Cireong Pemasaran.pdf

  • Uploaded by: Kriz
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Cireong Pemasaran.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 24,697
  • Pages: 113
STRATEGI PEMASARAN OBJEK WISATA ALAM TALAGA REMIS DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI

YAYAT NASRULLOH HIDAYATULLOH

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

RINGKASAN YAYAT NASRULLOH HIDAYATULLOH. E14050578. Strategi Pemasaran Objek Wisata Alam Talaga Remis di Taman Nasional Gunung Ciremai. Dibimbing oleh YULIUS HERO. Objek Wisata Alam Talaga Remis terletak di Kabupaten Kuningan dengan menawarkan konsep hutan wisata yang menarik. Perkembangan usaha wisata menuntut usaha objek wisata untuk mengembangkan dan memasarkan produk atau jasa yang dibutuhkan telah tersedia dan tentunya berbeda dari para pesaingnya. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun alternatif strategi pemasaran yang tepat untuk dijalankan oleh Objek Wisata Alam Talaga Remis dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan posisi pasar. Salah satu unsur dalam strategi pemasaran terpadu adalah bauran pemasaran. Kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh pihak pengusahaan Obyek Wisata Alam Talaga Remis tercermin dari bauran pemasaran (marketing mix), yaitu produk (product), harga (price), promosi (promotion), dan tempat atau saluran distribusi (place). Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Selanjutnya, data tersebut digunakan untuk mengkaji lingkungan internal dengan matriks IFE dan lingkungan eksternal dengan matriks EFE. Kedua matriks tersebut digunakan dalam matriks IE yang bertujuan untuk melihat posisi perusahaan saat ini. Adapun perumusan alternatif strategi dilakukan dengan analisis SWOT. Pengambilan keputusan dalam perumusan strategi menggunakan analisis matriks QSPM. Berdasarkan hasil tahapan analisis strategi pemasaran menunjukkan bahwa Objek Wisata Alam Talaga Remis berada pada sel V berdasarkan matrik IE yaitu Hold and Maintain dengan strategi yang tepat untuk dilakukan adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Sedangkan berdasarkan analisis SWOT dihasilkan empat alternatif yang dapat dilakukan oleh Objek Wisata Alam Talaga Remis. Dari empat alternatif strategi yang ada, alternatif strategi WT (WeaknessThreat) yang terpilih sebagai strategi prioritas utama yang pertama dari beberapa alternatif strategi yang dianalisis dengan matrik QSPM dan didukung dengan diagram analisis SWOT. Strategi WT (Weakness-Threat) yang terpilih sebagai alternatif prioritas yang pertama dan utama diharapkan dapat diterapkan oleh pihak pengusahaan Objek Wisata Alam Talaga Remis yang bekerjasama dengan semua stakeholder lainnya baik masyarakat sekitar kawasan maupun pihak pengelola yaitu Balai Taman Nasional Gunung Ciremai.

Kata Kunci : Pemasaran, Objek Wisata Alam, Analisis QSPM

SUMMARY YAYAT NASRULLOH HIDAYATULLOH. E14050578. Marketing Strategy Of Natural Park Talaga Remis in Gunung Ciremai National Park. Under supervision YULIUS HERO. Talaga Remis in Kuningan is one of Natural tourism which offering natural forest concept. The development of tourist business attraction effort demanded to develop and market products or services they need is available and certainly different from its competitors. This study aims to develop alternative marketing strategies appropriate to be run by Talaga Remis Natural tourism in an attempting to maintain and improve market position. One element in integrated marketing strategy is the marketing mix. Marketing activities conducted by the concession Object Natural Tourism Talaga Remis reflected in the marketing mix (marketing mix), the product (product), price (price), promotional (promotion), and a place or channel of distribution (place). This study uses primary and secondary data. Furthermore, the data is used to assessing internal environment of the IFE matrix and the external environment with EFE matrix. Both the matrix used in matrix of IEwhich aims to determine position company currently. Meanwhile the formulation of strategic alternatives conducted by a SWOT analysis. Decision-making in formulating strategy of using matrix analysis QSPM. Based on results of the analysis phases of marketing strategy suggests that Talaga Remis Natural tourism is located on the cell matrix V based on IE is Hold and Maintain a proper strategy to do is market penetration and product development. While based on a SWOT analysis produced four alternatives that can be done by Talaga Remis Natural tourism. From the four alternative strategies there, the alternative strategy of WT (Weakness-Threat) is selected as the strategic priority of the first of several alternative strategies are analyzed by matrix QSPM supported with diagrams and SWOT analysis. Strategies WT (Weakness-Threat) which was selected as an alternative is first and foremost priority expected to be implemented by the concession Talaga Remis Natural tourism in cooperation with all other stakeholders, both communities around the area as well as the manager of Balai Taman Nasional Gunung Ciremai.

Keywords: Marketing, Natural Attractions, QSPM Analysis

STRATEGI PEMASARAN OBJEK WISATA ALAM TALAGA REMIS DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI

YAYAT NASRULLOH HIDAYATULLOH

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Judul Skripsi

: Strategi Pemasaran Objek Wisata Alam Talaga Remis di Taman Nasional Gunung Ciremai

Nama Mahasiswa

: Yayat Nasrulloh Hidayatulloh

NRP

: E14050578

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Yulius Hero, M.Sc NIP. 19650707 199003 1 002

Mengetahui, Ketua Departemen Manajemen Hutan

Dr.Ir. Didik Suhardjito, MS NIP. 19630401 199403 1 001

Tanggal Lulus :

SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Strategi Pemasaran Objek Wisata Alam Talaga Remis di Taman Nasional Gunung Ciremai adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga pendidikan manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Penulis

Juli 2011

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kuningan pada tanggal 28 November 1986. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari Ayahanda Toha dan Ibunda Esih. Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh penulis dimulai dari Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sukaraja 2 Sumedang pada tahun 1993-1999. Kemudian pada tahun 1999-2002 melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 2 Kuningan. Selanjutnya pada tahun 2002-2005 penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 3 Sumedang. Pada Tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan sarjana dengan menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Dan pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa mayor Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Selama studi di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif dalam kegiatan organisasi mahasiswa antara lain menjabat sebagai wakil ketua DPM Fakultas Kehutanan periode 2007-2008. Penulis juga menjabat sebagai sekretaris Departemen Pembinaan Umat LDK Al-Hurriyyah periode 2007-2008, dan pada periode yang sama menjabat sebagai pengurus bidang konstitusi MPM KM IPB. Dalam masa perkuliahan penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) pada tahun 2007 jalur Indramayu-Linggarjati. Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) pada tahun 2008 di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) pada tahun 2010 di IUPHHK PT Erna Djuliawati Kalimantan Tengah. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Strategi Pemasaran Objek Wisata Alam Talaga Remis di Taman Nasional Gunung Ciremai dibimbing oleh Bapak Ir. Yulius Hero, M.Sc.

KATA PENGANTAR Salah satu potensi lingkungan di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai yang tinggi berupa kekayaan dan keragaman dalam berbagai bentuk alam, sejarah, adat, budaya, dan berbagai sumberdaya lain. Objek Wisata Alam Talaga Remis merupakan salah satu objek wisata yang berada dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai yang memiliki keindahan, keunikan, dan keberagaman pesona pariwisata. Persaingan dalam industri pariwisata yang semakin ketat menawarkan berbagai atraksi wisata maupun fasilitas yang menarik para pengunjung. Melihat hal tersebut maka Objek Wisata Alam Talaga Remis memerlukan strategi pemasaran yang bijak dan relevan agar Objek Wisata Alam Talaga Remis dapat mempertahankan dan mengembangkan posisi pasar. Alternatif strategi pemasaran yang terpilih menjadi prioritas utama yang pertama adalah strategi WT (Weakness-Threat) yaitu strategi mengoptimalkan fasilitas utama maupun penunjang dan menjalankan capacity building sumber daya manusia di kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis. Penyusunan strategi pemasaran menyangkut proses interaksi antara kekuatan pemasaran di dalam perusahaan dan keadaan di luar perusahaan. Maka dalam penelitian yang berjudul Strategi Pemasaran Objek Wisata Alam Talaga Remis di Taman Nasional Gunung Ciremai menggunakan beberapa tahapan formulasi strategi yang memperhitungkan kondisi internal dan ekternal Objek Wisata Alam Talaga Remis antara lain : (1) Tahap pengumpulan data, meliputi; (a) Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) matrik, (b) Evaluasi Faktor Internal (IFE) matrik; (2) Tahap analisis dengan matrik Internal Ekternal (IE matrix) dan analisis matrik SWOT, (3) Tahap pengambilan keputusan menggunakan matriks QSPM yang diharapkan dapat menghasilkan alternatif strategi yang relevan dan bijak. Akhir kata, penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, khususnya dapat menjadi masukan kepada pihak pengelola dan pihak pengusahaan Objek Wisata Alam Talaga Remis.

