Di Bawah Pohon Rindang.docx

  • Uploaded by: Cecep
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Di Bawah Pohon Rindang.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,374
  • Pages: 8
DI BAWAH POHON RINDANG

Hembusan angin saat itu begitu tenang dan sejuk, meski terik matahari cukup menyilaukan mata yang sedang memandang. Daun-daun bergoyang serasa menari-nari penuh dengan kegembiraan. Canda dan tawa terus menghiasi wajah-wajah yang sedang merayakan momen menyenangkan. Sungguh indah saat itu momen yang tak akan pernah ku lupakan... di bawah pohon rindang. *** Doorrr... doorrr... doorrr “suara apa itu? Sangat mengganggu sekali! Sedang asik nih malah ribut.” Doorr... doorr... doorrr “apa lagi sih? Ganggu banget!” Gumam dalam hati ku yang cukup kesal dengan suara berisik tadi. Suara yang begitu mengganggu saat momen terindah yang sudah aku susun dengan rapi dalam mimpi ku. Doorr... doorr... dorrr Suara itu kembali terdengar, namun kali ini suaranya cukup kencang dari sebelumnya. Ingin rasanya aku bergumam kembali, namun ada suara lain di balik suara gedor-an tadi yang aku kenal, “kaakk! Kakak! Banguunn! Ayo sahur! Udah mau imsak nih”. panggil mamah ku sambil menggedor pintu kamar ku. “nanti dulu mah, bentar lagi”, jawabku dengan setengah sadar dan mata yang terbuka sedikit. Tak lama, mamah ku menyahut, “bentar.. bentar.. kamu mau menunda perintah orang tua dan jadi anak durhaka?!”. Sontak, aku langsung terbangun sangat panik dengan mata yang sedikit merem dan langsung membuka pintu kamar. “anak bujang masih aja di bangunin sahurnya! Ayoo makan! Bentar lagi mau imsak” “siap mah, okay”, jawabku sambil mengacungkan jempol. Segera aku pergi ke dapur untuk membawa piring dan mengambil nasi serta mie instan sebagai lauk pauk yang telah mamah ku masak. Mamah ku hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berkata, “dasar jorookk! Cuci muka dulu sana!”. Aku yang saat itu masih setengah sadar tidak menghiraukannya dan langsung duduk sambil menyantap makanan.

Makan sahur kali ini sangat sederhana. Hanya ada tiga mie instan yang direbus bersama dengan sayur brokoli dan wortel sebagai pelengkap. Juga ada nasi yang menjadi makanan pokok. Meski sebetulnya, mie instan dan nasi tergolong ke dalam karbohidrat, yang artinya kedua makanan tersebut sama-sama mengandung karbohidrat alias ekstra karbohidrat. Meski sederhana, menurut ku rasanya tetap enak dan nikmat. Terlebih, masakan tersebut buatan mamah dan makan sahur bersama dengan keluarga. Kapan lagi aku bisa menikmati momen sahur seperti ini dengan keluarga dan memakan masakan buatan mamah. Aku sangat bersyukur bisa berkumpul dan merasakan masakan mamah. Karena, masakan mamah dan berkumpul dengan keluarga adalah momen paling bermakna dalam hidup ku. Jika suatu saat nanti aku pergi ke luar kota atau mungkin menetap disana, hal pertama yang akan ku rindukan apalagi saat bulan Ramdhan adalah dua hal tersebut... i love you family. Tak lama berselang, terdengar suara hitungan mundur dari toa mesjid disertai dengan suara sirine yang cukup keras dan nyaring. Suara sirine yang menjadi penanda bahwa waktu imsak telah tiba. Suara itu rasanya seperti suara darurat perang, di mana suara itu mirip dengan film bergenre perang yang pernah aku tonton. Di mana suara itu pertanda adanya serangan dari musuh, baik serangan udara ataupun artileri. Bedanya, di film, suara tersebut berbunyi maka orang-orang segera masuk ke bunker perang tempat perlindungnya. Sedangkan, saat imsak, orang-orang segera berhenti makan dan segera mengambil beberapa gelas air minum, termasuk aku dan kedua adikku yang segera berlari dengan terbirit-birit. Memang sedikit mengerikan sih rasanya, namun itulah keunikannya. *** “akhirnya beli kuota juga hahaha” Gumam hatiku dengan penuh kegembiraan, rasanya seperti dapat THR (Tunjangan Hari Raya), meski lebaran masih lama. Semenjak dua minggu yang lalu kuota habis, aku tak pernah beli kuota. Sebagai wifi’s hunter, tentu saja keahlian ku ini sangat handal, yaitu memanfaatkan kuota dari handphone adikku yang tentunya sebagai kakak yang baik harus minta izin terlebih dahulu. Kuota adikku masih cukup besar hampir 10 gb, sayangkan jika masa tenggang nya habis tapi kuota masih banyak? Tentu saja sayang banget. Daripada kadaluarsa mending manfaatkan... hahaha. Meski begitu, kami terkadang suka berebut kuota. “kakak! Udah atuh, ade pengen main permainan nih ahh... tuhkan jadi aja ngelag!”, adikku terlihat kesal dan mematikan fitur hotspot

