kesempatan

dan

kepercayaan kepada saya untuk menyelesaikan tesis ini. 3. dr. Aries Perdana, SpAn-K, selaku Kepala Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI/RSCM, Dr. dr. Ratna Farida, SpAn-K selaku Ketua Program Pendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi FKUI/RSCM, dr. Adhrie Sugiarto,SpAn-KIC selaku Sekretaris Program Pendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi FKUI/RSCM, Dr. dr. Aida R. Tantri, SpAn-K selaku Koordinator Penelitian dan Pengembangan (Kolitbang) Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI/RSCM. 4. dr. Aries Perdana, SpAn-K, selaku pembimbing I yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan tesis ini. 5. dr. Christopher Kapuangan, SpAn, selaku pembimbing II yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan tesis ini. 6. dr. Khamelia, SpKJ-K, selaku pembimbing III yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan tesis ini. Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

7. dr. Ahmad Fuady, M.Sc-HEPL selaku dosen pembimbing statistik yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya khususnya dalam bidang statistik tesis ini. 8. Seluruh staf pengajar Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI/RSCM yang merupakan guru-guru dan panutan saya atas segala perhatian dan bimbingannya selama menjalani pendidikan. 9. Orangtua tercinta (Bapak Irfan Widodo, Bsc dan Ibu Dra. Herlin Sulistyowati serta Bapak Drs. Ridwan, SH,MM dan Ibu Siti Nur Aini, SH), istri (dr. Shofia Kurniawanti.), anakku tersayang (Azka Azalia Firdaus) serta adik-adik (Lizziya, Annisa, Arsad) yang selalu sabar menemani, memberi semangat dan mendoakan selama pendidikan dan penyusunan tesis ini. 10. Teman-teman residen anestesiologi FKUI/RSCM. Khususnya temanteman altruis, teman-teman belajar bersama di perpustakaan Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI/RSCM, teman-teman Griya Alma dan Parestesi Football Club yang telah membantu saya dengan saran-saran dan penyemangatnya. 11. Mba Nurul dan Mas Eko yang banyak membantu dalam proses administrasi dan kepustakaan, serta kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Jakarta, 20 November 2014

Muhammad Fikry Firdaus

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAII AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas lndonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama

Muhammad Fikry Firdaus.

NPM

0906646542

Program Studi

Anestesiologi dan Terapi Intensif.

Departemen

Anestesiologi dan Terapi Intensif.

Fakultas

Kedokteran.

Jenis karya

Tesis.

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia

Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Naz-

exclusive Royalty-free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Uji validasi konstruksi

dan reliabilitas instrumenThe Amsterdam Preoperative

Anxiety and Information Scale (APAIS) versi Indonesia

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Jakarta.

w

Pada tanggal 20 November 2014.

Muhammad Fikry Firdaus

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

ABSTRAK

Nama : Muhammad Fikry Firdaus. Program Studi : Anestesiologi dan Terapi Intensif. Judul : Uji validasi konstruksi dan reliabilitas instrumen The Amsterdam Preoperative Anxiety and Information Scale (APAIS) versi Indonesia. Latar Belakang: Kecemasan praoperatif mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembiusan dan pembedahan. Saat ini belum ada instrumen spesifik untuk mengukur kecemasan praoperasi pada populasi Indonesia. Instrumen APAIS merupakan instrumen yang telah digunakan luas di dunia untuk mengukur kecemasan praoperatif. Penerjemahan, validasi dan reliabilitas instrumen APAIS pada populasi Indonesia merupakan tujuan penelitian ini. Metode: Penerjemahan APAIS dilakukan dengan penerjemahan maju dan mundur. Sebanyak 102 pasien yang akan menjalani operasi elektif mengisi instrumen APAIS versi Indonesia satu hari sebelumnya. Validitas konstruksi dinilai dengan metode analisis faktor. Reliabilitas dinilai dengan konsistensi internal Cronbach’s Alpha. Hasil: Sebanyak 102 pasien (42 laki-laki dan 60 perempuan) menjadi subjek penelitian penelitian ini. Analisis faktor dengan rotasi oblique menghasilkan dua skala yaitu skala kecemasan dan kebutuhan informasi. Hasil reliabilitas Cronbach’s Alpha skala kecemasan dan kebutuhan informasi APAIS versi Indonesia cukup tinggi yaitu 0,825 dan 0,863. Pasien dengan kebutuhan informasi tinggi menunjukkan kecemasan praoperatif yang lebih tinggi. Skala APAIS tidak berhubungan dengan jenis kelamin, riwayat operasi, jenis operasi atau jenis anestesi Simpulan: APAIS versi Indonesia sahih (valid) dan handal (reliable) untuk mengukur kecemasan praoperatif pada populasi Indonesia. Penelitian selanjutnya diperlukan untuk menentukan sensitivitas dan spesifisitas cut off point kecemasan pada populasi Indonesia Kata Kunci: kecemasan praoperatif, APAIS, validitas konstruksi, reliabilitas

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

ABSTRACT

Name : Muhammad Fikry Firdaus Study Program : Anesthesiology and Intensive Care Title : Construct Validity and Reliability of The Amsterdam Preoperative Anxiety and Information Scale (APAIS) Indonesian Version Background: Preoperative anxiety has a significant effect on anesthesia and surgery. Currently there is no specific instrument for measuring preoperative anxiety in Indonesian population. APAIS have been used worldwidely to measure preoperative anxiety. Translation, validation and reliability of instrument APAIS in Indonesian population is the purpose of this study. Methods: The translation was done in forward and backward translation. Total sample 102 patient undergoing elective surgery answered the Indonesian APAIS one day before operation. Construct validity was determined by factor analysis with oblique rotation. The internal consistency was evaluated by Cronbach’s alpha. Results: A total 102 patient (42 men and 60 women) enrolled in this study. The two scales anxiety and need for information could be replicated by factor analysis. High reliability Cronbach’s alpha anxiety and need for information scale Indonesian APAIS respectively 0,825 and 0,863. Patient with high information needs showed higher preoperative anxiety. The APAIS scale are independent of sex, previous surgery, type of operation or type of anesthesia. Conclusion: Indonesian APAIS proved to be reliable and valid instrument to measure preoperative anxiety in Indonesian population. Further research is needed to determine the sensitivity and specificity of Indonesian APAIS to get cut off point anxiety of Indonesian population. Keyword: Preoperative anxiety, APAIS, construct validation, reliability

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................................................... vi ABSTRAK ........................................................................................................... vii DAFTAR ISI......................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................x DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi 1 PENDAHULUAN ...............................................................................................1 1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1 1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................... 4 1.3 Pertanyaan Penelitian .....................................................................................4 1.4 Hipotesis Penelitian .......................................................................................4 1.5 Tujuan Penelitian ...........................................................................................4 1.5.1 Tujuan Umum.......................................................................................4 1.5.2 Tujuan Khusus ......................................................................................4 1.6 Manfaat Penelitian .........................................................................................5 1.6.1 Manfaat Bidang Penelitian ...................................................................5 1.6.2 Manfaat Bidang Pendidikan .................................................................5 1.6.3 Manfaat Bidang Pelayanan Masyarakat ...............................................5 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................6 2.1 Kecemasan Praoperatif ..................................................................................6 2.2 Rasa Takut terhadap Anestesia ......................................................................6 2.3 Prevalensi Kecemasan Praoperatif .................................................................7 2.4 Manifestasi Kecemasan Praoperatif .................……………………………..8 2.5 Instrumen Pengukur Kecemasan....................................................................9 2.6 Adaptasi Instrumen Lintas Budaya ..............................................................12 2.6.1 Penerjemahan Instrumen ke Bahasa Target ........................................12 2.6.2 Perumusan Versi Terjemahan .............................................................12 2.6.3 Penilaian Terjemahan oleh Panel Ahli ................................................12 2.6.4 Penilaian Instrumen oleh Populasi Target ..........................................12 2.6.5 Penerjemahan Kembali ke Bahasa Asli ..............................................13 2.6.6 Uji Pilot ...............................................................................................13 2.7 Validitas .......................................................................................................13 2.7.1 Validitas Isi .........................................................................................14 2.7.2 Validitas Konstruksi .............................……………………………..14 2.7.3 Validitas Berdasarkan Kriteria ............................................................15 2.8 Reliabilitas ...................................................................................................15 2.8.1 Reliabilitas Inter-Rater (Antar Penilai) ..............................................16 2.8.2 Reliabilitas Test-Retest (Tes Ulang) ...................................................16 2.8.3 Reliabilitas Split-Half..........................................................................16 2.8.4 Konsistensi Internal ............................................................................17 2.9. Kerangka Teori ...........................................................................................18 2.10Kerangka Konsep ........................................................................................19 Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

3 METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................20 3.1 Rancangan Penelitian ...................................................................................20 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................20 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ...................................................................21 3.4 Kriteria Penelitian ........................................................................................21 3.4.1 Kriteria Penerimaan .............................................................................21 3.4.2 Kriteria Penolakan ...............................................................................21 3.4.3 Kriteria Pengeluaran ............................................................................21 3.5 Perkiraan Besar Sampel ...............................................................................22 3.6 Metode Pengambilan Sampel .....................................................................22 3.7 Cara Kerja Penelitian ...................................................................................23 3.8 Definisi Operasional ....................................................................................25 3.9 Pengolahan dan Analisis Data .....................................................................28 3.10 Kerangka Kerja ..........................................................................................29 3.11 Etik Penelitian ............................................................................................30 4 HASIL PENELITIAN ......................................................................................31 4.1 Hasil Penerjemahan dan Adaptasi Budaya ..................................................31 4.2 Karakteristik Subjek Penelitian....................................................................33 4.3 Uji Validitas .................................................................................................35 4.3.1 Uji Validitas Isi....................................................................................35 4.3.2 Uji Validasi Konstruksi .......................................................................35 4.3.2.1 Analisis Faktor............................................................................35 4.3.2.2 Korelasi Antara Setiap Pertanyaan dengan Skor Total .............37 4.4 Uji Reliabilitas .............................................................................................38 4.5 Analisis Tambahan.......................................................................................39 4.5.1 Hubungan antara Skor Kebutuhan Informasi dengan Skor Kecemasan.. ..................................................................................................39 4.5.2 Hubungan antara Karakteristik Pasien dengan Skor Kecemasan dan Kebutuhan Informasi ....................................................................................39 5 PEMBAHASAN ................................................................................................42 5.1 Validitas dan Reliabilitas Instrumen APAIS versi Indonesia Hasil Adaptasi Lintas Budaya ................................................................................42 5.2 Analisis Tambahan.......................................................................................44 5.3 Batasan Penelitian ........................................................................................45 6 KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................................46 6.1 Kesimpulan ..................................................................................................46 6.2 Saran ............................................................................................................46 DAFTAR REFERENSI .......................................................................................47 LAMPIRAN ........................................................................................................51

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Visual Analogue Scale .......................................................................10

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Manifestasi Kecemasan yang Berhubungan dengan Anestesia ...............7 Tabel 2.2 Perbedaan Karakteristik Instrumen VAS, STAI dan APAIS ................11 Tabel 3.1 Glasgow Coma Scale .............................................................................26 Tabel 4.1 Daftar 6 Pernyataan Instrumen APAIS………………………………..33 Tabel 4.2 Karakteristik Subjek Penelitian .............................................................34 Tabel 4.3 Penilaian Pakar Terhadap Butir Instrumen ............................................35 Tabel 4.4 Analisis Faktor Instrumen APAIS versi Indonesia ................................37 Tabel 4.5 Korelasi antara Tiap Pernyataan Komponen Kecemasan dengan Skor Total Kecemasan...........................................................................37 Tabel 4.6 Korelasi antara Tiap Pernyataan Komponen Kebutuhan Informasi dengan Skor Total Kebutuhan Informasi ..............................................38 Tabel 4.7 Konsistensi Internal Instrumen APAIS versi Indonesia .......................38 Tabel 4.8 Hubungan antara Skor Kebutuhan Informasi dengan Skor Kecemasan .............................................................................................................39 Tabel 4.9 Hubungan antara Karakteristik dengan Skor Kecemasan dan Kebutuhan Informasi ............................................................................40

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Kecemasan praoperatif merupakan suatu konsep yang menarik dalam pelayanan perioperatif pasien. Kecemasan praoperatif secara umum terjadi pada pasien yang akan menjalani prosedur pembiusan dan pembedahan elektif. Bahkan kecemasan praoperatif sudah dianggap sebagai respon normal pada sebagian besar pasien tersebut. Sumber kecemasan praoperatif secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu kecemasan terhadap anestesia dan kecemasan terhadap prosedur bedah.1 Kecemasan praoperatif dapat memengaruhi beberapa aspek perioperatif. Kebutuhan obat premedikasi dan analgetik yang lebih besar pada saat induksi, dosis obat pemeliharaan anestesia yang lebih besar, kebutuhan obat analgetik pascabedah yang lebih besar dan fase pemulihan yang lebih lama sehingga akan menambah biaya dan lama perawatan pasien.1,2 Derajat kecemasan praoperatif yang dialami oleh seorang pasien dipengaruhi oleh banyak faktor seperti, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis operasi, lama operasi, penyakit yang mendasari, pengalaman operasi sebelumnya dan kemampuan masing-masing individu untuk menghadapi situasi stres. Berdasarkan studi pasien wanita mempunyai tingkat kecemasan yang lebih tinggi daripada pria. Pasien yang belum pernah menjalani operasi sebelumnya cenderung mempunyai tingkat kecemasan yang lebih tinggi. Pasien dengan kebutuhan akan informasi yang lebih tinggi cenderung lebih cemas dibandingkan dengan pasien dengan kebutuhan informasi yang lebih rendah.1,2 Kecemasan praoperatif telah menjadi tema utama dari berbagai penelitian di bidang psikologi kesehatan dalam beberapa tahun terakhir. Insiden kecemasan praoperatif dari berbagai penelitian di seluruh dunia sangat bervariasi antara 10 % dan

80%. Namun, di Indonesia belum ada data yang menyebutkan insiden

kecemasan praoperatif pada pasien yang akan menjalani bedah elektif. Pada tahun 2013 terdapat 5920 kasus bedah elektif di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo. 1

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

2

Kecemasan praoperatif dapat juga dialami oleh orangtua pasien yang anaknya akan menjalani prosedur pembiusan dan pembedahan. Kecemasan praoperatif orangtua pasien ini dapat berdampak negatif pada anak yaitu perubahan pada perilaku anak seperti gangguan cemas menyeluruh, mimpi buruk, gangguan pola makan, gangguan berkemih, temperamen terhadap hal-hal yang berhubungan dengan medis di waktu yang akan datang. Pada penelitian Listyo mengenai kecemasan praoperatif pada ibu pasien anak yang akan menjalani pembiusan di RSUPNCM didapatkan angka kecemasan praoperatif ibu sebesar 48%. 3,4,5 Meskipun insiden kecemasan praoperatif cukup tinggi dan efek psikologikal dari kecemasan praoperatif terhadap fase perioperatif cukup signifikan, kecemasan praoperatif tidak secara sistematik dievaluasi selama kunjungan pra-anestesia. Diharapkan dengan evaluasi secara sistematik mengenai kecemasan praoperatif, anestesiologis dapat mengidentifikasi pasien dengan tingkat kecemasan yang tinggi. Hal ini dapat digunakan sebagai dasar bagi anestesiologis untuk memberikan penjelasan dan informed consent perioperatif yang lebih baik atau memberikan obat-obatan premedikasi. Beberapa instrumen pengukuran kecemasan telah digunakan di seluruh dunia, diantaranya Spielburger State-Trait Anxiety Inventory (STAI), Visual Analog Scale (VAS), dan The Amsterdam Preoperative Anxiety and Information Scale (APAIS). Saat ini belum ada kesepakatan secara universal instrumen pengukuran kecemasan praoperatif yang dapat diterima, sederhana dan secara tepat mengukur kecemasan praoperatif. Namun demikian skala STAI yang komplek dan panjang menjadi standar baku pengukuran kecemasan secara umum. 3,6 STAI merupakan instrumen berupa kuesioner yang dikembangkan oleh Spielberger pada tahun 1970 untuk menilai kecemasan. Kuesioner STAI terdiri atas 40 pernyataan yang diberi nilai oleh pasien sendiri bagaimana perasaan responden pada situasi khusus yang dihadapi. Kuesioner STAI relatif panjang sehingga dibutuhkan waktu yang lebih lama bagi responden mengisi kuesioner STAI yaitu sekitar 10 menit sehingga tidak efektif untuk digunakan pada fase perioperatif.3,6 Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

