Reflection Task 2 Kapita Selekta Nadiatul Khariah 1806258893 “Digital Advancement in Architecture”
Apakah Teknologi Digital adalah Ancaman? Dalam tulisan kali ini, saya akan mencoba untuk merefleksikan kembali mengenai Digital Advancement in Architecture melalui kaitan antara teknologi dan dunia arsitektur serta apa pengaruhnya terhadap bidang industri kreatif tersebut. Sebagai pendahuluan, kita mengetahui bahwa perkembangan zaman merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap perkembangan teknologi masa kini. Pemikiran secara instant, tuntutan pekerjaan,
tuntutan
pendidikan,
berbagai
peningkatan
dalam
pembangunan (infrastruktur), rasa ingin tahu, serta trend dan lifestyle membuat perkembangan teknologi semakin bertambah. Kita mengetahui bahwa teknologi dapat mempermudah segala hal di kehidupan. Namun, kemudahan tersebut tentu saja memiliki dampak negatifnya sendiri. Jika menilik secara umum, dampak tersebut dirasakan hampir di seluruh bidang kehidupan. Mulai dari dunia pekerjaan yang membuat hilangnya berbagai profesi/pekerjaan, dunia sosial yang membuat kita fokus hanya pada dunia maya, dunia kecerdasan buatan (Artificial Intelligent) yang mengakibatkan intelligent explosion yang tak terkendali1, dan sebagainya. Jika dilihat dari pandangan dunia arsitektur, pertanyaan besar disini adalah bagaimana peran seorang arsitek dimasa depan nantinya? Mungkinkah segala pekerjaan arsitek nantinya akan diambil alih oleh teknologi digital/ mesin secara menyeluruh? Pertanyaan-pertanyaan 1
Kuitipan pernyataan Direktur Riset perusahaan Microsoft yang menyatakan teknologi superhuman Artificial Intelligent dapat dikembangkan, tetapi jka tidak dikendalikan akan memicu Intelligent Exlposion.
tersebut kerap dipertanyakan oleh beberapa dosen arsitektur saat memasuki awal perkuliahan profesi disini. Dari perkuliahan yang dibawakan oleh Kak Miktha Farid Alkadri minggu lalu, beliau mengatakan, “Achitecture is science of designing and constructing building according to people needs. It’s about PHYSICAL – MORAL – SPIRITUAL and CULTURAL VALUES by making use of alpha / beta / gamma science” Alpha-beta-gamma disini merupakan proses perubahan pemikiran arsitek yg awalnya berupa pikiran rasional dan logic menjadi jiwa intuitif seni yang dikembangkan melalui pendekatan sosial dan budaya. Sehingga memang sangat dijelaskan bahwa dunia arsitektur tidak pernah lepas dari kombinasi seni dan science (teknologi). Melirik dari permasalahan abad 21st, berhubungan dengan pembangunan kota dengan issue utama “health problems: kualitas lingkungan
yang
buruk”,
sehingga
menuntut
pembangunan
yang
sustainable. Tuntutan seperti itulah yang memungkinkan para peneliti berlomba-lomba menciptakan teknologi digital (design & construction) yang dapat mempermudah proses kegiatan (arsitek) lebih efektif dan efisien ( in quality, quantity, time, economy, ecology, dll). Dalam berbagai contoh teknologi yang di tampilkan oleh Kak Miktha, saya tertarik dengan projek Re-printing Architectural Heritage dengan ide dasar menscanning bangunan heritage gereja di Belanda yang diprediksikan akan roboh dalam 2-5 tahun kedepannya, sehingga mengantisipasi dengan mempertahankan peninggalan menggunakan teknologi digital berbasis 3d scanning dan 3d printing. Pemanfaatan teknologi tersebut berfokus pada pengkoleksian data tekstur, warna, surface geometry, dan glossiness dari beberapa bagian objek bangunan. Tentunya jika tanpa bantuan teknologi digital tersebut, maka kerumitan yang harus dilakukan dalam pengumpulan data akan sulit dan kurang akurat. Sama halnya dengan project TNO Innovation for live yang berfokus pada efisiensi energi pada bangunan. Dengan industri Streamer
memudahkan analisis reduce energy use, carbon emmision pada bangunan
mixed-use
healthcare.
Goals-nya
adalah
mengintegrasi
konsistensi energi pada tipe-tipe mixed building, melalui regulasi building site dalam tahap conceptual design. Contohnya penggunaan metode solar geometri dan point cloud data dalam menganalisa lingkungan existing. Dari penjelasan tersebut, kita mengetahui teknologi memang memiliki peran penting dalam mendukung dan membantu sang arsitek dalam menjawab berbagai issue pembangunan. Sejauh mana peran teknologi itu menggantikan peran kita sebagai arsitek itu semua bergantung pada nilai kreativitas sang arsitek dalam menggunakan teknologi tersebut. Dilihat dari berbagai contoh teknologi digital yang ditayangkan oleh kak miktha, saya melihat peran teknologi-teknologi tersebut masih terbatas pada pengelolaan tugas yang bersifat konsisten, spesifik, dan terstruktur, dalam artian perkembangan digital technology tersebut memiliki batasan dalam alur pengolahannya (jika diibaratkan berputar pada jalur circle). Peran arsitek disini sebagai manager pengelola hasil digital tersebut dengan tugas memilih dan menyeleksi sesuai kebutuhan nilai yg ada, yang kemudian dikembangkan menjadi suatu kesatuan masterpiece yang special. Sehingga teknologi bukan ancaman melainkan bagian pelengkap kehidupan. “ I believe, human creativity will not really be overtaken by technology. So, this technologycal proggress shoul (only) make people more creative, no longer to do easy routine work”- Swarni Sivasubramanian (VP of Machine Learning Amazon Web Service. Perlu digaris bawahi tiga (3) hal penting yang membedakan teknologi dan manusia yaitu “kreativitas”, “Spontanitas”, dan “Humanity” (Public Relationship). Dengan adanya hal tersebut, teknologi tidak akan mengambil peran manusia dalam kehidupan terutama peran arsitek. Sedikit sharing beberapa tips agar kita dapat bertahan dalam eraindsutri 4.0 yaitu beradaptasi dengan perkembangan teknologi dengan
pemilihan bidang kekhususan dari profesi sebelumnya digeluti, sehingga daya saing lebih sedikit. Kedua, mempersiapkan keterampilan baru yang memiliki prospek kebutuhan /jenis pekerjaan di masa depan. Ketiga, berkolaborasi dengan bidang kekhususan lainnya agar menjadi bagian dalam perkembangan sebagai kesatuan utuh dalam seleksi (keahlian) prospek kedepan.