Bogor, Juli 2011 Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH Segala puja dan puji hanya milik Alloh SWT, karena berkat rahmat dan ridho-Nya yang telah membimbing, melindungi, memberi kelancaran, dan kemudahan serta kenikmatan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi yang merupakan syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Februari-April 2011 adalah Strategi Pemasaran Objek Wisata Alam Talaga Remis di Taman Nasional Gunung Ciremai. ........Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (urusan dunia), maka bersungguh-sungguhlah (dalam beribadah). Dan hanya kepada Tuhanmulah berharap.......(Surat Al Insyirah 6-8) Dalam kesempatan ini izinkan penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Keluarga (Ayahanda Toha yang telah mendo’akan dan mendukung untuk kuliah S1, Ibunda Esih yang dengan kelembutan, kesabaran, dan kasih sayangnya selalu Ananda rasakan di dalam hati, adik-adikku : Yana Chaeru Taufik Ismail, Yani Rusmiyati Nurjanah, Teguh Cahyadi, dan Indra Lesmana, dan sanak keluarga besar yang telah memberikan do’a restu, kasih sayang, dan dukungan baik moril maupun materiil) 2. Bapak Ir. Yulius Hero, M.Sc. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran, masukan, dan nasehat-nasehat yang berharga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya dengan baik dan pada waktu yang tepat. 3. Bapak Dr Ir Iin Ichwandi, M.Sc. selaku ketua sidang ujian komprehensif dan Ibu Eva Rachmawati, S.Hut, M.Si. sebagai wakil dari departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata yang telah memberikan saran dan masukan yang berharga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya dengan baik. 4. Balai Taman Nasional Gunung Ciremai yang telah menerima dan memberikan izin kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian di Objek Wisata Alam Talaga Remis. 5. Bapak Ir Hawal Widodo selaku plh Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional I Wilayah Kuningan.

iii

6. Ibu Betty Sulistiyorini, S. Si. selaku Kepala Unit Usaha Jasa dan Pariwisata PDAU Darma Putra Kertaraharja. 7. Bapak Drs. Asep Budi Setiawan, M. Si. selaku Sekretaris Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan. 8. Bapak Dani Ramdhani selaku staf Humas Perum Perhutani KPH Kuningan 9. Teman-temanku Ahmad Wahyudi, Abdul Hakim, Achmad Rafiqul Umam, Darma Antoni, Rani Puspitasari, Salwa Khoirunnisa, dan Kak Fatkhan atas rasa persaudaraan dan dukungannya selama ini. 10. Teman-teman di Wisma Aria : Herman Hadiwijaya, Tedy Luhur Mandiri, Rezi Hidayat, Bambang, Ruli, Derry, Dian, Rona, dan Kak Syahrozi atas perhatian dan pengertiannya selama ini. 11. Teman-teman MNH 42, MNH 43, dan KPM 44 terima kasih atas kerjasama dan rasa saling tolong menolong serta keceriaan yang tidak akan pernah terlupakan. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan dalam skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Dengan tangan terbuka, penulis mengharapkan pendapat dan saran-saran perbaikan yang membangun. Semoga skripsi yang dibuat oleh penulis dapat memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya di bidang kehutanan.

Bogor, Juli 2011 Penulis

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR…………………………………….………………………i DAFTAR ISI……………………………………………………………..………iv DAFTAR TABEL………………………………………………...…..………...vii DAFTAR GAMBAR……………………………………………….……..……viii DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………...…….....….ix BAB 1 PENDAHULUAN………………………………...……..…………...….1 1.1 Latar Belakang……………………………….……..………………..1 1.2 Perumusan Masalah………………………….…………..…………..3 1.3 Tujuan Penelitian………………………….....…..…………………..5 1.4 Manfaat Penelitian………………………...…………………………5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………..…………….6 2.1

Wisata, Pariwisata, dan Wana Wisata……………..…………..……6

2.2

Pemasaran dan Manajemen Pemasaran……...…...……………...….6

2.2.1 Tujuan Pemasaran…………………………………………………7 2.3

Pemasaran Jasa…………………………………..……………….....8

2.4

Bauran Pemasaran…………………………...…...……………….....8

2.5

Analisis Lingkungan Perusahaan…………………...………..…….13

2.6

Matriks IFE dan Matriks EFE………………………...……..……..14

2.7

Matriks IE……………………………………....…………..……....14

2.8

Matriks SWOT……………………………...………….....………..15

2.9

Matriks QSPM……………………………………………...…...…17

2.10 Objek Wisata Alam…………………………………………...…....18 2.11 Ekowisata………………………………………………………..…21 2.12 Kajian Penelitian Terdahulu………………………………………..23 BAB III METODE PENELITIAN……………………..………………..….....25 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian...………………………...……..….....25 3.2 Bahan dan Alat Penelitian………………………………………......25 3.3 Jenis dan Sumber Data yang Dikumpulkan………………………...25 3.3.1 Sumber Data ……………………………………………………26 3.4 Metode Pengumpulan Data………………………………………....27

3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data……………...…………..…28 3.5.1 Analisis Deskriptif……………………………...…….…….....28 3.5.2 Analisis Tiga Tahapan Formulasi Strategi…………………….29 3.5.2.1 Tahap Masukan (Input Stage)…………..……….………29 3.5.2.2 Tahap Pencocokan (Matching Stage)…………………....33 3.5.2.3 Tahap Pengambilan Keputusan (Decision Stage) .……...36 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI………………………………………….38 4.1 Letak, Luas, dan Batas Objek Wisata Alam Talaga Remis…………38 4.2 Keadaan Umum Lapangan…………………………………………..38 4.3 Potensi Biologi……………………………………………………...39 4.4 Visi dan Misi Pihak Pengusahaan……….………………………….39 4.5 Daya Tarik Wisata…………………………………………………..42 4.6 Sejarah Peralihan Objek Wisata Alam Talaga Remis………………42 4.7 Balai Taman Nasional Gunung Ciremai…………………………....44 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………….….46 5.1

Analisis Lingkungan Internal……………………………….……...46 5.1.1 Pasar dan Pemasaran…………………………………..…...46 5.1.2 Keuangan…………………………………………………..55 5.1.3 Produksi dan Operasi………………………………………56 5.1.4 Aspek Pengelolaan…………………………………………57

5.2

Analisis Lingkungan Eksternal…………………………………....57 5.2.1 Faktor Politik……………………………………………….57 5.2.2 Faktor Ekonomi……………………………………….……59 5.2.3 Faktor Sosial, Budaya, dan Lingkungan………………...…59 5.2.4 Faktor Teknologi………………………………………...…61 5.2.5 Faktor Persaingan………………………………………..…61

5.3

Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman….……62 5.3.1 Kekuatan……………………...………………………..…..62 5.3.2 Kelemahan……………………………………………...…..64 5.3.3 Peluang…………………………………………………..…65 5.3.4 Ancaman………………...…………………………………67

5.4 Formulasi Alternatif Strategi Pemasaran…………………….……..69 5.4.1 Tahap Masukan…………………………………....…….…69 5.4.2 Tahap Pencocokan……………...…………………....…….72 5.4.3 Tahap Keputusan…………………………………….….….81 5.5 Perbandingan Penelitian Terdahulu………………………………...83 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN………………………………..……..86 6.1

