Citraresmi ku
Permata ku, kau selalu menyilaukan Raga hingga jiwaku aku tahu tidak ada mentari yang bertamu namun silau mu kian hari kian berseri dalam mimpi, engkaulah citraresmi ku permata ku, kini silau mu meredup entah banyak debu yang menggerayangimu debu dan kau pun akhirnya menyatu hingga tak lagi ada yang menyilaukan ku Jiwa, raga ini remuk Tergilas belantara cemburu Rumit serpihannya tuk ku susun Karena ku pungut satu persatu, mesti tak berujung Seperti inikah air mengalir? Kini aku sadar, fitrah murni yang asli bak air yang mengalir Dalam sebuah aliran