3

Metode VAS sangat sederhana dan mudah. Skor kecemasan VAS ditentukan dengan menginstruksikan kepada pasien untuk memberi tanda pada suatu garis horizontal yang panjangnya 100 milimeter. Namun metode ini tidak secara spesifik menilai penyebab kecemasannya.3,6 The Amsterdam Preoperative Anxiety and Information Scale (APAIS) merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk mengukur kecemasan praoperatif yang telah divalidasi, diterima dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia. Instrumen APAIS dibuat pertama kali oleh Moerman pada tahun 1995 di Belanda. APAIS bertujuan untuk menskrining secara praoperatif kecemasan dan kebutuhan akan informasi pasien, sehingga dapat diidentifikasi pasien-pasien yang membutuhkan dukungan tambahan.3 Studi validitas yang membandingkan APAIS dengan STAI sebagai baku emas sudah banyak dilakukan. Studi oleh Kunthonluxamee di Thailand menyimpulkan bahwa terdapat korelasi positif antara APAIS dengan STAI state (r = 0,565, n = 34). Hal yang sama juga ditemukan oleh Nishimori di Jepang (r = 0,67, n = 126), Moerman (r = 0,74, n = 200), Miller (r = 0,82, n = 85) dan Boker (r = 0,63, n = 197). Studi Boker di Canada juga membandingkan VAS dengan APAIS (r = 0,6, p < 0,001). Nilai reliabilitas Cronbach’s alpha untuk komponen kecemasan dan kebutuhan informasi APAIS didapatkan 0,84 dan 0,77. 3,7,9 Kuisioner APAIS terdiri dari 6 pertanyaan singkat mengenai kecemasan yang berhubungan dengan anestesia, prosedur bedah dan kebutuhan akan informasi. Semua pertanyaan dilakukan sistem penilaian mulai satu sampai lima dengan skala likert. APAIS yang sederhana dan spesifik untuk mengukur kecemasan praoperatif lebih mudah untuk digunakan dibandingkan dengan STAI yang lebih panjang dan tidak spesifik. 3,6,8,9 Sampai saat ini belum ada instrumen yang spesifik untuk mengukur kecemasaan praoperatif yang digunakan di Indonesia secara resmi. Oleh karena APAIS berasal dari negara yang berbeda nilai budaya dari Indonesia maka harus dilakukan proses adaptasi lintas budaya terlebih dahulu untuk mendapatkan instrumen APAIS versi bahasa Indonesia yang akan digunakan pada masyarakat luas di Indonesia. Uji validasi dan reliabilitas juga harus dilakukan setelah didapatkan instrumen APAIS versi Indonesia untuk mengetahui apakah Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

4

instrumen tersebut dianggap benar reliabel sehingga mendapat hasil yang konsisten pada pengukuran yang dilakukan berulang kali.

3,10

Pada penelitian ini

akan dilakukan validasi konstruksi dan uji reliabilitas APAIS versi Indonesia sehingga instrumen ini valid dan reliabel untuk digunakan di Indonesia.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu belum diketahuinya nilai kesahihan (validitas) dan kehandalan (reliabilitas) instrumen APAIS yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

1.3

Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana kesahihan (validitas) instrumen APAIS dalam bahasa Indonesia untuk mengukur kecemasan praoperatif ? 2. Bagaimana kehandalan (reliabilitas) instrumen APAIS dalam bahasa Indonesia untuk mengukur kecemasan praoperatif ?

1.4

Hipotesis Penelitian 1. Instrumen APAIS dalam bahasa Indonesia valid untuk mengukur kecemasan praoperatif. 2. Instrumen APAIS dalam bahasa Indonesia reliabel untuk mengukur kecemasan praoperatif.

1.5

Tujuan Penelitian

1.5.1

Tujuan Umum

Didapatkannya nilai kesahihan (validitas) dan kehandalan (reliabilitas) instrumen APAIS dalam bahasa Indonesia untuk mengukur kecemasan praoperatif.

1.5.2

Tujuan Khusus 1. Didapatkannya nilai kesahihan (validitas) instrumen APAIS dalam bahasa Indonesia untuk mengukur kecemasan praoperatif.

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

5

2. Didapatkannya nilai kehandalan (reliabilitas) instrumen APAIS dalam bahasa Indonesia untuk mengukur kecemasan praoperatif.

1.6

Manfaat Penelitian

1.6.1

Manfaat Bidang Penelitian Hasil penelitian dapat dipakai sebagai data awal untuk penelitian lebih lanjut mengenai kecemasan praoperatif.

1.6.2

Manfaat Bidang Pendidikan Penelitian ini sebagai sarana pelatihan dalam membuat suatu penelitian yang baik sesuai dengan aturan dalam metodologi penelitian.

1.6.3

Manfaat Bidang Pelayanan Masyarakat Penelitian ini dapat menghasilkan suatu instrumen untuk penilaian kecemasan praoperatif yang valid dan reliabel untuk digunakan oleh anestesiologis dalam mendeteksi pasien yang memiliki tingkat kecemasan praoperatif yang tinggi sehingga dapat dilakukan upaya untuk menurunkan tingkat kecemasan praoperatif tersebut.

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Kecemasan Praoperatif

Kecemasan praoperatif secara umum akan dialami oleh pasien setelah mengetahui dirinya dijadwalkan untuk menjalani prosedur pembiusan atau prosedur bedah dan akan terus meningkat sampai saat masuk rumah sakit. Kecemasan didefinisikan sebagai suatu perasaan subyektif yang tidak menyenangkan berupa tegang, gugup, khawatir, takut yang berhubungan dengan peningkatan aktifitas sistem saraf otonom ketika seseorang dihadapkan pada stimulus atau situasi stres. Kondisi ini sangat bervariasi dalam hal intensitas dan derajat fluktuasinya setiap waktu. 1,11 Istilah kecemasan juga digunakan dalam psikologi untuk menggambarkan perbedaan antara individu kecenderungan untuk cemas sebagai ciri kepribadian. Kecemasan sebagai ciri kepribadian akan membedakan tingkat kecemasan yang terjadi antara individu dengan individu lainnya dalam merespon situasi stres yang sedang dihadapi. Dalam hal ini situasi stresnya adalah prosedur anestesia dan bedah.12,13

2.2

Rasa Takut terhadap Anestesia

Pelayanan perioperatif anestesia dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu : fase praanestesia, fase anestesia dan fase pasca-anestesia. Pengalaman yang dialami oleh pasien pada setiap fase perioperatif sangat penting untuk dipelajari oleh anestesiologis agar mengetahui yang menjadi sumber ketakutan atau kecemasan terhadap anestesia.13,14 Pasien yang menjalani anestesia umum tidak dapat menilai kualitas pelayanan anestesia pada fase anestesia itu sendiri. Pasien akan menilai pelayanan anestesia itu baik atau tidak justru pada fase pra-anestesia dan fase pasca-anestesia. Anestesiologis seringkali tidak memiliki waktu banyak untuk melakukan kunjungan pra-anestesia dan tidak melakukan tindak lanjut pascabedah. Konsekuensi dari hal tersebut adalah anestesiologis tidak terbiasa untuk mendengarkan pasien.14 6

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

7

Tabel 2.1 Manifestasi kecemasan yang berhubungan dengan anestesia Manifestasi kecemasan -

-

Ketakutan akan kehilangan keasadaran sesuatu yang tidak pasti, tidak bangun lagi, kematian Ketakutan saat induksi : sungkup muka, jarum suntik, injeksi obat Ketakutan anestesia yang tidak adekuat : operasi dimulai ketika obat bius belum bekerja, tersadar saat anestesia masih berlangsung, kembali sadar yang terlalu cepat Ketakutan akan efek samping : mual, muntah, rasa nyeri, gigi patah Ketakutan akan mendengar pembicaraan dalam keadaan terbius, kehilangan kontrol, tampak konyol, reaksi emosional, sensasi abnormal, tidak mampu berpikir dengan jelas

_______________________________________________________________ Sumber : Moerman N. Psychological aspects of anesthesia. Dissertation. Faculty of Medicine Amsterdam University, 1996

2.3

Prevalensi Kecemasan Praoperatif

Sebagian besar pasien yang masuk rumah sakit untuk menjalani operasi elektif akan mengalami kecemasan praoperatif. Bahkan kecemasan praoperatif sudah dianggap normal sebagai bagian dari pengalaman pembedahan atau pembiusan. Saat ini aspek psikologi dari anestesia dan bedah sudah banyak mendapat perhatian dan diteliti di berbagai tempat di dunia. Dari literatur dan berbagai studi yang telah dilakukan besarnya persentase pasien yang mengalami kecemasan pada fase praoperatif antara 10 % dan 80%. Variasi insiden kecemasan praoperatif yang muncul pada studi-studi sebelumnya disebabkan oleh adanya perbedaan populasi yang diteliti, karakteristik dan budaya, pengetahuan, alat ukur kecemasan yang digunakan, dan waktu pengambilan sampel.1,3,14 Pada tahun 1995 di Belanda, Moerman menggunakan instrumen APAIS untuk mengidentifikasi kejadian kecemasan praoperatif pada pasien di klinik praoperatif. Didapatkan kejadian kecemasan praoperatif pada 32 % pasien. Pada studi prospektif yang dilakukan oleh Wetsch tahun 2009 di Austria mengenai kecemasan praoperatif, didapatkan persentase kecemasan praoperatif sebesar 45,3% pada pasien rawat inap yang akan menjalani operasi dan 38,3% pasien bedah rawat jalan yang mengalami kecemasan praoperatif dengan instrumen Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

8

STAI dan APAIS. Sedangkan pada tahun 2010 Wong-Sun Kim di Korea yang melakukan studi pada 120 pasien yang akan menjalani operasi elektif dengan anestesi umum mendapatkan 43% pasien mengalami kecemasan praoperatif. Tahun 2010 di Meksiko, Jose Manuel Ornelas mendapatkan persentase kecemasan yang dialami oleh pasien 24 jam sebelum operasi elektif sebesar 76 % dari 135 pasien dengan menggunakan instrumen APAIS.11,12,14 Pada studi prospektif yang dilakukan oleh Rita Laufenberg dan Bernd Kappis di jerman tahun 2013 didapatkan 18,9% pasien yang akan menjalani operasi elektif mengalami kecemasan praoperatif. Kecemasan praoperatif diukur dengan menggunakan instrumen APAIS.2 Kecemasan praoperatif sendiri juga dialami oleh orangtua yang anaknya akan menjalani pembiusan dan pembedahan. Kecemasan praoperatif orangtua mempunyai efek yang negatif terhadap anak itu sendiri. Efek negatif kecemasan praoperatif orangtua yang dapat dialami oleh anak berupa nyeri pascabedah, gangguan pola makan seperti mual muntah, mimpi buruk, gangguan cemas menyeluruh, berkemih dan temperamen anak yang tinggi. Penelitian mengenai kecemasan

praoperatif

orangtua

yang

dilakukan

di

RSUPN

Cipto

Mangunkusumo didapatkan kecemasan praoperatif pada ibu sebesar 48,6%.4,5

2.4

Manifestasi Kecemasan Praoperatif

Kecemasan praoperatif yang terjadi pada pasien sebelum menjalani pembiusan dan pembedahan dapat menimbulkan manifestasi yang berbeda-beda. Masalah yang sering dihubungkan dengan kecemasan praoperatif diantaranya : terlambatnya relaksasi rahang dan timbulnya batuk selama induksi anestesi, fluktuasi otonom selama pemeliharaan anestesia, peningkatan kebutuhan obatobatan anestesia, nyeri pascabedah yang lebih tinggi, kejadian mual dan muntah pascabedah, memperpanjang masa pemulihan dan perawatan rumah sakit.14,16 Penelitian Timothy (2004) pada 25 pasien rawat jalan yang menjalani prosedur cabut gigi molar 3 melaporkan bahwa pada pasien dengan kecemasan praoperatif yang lebih tinggi membutuhkan dosis propofol yang lebih besar untuk mempertahankan level sedasi dibandingkan dengan pasien dengan kecemasan yang lebih rendah. Penelitian H.K. Kil (2011) pada 100 pasien wanita yang akan Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

9

menjalani operasi total tiroidektomi di Korea menyimpulkan bahwa pada saat induksi pasien dengan tingkat kecemasan praoperatif yang lebih tinggi membutuhkan dosis propofol yang lebih besar.15,16,17 Kecemasan praoperatif juga mempengaruhi intensitas nyeri setelah operasi pada fase pemulihan. Studi oleh Kain (1999) menemukan bahwa tingkat kecemasan pasien memiliki korelasi positif terhadap kejadian nyeri pascabedah. Identifikasi pasien dengan tingkat kecemasan praoperatif yang tinggi dapat digunakan oleh praktisi kesehatan untuk mengantisipasi peningkatan kejadian nyeri pascabedah. Pada pasien dengan tingkat kecemasan yang lebih tinggi, persepsi akan nyeri juga meningkat karena pasien lebih fokus terhadap rasa nyeri.18,19,20

2.5

Instrumen Pengukur Kecemasan

Beberapa instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur kecemasan pasien praoperatif, di antaranya adalah Visual Analogue Scale (VAS), State Anxiety Score dari Spielberger State-Trait Anxiety Inventory (STAI) dan The Amsterdam Preoperative Anxiety and Information Scale (APAIS).22,23 Setiap instrumen memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing dalam menukur kecemasan praoperatif. VAS merupakan salah satu perangkat pengukuran yang digunakan untuk mengukur kecemasan pasien yang telah divalidasi dan banyak digunakan di seluruh dunia. Metode VAS sangat sederhana dan mudah. Skor kecemasan VAS ditentukan dengan menginstruksikan kepada pasien untuk memberi tanda pada suatu garis horizontal yang panjangnya 100 milimeter. Ujung sebelah kiri (angka 0) tidak ada kecemasan, sementara ujung sebelah kanan (angka 100) kecemasan maksimal. Ukuran panjang dalam millimeter dari ujung kiri sampai titik yang ditandai oleh pasien merupakan skor kecemasan pasien.6,23 Tidak ada kecemasan

Kecemasan maksimal

0

100

Gambar 2.1 Visual Analogue Scale untuk mengukur kecemasan praoperatif. Sumber: Millar K, Jelicic M, Bonke B, Asbury J.