Kesimpulan…………………………………………………….....86

6.2

Saran………………………………………………………..…….87

DAFTAR PUSTAKA………………………………...……..…………………. 88 LAMPIRAN………………………………………………….……………….....90

DAFTAR TABEL No

Halaman

1. Penilaian bobot faktor internal…………………..…………………...….…...30 2. Penilaian bobot faktor eksternal…………………...…...…………………….31 3. Matriks IFE ………………………………....................…….........................32 4. Matriks EFE………………………………………………………………….32 5. Matriks SWOT………………………………………...……....……………..35 6. Matriks QSPM…………………………………………….……….………...37 7. Pendapatan pengunjung objek wisata alam Talaga Remis…………………..46 8. Daerah asal pengunjung objek wisata alam Talaga Remis…………………..47 9. Jumlah pengunjung objek wisata alam Talaga Remis……………………….47 10. Jumlah pengunjung ODTWA Talaga Remis pada bulan Januari - Maret…...48 11. Sarana dan prasarana objek wisata alam Talaga Remis………...……………50 12. Harga tiket objek wisata alam Talaga Remis…………………………….…..52 13. Perubahan harga tiket masuk objek wisata alam Talaga Remis……….….….53 14. Media informasi yang digunakan oleh pengunjung ODTWA Talaga Remis..54 15. Matriks IFE objek wisata alam Talaga Remis………………………..……..70 16. Matriks EFE objek wisata alam Talaga Remis…………………………...….71 17. Peringkat analisis matrik SWOT…………………………………………..…77 18. Matriks SWOT objek wisata alam Talaga Remis…………………………....78 19. Matriks QSPM objek wisata alam Talaga Remis………….………..……….85

DAFTAR GAMBAR No

Halaman

1. Marketing Mix……………………………………………………….……..…9 2. Matriks internal eksternal.……………………………………….………......15 3. Diagram analisis SWOT..…………………………………………....…..…..16 4. Analisis tahapan formulasi strategi…………………………………...…..….29 5. Tahap pencocokan matriks internal eksternal……………………….....…….34 6. Matriks internal eksternal objek wisata alam Talaga Remis…………..……..73 7. Diagram analisis SWOT objek wisata Talaga Remis ………………..….…...80

DAFTAR LAMPIRAN No

Halaman

1. Dokumentasi objek wisata alam Talaga Remis……………………………..91 2. Matriks perbandingan berpasangan faktor internal……………………........94 3. Peringkat faktor strategi internal………………………………………....…94 4. Matriks perbandingan berpasangan faktor eksternal…………..…………....95 5. Peringkat faktor strategi eksternal…………………………………..……....95 6. Rata-rata nilai atractive score (AS)…………………………………..….…96

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan kekayaan alam yang sangat potensial. Sumberdaya hutan dapat menunjang pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan sistem pengelolaan yang bijak dan lestari. Pemanfaatan hutan yang berlandaskan prinsip kelestarian sangat penting untuk menjamin keberadaan hutan secara berkelanjutan. Hutan merupakan sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dan mempunyai peran yang strategis baik sebagai pelindung ekosistem dan plasma nutfah maupun dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat di sekitarnya. Hutan mempunyai dua jenis manfaat bagi kehidupan manusia, antara lain: 1) manfaat tangible yang merupakan manfaat yang diperoleh dari hutan dan dapat dinilai secara langsung; 2) manfaat

intangible adalah manfaat yang tidak

langsung diperoleh dari hutan dan tidak dapat dinilai secara langsung. Banyak masalah yang mengakibatkan nilai hutan menjadi turun, seperti menurunnya potensi kayu yang diakibatkan oleh penebangan liar. Selain itu, adanya perambahan kawasan hutan menyebabkan degradasi hutan secara terus menerus sehingga jumlah luasan hutan menjadi berkurang dan kelestarian hutan tidak terjaga lagi. Pengoptimalan fungsi hutan sangat penting. Salah satu cara untuk meningkatkan fungsi hutan adalah membangun dan meningkatkan manfaat hasil hutan bukan kayu seperti jasa wisata untuk rekreasi alam. Rekreasi alam atau wisata alam dapat meningkatkan peranan ekonomi kehutanan baik pada perekonomian wilayah ataupun nasional. Objek wisata alam menjadi alternatif pilihan konsumen untuk rekreasi dan menghabiskan waktu luang. Usaha objek wisata alam semakin banyak dikembangkan untuk memenuhi permintaan masyarakat akan kebutuhan rekreasi. Potensi pengembangan usaha objek wisata alam di kabupaten Kuningan cukup tinggi dan memilki prospek yang cukup bagus di masa yang akan datang dikarenakan ditunjang oleh potensi daerah yang baik dengan kondisi alam yang berudara segar khas hawa hutan serta dukungan yang sangat besar dari Pemerintah

Daerah Kabupaten Kuningan terkait pengembangan dunia pariwisata sesuai dengan misi Kabupaten Kuningan sebagai Kabupaten Pariwisata dan Konservasi. Salah satu objek wisata alam yang terdapat di Kabupaten Kuningan adalah Objek Wisata Alam Talaga Remis. Objek Wisata Alam Talaga Remis merupakan objek wisata alam yang dibangun di Desa Kadeula Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan. Saat ini pengelolaan Objek Wisata Alam Talaga Remis dibawah pengawasan Balai Taman Nasional Gunung Ciremai yang bekerjasama dengan Perusahaan Daerah Aneka Usaha Darma Putra Kertaraharja yang merupakan BUMD Kabupaten Kuningan. Objek Wisata Alam Telaga Remis memiliki luasan sekitar 28 ha yang terdiri dari 7,5 ha hutan tanaman (pinus dan sonokeling), sumber air yang berupa mata air yang saat ini dimanfaatkan dengan cara membuat instalasi aliran air untuk keperluan air bersih, wisata danau, dan fasilitas wisata yang lainnya. Potensi visual lanskap/gejala alam di dalam kawasan yang mempunyai karakteristik khas adalah danau/talaga. Objek wisata alam ini digunakan untuk wisata harian dengan kegiatan wisata yang dapat dilakukan adalah piknik, bersampan, dan berziarah ke makam keramat. Talaga Remis adalah sebuah danau alam yang terletak di Desa Kaduela Kecamatan Pasawahan yang berjarak ± 37 km dari pusat Kota Kuningan. Nama Talaga Remis ternyata mempunyai arti tersendiri, nama Talaga Remis tersebut diambil dari binatang sejenis kerang berwarna kuning yang banyak hidup di sekitar talaga, binatang tersebut dikenal dengan sebutan “REMIS”. Selain itu, Talaga remis merupakan perpaduan antara pesona alam pegunungan hutan serta air talaga yang jernih, laksana kaca. Di tempat ini berhawa sejuk menantang untuk berwisata alam. Pengembangan Objek Wisata Alam Talaga Remis pada masa mendatang, diperlukan sebuah perubahan paradigma pengusahaan wisata alam yang berorientasi pada kepuasan pelanggan/Customer Service Oriented (CSO) sehingga pihak pengelola maupun pihak pengusahaan harus mengetahui berbagai keinginan konsumen pada saat berkunjung ke lokasi wisata alam. Sehingga pelayanan yang diberikan oleh pihak pengusahaan sesuai dengan harapan pengunjung yang datang.

Manajemen Strategi Pemasaran adalah kunci utama suatu produk dan jasa mampu dikenal oleh masyarakat agar nantinya diharapkan mampu bersaing di pasar dan memenuhi kebutuhan/kepuasan pelanggan. Sehingga dibutuhkan suatu perencanaan bagi Objek Wisata Alam Talaga Remis dalam memasarkan produk atau jasanya agar terlihat berbeda di benak konsumen. Maka diperlukan suatu upaya kajian strategi pemasaran bagi Objek Wisata Alam Talaga Remis dalam menghadapi persaingan pasar.