yang ada di handphone nya. Aku agak kesal juga dengan yang dilakukan oleh adik seraya berkata, “pelit banget sih!... ngelag apaan? Orang gak dimainin juga cuman liat chat whatsapp doang”. Karena hal itu lah, akhirnya aku membeli kuota meskipun terpaksa intinya. Banyak sekali notifikasi di handphone yang muncul. Salah satunya dari temanku, yaitu Ani. Seorang perempuan yang kalau ketemu kadang suka riweuh banget terus jadi heboh suasana. Kadang suka bawel saat mengingatkan aku dalam memberikan semangat dan menyuruh mengerjakan proposal skripsi segera, meski terkadang aku malas mengerjakannya. Kadang suka ngajak pergi ke perpustakaan dengan mengerjakan skripsi bareng, tapi di tengah waktu tujuan semula berubah seketika dengan mengunduh film kartun sebanyak mungkin. Dan masih banyak lagi keseruan yang kami lakukan. “itu penutupan sidang munaqasah nya, kamu mesti datang haha” “moal ah hoream (enggak ah malas) ahahaha” “hahaha... jahat” “kali-kali gak apa-apa kan ya wkwkwk” “hahaha awas lah sombong” “ampuunn mak ahahaha” Akhirnya percakapan kami di Whatsapp terhenti, karena ia sedang melanjutkan sidang munaqasah skripsi. Aku berdo’a untuknya beserta teman-teman yang lain, semoga sidangnya lancar dan dimudahkan dalam pelaksanaannya, semoga ilmu nya selalu berkah dan bermanfaat baginya dan bermanfaat bagi semua orang, selamat atas gelar sarjana yang telah tercapai dan kalian sangat pantas menyandangnya... aamiinn. Kemudian, perhatian ku kembali fokus ke notifikasi grup kelas. Aku dan teman-teman ku sudah janjian untuk menghadiri tiga orang teman kami yang sedang mengikuti sidang munaqasah juga. Kami akan membawa sesuatu untuk mereka bisa berupa balon atau makanan yang dihias-hias, sekaligus merayakan keberhasilan mereka akan pencapaian nya dalam memperoleh gelar sarjana nya. For your information, sidang munaqasah merupakan sidang akhir yang harus diikuti oleh mahasiswa semester akhir yang telah selesai mengerjakan skripsi. Sidang yang menjadi ‘dambaan’ bagi semua mahasiswa tingkat akhir, termasuk aku. Namun, perjuangan untuk mencapai dalam tingkat tersebut tak main-main loh. Perjalanannya diwarnai dengan berbagai