Assessment of preoperative anxiety

awaiting surgery for breast cancer. British Journal of Anaesthesia. 1995;74,180-3. Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

10

STAI merupakan instrumen berupa kuesioner yang dikembangkan oleh Spielberger pada tahun 1970 untuk menilai kecemasan. Kuisioner STAI terdiri dari dua bentuk, yang pertama untuk mengukur kecemasan trait dan yang kedua untuk mengukur kecemasan state. Kecemasan trait adalah perbedaan kecenderungan untuk mengalami kecemasan yang relatif stabil pada individu sedangkan kecemasan state adalah kecemasan pada situasi khusus yang dihadapi. Setiap bentuk kuesioner STAI terdiri atas 20 pernyataan yang diberi nilai oleh pasien sendiri bagaimana perasaan responden pada situasi khusus yang dihadapi. Setiap pernyataan diberi nilai oleh pasien sendiri menurut skala Likert 1 sampai 4. Waktu yang dibutuhkan relatif lama bagi responden mengisi kuesioner STAI yaitu sekitar 10 menit.24 APAIS merupakan instrumen yang spesifik digunakan untuk mengukur kecemasan praoperatif. Secara garis besar ada dua hal yang dapat dinilai melalui pengisian kuisioner APAIS yaitu kecemasan dan kebutuhan informasi. Kuisioner APAIS terdiri dari 6 pertanyaan singkat, 4 pertanyaan mengevaluasi mengenai kecemasan yang berhubungan dengan anestesia dan prosedur bedah sedangkan 2 pertanyaan lainnya mengevaluasi kebutuhan akan informasi. Semua pertanyaan dilakukan sistem skoring dengan nilai 1 sampai 5 dengan skala Likert. Enam item APAIS dibagi menjadi 3 komponen yaitu ; kecemasan yang berhubungan dengan anestesia (sum A = pertanyaan nomor 1 dan 2), kecemasan yang berhubungan prosedur bedah (sum S = pertanyaan nomor 4 dan 5) dan komponen kebutuhan informasi (pertanyaan nomor 3 dan 6). Kombinasi komponen kecemasan yaitu jumlah komponen kecemasan yang berhubungan dengan anestesia dan prosedur bedah (sum C = sum A + sum S). Menurut Moerman, pasien dengan skor 11-13 pada komponen kecemasan digolongkan sebagai pasien dengan kecemasan praoperatif. Pasien dengan skor 5 atau lebih pada komponen kebutuhan akan informasi seharusnya diberikan informasi pada topik yang sesuai dengan keinginan pasien. Skor yang semakin tinggi menunjukkan makin tinggi tingkat kecemasan praoperatif dan kebutuhan akan informasi.3 Studi oleh Kindler menyimpulkan bahwa VAS merupakan instumen yang valid untuk mengukur kecemasan praoperatif. VAS setara atau sama baiknya dengan STAI untuk mengukur kecemasan praoperatif.6 Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

11

Tabel 2.2 Perbedaan Karakteristik Instrumen VAS, STAI dan APAIS Instrumen

Keuntungan

Kerugian

VAS

Sederhana, Mudah dimengerti Dibutuhkan waktu 1 menit untuk mengisi

Tidak spesifik menilai penyebab kecemasan

STAI

Baku emas pengukuran kecemasan umum Mengukur kecemasan state dan trait Menggambarkan kecemasan lebih detail

Terdiri dari 40 buah pernyataan Dibutuhkan waktu 10 menit untuk mengisi

APAIS

Relatif sederhana Terdiri dari 6 buah Pernyataan Spesifik menyebutkan faktor anestesia dan bedah sebagai penyebab kecemasan Terdapat komponen kebutuhan informasi Dibutuhkan waktu 2 menit untuk mengisi

Tidak semua pasien dengan kecemasan pra operatif yang tinggi memiliki kebutuhan akan informasi yang tinggi

_________________________________________________________________ Telah diolah kembali dari Moerman N, VanDam FS, Muller MJ, Oosting H. The Amsterdam Preoperative Anxiety and Information (APAIS). Anesh Analg 1996; 82: 445-51, Julian LJ. Measures of anxiety. Arthritis Care & Research 2011; 63: 467-472, Millar K, Jelicic M, Bonke B, Asbury J. Assessment of preoperative anxiety awaiting surgery for breast cancer. British Journal of Anaesthesia. 1995;74,180-3.

Studi oleh Boker di Canada yang membandingkan APAIS dan STAI untuk mengukur kecemasan praoperatif menyimpulkan bahwa APAIS merupakan instrumen baru yang menjanjikan untuk mengukur kecemasan praoperatif. Boker menemukan korelasi positif antara APAIS dan STAI. Pada studi penggunaan instrumen APAIS yang pertama pada populasi German disimpulkan bahwa APAIS versi German merupakan instrumen yang valid dan reliabel. Studi di negara asia Thailand oleh Kunthonluxamee menemukan bahwa APAIS mempunyai korelasi yang reliabel dengan STAI. Berdasarkan data tersebut dapat dinilai bahwa APAIS merupakan salah satu instrumen pengukur kecemasan praoperatif yang sederhana, praktis, valid dan reliabel. 9,25 Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

12

2.6

Adaptasi Instrumen Lintas Budaya

Saat ini proyek penelitian di bidang medis antara berbagai negara dan budaya sangat berkembang dengan pesat. Hal ini menyebabkan kebutuhan untuk melakukan adaptasi instrumen pengukur di bidang kesehatan juga ikut meningkat. Suatu instrumen pengukur di bidang kesehatan harus melalui proses adaptasi lintas budaya apabila ingin digunakan di negara yang baru dengan bahasa dan budaya yang berbeda. Menurut Borsa (2012), ada 6 tahap dalam proses adaptasi suatu instrumen :27,28

2.6.1

Penerjemahan Instrumen ke Bahasa Target

Tahap pertama dalam proses adaptasi suatu instrumen adalah penerjemahan instrumen dari bahasa asli (awal) ke bahasa target yaitu bahasa dimana instrumen baru akan digunakan. Diperlukan 2 orang penerjemah yang berbeda dalam proses ini.27,28

2.6.2

Perumusan Versi Terjemahan

Kita akan mendapatkan dua versi terjemahan setelah proses penerjemahan instrumen dari bahasa asli (awal) ke bahasa target. Perumusan dalam tahap ini akan membandingkan dua hasil terjemahan dalam hal semantik, idiomatik, kontekstual, konseptual dan linguistik dengan tujuan untuk menghasilkan satu versi terjemahan.27,28

2.6.3

Penilaian Terjemahan oleh Panel Ahli

Versi terjemahan instrumen hasil dari tahap sebelumnya akan dievaluasi oleh panel ahli di bidang psikologi dan panel ahli di bidang pengetahuan spesifik yang akan dinilai oleh instrumen tersebut. Proses ini akan menghasilkan versi pertama instrumen yang siap untuk digunakan pada tahap selanjutnya yaitu evaluasi oleh populasi target.27,28

2.6.4 Penilaian Instrumen oleh Populasi Target Evaluasi instrumen oleh populasi target bertujuan untuk verifikasi apakah pernyataan, skala respon dan instruksi dalam instrumen tersebut dapat dimengerti Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

13

oleh populasi target. Pada tahap ini responden dapat diminta untuk membaca instruksi dalam instrumen dengan keras dan menjelaskan secara singkat maksud dari masing-masing pertanyaan atau pernyataan dalam instrumen tersebut. Diskusi dilakukan apabila ada kata atau kalimat yang tidak dimengerti sehingga perlu dilakukan perubahan.27,28

2.6.5

Penerjemahan Kembali ke Bahasa Asli

Penerjemahan kembali instrumen terjemahan yang telah dimodifikasi ke bahasa asli (awal) diperlukan untuk cek kontrol kualitas. Hal ini bertujuan untuk evaluasi apakah intrumen versi terjemahan merefleksikan konten pernyataan yang terdapat dalam instrumen versi aslinya. Diperlukan dua orang penerjemah yang berbeda dengan dua orang penerjemah pada tahap penerjemahan pertama. Apabila memungkinkan komunikasi dengan pembuat instrumen aslinya untuk evaluasi hasil penerjemahan kembali instrumen.27,28

2.6.6

Uji Pilot

Sebelum suatu instrumen baru siap untuk digunakan maka harus dilakukan uji pilot terlebih dahulu. Uji pilot dilakukan pada sampel kecil yang merefleksikan populasi target. Dalam proses ini sekali lagi dinilai kemudahan dan makna yang benar pada setiap pernyataan dalam instrumen.27

2.7

Validitas

Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran. Menurut Azwar (1986) Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Menurut Azwar jenis validitas digolongkan menjadi 3 kategori yaitu : validitas isi (content validity), validitas konstruk (construct validity), dan validitas berdasarkan kriteria (criterion-related validity).29,31 Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

14

2.7.1

Validitas Isi

Validitas isi (content validity) adalah validitas yang diestimasi melalui pengujian terhadap kelayakan atau relevansi isi tes melalui analisis rasional oleh panel yang berkompeten (expert judgment). Pertanyaan yang dicari dalam validasi ini adalah “apakah setiap item dalam sebuah tes atau alat pengukur dapat mencakup seluruh isi objek yang akan diukur oleh alat ukur tersebut?”. Validitas isi suatu alat pengukur ditentukan oleh sejauh mana isi alat pengukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep.27 Menurut Azwar validitas isi dibagi menjadi dua tipe yaitu : (1) validitas muka (face validity) adalah tipe validitas yang paling rendah signifikansinya karena hanya didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan (appearance tes) dan kesesuaian item dengan tujuan pengukuran tes. Apabila isi alat ukur telah tampak sesuai dengan apa yang ingin diukur maka dapat dikatakan maka validitas muka telah terpenuhi. Tes yang memiliki validitas tampang yang tinggi (tampak menyakinkan) akan membuat individu mempunyai motivasi untuk mengerjakan tes tersebut dengan bersungguh-sungguh. (2) validitas logis adalah validitas yang mendasarkan pada sejauh mana butir-butir pertanyaan dalam alat pengukur merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur. Suatu alat pengukur yang mempunyai validitas logis yang tinggi harus dirancang sedemikian rupa sehingga hanya berisi butir-butir yang relevan sebagai bagian dari keseluruhan alat pengukur.29

2.7.2

Validitas Konstruksi

Validitas konstruksi adalah validitas yang menunjukkan sejauh mana hasil suatu tes mampu mengungkap suatu trait atau suatu konstruk teoritik yang hendak diukurnya (Allen & Yen, 1979). Menurut Azwar validitas konstruksi adalah validitas yang dapat menunjukkan sejauh mana suatu tes dapat mengukur hipotesis yang dikehendaki untuk diukur. Konstruk dapat diartikan sebagai kerangka suatu konsep. Apabila terdapat konsistensi antara komponen-komponen konstruk yang satu dengan yang lainnya, maka konstruk tersebut memiliki validitas.29,31

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

15

2.7.3

Validitas berdasarkan Kriteria

Validitas berdasarkan kriteria mengharuskan adanya kriteria ekstenal sebagai standar yang dapat dijadikan sebagai dasar pengujian skor suatu alat ukur. Kriteria adalah variabel perilaku yang akan diprediksi oleh skor alat pengukuran atau suatu alat ukur lain yang yang relevan. Penilaian validitas berdasarkan kriteria dapat dilakukan dengan melakukan komputasi korelasi skor suatu alat ukur dengan skor kriteria yang mewakili pengukur yang mewakili sasaran sedang diteliti. Validitas berdasarkan kriteria akan menunjukkan berapa besar derajat skor alat ukur berkorelasi dengan skor dari alat ukur lain yang dianggap sebagai baku emas bila dilakukan pada saat yang sama. Prosedur validasi berdasarkan kriteria menghasilkan dua macam validitas berdasarkan waktu untuk memperoleh skor kriterianya yaitu validitas prediktif dan validitas konkuren. (1) Validitas prediktif sangat penting apabila suatu tes digunakan sebagai prediktor kinerja di waktu yang akan datang. Validitas prediktif akan menentukan seberapa besar derajat suatu tes untuk memprediksi kesuksesan seseorang pada situasi yang akan datang. Contoh situasi yang menghendaki adanya validitas prediksi performa antara lain seleksi calon mahasiswa baru, klasifikasi penempatan karyawan, bimbingan karir dan yang lainnya. (2) Validitas konkuren merupakan validitas yang digunakan apabila suatu tes tidak dirancang untuk berfungsi sebagai prediktor. Validitas konkuren sangat penting dalam situasi diagnostik. Suatu contoh dimana validitas konkuren layak untuk diuji adalah ketika kita menyusun skala self concept yang baru. Untuk menguji validitas fungsi ukur skala tersebut dapat digunakan skala self concept yang lain yang telah tersedia.29,31,32

2.8

Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat seberapa besar suatu alat pengukur mengukur dengan stabil dan konsisten. Reliabilitas menunjukkan akurasi dan ketepatan dari pengukurannya. Suatu pengukur dikatakan reliabel (dapat diandalkan) jika dapat dipercaya. Supaya dapat dipercaya, maka hasil dari pengukuran harus akurat dan konsisten.

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

16

Besarnya tingkat reliabilitas ditunjukkan oleh nilai koefisiennya, yaitu koefisien reliabilitas. Koefisien reliabilitas mengukur tingginya reliabilitas suatu alat ukur.29 Beberapa bentuk pendekatan uji reliabilitas diantaranya :

2.8.1

Reliabilitas Inter-Rater (Antar Penilai)

Reliabilitas ini digunakan untuk menilai konsistensi jawaban dari penilai-penilai yang berbeda untuk situasi yang sama. Biasanya reliabilitas ini dilakukan pada tahap pretest untuk menyakinkan terlebih dahulu bahwa antar penilai telah konsisten jawabannya. Penilai-penilai ini biasanya diambil bukan dari responden sebenarnya, tetapi lebih ke pakar-pakar yang memahami permasalahan risetnya.30

2.8.2

Reliabilitas Test – Retest (Tes-Ulang)

Metode tes ulang dilakukan dengan melakukan tes pada satu kelompok subyek yang sama dua kali dengan tenggang waktu yang cukup dan mengkorelasikan kedua skor tes tersebut. Tes ini dilakukan dua kali pada kelompok yang sama dengan dua waktu yang berbeda. Asumsi yang menjadi dasar dalam metode ini adalah suatu tes yang reliabel akan menghasilkan skor yang relatif sama apabila dilakukan dua kali dengan subjek yang sama pada waktu yang berbeda. Kekurangannya adalah jika interval waktu saat dilakukan tes terlalu singkat, karena relawan tes mungkin masih mengingat sebagian atau bahkan seluruh tes tersebut. Jika selang waktu terlalu lama, kemungkinan terjadi perubahan pada fenomena yang diukur. Kedua hal ini akan mempengaruhi hasil pengujian reliabilitas. Semakin besar variasi perbedaan skor subjek antara kedua penyajian tes, berarti semakin sulit untuk mempercayai bahwa tes itu memberikan hasil ukur yang konsisten.30

2.8.3

Reliabilitas Split – Half

Apabila menggunakan teknik split half untuk menghitung reliabilitas suatu tes maka tes tersebut harus memiliki cukup banyak butir (pertanyaan atau pernyataan) yang mengukur aspek yang sama. Uji reliabilitas split half dilakukan dengan membagi semua pernyataan yang valid menjadi dua belahan untuk kemudian menjumlahkan skor untuk setiap pernyataan pada tiap belahan. Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

17

Selanjutnya akan dikorelasikan antara skor belahan pertama dan belahan kedua dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Angka korelasi yang dihasilkan harus diformulasikan dengan perhitungan agar menghasikan angka reliabilitas keseluruhan pernyataan. Oleh karena itu reliabilitas split half akan menghasilkan angka koefisien yang sangat bervariasi. Hal ini yang menjadi kelemahan reliabilitas split half karena angka koefisien yang dihasilkan bergantung bagaimana pemecahannya.29,30