1.2 Perumusan Masalah Peraturan Pemerintah No 36 tahun 2010 dan Permenhut No P.48/MenhutII/2010 tentang pengusahaan pariwisata alam di Taman Nasional, Suaka Margasatwa, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam menjadi dasar terbentuk perusahaan daerah aneka usaha (PDAU) Darma Putra Kertaraharja Kabupaten Kuningan. Objek Wisata Alam Talaga Remis yang merupakan salah satu dari objek wisata yang dikelola oleh perusahaan daerah Kabupaten Kuningan tersebut. Objek Wisata Alam Talaga Remis telah mengalami beberapa peralihan pihak pengelola dan pihak pengusahaan, antara lain : 1. Sebelum tahun 2002 dikelola oleh Perum Perhutani KPH Kabupaten Kuningan 2. Tahun 2002–Agustus 2009 dikelola oleh Perum Perhutani Unit III Jawa Barat–Banten di bawah KBM Agroforestry Ekowisata dan Jasa Lingkungan 3. September 2009–Desember 2009 dikelola kembali oleh Perum Perhutani KPH Kabupaten Kuningan 4. Tahun

2010

berdasarkan

Surat

Keputusan

Bupati

Kuningan

No.430/kpts.213/Disparbud/2009 tertanggal 7 Juli 2009 pengusahaan Objek Wisata Alam Talaga Remis diserahkan kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan 5. Tahun 2011 berdasarkan SK Bupati Kuningan No.180/kpts.251 Huk/2010 tertanggal 29 Juli 2010 pengusahaan Objek Wisata Alam Talaga Remis diserahkan kepada Perusahaan Daerah Aneka Usaha (PDAU) Darma Putra Kertaraharja

6. Namun sejak berdiri Balai Taman Nasional Gunung Ciremai pada tahun 2004, Objek Wisata Alam Talaga Remis dibawah pengelolaan dan pengawasan Balai Taman Nasional Gunung Ciremai. Saat ini Obyek Wisata Talaga Remis berada dalam zona pemanfaatan Taman Nasional Gunung Ciremai. Adapun Perusahaan Daerah Aneka Usaha (PDAU) Darma Putra Kertaraharja merupakan mitra dari Balai Taman Nasional Gunung Ciremai yang berperan sebagai pihak pengusahaan Objek Wisata Alam Talaga Remis. Dengan adanya dua pihak yang memiliki orientasi berbeda antara profit oriented dan konservasi maka tidak menutup kemungkinan terjadinya gesekan maupun kesalahpahaman antara kedua belah pihak. Ekowisata yang sebaiknya dikembangkan di kawasan konservasi sebaiknya adalah ekowisata yang “HIJAU dan ADIL” (Green & Fair) untuk kepentingan pembangunan berkelanjutan dan konservasi, yaitu sebuah kegiatan usaha yang bertujuan untuk menyediakan alternatif ekonomi secara berkelanjutan bagi masyarakat di kawasan yang dilindungi, berbagi manfaat dari upaya konservasi secara layak (terutama bagi masyarakat yang lahan dan sumberdaya alamnya berada di kawasan yang dilindungi), dan berkontribusi pada konservasi dengan meningkatkan kepedulian serta dukungan terhadap perlindungan bentang lahan yang memiliki nilai biologis, ekologis dan nilai sejarah yang tinggi Strategi pemasaran yang bijak dan adil dalam pengelolaan maupun pengusahaaan Objek Wisata Alam Talaga Remis. Melihat hal tersebut tersebut maka diperlukan adanya penelitian tentang strategi pemasaran Objek Wisata Alam Talaga Remis agar dapat memberikan solusi mengenai strategi pemasaran yang efektif dan efisien dalam mempertahankan sekaligus mengembangkan posisi pasar Objek Wisata Alam Talaga Remis yang berbasiskan konservasi. Permasalahan dalam penelitian adalah bagaimana perumusan alternatif pemasaran yang tepat untuk dijalankan oleh Objek Wisata Alam Talaga Remis dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan posisi pasar baik pada tingkat lokal maupun tingkat nasional.

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian pada Objek Wisata Alam Talaga Remis adalah merumuskan alternatif prioritas strategi pemasaran yang tepat untuk dijalankan oleh pihak pengelola dan pihak pengusahaan Objek Wisata Alam Talaga Remis.

1.4 Manfaat Penelitian Penelitian terkait Objek Wisata Alam Talaga Remis diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan, antara lain : 1. Bagi pihak pengelola maupun pengusahaan, diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan bagi manajemen dan pengusahaan Objek Wisata Alam Talaga Remis dalam menerapkan strategi pemasaran. 2. Bagi pembaca, diharapkan dapat menambah wawasan mengenai potensi dan pemasaran Objek Wisata Alam Talaga Remis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata, Pariwisata dan Wana Wisata Undang-Undang No 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan Bab I Pasal 1 : dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Undang-Undang nomor 9 tahun 1990 dijelaskan pula bahwa pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Wana wisata merupakan obyek wisata alam yang berada di hutan produksi atau hutan lindung. Widada (2008) menyebutkan bahwa dari berbagai perbedaan konsep ekowisata dapat diketahui bahwa karakteristik ekowisata mencakup unsurunsur : lingkungan alam dan budaya, konservasi sumber daya alam, turis yang bertanggungjawab, dan manfaat bagi penduduk lokal. Tujuan dari penyelenggaraan kepariwisataan adalah untuk memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan mutu objek dan daya tarik wisata, memupuk rasa cinta tanah air, dan meningkatkan persahabatan antar bangsa, memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan pekerjaan (Wiwoho dalam Wulan 2010).

2.2 Pemasaran dan Manajemen Pemasaran Kotler dan Keller (2007), pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi, dan pendistribusian gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu memenuhi tujuan individu dan organisasi. Pertukaran dalam konteks ini dimaksudkan sebagai sebuah proses dimana dua atau lebih pihak saling mempertukarkan sesuatu yang memiliki nilai sehingga pada akhirnya mereka merasa lebih baik setelah melakukan proses tersebut. Manajemen Pemasaran adalah salah satu kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan perusahaannya agar berkembang dan mendapatkan laba. Proses pemasaran itu dimulai jauh sejak

sebelum barang-barang diproduksi, dan tidak berakhir dengan penjualan. Kegiatan pemasaran perusahaan harus juga memberikan kepuasan kepada konsumen jika menginginkan usahanya berjalan terus, atau konsumen mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap perusahaan (Kotler & Keller 2007). Definisi manajemen pemasaran adalah penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program-program yang bertujuan menimbulkan pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk mencapai tujuan perusahaan (Kotler et al. 2005b). Perubahan lingkungan bisnis yang terus berubah, setiap pelaku bisnis dituntut untuk senantiasa beradaptasi dengan pola perubahan tersebut agar mereka tetap kompetitif. Organisasi juga menghadapi dan mengalami berbagai perubahan sejalan dengan terjadinya perubahan lingkungan bisnis. Untuk memperoleh keputusan yang signifikan dengan kondisi yang ada merupakan rangkaian proses dari analisis kasus yang memformulasikan semua keputusan yang akan diambil berdasarkan justifikasi yang dibuat secara kualitatif maupun kuantitatif, terstruktur maupun tidak terstruktur (Tjiptono et al. 2008a).

2.2.1 Tujuan Pemasaran Tjiptono (2008b), tujuan pemasaran atau marketing objective adalah apa yang akan dicapai oleh perusahaan melalui bagian pemasaran : 1. Titik awalnya adalah konsumen target, 2. Fokusnya adalah kebutuhan konsumen, 3. Sasarannya adalah laba melalui kepuasan konsumen, 4. Caranya melalui paduan antara promosi dan komunikasi pemasaran. Kepuasan

konsumen

akan

tercapai

apabila

perusahaan

mampu

untuk

menyediakan consumer value package, yang berupa : 1. Produk yang berkualitas dan memenuhi kebutuhan konsumen, 2. Harga yang dapat terjangkau oleh konsumen target, 3. Pelayanan terhadap konsumen yang memuaskan, 4. Citra produk yang ditawarkan dianggap baik oleh sudut pandang konsumen. Tingkat kepuasan konsumen terpenuhi berdasarkan consumer value package, maka hasil penjualan produknya akan meningkat, dan akhirnya tujuan

pemasaran dapat tercapai, yaitu perolehan laba. Sebaliknya, apabila perusahaan melalaikan kebutuhan konsumen dan hanya berfikir dari sudut pandang produsen saja, kemungkinan hasil penjualan produknya akan menurun, sehingga laba yang diperoleh minim, bahkan dapat terjadi adanya kerugian. Kepuasan konsumen adalah segalanya bagi perusahaan yang berorientasi kepada pemasaran/marketing (Tjiptono 2004).