peristiwa, seperti pembuatan proposal yang kadang ditolak oleh pembimbing, revisian, kertas pasti ada coret-coret nya, penelitian yang kadang membutuhkan waktu lama, mikir keras, file skripsi bisa jadi hilang dan ngulang kembali, dan lain-lain dinamika yang bakal kita temui. Biar lebih afdhol, coba saja sendiri dinamika nya.... uehehe. Akhirnya, kami sepakat untuk membawa balon dan bingkisan untuk tiga orang teman kami. Tempat dan waktu pun mencapai kata mufakat, berkumpul di depan fakultas pada jam dua siang. Akhirnya... Setelah semuanya beres, aku bergegas untuk pamitan kepada mamah ku yang kebetulan saat itu sedang membersihkan dan menyiapkan bahan makanan untuk berbuka nanti. Dengan pakaian yang rapi dan wangi aku pamit kepada mamah ku sambil mencium tangannya, “mah aku berangkat ke kampus dulu ya.... Assalamu’alaikum”. Mamah ku menjawab salam ku dan berkata, “dasar jorookk! Gak mandi ya?”. Aku hanya menjawab dengan senyum tiga jari dengan muka yang sedikit watados (wajah tanpa dosa) *** “akhirnya sampai juga” Hatiku berkata sambil membuka helm dan sarung tangan. Saat itu, cuaca yang agak panas membuat tubuhku berkeringat cukup gerah, ditambah kemacetan di jalan menuju kampus yang membuat wajah ku sedikit gelap dan angin belum bergerak sepoy-sepoy. Meski agak kacau, namun tak menghalangi ku untuk menghadiri momen bahagia teman-teman ku yang lagi sidang. Tak lama kemudian, aku menuju fakultas lantai pertama. Terlihat seperti beberapa orang yang aku kenal di sana, tepatnya di dekat ruang dosen perempuan dan guru besar. Mereka sedang duduk sambil mengobrol. Kemudian, aku hampiri mereka. “eh ada Agusti, Ayun, Tira, Lita sama Yanti di sini”. Ucap ku sambil berjabat tangan kepada teman-teman yang sedang duduk menunggu yang lagi di sidang. “akhirnya datang juga kamu Cef”. Ucap Agusti dengan penuh harapan yang kemudian aku jawab dengan anggukan. “eh ada om Tira, beda ya sekarang mah seperti ada cahaya yang makin menyinari nih ahahaha”. Goda ku kepada Tira yang mana memang wajah nya seperti bercahaya alias bersih. “aahh kamu mah suka gitu sih”. Jawab Tira dengan lesung yang muncul di pipi nya.

“eh iya Agusti, teman-teman yang lain kemana?” tanya ku dengan penuh penasaran, karna teman-teman kelasku yang hadir hanya kami bertiga, yaitu Agusti, Aku, dan Ayun. Sedangkan, Tira, Lita dan Yanti adalah teman satu jurusan yang berbeda kelas. “Gak tau nih pada kemana? Mungkin lagi dijalan kali”, jawab Agustin dengan nada yang begitu lembut. Suaranya memang mampu menyejukkan di saat cuaca sekarang yang begitu teriknya. “eh iya beli balon sama siapa, Agusti?” “duh kurang tau emm, udah ditanyain tapi ngebales nih gimana atuh ya?” “duh gimana ya? Yaudah atuh gini aja aku yang beli balon tapi ditemenin soalnya susah bawanya nanti, gimana?” “gak apa-apa? Boleh deh kalo gitu. Yun, nganter Cefa beli balon mau sama aku atau kamu?” tanya Agustin kepada Ayun. “boleh deh sama aku aja, paling aku nitip tas atuh ya”. “oh iya boleh sini tas nya di deketin ke sini in”. Aku dan Ayun membeli balon di dekat kampus. Letaknya cukup dekat di sebelah kanan kampus. Toko tersebut menjual berbagai barang yang cukup lengkap, apalagi buat kado ulang tahun ataupun wisuda. Terlebih harganya yang cukup terjangkau, rekomendasi banget buat mahasiswa yang you know what i mean lah... ahahaha. Setelah memilih balon, akhirnya kami kembali ke fakultas dan menghampiri Agusti yang telah lama menunggu. “eh iya Yun, ini tas punya kamu?”, tanyaku sambil menunjukkan sebuah tas biru yang ada di sampingku kepada Ayun sambil memegang balon. “ini tas aku Cef, emang kenapa?” sahut dan bertanya balik dengan penuh penasaran. “berat amat tas nya nih”, aku sambil mengangkat tas itu, kemudian berkata kembali, “kamu habis kemping dimana Yun? Ahahaha” tanyaku dengan tawa yang menjadi ciri khas ku. Dengan agak nyengir dan tertawa, Ayun menjawab perkataan ku, “aje gila kemping, itu teh berat soalnya aku nginep di kosan nya Agusti sambil bikin hiasan dari makanan hehe”. Aku menjawab secara spontan, “bener euy niat banget kalian hehehe terbaik pokoknya mah”. “ahahaha iya dong” sahut Ayun dengan tertawa. “ini teh lama banget ya penutupannya udah jam setengah 4 nih”, berkata ku sambil melihat jam.