2.8.4

Konsistensi Internal

Konsistensi internal adalah konsistensi diantara butir-butir dalam tes sebagai indikasi bahwa tes yang bersangkutan memiliki fungsi pengukuran yang reliabel. Pengujian reliabilitas dilakukan melalui analisis terhadap distribusi skor butir tes, bukan analisis terhadap skor tes. Pendekatan ini akan mengestimasi reliabilitas dengan cara membelah tes menjadi beberapa bagian, lalu mengkorelasikan antara bagian-bagian

tersebut

dengan

menggunakan

formula-formula

yang

dikembangkan untuk mengestimasi reliabilitasnya. Rumus statistik yang banyak digunakan untuk menentukan koefisien reliabilitas konsistensi internal adalah Cronbach Alpha. Dalam pendekatan konsistensi internal data skor diperoleh melalui prosedur satu kali tes terhadap sekelompok individu sebagai subjek sehingga metode ini dinilai efektif dan efisien.29,32

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

18

2.9

Kerangka Teori

Instrumen diagnostik : -VAS -STAI -APAIS Proses adaptasi instrumen lintas budaya

Jenis anestesi dan operasi

Kecemasan praoperatif

Faktor resiko : -Jenis kelamin -Usia -Suku -Pendidikan -Riwayat pembiusan atau operasi

Intervensi : -Edukasi/inform consent -obat premedikasi

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

19

2.10

Kerangka Konsep

APAIS (versi bahasa Belanda)

Adaptasi lintas budaya

InterAPAIS observer (versi bahasa Indonesia) Berdasarkan kriteria

Validitas konstruksi

Uji validitas

Validitas isi

Konsistensi internal

Test retest Uji reliabilitas Split half

Inter observer

Valid Reliabel Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain potong lintang (cross sectional) dengan metode survei untuk menilai validitas dan reliabilitas instrumen APAIS terjemahan bahasa Indonesia. Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap : 1. Proses adaptasi instrumen lintas budaya Ada 6 langkah dalam proses adaptasi suatu instrumen. (1) Penerjemahan instrumen ke bahasa target, (2) Perumusan versi terjemahan, (3) Penilaian terjemahan oleh panel ahli, (4) Penilaian instrumen oleh populasi target, (5) Penerjemahan kembali ke bahasa asli (awal), (6) Uji pilot. Hasil akhir pada tahap ini adalah didapatkannya instrumen APAIS versi Indonesia. 2. Uji validitas dan reliabilitas Validitas instrumen APAIS versi Indonesia yang diuji pada penelitian ini adalah : a. Validitas isi, dilakukan melalui penilaian panel ahli (expert) b. Validitas konstruksi, dilakukan dengan metode analisis faktor Reliabilitas instrumen yang diuji pada penelitian ini adalah reliabilitas konsistensi internal yang dilakukan dengan mengukur koefisien reliabilitas alpha.

3.2

Tempat dan Waktu Penelitian

Proses adaptasi instrumen lintas budaya dilakukan selama bulan April 2014. Diskusi panel ahli dilakukan di Departemen Anestesi dan Terapi Intensif FKUIRSUPN Cipto Mangunkusumo. Uji validitas konstruksi dan reliabilitas pada penelitian ini dilaksanakan dengan metode pengisian kuesioner APAIS versi Indonesia di ruang rawat gedung A dan Kirana RSUPN Cipto Mangunkusumo dari bulan Mei 2014 hingga jumlah sampel terpenuhi. Pengambilan data dilakukan setelah mendapat persetujuan lolos kaji etik dari Panitia Tetap Etik Penelitian Kedokteran/Kesehatan FKUI RSCM. 20

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

21

3.3

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi target penelitian adalah semua pasien dewasa yang akan menjalani operasi elektif di RSUPN Cipto Mangunkusumo selama periode penelitian. Populasi terjangkau penelitian adalah semua pasien dewasa yang akan menjalani operasi elektif yang dirawat di gedung A dan Kirana RSUPN Cipto Mangunkusumo. Sampel penelitian adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria penerimaan. Sampel diambil dari populasi yang dirawat di gedung A dan Kirana RSUPN Cipto Mangunkusumo.

3.4

Kriteria Penelitian

3.4.1

Kriteria penerimaan a. Pasien berusia 18-65 tahun yang akan menjalani operasi elektif di RSUPN Cipto Mangunkusumo b. Pasien ASA 1-3 c. Bersedia

untuk

berpartisipasi

dalam

penelitian

ini

dengan

menandatangani informed consent d. Pasien dapat berbahasa Indonesia e. Pasien dapat membaca dan menulis f. Pendidikan terakhir minimal sekolah dasar

3.4.2

Kriteria penolakan a. Pasien sebelum dirawat di Gedung A atau Kirana RSUPNCM tidak melalui Klinik Preoperatif Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif b. Pasien dengan kesadaran Glascow Coma Scale (GCS) kurang dari 15 c. Pasien dengan gangguan fungsi kognitif yang menghalangi pasien untuk memahami dan/atau mengisi kuesioner d. Skor MMSE (Mini Mental State Examination) ≤ 24

3.4.3

Kriteria pengeluaran a. Pasien tidak mengisi kuisioner dengan lengkap Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

22

3.5

Perkiraan Besar Sampel

Perkiraan jumlah sampel pada penelitian ini dihitung menggunakan rumus sampel penelitian untuk penelitian korelatif karena pada uji validitas akan dilakukan analisis korelasi.

2

n =

(Zα + Zβ) ________________ 0,5ln ( 1+r /1-r)

+3

Keterangan : n = besar sampel untuk uji validitas α = derivat baku alpha (α = 0,05)  Zα = 1,64 β = derivate baku beta (β = 0,1)  Zβ = 1,28 r = koefisien korelasi minimal yang dianggap valid Pada penelitian ini ditetapkan kesalahan tipe I sebesar 5 %, hipotesis satu arah, sehingga Zα = 1,64. Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 10 %, sehingga Zβ = 1,28. Koefisien korelasi minimal yang dianggap valid ditetapkan sebesar 0,3. 2

n =

(1,64 + 1,28) ________________ 0,5ln ( 1+0,3 /1-0,3)

22 + 3 = 93

Jumlah sampel 93 orang. Dengan estimasi drop out sebesar 10% maka jumlah sampel minimal didapatkan 102 orang.

3.6

Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara random. Peneliti menggunakan daftar nama pasien dalam jadwal operasi operasi elektif di Instalasi Bedah Pusat dan Kirana RSUPNCM sebagai sampling frame. Jadwal operasi elektif ini didapat dari Instalasi Bedah Pusat dan Kirana satu hari sebelum operasi elektif. Sampling frame untuk setiap hari sebanyak 30 pasien sesuai urutan dalam Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

23

jadwal operasi elektif. Sampel yang digunakan setiap hari adalah 10 pasien. Penentuan 10 pasien tersebut dengan metode simple ramdom sampling. Randomisasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan komputer.

3.7

Cara Kerja Penelitian 1. Persiapan tahap pertama penelitian. Langkah pertama dengan melakukan penerjemahan dan adaptasi lintas budaya instrumen APAIS yang berupa kuesioner dari bahasa aslinya (bahasa Belanda) ke dalam bahasa Indonesia. Tahapan ini akan menghasilkan instrumen APAIS versi Indonesia 2. Tahapan dalam proses adaptasi lintas budaya sebagai berikut : (1) Penerjemahan instrumen APAIS dari bahasa Belanda ke bahasa Indonesia oleh dua orang penerjemah yang berbeda (Forward translation). (2) Perumusan versi terjemahan. Perumusan dalam tahap ini akan membandingkan dua hasil terjemahan dalam hal semantik, idiomatik, kontekstual, konseptual dan linguistik dengan tujuan untuk menghasilkan satu versi terjemahan. (3) Penilaian hasil perumusan terjemahan oleh panel ahli. Proses ini akan menghasilkan versi pertama instrumen yang siap untuk digunakan pada tahap selanjutnya (4) Penilaian instrumen oleh populasi target. Penilaian instrumen oleh populasi target bertujuan untuk verifikasi apakah pernyataan, skala respon dan instruksi dalam instrumen tersebut dapat dimengerti oleh populasi target. (5) Penerjemahan kembali ke bahasa asli (Back Translation) untuk dibandingkan kembali dengan instrumen APAIS aslinya. (6) Uji pilot pada 10 orang responden yang berbeda individu dengan sampel penelitian. Sebelum suatu instrumen baru siap untuk digunakan maka harus dilakukan uji pilot terlebih dahulu. Penilaian validitas konstruksi dan reliabilitas instrumen APAIS bahasa Indonesia dalam penelitian ini dilakukan pengisian kuesioner APAIS bahasa Indonesia oleh 102 pasien yang akan menjalani operasi elektif di RSUPN Cipto Mangunkusumo. 3. Persiapan tahap kedua penelitian untuk uji coba pengisian kuesioner APAIS bahasa Indonesia. Persiapan kuesioner APAIS versi Indonesia. Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

24

Pelatihan peneliti untuk melakukan skrining MMSE oleh konsultan psikiatrik. 4. Peneliti melakukan randomisasi pengambilan sampel dengan cara mengambil secara acak 10 pasien diantara 30 pasien (sampling frame) yang terdaftar pada jadwal operasi elektif di Instalasi Bedah Pusat dan Kirana RSUPNCM. Jadwal operasi elektif ini didapat dari Instalasi Bedah Pusat dan Kirana RSUPNCM satu hari sebelum jadwal operasi elektif. Randomisasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan komputer. 5. Identifikasi pasien yang menjadi subyek penelitian sesuai dengan hasil randomisasi pemilihan pasien yang telah dilakukan oleh peneliti. Identifikasi subjek penelitian sesuai dengan kriteria penerimaan dan kriteria penolakan yang telah ditetapkan. Identifikasi subjek penelitian dilakukan oleh peneliti saat kunjungan pra-anestesia satu hari sebelum operasi. 6. Informed consent dilakukan oleh peneliti dengan memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian, prosedur penelitian, manfaat serta resiko potensial dalam penelitian ini. Apabila pasien menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian, maka akan didokumentasikan dengan menandatangani formulir persetujuan penelitian. Pasien yang tidak bersedia untuk ikut serta dalam penelitian akan tetap mendapatkan pelayanan perioperatif seperti biasa dan dikeluarkan dari penelitian. 7. Pemeriksaan skrining MMSE dilakukan sebelum pengisian kuesioner APAIS. Skrining MMSE dilakukan untuk menskrining adanya hendaya kognitif yang akan mempengaruhi kemampuan pasien untuk memahami pernyataan-pernyataan dalam kuesioner. Pemeriksaan skrining MMSE dilakukan oleh peneliti yang telah mendapatkan pelatihan sebelumnya. Pasien dengan skor MMSE >24 akan dimasukan menjadi subjek penelitian. Pasien dengan skor MMSE ≤ 24 akan dikeluarkan dari penelitian. 8. Pengisian kuisioner APAIS bahasa Indonesia dilakukan satu hari sebelum pasien menjalani operasi elektif di ruang rawat inap. Kuisioner akan diberikan oleh peneliti bersama residen anestesi yang bertugas untuk Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

25

melakukan kunjungan pra-anestesia. Pengisian kuesioner APAIS versi Indonesia dilakukan sendiri oleh subjek penelitian. Apabila terdapat kesulitan dalam pengisian kuisioner maka akan diberikan penjelasan oleh peneliti yang mendampingi. 9. Data akan dikumpulkan dan dianalisis menggunakan SPSS versi 17. Analisis faktor akan dilakukan untuk menilai validitas konstruksi instrumen APAIS bahasa Indonesia. Pengujian reliabilitas dilakukan melalui analisis terhadap distribusi skor butir tes, bukan analisis terhadap skor tes. Konsistensi internal adalah bagian dari reliabilitas yang diuji dengan Cronbach α dan diperlukan nilai minimum 0,7.

3.8

Definisi Operasional 1. Penerjemah dalam proses adaptasi instrumen lintas budaya terdiri dari dua kelompok, yaitu dua orang penerjemah dari bahasa asli (Belanda) ke bahasa Indonesia dan dua orang penerjemah dari bahasa Indonesia ke bahasa Belanda. 2. Panel ahli pada proses adaptasi instrumen lintas budaya terdiri dari ahli anestesiologi yaitu dr. Aries Perdana, SpAn (K) dan dr. Christopher Kapuangan, SpAn. Ahli epidemiologi yaitu dr. Ahmad Fuadi dan ahli psikiatrik yaitu dr. Khamelia, SpKJ. 3. Informed consent adalah persetujuan yang didapatkan dari pasien setelah diberikan penjelasan oleh dokter. 4. Kunjungan pra-anestesia adalah kunjungan yang dilakukan sebelum dilakukan pembiusan atau anestesia untuk mengumpulkan informasi medis tentang pasien dan merumuskan rencana anestesia. Kunjungan pra-anestesia di ruang rawat gedung A dan Kirana RSUPN Cipto Mangunkusumo dilakukan 1 hari sebelum operasi elektif oleh residen anestesi. 5. Klasifikasi status fisik pasien menurut ASA (American Society of Anesthesiologist). a. ASA 1 : pasien sehat, tanpa penyakit organik, biokimiawi atau psikiatrik Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

26

b. ASA 2 : pasien dengan penyakit sistemik ringan. Tidak ada pengaruh bermakna pada aktifitas sehari-hari. Contohnya : asma ringan atau hipertensi yang terkontrol dengan baik c. ASA 3 : penyakit sistemik yang bermakna atau berat yang membatasi aktifitas normal. Terdapat pengaruh yang bermakna pada aktifitas sehari-hari. Contohnya : gagal ginjal yang sedang menjalani dialisis atau gagal jantung kongestif kelas 2. d. ASA 4 : penyakit berat yang mengancam jiwa atau membutuhkan terapi intensif, contohnya infark miokard akut, gagal nafas yang membutuhkan ventilasi mekanik. e. ASA 5 : Pasien sekarat yang kemungkinan meninggal dalam waktu 24 jam, dengan atau tanpa pembedahan. f. ASA 6 : Donor organ pada mati otak 6. Glasgow Coma Scale digunakan untuk menilai tingkat kesadaran secara kuantitatif. 33

Tabel 3.1 Glasgow Coma Scale Glasgow Coma Scale

Respon membuka mata

Respon verbal

Respons motorik

Skor

Spontan Atas perintah verbal Atas rangsang nyeri Tidak ada respon Orientasi baik dan berbicara Disorientasi dan berbicara Mengucap kata-kata tak tepat, menangis Mengeluarkan suara yang tidak berarti Tidak ada respon Mengikuti perintah Melokalisasi rangsang nyeri Fleksi terhadap rangsang nyeri Fleksi abnormal terhadap nyeri Ekstensi terhadap rangsang nyeri Tidak ada respon

4 3 2 1 5 4 3 2 1 6 5 4 3 2 1

__________________________________________________________________ Sumber : Markam S. Pengantar neuro-psikologi. Edisi kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010: 40-5