2.3 Pemasaran Jasa Kotler (2005a), perbedaan antara pemasaran jasa dengan pemasaran barang (produk) adalah jasa secara kasat mata tidak dapat dilihat menimbulkan berbagai permasalahan dalam mengembangkan strategi pemasaran. Sehingga jasa merupakan setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Ada enam karakteristik jasa yang perlu diperhatikan oleh penyedia jasa yaitu Intangibility (tidak nampak), Perishability (tidak dapat disimpan), Heteroginity (bervariasi), Inseparability (tidak dapat dipisahkan antara produksi dan konsumsi), People based (sangat tergantung pada kinerja karyawan) dan Contact customer (hubungan dengan konsumen secara langsung).

2.4 Bauran Pemasaran Salah satu unsur dalam strategi pemasaran terpadu adalah bauran pemasaran, yang merupakan strategi perusahaan, yang berkaitan dengan penentuan, bagaimana perusahaan menyajikan penawaran produk pada satu segmen pasar tertentu, yang merupakan sasaran pasarannya. Marketing mix merupakan kombinasi variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran,

variabel

mana

dapat

dikendalikan

oleh

perusahaan

untuk

mempengaruhi tanggapan konsumen dalam pasar sasarannya. Variabel atau kegiatan tersebut perlu dikombinasikan dan dikoordinasikan oleh perusahaan seefektif mungkin, dalam melakukan kegiatan pemasarannya (Kotler 2005a). Sehingga perusahaan tidak hanya sekedar memiliki kombinasi kegiatan yang terbaik saja, akan tetapi dapat mengkoordinasikan berbagai variabel marketing mix tersebut, untuk melaksanakan program pemasaran secara efektif.

Pengertian marketing mix sccara umum adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan kombinasi empat besar pembentuk inti sistem pemasaran sebuah organisasi. Keempat unsur tersebut adalah penawaran produk/jasa, struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem distribusi (Stanton 1986).

Gambar 1 Marketing mix.

Stanton (1986), keempat unsur atau variabel bauran pemasaran (marketing mix) tersebut atau yang disebut four p's adalah sebagai berikut : 1. Strategi Produk (product) 2. Strategi Harga (price) 3. Strategi Penyaluran/Distribusi (place) 4. Strategi Promosi (promotion) Marketing mix yang dijalankan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi perusahaan. Disamping itu marketing mix merupakan perpaduan dari faktor-faktor yang dapat dikendalikan perusahaan untuk mempermudah buying decision, maka variabel-variabel marketing mix diatas dapat dijelaskan sedikit lebih mendalam sebagai berikut : 1. Produk (Jasa) Stanton (1986), kebijaksanaan mengenai produk atau jasa meliputi jumlah barang/jasa yang akan ditawarkan perusahaan, pelayanan khusus yang ditawarkan perusahaan guna mendukung penjualan barang dan jasa, dan bentuk barang ataupun jasa yang ditawarkan. Produk merupakan elemen yang paling penting. sebab dengan inilah perusahaan berusaha untuk memenuhi "kebutuhan dan keinginan" dari konsumen. Namun keputusan itu tidak berdiri sebab produk/jasa

sangat erat hubungannya dengan target market yang dipilih. Sedangkan sifat dari produk/jasa tersebut adalah sebagai berikut : a. Tidak berwujud Jasa mempunyai sifat tidak berwujud, karena tidak bisa dilihat, dirasa, diraba, didengar atau dicium, sebelum ada transaksi pembelian. b. Tidak dapat dipisahkan Suatu produk jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, apakah sumber itu merupakan orang atau benda. Misalnya jasa yang diberikan oleh sebuah hotel tidak akan bisa terlepas dari bangunan hotel tersebut. c. Berubah-ubah Bidang jasa sesungguhnya sangat mudah berubah-ubah, sebab jasa ini sangat tergantung kepada siapa yang menyajikan, kapan disajikan dan dimana disajikan. Misalnya jasa yang diberikan oleh sebuah hotel berbintang satu akan berbeda dengan jasa yang diberikan oleh hotel berbintang tiga. d. Daya tahan Jasa tidak dapat disimpan. Seorang pelanggan yang telah memesan sebuah kamar hotel akan dikenakan biaya sewa, walaupun pelanggan tersebut tidak menempati kamar yang ia sewa. 2. Harga (Price) Setiap perusahaan selalu mengejar keuntungan guna kesinambungan produksi. Keuntungan yang diperoleh ditentukan pada penetapan harga yang ditawarkan. Harga suatu produk atau jasa ditentukan pula dari besarnya pengorbanan yang dilakukan untuk menghasilkan jasa tersebut dan laba atau keuntungan yang diharapkan. Oleh karena itu, penentuan harga produk dari suatu perusahaan merupakan masalah yang cukup penting, karena dapat mempengaruhi hidup matinya serta laba dari perusahaan (Stanton 1986). Kebijaksanaan harga erat kaitannya dengan keputusan tentang jasa yang dipasarkan. Hal ini disebabkan harga merupakan penawaran suatu produk atau jasa. Dalam penetapan harga, biasanya didasarkan pada suatu kombinasi barang/jasa ditambah dengan beberapa jasa lain serta keuntungan yang memuaskan. Berdasarkan harga yang ditetapkan ini konsumen akan mengambil keputusan apakah dia membeli barang tersebut atau tidak. Juga konsumen

menetapkan berapa jumlah barang/jasa yang harus dibeli berdasarkan harga tersebut (Stanton 1986). Tentunya keputusan dari konsumen ini tidak hanya berdasarkan pada harga semata, tetapi banyak juga faktor lain yang menjadi pertimbangan, misalnya kualitas dari barang atau jasa, kepercayaan terhadap perusahaan dan sebagainya. Hendaknya setiap perusahaan dapat menetapkan harga yang paling tepat, dalam arti yang dapat memberikan keuntungan yang paling baik, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka panjang (Stanton 1986). 3. Saluran Distribusi (Place) Perusahaan yang berhasil menciptakan barang atau jasa yang dibutuhkan dan menetapkan harga yang layak, tahap berikutnya menentukan metode penyampaian produk/jasa ke pasar melalui rute-rute yang efektif hingga tiba pada tempat yang tepat. Hal tersebut diharapkan agar produk/jasa berada ditengahtengah kebutuhan dan keinginan konsumen yang haus akan produk/jasa tersebut (Stanton 1986). Persoalan

yang

tidak

boleh

diabaikan

dalam

langkah

kegiatan

memperlancar arus barang/jasa adalah memilih saluran distribusi (channel of distribution). Masalah pemilihan saluran distribusi adalah masalah yang berpengaruh bagi marketing, karena kesalahan dalam memilih dapat menghambat bahkan memacetkan usaha penyaluran produk/jasa dari produsen ke konsumen (Stanton 1986). Stanton (1986) menjelaskan bahwa distributor-distributor atau penyalur ini bekerja aktif untuk mengusahakan perpindahan bukan hanya secara fisik tapi dalam arti agar jasa-jasa tersebut dapat diterima oleh konsumen. Dalam memilih saluran distribusi ini ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut : a. Sifat pasar dan lokasi pembeli. b. Lembaga-lembaga pemasaran terutama pedagang-pedagang perantara. c. Pengendalian persediaan, yaitu menetapkan tingkat persediaan yang ekonomis. d. Jaringan pengangkutan. Saluran distribusi jasa biasanya menggunakan agen travel untuk menyalurkan jasanya kepada konsumen. Jadi salah satu hal yang penting untuk

diperhatikan dalam kebijaksanaan saluran distribusi itu sendiri dengan memperhitungkan adanya perubahan pada masyarakat serta pola distribusi perlu mengikuti dinamika para konsumen tadi (Stanton 1986). 4. Promosi (Promotion) Aspek ini berhubungan dengan berbagai usaha untuk memberikan informasi pada pasar tentang produk/jasa yang dijual, tempat dan saatnya. Ada beberapa cara menyebarkan informasi ini, antara lain periklanan (advertising), penjualan pribadi

(Personal

Selling),

Promosi

penjualan

(Sales

Promotion)

dan

Publisitas/Publicity (Stanton 1986). a.