“iya nih lama banget, padahal katanya jam 2 teh beres”, sahut Ayun yang terlihat lelah menunggu. “iya ya kemana ini ya?”, tanya Agustin kepada kami berdua. “mungkin kayanya lagi bagi-bagi takjil dulu kali ahahaha”, jawab dengan lelucon yang cukup nyeletuk. Seketika teman-teman tertawa terbahak dengan celetukan yang aku lontarkan. “masa iya sih? Ahahaha”, tanya Ayun dengan tidak percaya. “segala kemungkinan bisa terjadi ahahaha”, sahut ku. Tak lama kemudian, teman-teman yang telah ikut sidang keluar dari gedung fakultas. *** Cuaca masih saja membuat badan gerah sekali. Saking gerah nya tenggorokan serasa seret dan butuh ‘pelicin’ yang menyegarkan. Eeiittss... tahan... ini lagi puasa terus dibayangkan bisa batal puasa nya. Tak ada hujan, tapi secara ajaibnya angin sepoy-sepoy mengibas secara perlahan, bersamaan dengan teman-teman yang telah ikut sidang munaqosah keluar dari fakultas. Suasana menjadi ramai dan wajah-wajah yang tadinya suntuk menunggu akhirnya ceria dan bersuka cita. Aku beserta dua teman ku menghampiri ketiga teman ku yang telah ikut sidang. Haru dan kebahagiaan menjadi dua ekspresi yang saat ini hadir dan hanya dua ekspresi itu yang hadir. Ucapan selamat dan tangisan ikut menghiasi dan menghujam para peserta sidang. Rasanya ada zat dopamin yang begitu kuat di depan gedung fakultas yang menjangkiti orangorang, termasuk kami. Penobatan sederhana mulai diselenggarakan dengan diberikannya hiasan makanan yang dibuat dan balon yang berwarna-warni. Sungguh... terharu kala itu. Sesi selanjutnya adalah foto-foto bersama dengan teman-teman yang telah beres sidang untuk mengabadikan momen bersama. Hanya saja, aku menjadi seorang fotografer secara dadakan. Di satu sisi, keahlian dadakan ku di pakai oleh teman-teman dan hasil nya tak kalah memuaskan. Namun, di satu sisi, aku juga ingin hasil foto tersebut ada aku diantara mereka. Meski, sekarang ada istilah selfie namun hasil foto kadang tidak memuaskan. Akhirnya, aku mengalah menjadi fotografer... hhmmm.