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

27

7. Validitas isi (content validity) adalah validitas yang diestimasi melalui pengujian terhadap kelayakan atau relevansi isi tes melalui analisis rasional oleh panel yang berkompeten (expert judgment). Validitas konstruksi adalah validitas yang untuk mengetahui apakah suatu pernyataan merupakan pernyataan yang sahih untuk mewakili suatu konsep. Analisis faktor akan dilakukan untuk menilai validitas konstruksi instrumen APAIS versi Indonesia. 8. Konsistensi internal adalah konsistensi diantara butir-butir dalam tes sebagai indikasi bahwa tes yang bersangkutan memiliki fungsi pengukuran yang reliabel. Pengujian reliabilitas dilakukan melalui analisis terhadap distribusi skor butir tes, bukan analisis terhadap skor tes. Konsistensi internal adalah bagian dari reliabilitas yang diuji dengan Cronbach α dan diperlukan nilai minimum 0,7. 9. Jenis operasi diklasifikasikan menurut durasi dan efek trauma fisik menjadi : a. Operasi kecil didefinisikan sebagai operasi yang menimbulkan trauma fisik minimal pada pasien dengan durasi operasi kurang dari 1 jam. Contoh : operasi minor ortopedi, prosedur diagnostik, laparaskopi, herniotomi, tonsilektomi b. Operasi sedang didefinisikan sebagai operasi yang menimbulkan trauma fisik yang lebih pada pasien dengan durasi operasi antara 1 hingga 2 jam. Contoh : kolesistektomi, histetektomi, seksio c. Operasi besar didefinisikan sebagai operasi yang menimbulkan trauma fisik yang besar pada pasien dengan durasi operasi lebih dari 3 jam. Contoh : laringektomi, operasi rekonstruksi, operasi transplantasi, operasi bedah saraf. 10. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir subjek penelitian, dikelompokkan menjadi : a. Pendidikan rendah yaitu sekolah dasar (SD) atau sederajat b. Pendidikan menengah yaitu sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menegah atas (SMA) atau sederajat c. Pendidikan tinggi yaitu diploma/akademi/Strata-1 atau lebih tinggi Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

28

11. Kata kognitif berasal dari bahasa latin, cognoscere, dalam bahasa Indonesia memiliki arti “untuk mengenali”. Oleh karena itu fungsi kognitif didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk memproses informasi dan menerapkan pengetahuan. Gangguan kognitif dapat diartikan

sebagai

ketidakmampuan

seseorang

untuk

berfikir,

berkonsentrasi, mengingat, dan mewujudkan ide akibat adanya gangguan pada otak.34 12. Mini Mental State Examination (MMSE) Pemeriksaan

status

menskrining

adanya

mental

adalah

hendaya

suatu

kognitif.

pemeriksaan Pemeriksaan

untuk MMSE

merupakan pemeriksaan neuropsikiatrik yang sering digunakan dalam evaluasi pasien dengan gangguan fungsi kognitif. MMSE selain cukup praktis juga mencakup beberapa domain fungsi kognitif, yaitu : memori, fungsi eksekutif, perhatian, bahasa, praksis, dan kemampuan visuospasial.35 Pemeriksaan MMSE dilakukan oleh residen anestesi yang melakukan kunjungan pra-anestesia. Skor maksimal MMSE 30, skor MMSE ≤ 24 sudah digolongkan sebagai demensia. Pasien dengan skor MMSE > 24 dimasukkan sebagai subjek penelitian.

3.9

Pengolahan dan analisis data

Data yang dikumpulkan akan ditabulasi dan dilakukan analisis statistik. Uji validitas konstruksi dilakukan dengan metode analisis faktor. Uji reliabilitas konsistensi internal dilakukan dengan menghitung koefisien reliabilitas Cronbach’s Alpha. Analisis menggunakan program SPSS versi 17.0.

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

29

3.10

Kerangka Kerja Persiapan penelitian

Penerjemahan dan adaptasi lintas budaya instrumen APAIS versi asli: - Penerjemahan instrumen APAIS ke bahasa target - Perumusan versi terjemahan - Penilaian hasil terjemahan oleh panel ahli - Penilaian instrumen oleh populasi target - Penerjemahan kembali ke bahasa awal

Populasi terjangkau penelitian yang masuk dalam sampling frame (30 pasien) setiap hari Randomisasi (n=102)

Identifikasi pasien Informed consent penelitian

Tidak bersedia Dikeluarkan dari penelitian

Skrining MMSE

Skor MMSE ≤ 24

Data tidak lengkap/ masuk kriteria pengeluaran

Bersedia

Memenuhi kriteria penerimaan dan tidak termasuk kriteria penolakan. Skor MMSE >24

Pengisian kuesioner APAIS bahasa Indonesia

Input data

Pengolahan dan analisis data

Interpretasi data (validitas dan reliabilitas)

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

30

3.11

Etik Penelitian

Persetujuan etik penelitian akan diperoleh dari Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sebelum subyek mulai diikutsertakan dalam penelitian. Persetujuan tertulis akan diminta dari pasien setelah sebelumnya dijelaskan mengenai tujuan, prosedur, manfaat, serta risiko penelitian (informed consent).

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Tahap persiapan penelitian dilakukan melalui proses penerjemahan dan adaptasi lintas budaya instrumen The Amsterdam Preoperative Anxiety and Information Scale (APAIS). Penerjemahan instrumen APAIS dilakukan oleh dua kelompok penerjemah bersertifikat. Proses penerjemahan dan adaptasi lintas budaya yang menghasilkan instrumen APAIS versi Indonesia dilakukan selama periode Maret 2014 sampai dengan April 2014. Penelitian telah dilakukan menggunakan desain potong lintang dengan metode survei untuk menilai validitas dan reliabilitas instrumen APAIS versi Indonesia pada pasien yang akan menjalani operasi elektif di RSUPN Cipto Mangunkusumo dan dirawat di Gedung A dan Kirana RSUPN Cipto Mangunkusumo selama periode Mei 2014 sampai dengan September 2014. Selama periode penelitian, didapatkan 110 pasien yang termasuk dalam populasi terjangkau dengan 102 subjek yang memenuhi kriteria penerimaan sebagai

subjek penelitian, serta bersedia

mengikuti

penelitian setelah

menandatangani formulir persetujuan. Subjek penelitian diminta untuk mengisi instrumen APAIS versi Indonesia. Pengisian instrumen APAIS versi Indonesia dilakukan sendiri oleh subjek penelitian, namun peneliti mendampingi proses pengisian instrumen tersebut dan dapat memberikan penjelasan bila diperlukan. Selama periode penelitian didapatkan 7 subjek memenuhi kriteria penolakan yaitu pendidikan terakhir SD dan 1 subjek dikeluarkan karena skor MMSE ≤ 24.

4.1

Hasil Penerjemahan dan Adaptasi Lintas Budaya

Telah dilakukan penerjemahan dan adaptasi lintas budaya instrumen APAIS dengan tahapan sebagai berikut : a. Membentuk dua tim penerjemah dimana masing-masing tim penerjemah terdiri dari dua orang. Penerjemahan dilakukan secara maju dan mundur untuk

menjaga

konsistensi 31

bahasa

dari

instrumen

APAIS.

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

32

Kelompok penerjemah pertama menerjemahkan instrumen APAIS dari bahasa Belanda ke bahasa Indonesia. Kelompok penerjemah dua menerjemahkan kembali hasil terjemahan yang telah dimodifikasi dari bahasa Indonesia ke bahasa Belanda tanpa ada komunikasi dengan kelompok penerjemah satu, yang disebut juga sebagai penerjemahan mundur. Panel ahli memutuskan menggunakan suatu lembaga bahasa swasta yang kredibel sebagai tim penerjemah pertama dan institusi Lembaga Bahasa Universitas Indonesia sebagai tim penerjemah kedua. b. Setelah instrumen APAIS diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, panel ahli berdiskusi mengenai dua hasil terjemahan. Panel ahli terdiri dari pakar anestesiologi, psikiatrik, epidemiologi dari Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Departemen Kesehatan Jiwa dan Departemen Kedokteran Komunitas FKUI/RSCM. c. Panel ahli memutuskan untuk menggunakan salah satu hasil terjemahan bahasa Indonesia yang mempunyai pemilihan kata dan struktur kalimat yang paling baik dan sesuai. Panel ahli tidak menambahkan modifikasi pada hasil terjemahan tersebut karena dinilai sudah sesuai, sederhana dan mudah dimengerti oleh populasi dan sesuai dengan kultur kebudayaan Indonesia. d. Uji pilot instrumen hasil terjemahan final. Uji pilot ini diperlukan untuk menilai apakah istrumen baru tersebut mudah dan dapat dimengerti oleh populasi target. Uji pilot dilakukan pada 10 responden di Klinik Preoperatif Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif. Rentang usia responden antara 18-65 tahun. Hasil uji pilot : bentuk instrumen hasil terjemahan final mudah dipahami dan dimengerti, responden tidak membutuhkan penjelasan tambahan mengenai instruksi dan cara mengisi instrumen; Instruksi dan skala respon instrumen sederhana, jelas dan mudah dipahami; Pemilihan kata pada setiap kalimat pernyataan pada instrumen terjemahan final mudah dimengerti oleh responden. Rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh responden untuk menyelesaikan pengisian instrumen terjemahan final adalah ≤2 menit. Berdasarkan hasil tersebut Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

33

panel ahli tidak menambahan atau mengurangi pemilihan kata dan kalimat pada hasil terjemahan final. e. Kemudian kami melakukan penerjemahan mundur menggunakan tim penerjemah kedua yakni institusi Lembaga Bahasa Universitas Indonesia untuk menerjemahkan kembali instrumen hasil terjemahan Indonesia final ke dalam bahasa Belanda. f. Peneliti melakukan korespondensi dengan penulis asli instrumen APAIS yaitu Dr Nelly Moerman PhD melalui email dengan mengirimkan instrumen APAIS versi Indonesia dan hasil penerjemahan kembali ke bahasa Belanda. Dr Nelly Moerman PhD dan Prof Van Dam PhD menerangkan bahwa dari hasil penerjemahan mundur tidak ditemukan perbedaan bermakna dengan instrumen APAIS asli. Saran dari penulis asli instrumen APAIS adalah menghapus kalimat “Sinds juni 1994 is een gewijzigde versie van de APAIS in gebruik, waarin het word narcose vervangen is door anesthesia” yang dalam bahasa Indonesia “Sejak bulan Juni 1994 digunakan versi APAIS yang telah dimodifikasi, dimana kata bius/pembiusan diganti dengan anestesi”. Dihapuskannya kalimat tersebut tidak mempengaruhi butir pernyataan dari instrumen APAIS.

Tabel 4.1 Daftar 6 Pernyataan Instrumen APAIS No 1 2 3 4 5 6

Versi Indonesia Saya takut dibius Saya terus menerus memikirkan tentang pembiusan Saya ingin tahu sebanyak mungkin tentang pembiusan Saya takut dioperasi Saya terus menerus memikirkan tentang operasi Saya ingin tahu sebanyak mungkin tentang operasi

Belanda (asli) Ik zie erg op tegen de narcose Ik moet voortdurend denken aan de narcose Ik zou zoveel mogelijk willen weten over de narcose Ik zie erg op tegen de ingreep Ik moet voortdurend denken aan de ingreep Ik zou zoveel mogelijk willen weten over de ingreep

Skala yang digunakan berdasarkan lima poin skala likert mulai dari (1) sama sekali tidak, (2) tidak terlalu, (3) sedikit, (4) agak dan (5) sangat.

4.2

Karakteristik Subjek Penelitian

Data karakteristik subjek penelitian yang diambil dalam penelitian ini meliputi karakteristik umum berupa jenis kelamin, usia, suku, pendidikan, dan pekerjaan. Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

34

Karakteristik tambahan yang berupa riwayat operasi, jenis operasi, jenis anestesi. Dari 102 subjek penelitian didapatkan kelompok usia muda 18-40 tahun sebanyak 43,1%, usia dewasa lanjut 41-60 tahun sebanyak 53,9% dan usia lanjut >60 tahun sebanyak 3% dari populasi. Proporsi subjek perempuan lebih banyak 58,8% dibandingkan subjek laki-laki. Sebagian besar tingkat pendidikan subjek adalah tingkat menengah 78,4%. Sebagian besar subjek penelitian ini berasal dari suku jawa. Empat suku terbesar dalam penelitian ini adalah suku Jawa, Sunda, Betawi dan Batak yang mewakili 94,1% populasi. Terdapat 46 subjek yang pernah menjalani operasi sebelumnya dan 56 subjek yang belum pernah menjalani operasi sebelumnya. Hanya 23 subjek yang akan menjalani operasi besar. Subjek yang akan menjalani pembiusan umum sebanyak 70 pasien.

Tabel 4.2 Karakteristik Subjek Penelitian (n=102) Variabel Usia 18-40 tahun 41-60 tahun >60 tahun Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan Rendah Sedang Tinggi Suku Jawa Sunda Betawi Batak Lain-lain Riwayat operasi Ya Tidak Jenis operasi Kecil Sedang Besar Jenis anestesi Umum Regional

N

(%)

44 55 3

43,1 53,9 3,0

42 60

41,2 58,8

0 80 22

0 78,4 21,6

40 22 13 12 6

48,2 21,6 12,7 11,8 5,9

46 56

45,1 54,9

38 41 23

37,2 40,2 22,6

70 32

68,6 31,4 Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

35

4.3

Uji Validitas

4.3.1

Uji Validitas Isi

Validitas isi ditentukan dari hasil penilaian 2 (dua) orang pakar yaitu pakar dari Departemen Anestesi dan Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa FKUI/RSCM. Masing-masing pakar melakukan penilaian untuk tiap butir pertanyaan instrumen berdasarkan kecocokannya terhadap konsep kecemasan praoperatif. Penilaian dilakukan oleh pakar secara kuantitatif. Untuk tiap butir pertanyaan dapat menggunakan skala 4 (empat) poin Likert yaitu 1 (tidak relevan), 2 (agak relevan), 3 (cukup relevan) dan 4 (sangat relevan). Hasil penilaian terlampir di tabel 2x2 berikut yang merupakan penilaian kesepakatan validitas uji instrumen oleh para pakar.

Tabel 4.3 Penilaian Pakar Terhadap Butir Instrumen

Pakar 2

Relevansi Lemah (poin 1 atau 2) Relevansi Kuat (poin 3 atau 4)

Pakar 1 Relevansi Lemah Relevansi Kuat (poin 1 atau 2) (poin 3 atau 4) 0 0 0

6

d/(a+b+c+d) Berdasarkan tabel 2x2, koefisien validitas isi untuk APAIS versi Indonesia adalah: 6/(0+0+0+6) = 1,0

4.3.2

Uji Validasi Konstruksi

Secara umum, hasil analisis faktor pada penilaian ini sesuai hipotesis penyusunan instrumen ini bahwa faktor-faktor tersebut mencerminkan konstruksi teoritis dan konsep kecemasan praoperatif yang diukur dengan APAIS versi Indonesia. 2 faktor tersebut adalah kecemasan dan kebutuhan informasi.

