Cyber Sastra.docx

  • Uploaded by: Nadya
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Cyber Sastra.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 714
  • Pages: 2
Teguh Santoso

Sastra cyber adalah karya sastra yang dikerjakan dan dipublikasikan melalui medium internet atau teknologi informatika. Biasanya berupa karya sastra yang bergenre puisi atau prosa, meskipun tidak menutup kemungkinan adanya karya sastra berupa drama. Ketika awal perkembangan teknologi internet di Indonesia, sekitar awal abad XX, sastra cyber banyak bermunculan di situs-situs internet dengan berbagai nama portal. Kemajuan teknologi internet memungkinkan munculnya varian sastra berdasarkan mediumnya, yakni yang dikenal dengan sastra cyber. Sastra dunia maya ini sekaligus mendobrak konvensi yang selama ini lekat bahwa sastra lebih dekat dengan konservatisme. Awal perkembangan sastra cyber atau sastra dunia maya memunculkan polemik, baik di kalangan penikmat sastra, pekerja sastra, dan pemerhati sastra. Polemik yang selalu bermuara pada persoalan definisi sastra itu sendiri. Sebagian mengatakan bahwa kehadiran sastra cyber merupakan sesuatu yang keluar dari normatif tentang sastra itu sendiri yang selama ini telah diakui dan dianut. Di pihak lain mengatakan bahwa sastra cyber hadir menjadi hal baru akibat tuntutan perkembangan zaman, khususnya perkembangan teknologi. Pandangan kedua mendasarkan pada fungsi karya sastra sebagai bentuk ekspresi yang lalu dapat direalisasikana ke dalam medium yang baru yakni internet. Terlepas pada permasalahan pro dan kontra, fakta telah menunjukkan bahwa saat ini telah muncul genre sastra baru yakni sastra cyber. Sastra jenis ini tumbuh bersama dengan keinginan masyarakat yang memiliki animo terhadap sastra dan memiliki akses yang baik terhadap teknologi, khususnya internet. Kemunculan sastra cyber sebenarnya tidak berbeda jauh dengan berkembangnya medium untuk menulis atau membuat blog atau web di internet. Apalagi saat ini banyak penyedia jasa di internet yang menawarkan pembuatan situs (blog) secara gratis. Melalui medium ini, seorang pengguna internet dan kebetulan seseorang tersebut juga penggemar sastra, sudah barang tentu ibarat pucuk dicinta ulam tiba. Ia akan memanfaatkan medium tersebut untuk melakukan ekspresi, seperti membuat puisi, membuat cerpen, atau sekedar membuat tulisan-tulisan yang ringan. Akan tetapi, ada juga portal khusus yang memang digunakan hanya pada persoalan sastra. Isi atau konten pada situs ini pun relatif agak berbobot karena dikelola secara profesional, baik orangnya maupun muatanmuatan di dalamnya. Munculnya kekawatiran dan penolakan atas sastra cyber sebenarnya lebih didasarkan pada pandangan konservatif bahwa sastra adalah karya agung. Sastra adalah karya yang memiliki muatan khusus yang tidak sembarang dan dibuat dengan niat yang sekadar “ecek-ecek”. Paradigma ini yang muncul apabila dibandingkan dengan fenomena sastra cyber. Sastra cyber lebih bersifat terbuka dan bahkan cenderung vulgar. Artinya, siapapun dan dari latar belakang apapun dapat membuat karya sastra selama yang bersangkutan memiliki akses terhadap teknologi. Namun demikian, apabila kita berkaca pada perkembangan lingkungan, patut kiranya kita berpikir bahwa di setiap sendi kehidupan manusia, hampir dapat dipastikan kehadiran sentuhan teknologi dianggap sebagai sesuatu yang memiliki hukum keharusan. Itu apabila kita memiliki pemikiran yang tidak alergi terhadap sesuatu yang baru, seperti internet misalnya. Pandangan umum yang cenderung menafikan kehadiran internet sering kali berimbas pada domain lain yang digeneralisir oleh masyarakat. Stigma yang ada selama ini lebih cenderung menganggap bahwa internet lebih memiliki nilai negatif ketimbang nilai positifnya. Persoalan efek internet ini biarlah pembaca dan masyarakat yang menentukan. Sastra cyber memiliki kelebihan terutama pada persoalan jangkauan publikasi. Manakala sebuah karya sastra diunggah melalui internet, karya sastra tersebut dapat diakses oleh siapa pun dari belahan dunia mana pun. Rentang jangkau yang luas inilah yang membuat para pekerja sastra memotori lahirnya sastra cyber. Akibatnya, karya sastra tersebut dapat dinikmati oleh setiap orang di setiap penjuru yang memiliki jaringan internet. Hal ini berbeda

dengan sastra dalam artian konvensional yang selama ini kita pahami bersama. Selain kelebihan tersebut, sastra cyber sebenarnya juga memiliki kekurangan, terutama dalam hal fungsi sastra sebagai katalisator dan sebagai alat silaturahmi. Konsep sastra cyber memang tidak memungkinkan siapapun yang terlibat di dalamnya untuk bersemuka atau bertemu langsung. Hal itu yang menyebabkan sastra cyber seolah “jauh” dari hati masyarakat dan lebih cenderung hanya bisa dinikmati secara personal. Pada sastra konvensional, hal itu tidak akan terjadi karena setiap orang yang terlibat di dalamnya dapat bersemuka atau berinteraksi secara langsung. Akhirnya, pilihan medium apa pun atas sebuah karya sastra, hendaknya tidak menimbulkan polemik yang berkelanjutan. Pada dasarnya, setiap karya sastra memiliki penikmat yang berbeda-beda hampir pada setiap aspeknya. Inilah yang perlu dipahami oleh setiap orang yang terlibat atau berkutat di dunia sastra. Kolaborasi menjadi sesuatu yang tampaknya tidak dapat dihindari di era digital separti sekarang ini, termasuk mengawinkan sastra konvensional dengan teknologi sehingga muncul varian sastra yang baru seperti sastra cyber saat ini.

Related Documents

Cyber
July 2020 34
Cyber
May 2020 41
Cyber Pravo
July 2020 26
Cyber Sastra.docx
November 2019 47
Cyber Phys.pdf
December 2019 16
Cyber Bullying
December 2019 36

More Documents from "Suzanne Siegel"

Mncgroup.docx
November 2019 35
Morning Report.docx
April 2020 21
Cyber Sastra.docx
November 2019 47
Miller And Value Trust.docx
November 2019 38