Periklanan (Advertising)

Alat utama bagi pengusaha untuk mempengaruhi konsumennya. Periklanan ini dapat dilakukan oleh pengusaha lewat surat kabar, radio, majalah, bioskop, televisi, ataupun dalam bentuk poster-poster yang dipasang di pinggir jalan atau tempat-tempat yang strategis. b.

Penjualan Pribadi (Personal selling)

Kegiatan perusahaan untuk melakukan kontak langsung dengan calon konsumennya. Dengan kontak langsung ini, diharapkan akan terjadi hubungan atau interaksi yang positif antara pengusaha dengan calon konsumennya itu. Yang termasuk dalam personal selling adalah: door to door selling, mail order, telephone selling, dan direct selling. c.

Promosi Penjualan (Sales Promotion)

Kegiatan perusahaan untuk menjajakan produk yang dipasarkarnya sedemikian rupa sehingga konsumen akan mudah untuk melihatnya dan bahkan dengan cara penempatan dan pengaturan tertentu, maka produk tersebut akan menarik perhatian konsumen. d.

Publisitas (Publicity)

Cara yang biasa digunakan juga oleh perusahaan untuk membentuk pengaruh secara tidak langsung kepada konsumen, agar mereka menjadi tahu, dan menyenangi produk yang dipasarkannya. Hal ini berbeda dengan promosi, dimana di dalam melakukan publisitas perusahaan tidak melakukan hal yang bersifat komersial. Publisitas merupakan suatu alat promosi yang mampu membentuk

opini masyarakat secara tepat, sehingga sering disebut sebagai usaha untuk "mensosialisasikan" atau "memasyarakatkan ". Hal yang harus diperhatikan adalah tercapainya keseimbangan yang efektif, dengan mengkombinasikan komponen-komponen tersebut ke dalam suatu strategi promosi yang terpadu untuk berkomunikasi dengan para pembeli dan para pembuat keputusan pembelian (Stanton 1986).

2.5 Analisis Lingkungan Perusahaan David (2006), lingkungan perusahaan adalah situasi dan kondisi perusahaan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Lingkungan perusahaan dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Lingkungan Internal Lingkungan internal adalah lingkungan di dalam perusahaan yang dapat dikendalikan oleh perusahaan. Serta lingkungan internal merupakan segala sesuatu yang dimiliki oleh perusahaan berupa kekuatan dan kelemahan. Kekuatan (strength) adalah semua potensi yang dimiliki perusahaan yang dapat digunakan untuk memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman. Kelemahan (weakness) adalah segala keterbatasan dan kekurangan yang dimilki oleh perusahaan dan harus terus diperbaiki agar mampu bersaing di pasar. Secara pendekatan fungsional, lingkungan internal perusahaan terdiri dari pasar dan pemasaran, keuangan dan akuntansi, serta kegiatan produksi operasi dan sumber daya manusia (David 2006). 2. Lingkungan Eksternal Lingkungan eksternal adalah lingkungan di luar perusahaan yang relatif bukan dalam kendali perusahaan. Serta lingkungan eksternal menekankan pada identifikasi dan evaluasi trend serta kejadian yang berada di luar kendali perusahaan. Selain itu juga ditujukan untuk mengidentifikasi variabel kunci yang menawarkan respon yang dapat dijalankan. Analisis lingkungan eksternal mengungkapkan peluang dan ancaman utama yang dihadapi perusahaan sehingga perusahaan dapat memformulasikan strategi untuk mengambil keuntungan dari peluang dan menghindari dampak dari ancaman potensial. Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lima kategori besar yaitu faktor

ekonomi, faktor sosial, faktor politik, faktor teknologi, dan faktor persaingan (David 2006). 2.6 Matriks IFE dan Matriks EFE Analisis lingkungan internal dan eksternal yang telah teridentifikasi dimasukkan ke dalam matriks IFE dan EFE. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) untuk hasil analisis faktor lingkungan internal. Matriks EFE (External Factor Evalution) untuk hasil analisis faktor eksternal (David 2006). Matriks IFE ditujukan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area fungsional bisnis. Matriks EFE ditujukan untuk merangkum dan mengevaluasi informasi mengenai aspek ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan, politik, teknologi dan persaingan. Informasi ini digunakan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan (David 2006).

2.7 Matriks IE Rangkuti (1997), tahap analisis matriks Internal Ekternal (IE matrix) dilakukan dengan memasukkan parameter yang digunakan kekuatan internal dan ekternal yang bersumber dari Matrik External Factor Evaluation (EFE) dan Matrik Internal Factor Evaluation (IFE). Tujuan penggunaan model ini adalah untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail. Parameter yang digunakan dalam matrik internal-eksternal ini meliputi parameter kekuatan internal perusahaan dan pengaruh eksternal yang dihadapi. Tujuan penggunaan model ini adalah untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail.

1.

2. GROWTH Konsentrasi melalui Integrasi vertikal

3. GROWTH Konsentrasi melalui Integrasi horizontal

4.

5.

STABILITY Hati - hati

RENTRENCHMENT Turn-around 6.

GROWTH Konsentrasi melalui Integrasi horizontal STABILITY Tak ada perubahan Profit strategi

RETRENCHMENT Captive Company Atau Divestment

7.

8. 9 GROWTH GROWTH RETRENCHMENT Difersifikasi Konsentrik Difersifikasi Konsentrik Bangkrut atau likuidasi Gambar 2 Matrik intemal-eksternal (lE).

Rangkuti (1997), diagram tersebut dapat mengidentifikasi 9 sel strategi perusahaan, tetapi pada prinsipnya kesembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu: •

Growth Strategy yang merupakan pertumbuhan perusahaan itu sendiri (sel 1, 2, dan 5) atau upaya diversifikasi (sel 7 dan 8).



Stability Startegy adalah strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang telah ditetapkan (sel 4).



Retrenchment Strategy (sel 3, 6, dan 9) adalah usaha memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan

2.8 Matriks SWOT Rangkuti (1997), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis guna merumuskan strategi perusahaan, dimana analisis SWOT ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities),

namun secara

bersamaan dapat meminimalkan

kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategi (strategi planner) harus menganalisa faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.

Peluang (+)

Kuadran I

Kuadran III

Kekuatan (+)

Kelemahan (-)

Kuadran IV

Kuadran II

Ancaman (-) Gambar 3 Diagram analisis SWOT.

Keterangan: Kuadran I: Growth oriented strategy Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk dapat berkembang lebih cepat. Kuadran II: Strategi Diversifikasi Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian merubah ancaman itu menjadi sebuah peluang. Kuadran III: Ubah Strategi/ Strategi turn around Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang dari luar. Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur. Peluang yang tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan yang ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang

diambil adalah (melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain) ,atau memaksakan menggarap peluang itu (investasi). Kuadran IV: Strategi Defensif Sel ini merupakan kondisi yang paling lemah dari semua sel karena merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari luar, dan karenanya keputusan yang salah akan membawa bencana yang besar bagi organisasi. Strategi yang harus diambil adalah Damage Control (mengendalikan kerugian) sehingga tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan.