4.3.2.1 Analisis Faktor Uji empiris terhadap validitas konstruksi suatu instrumen penilaian non-kognitif diperlukan untuk mengkaji lebih cermat sejauh mana instrumen tersebut mengungkap suatu trait atau konstruksi teoritik yang hendak diukurnya, sehingga Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

36

benar-benar mengukur gejala sesuai dengan yang didefinisikan. Analisis faktor merupakan salah satu prosedur yang dapat digunakan untuk menguji validitas konstruksi suatu instrumen non-tes. Pada penelitian ini dilakukan analisis faktor terhadap instrumen APAIS versi Indonesia untuk mendefinisikan struktur suatu data matrik dan menganalisis struktur saling hubungan (korelasi) antar sejumlah besar variabel dengan cara mendefinisikan satu set kesamaan variabel atau faktor.38 Analisis Faktor dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyusun instrumen APAIS versi Indonesia. Sebelum melakukan analisis faktor, terutama dilakukan analisis pendahuluan untuk melihat apakah syarat-syarat analisis faktor terpenuhi38. Dari analisis ditemukan konstruksi Instrumen APAIS versi Indonesia dengan analisis faktor menunjukkan hasil yang baik. Instrumen APAIS versi Indonesia mempunyai struktur yang sama dengan instrumen APAIS aslinya. Dari analisis menggunakan Exploratory Factor Analysis (EFA) dan metode Principal Component Analysis (PCA) terhadap instrumen APAIS versi Indonesia dengan teknik rotasi oblique didapatkan dua faktor yang sama dengan instrumen aslinya yaitu : kecemasan dan kebutuhan informasi. Pada baris pernyataan 1 terlihat bahwa pernyataan nomor 1 memiliki korelasi yang besar dengan faktor pertama dibanding dengan faktor kedua. Oleh karena itu pernyataan nomor 1 masuk dalam faktor pertama. Dengan melihat korelasi yang lain, kita mendapatkan informasi bahwa faktor pertama terdiri dari pernyataan nomor 1,2 4 dan 5 , sedangkan faktor kedua terdiri dari pernyataan nomor 3 dan 6. Faktor pertama merupakan komponen kecemasan, sedangkan faktor kedua menunjukkan kebutuhan informasi. Pembagian 6 pernyataan instrumen APAIS versi Indonesia menjadi 2 faktor dapat menjelaskan 70,79% varian. Field AP dalam bukunya mengatakan bahwa nilai antara 70-80% memiliki nilai cakupan yang baik40. Hasil 70,79% menunjukkan Instrumen APAIS versi Indonesia memiliki cakupan yang baik. Hasil analisis faktor instrumen APAIS versi Indonesia dapat dilihat pada tabel 4.4.

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

37

Tabel 4.4 Analisis Faktor Instrumen APAIS versi Indonesia Variabel

Faktor

Anestesia Pernyataan 1 Pernyataan 2 Pernyataan 3 Bedah Pernyataan 4 Pernyataan 5 Pernyataan 6 Eigenvalue Percent variance

1

2

0,838 0,764 0,573

-0,273 -0,096 0,595

0,809 0,809 0,500

-0,362 -0,120 0,700

3,016 52,921

1,890 17,868

4.3.2.2 Korelasi Antara Setiap Pernyataan Dengan Skor Total Koefisien korelasi butir pernyataan komponen kecemasan (pernyataan 1,2,4dan 5) dengan skor total kecemasan menunjukkan hasil yang baik dengan nilai antara 0,773–0,868 (r >0,7). Korelasi antar pernyataan menunjukkan nilai antara 0,481 – 0,712 (0,3< r <0,7 : moderate, r >0,7 : baik). Statistik diatas memperlihatkan kesesuaian antara fungsi butir pernyataan dengan fungsi tes secara keseluruhan.

Tabel 4.5 Korelasi antara Tiap Pernyataan Komponen Kecemasan dengan Skor Total Kecemasan Variabel

Item 1

Item 2

Item 4

Item 5

Item 1 Item 2 Item 4 Item 5 Skor total 1+2+4+5

1,000 0,635 0,712 0,557 0,864

0,635 1,000 0,481 0,500 0,773

0,712 0,481 1,000 0,675 0,868

0,557 0,500 0,675 1,000 0,829

Skor total 1+2+4+5 0,864 0,773 0,868 0,829 1,000

P <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

38

Tabel 4.6 Korelasi antara Tiap Pernyataan Komponen Kebutuhan Informasi dengan Skor Total Kebutuhan Informasi Variabel Item 3 Item 6 Skor total 3+6

Item 3

Item 6

1,000 0,430 0,840

0,430 1,000 0,849

Skor total 3+6 0,840 0,849 1,000

P <0,001 <0,001 <0,001

Koefisien korelasi butir pernyataan komponen kebutuhan informasi (pernyataan 3 dan 6) dengan skor total kecemasan menunjukkan hasil yang baik dengan nilai antara 0,840–0,849 (r >0,7 : baik). Adanya korelasi yang kuat antara butir pernyataan pada instrumen APAIS versi Indonesia juga didukung oleh nilai hasil uji KMO Barlett test of sphericity sebesar 0,77. Uji Kaiser-Meyer-Olkin menyebutkan bahwa sampel adekuat untuk analisis faktor. Nilai 0,5 merupakan batas minimal bahwa sampel dianggap adekuat untuk analisis faktor.38 Pada uji validitas yang dilakukan oleh 2 pakar bidang Anestesia dan Psikiatri memberikan hasil koefisien validitas isi untuk APAIS versi Indoensia sebesar 1,0. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen APAIS versi Indonesia relevan dalam menilai kecemasan praoperatif.

4.4

Uji Reliabilitas

Hasil uji reliabilitas instrumen APAIS versi Indonesia menggunakan metode konsistensi internal mendapatkan nilai reliabilitas yang baik. Nilai Cronbach Alpha komponen kecemasan (pernyataan nomor 1,2,4 dan 5) adalah 0,825. Sedangkan untuk komponen kebutuhan informasi didapatkan nilai Cronbach Alpha 0,863.

Tabel 4.7 Konsistensi Internal Instrumen APAIS versi Indonesia Variabel Kecemasan Kebutuhan informasi

Cronbach’s α 0,825 0,863 Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

39

4.5

Analisis Tambahan

Analisis tambahan dilakukan terhadap hasil data dari instrumen APAIS versi Indonesia yang telah diketahui valid dan reliabel. Melalui data tersebut dapat diketahui : hubungan antara skor kebutuhan informasi dengan skor kecemasan; hubungan karakteristik pasien dengan skor kecemasan dan kebutuhan informasi.

4.5.1

Hubungan

antara

Skor

Kebutuhan

Informasi

dengan

Skor

Kecemasan Moerman et al, mengklasifikasikan subjek berdasarkan skor kebutuhan informasi menjadi 3 kelompok yaitu rendah, sedang dan tinggi. Berdasarkan klasifikasi ini, hubungan skor kebutuhan informasi dengan skor kecemasan dapat dilihat pada tabel 4.8. Pasien dengan skor kebutuhan informasi yang tinggi mempunyai skor kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien dengan pasien yang mempunyai skor kebutuhan informasi lebih rendah. Terdapat perbedaan skor kecemasan yang bermakna antara kelompok skor kebutuhan informasi yang rendah dibandingkan dengan kelompok skor kebutuhan informasi yang lebih tinggi. Terdapat 30% populasi yang mempunyai sikap negatif atau tidak tertarik dengan informasi (skor kebutuhan informasi ≤ 4)

Tabel 4.8 Hubungan antara Skor Kebutuhan Informasi dengan Skor Kecemasan Skor kebutuhan informasi

Skor kecemasan N Median (min-maks) Rendah (skor 2-4) 31 7 (4-17) Sedang (skor 5-7) 46 9 (4-20) Tinggi (skor 8-10) 25 10 (5-20) Uji Kruskal-Wallis. Uji post-hoc Mann Whitney: rendah vs sedang p=0,045; rendah vs tinggi p=<0,001; sedang vs tinggi p=0,044 4.5.2

Hubungan antara Karakteristik Pasien dengan Skor Kecemasan dan Kebutuhan Informasi

Tidak terdapat hubungan yang bermakna menurut jenis kelamin, riwayat operasi, jenis operasi dan jenis anestesi dengan skor kecemasan dan kebutuhan informasi. Hal ini serupa dengan studi di Prancis oleh Maurice bahwa tidak ada perbedaan Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

40

bermakna yang terlihat mempengaruhi skor kecemasan dan informasi menurut jenis kelamin, usia, riwayat operasi dan tipe anestesi. Studi pada populasi Thailand menemukan fakta bahwa karakteristik jenis kelamin, tingkat pendidikan, riwayat operasi sebelumnya maupun jenis operasi tidak signifikan secara mempengaruhi skor kecemasan dan kebutuhan informasi instrumen APAIS25. Hanya tingkat pendidikan pasien yang secara statistik berhubungan bermakna dengan skor komponen kebutuhan informasi pada intrumen APAIS versi Indonesia. hal ini dapat dilihat pada tabel 4.9 dengan nilai p kurang dari 0,05. Tabel 4.9 Hubungan antara Karakteristik dengan Skor Kecemasan dan Kebutuhan Informasi Variabel

Skor kecemasan (p)

Jenis kelamin 0,204 Pendidikan 0,264 Riwayat operasi 0,538 Jenis operasi 0,333* Jenis anestesi 0,890 Uji Mann Whitney (p <0,05), *Uji Kruskal Wallis

Skor kebutuhan informasi (p) 0,533 0,001 0,267 0,116* 0,267

Dilakukan uji Kruskal-Wallis pada variabel jenis operasi karena variabel numerik sebaran tidak normal, lebih dari dua kelompok tidak berpasangan. Jenis operasi dikelompokkan menjadi tiga yaitu operasi kecil, sedang dan besar.

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1

Validitas dan Reliabilitas Instrumen APAIS Versi Indonesia Hasil

Adaptasi Lintas budaya Kecemasan praoperasi belum banyak mendapat perhatian khusus oleh seorang anestesiologis pada pelayanan anestesia. Kecemasan praoperasi merupakan atribut psikologis yang tidak dapat diukur secara langsung. Pengukuran atribut psikologis dapat dilakukan melalui beberapa metode yaitu observasi, wawancara dan tes. Saat ini di Indonesia belum ada alat ukur yang objektif yang digunakan untuk mengukur kecemasan praoerasi. APAIS merupakan salah satu instrumen kecemasan operasi yang telah dikembangkan dengan bahasa Belanda pada tahun 1996. Instrumen ini telah diadaptasi, diterjemahkan dan divalidasi ke dalam berbagai bahasa di dunia seperti bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Jepang, Thailand dan lain-lain. Instrumen APAIS ini tidak bisa langsung kita gunakan di Indonesia karena adanya perbedaan bahasa dan budaya. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan adaptasi lintas budaya instrumen APAIS ke dalam bahasa Indonesia dan menguji validitas dan reliabilitas instrumen APAIS versi Indonesia. Proses adaptasi lintas budaya instrumen psikologi dari luar negeri merupakan suatu pekerjaan yang sangat komplek. Adaptasi dihubungkan dengan kebutuhan untuk menterjemahkan kuesioner ke dalam bahasa yang baru sehingga dapat digunakan untuk mempelajari populasi dengan latar belakang budaya yang berbeda. Hal yang harus diperhatikan pada proses adaptasi selain linguistik bahasa terjemahan adalah tetap mempertahankan validitas konstruksi dan reliabilitas kuesioner yang baru. Suatu instrumen atau alat ukur yang telah valid untuk penelitian di suatu negara belum tentu akan valid jika instrumen tersebut digunakan di negara lain yang budayanya berbeda. Apalagi jika penelitian tersebut dilakukan di suatu negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa seperti Indonesia. Misalnya instrumen yang telah valid bagi suku Jawa belum tentu valid untuk masyarakat Bugis. 42

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

43

Instrumen APAIS merupakan instrumen pengukur kecemasan praoperasi dan kebutuhan akan informasi yang telah banyak diterjemahkan, diadaptasi, dan divalidasi dalam berbagai bahasa di dunia. Proses adaptasi lintas budaya instrumen APAIS ke dalam bahasa Indonesia dilakukan dengan penerjemahan maju mundur dan evaluasi oleh pembuat instrumen aslinya. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya kesalahan arti bahasa atau makna dari pernyataan dalam instrumen tersebut serta melakukan validasi isi oleh panel ahli. Pemilihan kata dalam bahasa Indonesia disesuaikan dengan budaya dalam masyarakat Indonesia. Tahap selanjutnya dilakukan penilaian psikometri terhadap instrumen APAIS versi Indonesia hasil dari proses adaptasi lintas budaya. Pengujian validitas dan realibilitas instrumen APAIS versi Indonesia dilakukan untuk menilai validitas dan reliabilitas instrumen dalam mengukur kecemasan praoperasi. Analisis faktor instrumen APAIS versi Indonesia menunjukkan bahwa terdapat 2 faktor yang melandasi konstruksi

6 pernyataan dalam instrumen

APAIS versi Indonesia. Kedua faktor tersebut adalah kecemasan (pernyataan 1,2,4 dan 5) dan kebutuhan informasi (pernyataan 3 dan 6). Kedua faktor tersebut mampu mengungkap konstruksi instrumen APAIS versi Indonesia sebesar 70,79%. Hal ini sesuai dengan hasil yang ditunjukkan oleh instrumen APAIS asli (versi Belanda) yang dievaluasi dengan analisis faktor pada 320 pasien orang Belanda, dimana terdapat 2 komponen utama yang dapat menjelaskan 72% varian dengan nilai eigenvalue >1. Eigenvalue merupakan suatu nilai yang menunjukkan seberapa besar pengaruh suatu variabel terhadap pembentukan karakteristik sebuah vektor atau matriks. Hasil yang sama juga dilaporkan pada penelitian adaptasi dan validasi instrumen APAIS ke bahasa yang lain seperti bahasa Prancis, Jerman, Thailand dan Jepang.3,8,2 Validitas isi dari instrumen APAIS versi Indonesia diuji dengan mengadakan diskusi panel pakar. Hasil validasi isi menunjukkan bahwa butirbutir pernyataan instrumen APAIS versi Indonesia relevan mewakili semua aspek yang dianggap sebagai konsep kecemasan praoperatif. Validitas isi menurut Haynes adalah adalah sejauh mana elemen-elemen dalam suatu instrumen ukur Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

44

benar-benar relevan dan merupakan representasi dari konstruk yang sesuai dengan tujuan pengukuran.38 Reliabilitas instrumen APAIS versi Indonesia menunjukkan hasil yang baik dengan uji konsistensi internal (Cronbach’s Alpha). Nilai Cronbach’s Alpha untuk komponen kecemasan (pernyataan 1,2,4,dan 5) didapatkan sebesar 0,825, sedangkan nilai Cronbach’s Alpha untuk komponen kebutuhan informasi (pernyataan 3 dan 6) didapatkan sebesar 0,863. Nilai Cronbach’s Alpha komponen kecemasan APAIS versi Indonesia sama tinggi dibandingkan dengan uji reliabilitas pada asal instrumen APAIS dan beberapa studi mengenai APAIS yang pernah dilaporkan sebelumnya oleh Moerman (0,860), Bert (0,920), Kunthonluxamee

(0,870), Maurice-Szamburski (0,840). Sedangkan nilai

Cronbach’s Alpha komponen kebutuhan informasi APAIS versi Indonesia relatif lebih tinggi dibandingkan dengan nilai Cronbach’s Alpha pada studi instrumen APAIS oleh Moerman (0,680), Kunthonluxamee (0,87), Maurice-Szamburski (0,76).3,8,25 Nilai Cronbach’s Alpha yang baik berkisar antara 0,7-0,9 (Tavakol). Apabila suatu instrumen memiliki nilai Cronbach’s Alpha yang rendah maka keterkaitan antar butir pernyataan dalam instrumen tersebut sangat rendah sehingga tidak dapat mengkonstruksikan suatu homogenitas instrumen. 37

5.2

Analisis Tambahan

Skor kebutuhan informasi pada instrumen APAIS berjarak antara 2 (tidak butuh informasi) sampai 10 (kebutuhan informasi tinggi). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien dengan skor kebutuhan informasi yang tinggi mempunyai tingkat kecemasan yang lebih tinggi secara bermakna dari pasien dengan skor kebutuhan informasi yang lebih rendah. Hasil ini serupa dengan studi-studi oleh Moerman dan Berth yang menyebutkan bahwa pasien dengan kebutuhan informasi yang tinggi mempunyai tingkat kecemasan yang lebih tinggi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa 70% dari populasi mempunyai sikap yang positif terhadap informasi, dengan skor kebutuhan informasi ≥5. Kebutuhan informasi pasien menjadi hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang anestesiologis pada periode perioperatif. Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

45

Komunikasi efektif, informatif dan empati pada pasien dengan tingkat kecemasan tinggi dapat menjadi strategi utama dalam upaya mengurangi kecemasan pasien sebelum menjalani pembiusan atau pembedahan. Studi oleh Shandy mengenai efek penggunaan metode wawancara BATHE (Background, Affect, Trouble, Handling, dan Empathy) terhadap kepuasan dan kecemasan pasien yang berkunjung di klinik praoperatif RSUPN Cipto Mangunkusumo menyebutkan bahwa terdapat perbedaan skor kecemasan yang bermakna antara sebelum dan sesudah wawancara. Rata-rata skor kecemasan lebih rendah antara sebelum dan sesudah wawancara. Metode BATHE terdiri atas empat pertanyaan yaitu latar belakang pasien (background), hal yang dirasakan pasien (affect), hal yang paling mengkuatirkannya (trouble), dan bagaimana menanganinya (handling), diikuti dengan suatu tanggapan empati (empathy).36 Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan skor kecemasan dan skor kebutuhan informasi yang bermakna menurut ada tidaknya riwayat operasi, jenis operasi dan jenis anestesi. Hal ini mungkin disebabkan oleh sebaran data yang tidak merata dimana jenis operasi besar hanya dijalani oleh 23 subjek dan sebagian besar subjek sebanyak 70 orang akan menjalani anestesi umum. Hal ini serupa dengan studi oleh Maurice dan Berth yang juga menyebutkan tidak adanya perbedaan menurut jenis kelamin, riwayat operasi, jenis anestesi, dan jenis operasi. Fakta dapat menjadi informasi tambahan mengenai penggunaan instrumen APAIS pada berbagai diagnosis pasien, maupun tindakan medis pasien.