Di tempat yang sama, aku meminta izin kepada teman kelas untuk menghampiri temanteman yang lain juga yang ikut sidang dengan memberikan selamat. Aku menghampiri Sari, teman jurusan tapi berbeda kelas, dengan mengucapkan selamat atas keberhasilannya. Aku bertemu juga dengan Siti, Abdurahman, Harya, dan Abdullah. Di sana juga ada Ziyyah, teman sekelas dengan Sari yang mana seseorang yang pernah aku suka saat semester pertama, namun saat itu aku mundur, karna mendengar kabar bahwa teman sekelas ku ada yang suka juga kepadanya, demi keamanan, maka aku lebih baik mengalah saja. Meski, saat ini perasaan suka terhadapnya tetap ada. Sialnya, saat aku menoleh ke tempat teman kelas ku berada, mereka tiba-tiba menghilang entah kemana. “tuh ya ditinggalin wae”, gumam ku dengan penuh kesedihan. Sialnya lagi, aku kembali jadi seorang fotografer dadakan... tidaakkk! Cekreekkk.... cekreekk... cekreekk... “eh foto in aku dong, yang bagus ya?” Aku jawab dengan senyum manis agak kepaksa, “siap deh...okay yaa... 1...2...3” “ihhh bagus iihhh hasilnya, lagi dong ahahaha”. Aku hanya bisa pasrah dengan membalas senyuman manis, padahal dalam hati berkata, “waduuuhhh sial banget aku hari ini”. Kemudian, aku perlihatkan hasil foto tersebut. Dengan perkataan yang sama di lontarkan Harya. Lagi dan lagi, dia minta difotoin lagi. Sialnya, aku gak bisa nolak dengan permintaan tersebut dan memotretnya bersama teman-temannya. Saat akan memotret, tiba-tiba pemilik handphone yang aku pegang, Ziyyah, meminta aku dan dirinya untuk foto berdua menggunakan kamera depan. Teman-temannya seketika ribut dengan apa yang kami lakukan. Mereka serasa iri karna begitu romantis menurut mereka. Kemudian, mereka mendoakan aku dan Ziyyah semoga bisa bersama dalam sebuah ikatan, lantaran aku seakan dekat dengan Ziyyah begitu juga sebaliknya, ibarat kaya perangko nempel terus. Bahkan kami berdua sering melakukan foto bersama, dengan Ziyyah membawa balon dan aku membawa buket bunga yang aku pinjam dari Sari. Meski aku tahu, sebetulnya apa yang kami lakukan berdua hanya pura-pura saja. Mengingat Ziyyah meminta tolong kepadaku untuk melakukan hal tersebut karna ada sesuatu

hal yang tak dapat ku katakan dengan gamblang. Namun, aku sangat senang dengan hal tersebut dan menjadi salah satu momen yang indah di bawah pohon rindang. Tak terasa, waktu adzan maghrib akan berkumandang. Aku, Ziyyah, Sari, Lestari dan Fitri mengadakan buka puasa bersama secara dadakan di salah satu rumah makan. *** Di bawah pohon rindang... Memiliki momen yang sangat berharga dan tak ingin aku lupakan. Bukan hanya bisa berfoto bersama dengan Ziyyah, orang yang aku suka, akan tetapi momen melihat teman-teman ku yang telah mengikuti sidang munaqasah. Melihat perjuangan mereka merupakan hal yang sangat luar biasa, terlebih temanku bernama Agista. Lika-liku skripsi yang ia lalui benar-benar membuatku sangat salut kepadanya, karna aku tahu cerita skripsi yang ia lalui, mulai dari penolakan judul beberapa kali, revisian, merombak proposal dari awal, sampai ia akhirnya bisa ikut sidang munaqasah sesuai dengan jadwal yang ia cita-citakan. Melihat perjuangan teman-teman ku, membuat aku menjadi semangat kembali untuk mengerjakan skripsi. Aku menjadi yakin bahwa seberat apapun skripsi yang akan kita hadapi, jika berusaha dan penuh keyakinan yang kuat, semua itu akan terlihat mungkin bahkan selesai dengan baik. Semangatt.....

Related Documents

Di Bawah Undang
April 2020 33
Pohon Di Kuburan
April 2020 25
Pohon
April 2020 31
Di Bawah Lentera Merah
June 2020 22
Pernikahan Di Bawah Umur
December 2019 25

More Documents from ""

Peraturan Perlo.doc
June 2020 23
Bab Iii
October 2019 46
1. Lpi.docx
June 2020 35
Dxdiag.txt
November 2019 22