2.9 Matriks QSPM Matriks QSPM (Quantitive Strategic Planning Matrix) merupakan teknik yang secara objektif dapat menetapkan strategi alternatif yang diprioritaskan. Sebagai suatu teknik, QSPM memerlukan intuisi yang baik dalam penilaian. Metode ini adalah alat yang direkomandasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara objektif, berdasarkan faktor kunci kesuksesan internal-eksternal yang telah diidentifikasikan sebelumnya. Secara konseptual, tujuan metode ini adalah untuk menetapkan kemenarikan relatif dari strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan strategi mana yang paling baik untuk diimplementasikan (David 2006). Perencanaan strategi yang dilakukan dalam suatu organisasi, QSPM sangat diperlukan sebagai metode pengambilan keputusan setelah tahap input dan tahap analisis dilakukan. QSPM sangat berhubungan dengan metode-metode lain yang digunakan dalam tahap input dan analisis sebagai bentuk informasi untuk tahap QSPM sendiri. Kondisi eksternal-internal organisasi sangat diperlukan dalam penggunaan metode ini, sehingga dapat diputuskan pemilihan prioritas strategi mana yang akan digunakan sesuai dengan keadaan organisasi tersebut (David 2006).

2.10 Objek Wisata Alam Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan (2003), mengasumsikan objek wisata merupakan pembinaan terhadap kawasan beserta seluruh isinya maupun terhadap aspek-aspek pengusahaan yang meliputi kegiatan pemeliharaan dan pengawasan terhadap kawasan wisata. Objek wisata alam adalah suatu kawasan yang mempuyai potensi dan menjadi bahan perhatian wisatawan untuk dikembangkan menjadi tempat kunjungan wisatawan seperti zona pemanfaatan Taman Nasional (TN), blok pemanfaatan wisata alam dan Taman Hutan Raya (Tahura), Taman Wisata Alam (TWA), Suaka Margasatwa (SM, dan Taman Buru (TB). Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan (2003) menjelaskan bahwa objek wisata alam dikelompokkan menjadi dua, antara lain : a. Objek yang terdapat di kawasan konservasi yang terdiri dari taman nasional, taman buru, taman wisata, taman laut, taman hutan raya, semua kawasan ini dibawah tanggung jawab Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (Dirjen PHKA). b. Di dalam kawasan konservasi yang ditanggungjawabkan kepada pihak swasta dan perum perhutani salah satunya adalah wana wisata. Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan (2003), sebuah kawasan dinamakan objek wisata harus mempunyai syarat-syarat antara lain : a. Kegiatan (act) dan objek (artifact) yang merupakan atraksi itu sendiri harus dalam keadaan baik. b. Karena atraksi itu disajikan dihadapan wisatawan, maka cara penyajiannya harus tepat. c. Objek atau atraksi wisata adalah perjalanan dan harus memenuhi semua determinan mobilitas spasial yaitu akomodasi, transportasi, dan promosi serta pemasaran. d. Keadaan di objek wisata harus dapat menahan wisatawan cukup lama. Objek dan daya tarik wisata alam / ODTWA adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Sedangkan daya tarik wisata alam adalah potensi objek wisata yang menjadi objek kunjungan wisata alam antara lain keanekaragaman flora dan fauna, keunikan alam, panorama alam, air panas, air terjun, kawah dan

gejala alam lainnya. (Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan 2003). Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan (2003), secara garis besarnya produk wisata alam saat ini dibedakan atas : 1) wisata budaya/seni, 2) wisata religius, dan 3) wisata alam yang sering disebut sebagai ekowisata. Memang sampai saat ini kunjungan wisata masih didominasi oleh wisata budaya/seni. Pengembangan produk wisata alam dimaksudkan untuk memperluas dan memperbanyak produk wisata alam dengan melakukan diversifikasi objek wisata alam, antara lain : a. Wisata ilmiah : ditujukan kepada wisatawan yang mempunyai minat dibidang penelitian b. Wisata pendidikan : ditujukan kepada seluruh masyarakat yang mempunyai minat menambah wawasan dan pengetahuan tentang alam c. Wisata konvensi : ditujukan kepada wisatwan yang akan memanfaatkan sarana kawasan hutan untuk kepentingan konvensi d. Wisata belanja : ditujukan untuk wisatawan yang ingin berbelanja produk yang dihasilkan oleh masyarakat setempat/ sekitar kawasan wisata e. Wisata budaya : sebagai produk penunjang pengembangan pariwisata alam f. Wisata religius : sebagai produk penunjang pengembangan pariwisata alam g. Wisata alam minat khusus lainnya seperti wisata bahari, penelusuran gua, arum jeram sebagai produk penunjang pengembangan pariwisata alam Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan (2003), jenisjenis kegiatan wisata alam yang dapat dikembangkan di lokasi/ objek wisata alam hutan, antara lain : a. Berkemah b. Mendaki gunung c. Menikmati keindahan alam d. Pengamatan kehidupan liar/satwa e. Mengamati tumbuhan anggrek, raflesia, dan lain-lain f. Tracking g. Lintas alam/ jelajah hutan, h. Pengamatan burung, dan lain-lain

i. Mendengar kicauan burung j. Memotret k. Menikmati hamparan hutan Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan (2003), atraksi wisata dalam suatu objek wisata sebaiknya dapat mengkombinasikan atau terbentuk oleh unsur-unsur berikut : 1. Flora Fauna Setiap jenis dari flora dan fauna mempunyai keunikan tersendiri dalam hal bentuk, tingkah laku dan sosial. Semua hal tersebut dapat menjadi daya bagi wisatawan, terutama tumbuhan yang berbunga indah dan berbuah unik, serta satwa besar yang mudah dilihat dengan mata telanjang. 2. Pemandangan Alam Perpaduan antara gunung-gunung, lembah, sungai, danau-danau dan teras sawah membentuk suatu kombinasi komposisi pemandangan alam yang indah, seperti yang banyak ditemukan di Sulawesi Selatan dan TN Babul. 3. Gunung Indonesia mempunyai tipe pegunungan lipatan, patahan dan vulkanik/gunung api. Semuanya menyediakan pemandangan dan sumber wisata yang bermanfaat untuk dikembangkan. Pegunungan patahan misalnya mempunyai gigir yang terjal dan berpotensi untuk olah raga panjat tebing. Gunung api yang aktif mempunyai kerucut yang tinggi dan indah merupakan daya tarik alami bagi wisatawan dan pencinta alam. 4. Sungai dan Danau Sungai dan danau merupakan potensi wisata yang sangat memikat bagi wisatawan maupun pencinta alam. Kegiatan wisata alam di sungai, mencakup rafting, sailing, fishing, dan canoeing. 5. Laut Sebagai suatu negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi wisata bahari yang dapat dikembangkan, baik untuk olah raga laut, menyelam, keindahan taman laut, dan olah raga menagkap ikan (game fishing).

6. Gua Di beberapa daerah, terutama daerah yang memiliki ekosistem karst ditemukan banyak gua yang memiliki ornamen yang sangat indah dengan berbagai bentuk. Gua-gua ini juga memberi kesempatan berpetualang bagi pada “Cavers” 7. Waduk Waduk juga merupakan tempat berwisata pada hari-hari tertentu, apalagi bila difasilitasi dengan olah raga dayung perahu, memancing, renang/selam, ataupun wisata perikanan (budi daya ikan hias, dll.)

2.11 Ekowisata Ekowisata adalah suatu model pengembangan wisata alam yang bertanggung jawab di daerah yang masih alami atau daerah-daerah yang dikelola secara alami dimana tujuannya selain untuk menikmati keindahan alam juga melibatkan unsur pendidikan dan dukungan terhadap usaha konservasi serta peningkatan pendapatan masyarakat setempat (Disparbud 2011) Fandeli (2001), kegiatan ekowisata selalu terkait dengan berbagai dukungan dengan unsur yang lain, antara lain : a. Dukungan Ekowisata Bagi Konservasi Sumberdaya Alam : (1)

Ekowisata memperhatikan kualitas daya dukung alam (Carrying Capacity) dan bersifat ramah lingkungan.

(2)

Ekowisata merupakan salah satu program pembangunan dan pelestarian secara terpadu (Integrating Conservation and Development Program) antara upaya konservasi sumberdaya alam dengan pengembangan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan.

(3)

Keberadaan ekowisata dapat meningkatkan status suatu kawasan menjadi diakui sebagai kawasan alam yang dilindungi.

(4)

Ekowisata merupakan alternatif yang dapat dipakai untuk meningkatkan partisipasi pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam konservasi sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati.