5.3

Batasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Penelitian ini merupakan penelitian pertama dalam menguji validasi dan reliabilitas hasil adaptasi instrumen APAIS ke dalam bahasa Indonesia. Penelitian lanjutan untuk menguji cobakan dan merevisi instrumen APAIS versi Indonesia pada populasi di daerah dengan suku yang berbeda di Indonesia. Penelitian ini tidak menggunakan validasi eksterna yaitu dengan cara membandingkan APAIS versi Indonesia dengan instrumen kecemasan lain sebagai standar baku seperti pada penelitian sebelumnya. Dalam hal ini, skala Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

46

STAI yang komplek dan panjang menjadi standar baku pengukuran kecemasan secara umum. Instrumen STAI yang merupakan standar baku pengukuran kecemasan secara umum belum diterjemahkan dan divalidasi ke dalam bahasa Indonesia. Nilai cut off point tingkat kecemasan dan dan kebutuhan informasi pada penelitian ini belum dapat ditentukan karena instrumen STAI yang menjadi standar baku belum diterjemahkan dan divalidasi ke dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu penggunaan nilai cut off point tingkat kecemasan dan kebutuhan informasi masih berdasarkan cut off point dari penelitian sebelumnya sampai ada penelitian mengenai cut off point instrumen APAIS versi Indonesia.

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1

Kesimpulan 1. Penelitian ini menghasilkan instrumen APAIS versi Indonesia yang valid. Dengan metode analisis faktor dapat diekstraksi menjadi 2 faktor yang sama dengan instrumen aslinya (kecemasan dan kebutuhan informasi). Kedua faktor menjelaskan 70,79% varian dengan nilai korelasi >0,7. Butir-butir pernyataan yang mewakili kedua faktor tersebut saling berkorelasi. Kedua faktor tersebut menurunkan konstruksi teoritis dari kecemasan praoperatif yang diukur oleh instrumen APAIS versi Indonesia 2. Penelitian ini menghasilkan instrumen APAIS versi Indonesia yang reliable. Pada uji reliabilitas instrumen menggunakan metode konsistensi internal didapatkan nilai reliabilitas yang baik. Nilai Cronbach Alpha komponen kecemasan adalah 0,825, sedangkan nilai Cronbach Alpha komponen kebutuhan informasi adalah 0,863.

6.2

Saran 1. Penelitian lanjutan uji validasi dan reliabilitas instrumen APAIS versi Indonesia dengan jumlah sampel yang lebih besar dan pada daerah yang berbeda di Indonesia. 2. Penelitian lanjutan APAIS versi Indonesia untuk dilakukan uji sensitivitas dan spesifitas serta mencari nilai cut off point skor kecemasan dan kebutuhan informasi pada orang Indonesia 3. Instrumen ini dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dengan cara mengidentifikasi pasien praoperatif dengan menilai tingkat kecemasan sehingga dapat dilakukan intervensi yang sesuai.

46

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

DAFTAR REFERENSI

1. Jawaid M, Mushtaq A, Mukhtar S, Khan Z. Preoperative anxiety before elective surgery. Neurosciences 2007; 12(2): 145-148. 2. Laufenberg-Feldmann R, Kappis B. Assessing preoperative anxiety using a questionnaire and clinical ratings. Eur J Anaesthesiol 2013; 30: 758763. 3. Moerman N, VanDam FS, Muller MJ, Oosting H. The Amsterdam Preoperative Anxiety and Information (APAIS). Anesh Analg 1996; 82: 445-51. 4. Astuti SL. Kecemasan pra-anestesia ibu dari anak berusia 0-12 tahun yang akan menjalani pembiusan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya (Tesis). Jakarta: Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUIRSCM. 2012. 5. Franck LS, Spencer C. Informing parent about anesthesia for children’s surgery : a critical literature review. Patient Education and Counseling 2005; 59: 117-125. 6. Kindler CH, Harms C, Amsler F, Ihde-Scholl T, Scheidegger D. The visual analog scale allows effective measurement of preoperative anxiety and detection of patient anesthetic concers. Anesth Analg 2000; 90: 706712. 7. Nishimori M, Moerman N, Fukuhara S, VanDam FS, Muller MJ, Hanaoka K, et al. Translation and validation of the Amsterdam preoperative anxiety and information scale (APAIS) for use in Japan. Quality of Life Research 2002; 11(4): 361-364. 8. Berth H, Petrowski K, Balck F. The Amsterdam Preoperative Anxiety and Information Scale (APAIS)-the first trial of a German version. GMS Psycho Sosial Medicine 2007; 4: 1-8. 9. Boker A, Brownell L, Donen N. The Amsterdam preoperative anxiety and information scale provides a simple and reliable measure of preoperative anxiety. Can J Anesth 2002; 49(8): 792-798. 47

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

48

10. Jogiyanto HM. Reliabilitas lawan validitas. In Pedoman Survei Kuesioner. Ed 2. Yogyakarta : BPFE; 2013: 37-42. 11. Wetsch WA, Pircher I, Lederer W, Kinzl JF, Twaweger C, Heinz-Erianz P, et al. Preoperative stress and anxiety in day-care patients and inpatients undergoing fast-track surgery. British Journal of Anaesthesia 2009; 103(2): 199-205. 12. Valenzuela-Millan J, Barrera-Serrano JR, Ornelas-Aguirre JM. Anxiety in preoperative anesthetic procedures. Cir Cir 2010; 78(2): 147-151. 13. Osborn TM, Sandler NA. The effect of preoperative anxiety on intravenous sedation. Anesth Prog 2004; 51: 46-51. 14. Moerman N. Psychological aspects of anesthesia. Dissertation. Faculty of Medicine Amsterdam University, 1996. 15. Kil HK, Kim WO, Chung WY, Kim GH, Seo H, Hong J. Preoperative anxiety and pain sensitivity are independent predictors of propofol and sevoflurane requirements in general anaesthesia. British Journal of Anaesthesia 2011: 1-7. 16. Hong JY, Kang SI, Koong MK, Yoon HJ. Preoperative anxiety and propofol requirement in conscious sedation for ovum retrival. J Korean Med Sci 2003; 18: 863-868. 17. Kim WS, Byeon GJ, Song BJ, Lee HJ. Availability of preoperative anxiety scale as a predictive factor for hemodynamic changes during induction of anesthesia. Korean J Anesthesiol 2010; 58(4): 328-333. 18. Matthias AT, Samarasekera DN. Preoperative anxiety in surgical patientsexperience of a single unit. Acta Anaesthesiologica Taiwanica 2012; 50: 3-6. 19. Kain ZN, Maranets I. Preoperative anxiety and intraoperative anesthetic requirements. Anesth Analg 1999; 89: 1346-1351. 20. Vaughn F, Wichowski H, Bosworth G. Does preoperative anxiety level predict postoperative pain?. AORN J 2007; 85: 589-604. 21. Badner NH, Nielson WR, Munk S, Kwiatkoswa C, Gelb AW. Preoperative anxiety: detection and contributing factors. Can J Anesth 1990; 37(4):444-447. Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

49

22. Miller KM, Wysocki T, Cassady JF, Cancel D, Izenberg N. Validation of measure of parents’ preoperative anxiety and anesthesia knowledge. Anesth Analg 1999; 88:251-257. 23. Millar K, Jelicic M, Bonke B, Asbury AJ. Assessment of preoperative anxiety : comparison of measure in patient awaiting surgery for breast cancer. British Journal of Anaesthesia 1995; 74: 180-183. 24. Julian LJ. Measures of anxiety. Arthritis Care & Research 2011; 63: 467472. 25. Kunthonluxamee A, Pitimana-aree S, Laurujisawat P. Validity and reliability of the Amsterdam Preoperative Anxiety and Information Scale (APAIS); Thai version in adult Thai preoperative patient. J Psychiatr Assoc Thailand 2009; 54(1): 83-92. 26. Ting KE, Sim MS, Siew WF. Patient perception about preoperative information to allay anxiety towards major surgery. IeJSME 2013; 7(1): 29-32. 27. Borsa JC, Damasio BF, Bandeira DR. Adaptation and Validation of Psycological Instruments. Paideia 2012; 22(53): 423-432 28. Sousa VD, Rojjanasrirat W. Translation, adaptation and validation of instrumens or scales for use in cross-cultural health care research:a clear and user-friendly guideline. Journal of Evaluation in Clinical Practice 2011: 268-274 29. Azwar S. Teori Skor Klasik. In Reliabilitas dan Validitas. Ed 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2012: 26-50. 30. Jogiyanto HM. Uji Reliabilitas. In Pedoman Survei Kuesioner. Ed 2. Yogyakarta : BPFE; 2013: 43-56. 31. Jogiyanto HM. Uji Validitas. In Pedoman Survei Kuesioner. Ed 2. Yogyakarta : BPFE; 2013: 57-76. 32. Ancok D. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian. In Effendi S, Tukiran ed Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES; 2012: 126-146. 33. Markam S. Pengantar neuro-psikologi. Edisi kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010: 40-45

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

50

34. Pincus JH, Tucker GJ. Behavioral Neurology. Edisi Ke-4. New York: Oxford; 2003. 35. Lonie JA, Tieney K, Ebmeier K. Screening for Mild Cognitive Impairment: a Systematic Review. Int J Geriatric Psychiatry. 2009; 24(9): 902-15. 36. Shandy. Efek penggunaan metode wawancara BATHE (Background, Affect, Trouble, Handling, dan Empathy) terhadap kepuasan dan kecemasan pasien yang berkunjung di klinik praoperatif RSUPN Cipto Mangunkusumo (Tesis). Jakarta: Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI-RSCM. 2012 37. Tavakol, M, Dennock R. Making sense of Cronbach’s Alpha. Int J of Med Ed. 2011; 2:53-55. 38. Azwar S. Validitas Empirik. In Reliabilitas dan Validitas. Ed 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2012: 111-136. 39. Azwar S. Analisis Aitem. In Reliabilitas dan Validitas. Ed 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2012: 151-170. 40. Field AP, Discovering Statistics Using SPSS: Factor Analysis Using SPSS. 2nd, : Sage Publishing, London:2005, pp 1-15.

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

Lampiran 1: Lembar Penjelasan UJI VALIDASI KONSTRUKSI DAN RELIABILITAS INSTRUMEN THE AMSTERDAM PREOPERATIVE ANXIETY AND INFORMATION SCALE (APAIS) VERSI INDONESIA Departemen Anestesiologi dan Intensive Care FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo saat ini sedang mengadakan penelitian dengan judul “ Uji Validasi Konstruksi dan Reliabilitas Instrumen The Amsterdam Preoperative Anxiety and Information Scale (APAIS) versi Indonesia” untuk identifikasi kecemasan praoperatif yang terjadi pada pasien yang akan menjalani pembiusan dan pembedahan. Penelitian ini menggunakan metode pengisian instrumen berupa kuesioner secara mandiri. Apabila anda berusia antara 18-65 tahun dan akan menjalani operasi, maka anda diharapkan ikut serta pada penelitian ini. Apabila anda bersedia maka dokter akan melakukan wawancara untuk penilaian kognitif. Apabila anda memenuhi kriteria penelitian maka anda akan mengisi kuesioner kecemasan. Waktu yang diperlukan untuk menjalani pemeriksaan kognitif dan pengisian kuesioner kecemasan sekitar 10 menit. Metode pengisian kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini tidak mempunyai resiko atau bahaya apapun bagi pasien, juga diharapkan bermanfaat bagi peningkatan pelayanan perioperatif pada pasien. Anda bebas untuk menolak ikut serta dalam penelitian ini tanpa mengurangi pelayanan perioperatif terhadap anda. Semua data penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya agar tidak disalahgunakan oleh orang lain. Saudara diberi kesempatan untuk menanyakan semua hal yang berhubungan dengan penelitian ini. Saudara dapat menghubungi dr.Muhammad Fikry Firdaus di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif dengan no HP 08129020581. Terima kasih

dr.Muhammad Fikry Firdaus

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

Lampiran 2: Lembar Informed Consent

NRM : Nama : Jenis Kelamin : Tanggal lahir : (Mohon diisi atau tempelkan stiker jika ada)

FORMULIR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN (FORMULIR INFORMED CONSENT) Peneliti Utama : dr. Muhammad Fikry Firdaus Pemberi informasi : dr. Muhammad Fikry Firdaus Penerima informasi : Nama Subyek : Tanggal Lahir (Umur) : Jenis Kelamin : Alamat : No. Telp (HP) :

1.

JENIS INFORMASI Judul Penelitian

2.

Tujuan Penelitian

3. 4.

Metodologi Penelitian Resiko & Efek samping dalam penelitian

5.

Manfaat penelitian

ISI INFORMASI

TANDAI

UJI VALIDASI KONSTRUKSI DAN RELIABILITAS INSTRUMEN THE AMSTERDAM PREOPERATIVE ANXIETY AND INFORMATION SCALE (APAIS) VERSI INDONESIA Didapatkannya nilai validitas dan reliabilitas instrumen APAIS dalam bahasa Indonesia untuk mengukur kecemasan praoperatif Cross sectional Penelitian ini adalah penelitian pengamatan sehingga tidak ada resiko dan efek samping Didapatkannya instrumen penilaian kecemasan Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

termasuk manfaat bagi subjek penelitian 6.

Prosedur Penelitian

7.

Ketidaknyamanan subyek penelitian (potential discomfort) Alternatif penelitian

8.

praoperatif yang valid dan reliabel. Diketahuinya tingkat kecemasan praoperatif pasien Pasien akan mengisi kuisioner 24 jam sebelum operasi Pasien akan mengisi kuisioner 24 jam sebelum operasi -

9.

Penjagaan kerahasiaan data

10.

Kompensasi bila terjadi efek samping

11.

Nama dan alamat peneliti serta nomor telepon yang dapat dihubungi

12.

Jumlah subyek

Data pada penelitian ini dijamin kerahasiaannya sehingga tidak akan disalahgunakan oleh orang lain Penelitian ini adalah penelitian pengamatan, sehingga tidak ada efek samping dari penelitian ini. dr. Muhammad Fikry Firdaus Jl. Tegalan no 11A Matraman Jakarta Timur HP: 08129020581 102 subyek penelitian

13.

Bahaya Potensial

-

14.

Biaya yang timbul

15.

Insentif bagi subyek

Pasien tidak dikenakan biaya tambahan. -

Setelah mendengarkan penjelasan pada halaman 1 dan 2 mengenai penelitian yang akan dilakukan oleh dr. Muhammad Fikry Firdaus dengan judul: UJI VALIDASI KONSTRUKSI DAN RELIABILITAS INSTRUMEN THE AMSTERDAM PREOPERATIVE ANXIETY AND INFORMATION SCALE (APAIS) VERSI INDONESIA, informasi tersebut telah saya pahami dengan baik.

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

Dengan menandatangani formulir ini, saya menyetujui untuk diikutsertakan dalam penelitian diatas dengan suka rela tanpa paksaan dari pihak manapun. Apabila suatu waktu saya merasa dirugikan dalam bentuk apapun, saya berhak membatalkan persetujuan ini.

___________________________ Tanda Tangan Subyek atau cap Jempol ___________________________ Nama Subyek

_______________________ Tanggal

___________________________ Tanda tangan saksi/wali ___________________________ Nama saksi/wali

_______________________ Tanggal

Ket: tanda tangan saksi/wali diperlukan bila subyek tidak bias baca tulis, penurunan kesadaran, mengalami gangguan jiwa, dan berusia dibawah 18 tahun

Saya telah menjelaskan kepada subyek secara benar dan jujur mengenai maksud penelitian,

manfaat

penelitian,

prosedur

penelitian,

serta

resiko

dan

ketidaknyamanan potensial yang mungkim timbul (penjelasan terperinci sesuai dengan hal yang Saya tandai diatas). Saya juga telah menjawab pertanyaanpertanyaan terkait penelitian dengan sebaik-baiknya.

___________________________

________________

Tanda tangan peneliti

Tanggal

___________________________ Nama peneliti Inisial Subyek ___

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

LampiranLampiran 3 : Instrumen asli APAISasli versi bahasa Belanda 3 : Instrumen APAIS versi bahasa

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

Lampiran dengan pembuat kuesioner APAIS Lampiran4:4 Korespondensi : Korespondensi dengan pembuat kuesioner APAIS Saya ([email protected]) Ke [email protected] Apr14 pada 8:55 PM Dear Nelly Moerman, MD Phd My name is Fikry Firdaus, I am anesthesiology resident at Cipto Mangunkusumo Hospital in Jakarta, Indonesia. I am interested about your study that title : The Amsterdam preoperative anxiety and information scale (APAIS), which published in Anesh Analg 1996; 82: 445451.I interested to do research about preoperative anxiety among patient before surgery in Indonesia. Until now, we don't have instrument to measure preoperative anxiety. I would like to ask your permission to adapt APAIS to Indonesian language and to validate this instrument to Indonesian population?I hope the instrument APAIS can help us to do more research about preoperative anxiety in Indonesia. Thank you for your consideration Fikry Firdaus, MD Anesthesiology resident Departement of Anesthesiology, University of Indonesia Jakarta, Indonesia Dikirim dari Yahoo Mail pada Android N. Moerman ([email protected]) Ke Saya ([email protected]) Apr15 pada 10:10 PM Dear Fikri Firdaus, Thanks for your email and your interest in the APAIS. Could you give me some information about your study on preoperative anxiety? It is not necessary to mention extensive details, but give me some information about: methodology, number of patients, type of surgery, outcome criteria etc. Who is supervising your study? Thanks in advance, I hope to hear from you. Best regards, Nelly Moerman, MD PhD MA

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

Lampiran Penelitian Lampiran5:5 Status : Status Penelitian Departemen Anestesiologi dan Intensive Care Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jl. Salemba Raya No. 6 Jakarta Pusat Telp. 021 – 314 3736/ 314 8865/ 3912526 Fax. 021 – 391 2526

STATUS PENELITIAN

Registrasi

Hari/ Tanggal

Nomor penelitian

:

Diagnosis

:

Prosedur bedah

:

Nomor rekam medik :

:

Rencana Anestesia

: anestesi umum / regional*

Perawatan pasca op

: ruangan biasa / ICU*

Tanggal kunjungan ke poliklinik preoperatif : (* lingkari sesuai jawaban)

I.Identitas Nama

:

Usia

:

Suku

:

Jenis Kelamin : Pendidikan

:

Status

: belum menikah/menikah*

Pekerjaan

:

(* lingkari sesuai jawaban)

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

II.Data Kesehatan Silahkan saudara mengisi isian dibawah ini dan lingkari jawaban yang saudara anggap tepat. 1. Apakah saudara memiliki riwayat operasi sebelumnya ? Ya / Tidak (bila pernah, sebutkan) Operasi……………………………tahun………

2. Apakah saudara pernah mengetahui atau mengenal orang lain yang mempunyai pengalaman yang buruk dengan operasi atau pembiusan (anestesi) ? Ya / Tidak

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

SKALA INFORMASI DAN KECEMASAN PRAOPERASI AMSTERDAM -APAISDikembangkan oleh N.Moerman, F.S.A.M. van Dam, M.J Muller en J. Oosting

Mohon Anda memberikan penilaian atas semua pernyataan di bawah ini sesuai dengan apa yang anda rasakan. Lingkari jawaban anda : Sama

Tidak Sedikit

Agak

Sangat

sekali tidak terlalu 1. Saya takut dibius…………………

1

2

3

4

5

1

2

3

4

5

1

2

3

4

5

4. Saya takut dioperasi……………… 1

2

3

4

5

1

2

3

4

5

Tentang operasi…………………… 1

2

3

4

5

2. Saya terus menerus memikirkan tentang pembiusan……………….. 3. Saya ingin tahu sebanyak mungkin tentang pembiusan………………..

5. Saya terus menerus memikirkan tentang operasi…………………… 6. Saya ingin tahu sebanyak mungkin

Versi Februari 1993* Tingkat kecemasan Kebutuhan informasi

 pertanyaan 1 + 2 + 4 + 5 = ___ ( antara: 4 – 20 )  pertanyaan 3 + 6 = ___ ( antara: 2 – 10 )

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

Lampiran6:6Pemeriksaan : Pemeriksaan Status Mini Mental Lampiran Status Mini Mental PEMERIKSAAN STATUS MINI MENTAL Nama pasien : Tanggal Pemeriksaan : Nilai Nilai Maksimal 5 5

3

5

3

2 1 3

1 1 1

Keterangan

ORIENTASI Sekarang ini (tahun), (bulan), (tanggal), (hari) apa? Kita berada dimana? (negara), (propinsi), (kota), (rumah sakit), lantai/kamar) REGISTRASI Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda : satu detik setiap benda. Kemudian pasien disuruh mengulangi nama ketiga objek tadi. Berilah nilai 1 untuk tiap nama objek yang disebutkan benar. Ulangi lagi sampai pasien menyebut dengan benar : (bola, kursi, buku). Hitunglah jumlah percobaan dan catatlah :………kali ATENSI DAN KALKULASI Pengurangan 100 dengan 7. Nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban, atau eja secara terbalik kata “W A H Y U” (Nilai diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan; misal : UYAHW = 2 nilai) MENGENAL KEMBALI Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama objek di atas tadi. Berikan nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar BAHASA Apakah nama benda ini? Perlihatkanlah pensil dan arloji Pasien disuruh mengulangi kalimat berikut : “JIKA TIDAK, DAN ATAU TAPI” Pasien disuruh melakukan perintah : “Ambil kertas itu dengan tangan anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai” Pasien disuruh membaca, kemudian melakukan perintah kalimat “Pejamkan mata anda” Pasien disuruh menulis dengan spontan (tulis apa saja) Pasien disuruh menggambar bentuk di bawah ini.

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

Lampiran77:: Terjemahan Lampiran Terjemahan bahasa bahasa Indonesia Indonesia 11

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

Lampiran 7 :Lanjutan Lanjutanterjemahan terjemahanbahasa bahasaIndonesia Indonesia11 Lampiran 7:

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

Lampiran 8: 8Terjemahan bahasa Indonesia Lampiran : Terjemahan bahasa Belanda22

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

Lampiran 9: Lampiran 9 :Terjemahan Terjemahanbahasa bahasaBelanda Belanda11

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

Lampiran Lampiran 10: 10 Terjemahan : Terjemahan bahasa bahasa Belanda Beland 2 2

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

Lampiran 11 :Formulir Formulirpersetujuan persetujuankaji kajietik etik Lampiran 11: 2

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

Lampiran 12 :Formulir Formulirpersetujuan persetujuanizin izintempat tempatpenelitian penelitian Lampiran 12:

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

Lampiran 13 13::Daftar Lampiran Daftarpenerjemah penerjemahdan danpanel panelahli ahli Fase Penerjemah FT1 Penerjemah FT2 Mediator T1& T2 Penerjemah BT1 Penerjemah BT2 Anggota Panel Ahli : Klinisi Ahli Bahasa Koordinator Pra-Uji Koordinator Tes Psikometrik

Nama Soesilo Paul Cristiaan Sadhinoch Peneliti Mario Rawung Lembaga Bahasa Internasional FIB UI

Kualifikasi Penerjemah tersumpah Penerjemah tersumpah Penerjemah tersumpah Penerjemah resmi

dr. Aries Perdana, SpAn dr. Khamelia, SpKJ Peneliti dr. Ahmad Fuady, M.ScHEPL

Pakar ilmu anestesi Pakar ilmu psikiatri Pakar epidemiologi statistik

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

Lampiran 14 :Penilaian Penilaianpakar pakarvalidasi validasiisiisi Lampiran 14: Daftar penilaian oleh pakar secara kuantitatif terhadap tiap butir pernyataan APAIS versi Indonesia

Butir Pernyataan 1 2 3 4 5 6

Penilaian Pakar 1

Penilaian Pakar 2

4 4 4 4 4 4

3 4 4 4 4 4

Untuk tiap butir pertanyaan dapat menggunakan skala 4 (empat) poin Likert yaitu 1 (tidak relevan), 2 (agak relevan), 3 (cukup relevan) dan 4 (sangat relevan). Penilaian pakar untuk setiap butir pernyataan instrumen APAIS versi Indonesia

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

Lampiran 15: Lampiran 15 :Analisa Analisadata dataSPSS SPSS

Karakteristik Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Suku Jawa Sunda Betawi Batak Lain-lain Pendidikan SMP SMA/SMK Perguruan Tinggi Pekerjaan IRT Swasta Tidak bekerja PNS Guru Mahasiswi Lain-lain Riwayat operasi Ya Tidak Jenis anestesi Umum Regional

N

%

42 60

41,2 58,8

40 22 13 12 6

48,2 21,6 12,7 11,8 5,9

24 56 22

23,5 54,9 21,6

33 32 12 8 4 2 11

32,4 31,4 11,8 7,8 3,9 2,0 8,9

46 56

45,1 54,9

70 32

68,6 31,4

Validitas Section: Kecemasan Reliability Statistics

Cronbach's Alpha ,825

Cronbach's Alpha Based on Standardized Items ,917

N of Items 5

Simpulan: reliabilitas baik Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

Inter-Item Correlation Matrix Correlation Matrix

Correlation

Soal 1

Soal 1 Soal 2 Soal 4 Soal 5 1+2+4+5 (kecemasan) Soal 1

Sig. (1tailed)

Soal 2

Soal 2

1,000

,635

,635 ,712

Soal 4

Soal 5 1+2+4+5 (kecemasan)

1+2+4+5 (kecemasan)

,712

,557

,864

1,000

,481

,500

,773

,481

1,000

,675

,868

,557

,500

,675

1,000

,829

,864

,773

,868

,829

1,000

,000

,000

,000

,000

,000

,000

,000

,000

,000

,000

Soal 4

Soal 5

,000

,000

,000

,000

,000

,000

,000

,000

,000 ,000

Simpulan: - Validitas baik, korelasi soal dengan nilai total baik (r>0,7, highlight kuning) - Korelasi antar soal: moderate s.d baik (0,30,7: baik) - Signifikan (p<0,001) Item-Total Statistics

Soal 1

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

16,51

45,064

,821

,992

,785

Soal 2

16,57

46,307

,705

,992

,801

Soal 4

16,10

43,020

,819

,994

,771

Soal 5

15,92

44,152

,768

,993

,783

9,29

14,467

1,000

,999

,852

1+2+4+5 (kecemasan)

Simpulan: validitas konstruk baik, r>0,7. Section: Kecemasan Reliability Statistics

Cronbach's Alpha ,863

Cronbach's Alpha Based on Standardized Items ,878

N of Items 3

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

Simpulan: reliabilitas baik Inter-Item Correlation Matrix Correlation Matrix

Correlation

Soal 3 Soal 6

Soal 3 1,000

Soal 6 ,430

3+6 (kebutuhan informasi) ,840

,430

1,000

,849

,840

,849

1,000

,000

,000

3+6 (kebutuhan informasi) Sig. (1-tailed)

Soal 3 Soal 6

,000

3+6 (kebutuhan informasi)

,000

,000 ,000

Simpulan: - Validitas moderate, korelasi soal dengan nilai total baik (r>0,7, highlight kuning) - Korelasi antar soal: moderate (0,3
Soal 3 Soal 6

Scale Mean if Item Deleted 9,50

Scale Variance if Item Deleted 11,579

Corrected Item-Total Correlation ,712

Squared Multiple Correlation ,994

Cronbach's Alpha if Item Deleted ,856

9,01

11,356

,721

,994

,846

6,18

4,899

,999

,998

,601

3+6 (kebutuhan informasi)

Simpulan: validitas konstruk baik, r>0,7. KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity

Approx. Chi-Square df Sig.

,770 231,022 15 ,000

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

Total Variance Explained Rotatio n Sums of Square d Loading s(a)

Extraction Sums of Squared Initial Eigenvalues Loadings Compone % of Cumulative % of Cumulative nt Total Variance % Total Variance % Total 1 3,175 52,921 52,921 3,175 52,921 52,921 3,016 2 1,072 17,868 70,790 1,072 17,868 70,790 1,890 3 ,576 9,605 80,394 4 ,563 9,383 89,777 5 ,396 6,602 96,379 6 ,217 3,621 100,000 Extraction Method: Principal Component Analysis. a When components are correlated, sums of squared loadings cannot be added to obtain a total variance. Component Matrix(a) Component Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5 Soal 6

1 ,838

2 -,273

,764

-,096

,573

,595

,809

-,362

,809

-,120

,500 ,700 Extraction Method: Principal Component Analysis. a 2 components extracted.

Universitas Indonesia

Uji validasi..., Muhammad Fikry Firdaus, FK UI, 2014

Related Documents


More Documents from "utari kusnadi"