(5)

Kegiatan ekowisata mengusahakan sumbangan dana (Eco-cost) bagi upaya konservasi sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati. Ekowisata meminimalkan dampak negatif terhadap mutu dan kuantitas

keanekaragaman hayati yang disebabkan kegiatan wisata yang bersifat massal/konvensional (mass tourism). b. Dukungan Ekowisata Bagi Pemberdayaan Masyarakat : (1)

Ekowisata menghargai potensi sumberdaya lokal, sehingga mencegah terjadinya perubahan kepemilikan lahan, tatanan sosial, dan budaya masyarakat.

(2)

Kegiatan ekowisata berbasiskan masyarakat, sehingga menjadikan masyarakat sebagai pemilik, pelaku dan penerima manfaat utama.

(3)

Daya tarik kegiatan ekowisata bertumpu pada kekayaan sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati, sehingga kegiatan ekowisata diharapkan mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya konservasi sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati.

(4)

Masyarakat diupayakan untuk memiliki keyakinan bahwa ekowisata merupakan alternatif peningkatan pendapatan.

c. Dukungan ekowisata bagi pengembangan ekonomi yang berkelanjutan : (1)

Ekowisata membuka kesempatan kerja bagi masyarakat setempat untuk menjadi pelaku ekonomi secara langsung.

(2)

Ekowisata menjadi salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka otonomi daerah.

(3)

Ekowisata

merupakan

kegiatan

yang

sangat

menghargai

dan

memanfaatkan potensi serta sumberdaya lokal. Hal ini sebagai salah satu alternatif mencegah terjadinya “penyimpangan” devisa pada programprogram pariwisata selama ini. Artinya, ekowisata memberi sumbangan ekonomi kepada negara dan masyarakat setempat karena memanfaatkan potensi sumberdaya lokal secara lestari sejak perencanaan, pengelolaan, dan pembagian hasilnya. (4)

Karena memerlukan dukungan partisipasi masyarakat, maka ekowisata dapat diupayakan sebagai usaha ekonomi yang berkelanjutan dan terpadu dengan konservasi sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati.

2.12 Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian terkait strategi pemasaran maupun strategi pengembangan telah banyak dilakukan, antara lain : ”Studi Ketersediaan Prasarana Air Bersih dan Sanitasi di Pemukiman Padat Kota Jember” yang menggunakan analisis SWOT dengan menghasilkan kesimpulan strategi perlunya partisipasi masyarakat dan pemerintah daerah dengan strategi yang bertumpu kepada masyarakat (community based strategy) agar

meningkatkan

partisipasi

aktif

dari

masyarakat

(Dhokhikhah

&

Koesoemawati 2007). Ramli (2009) dalam penelitiannya yang berjudul ”Strategi Pengembangan Wisata di Pulau Bawean Kabupaten Gresik” bertujuan untuk menentukan aspek dukungan terbesar yang harus menjadi perhatian dalam pengambilan kebijakan dan keputusan pengembangan wisata di Pulau Bawean. Metode pengolahan data yang digunakan adalh matrik IFE, EFE, IE, SWOT, dan metode AHP (Analysis Hirarchi Process). Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa pengembangan wisata di Pulau Bawean memiliki tiga level. Level satu merupakan tujuan untuk menentukan prioritas pengembangan wisata. Level dua adalah kriteria atau pertimbangan untuk menentukan prioritas pilihan. Level ketiga adalah alternatif objek wisata yang dipilih terdiri dari tujuh objek yang meliputi penangkaran rusa, danau kastoba, pantai slayar, pantai pasir putih, pulau gili dan noko, air terjun, dan sumber air panas. Topik penelitian ”Pengaruh Job Satisfaction, Organizational, Commitment terhadap Customers Satisfaction dengan Internal Marketing sebagai Variabel Mediasi (Studi pada Rumah Sakit Swasta di Bandar Lampung)” menunjukkan bahwa pemasaran internal (suatu proses komunikasi dan menciptakan budaya organisasi yang berorientasi pelanggan dengan menjadikan karyawan sebagai mitra perusahaan yang bekerjasama dengan perusahaan untuk menyediakan produk dan layanan kepada pelanggan eksternal) secara positif berpengaruh terhadap komitmen organisasi dan kepuasan konsumen, serta kepuasan kerja secara positif juga berpengaruh terhadap komitmen organisasi (Ribhan 2010). Wulan (2010) dalam penelitiannya yang berjudul ”Strategi Pemasaran Wana Wisata Kartini Mantingan Kabupaten Rembang Jawa Tengah” bertujuan untuk

menyusun alternatif strategi pemasaran yang tepat untuk dijalankan oleh Wana Wisata Kartini Mantingan. Metode pengolahan data yang digunakan adalah matrik IFE, EFE, IE, SWOT, dan QSPM. Berdasarkan analisis matrik SWOT diperoleh empat strategi alternatif. Penentuan prioritas strategi berdasarkan QSPM merekomendasikan prioritas utama strategi adalah strategi mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang memiliki SDA potensial, lokasi strategis dan mudah dijangkau sekaligus mengikutsertakan dan bekerjasama dengan masyarakat sekitar dalam mengembangkan ”kampung wisata alam, budaya, dan pendidikan”. Saragih (2011) dalam penelitiannya yang berjudul ”Analisis Strategi Pemasaran Kampoeng Wisata Cinangneng Kabupaten Bogor Jawa Barat” dengan tujuan untuk menganalisis lingkungan eksternal dan internal perusahaan, penerapan strategi bauran pemasaran (marketing mix), merumuskan alternatif srategi pemasaran, dan menentukan prioritas strategi pemasaran Kampoeng Wisata Cinangneng. Metode pengolahan data yang digunakan adalah matrik IFE, EFE, IE, SWOT, QSPM, dan merancang tahap action plan. Berdasarkan analisis matrik SWOT diperoleh enam strategi alternatif. Penentuan prioritas strategi berdasarkan QSPM merekomendasikan prioritas utama strategi adalah melakukan pemasaran dan promosi secara inovatif, efektif, dan efisien. Perbedaan penelitian yang berjudul ”Strategi Pemasaran Objek Wisata Alam Talaga Remis di Taman Nasional Gunung Ciremai” dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah status kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis sebagai kawasan hutan negara, dukungan pemerintah daerah yang sangat besar terhadap dunia pariwisata Kabupaten Kuningan, strategi pemasaran objek wisata alam di kawasan taman nasional, dan adanya ulasan singkat terkait proses peralihan pihak pengelola dan pihak pengusahaan Objek Wisata Alam Talaga Remis.

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis di Desa Kadeula Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-April 2011.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, perekam suara, kamera, alat tulis, kalkulator, dan komputer serta program office 2007.

3.3 Jenis dan Sumber Data yang dikumpulkan Penelitian yang dilakukan pada Objek Wisata Alam Talaga Remis menggunakan metode analisis deskriptif. Dengan mengumpulkan data baik data primer maupun sekunder mengenai hasil-hasil yang telah dicapai atau apa-apa yang telah dimiliki (inventarisasi) melalui angket, observasi maupun pengamatan pada lokasi objek wisata alam yang menjadi sampel. Data primer diperoleh dari hasil kuesioner dari para pengunjung Obyek Wisata Alam Talaga Remis dan wawancara dengan pihak-pihak baik Balai Taman Nasional Gunung Ciremai maupun PDAU Darma Putra Kertaraharja yang menjadi narasumber utama terhadap masukan bagi penetapan strategi perusahaan yang akan diputuskan oleh para pimpinan. Teknik yang digunakan guna merumuskan (formulasi) strategi utama (grand strategies) perusahaan dapat menggunakan matrik David (1995:198). Model analisis yang dipakai pada tahap ini terdiri dari : (1) Tahap pengumpulan data, meliputi; (a) Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) matrik, (b) Evaluasi Faktor Internal (IFE) matrik; (2) Tahap Analisis dengan matrik Internal Ekternal (IE matrix) dan matrik SWOT, (3) Tahap pengambilan keputusan dengan menggunakan matrik QSPM. Hasil observasi dan wawancara dari para narasumber yang telah diperoleh dikelompokkan berdasarkan lingkungan internal dan eksternalnya, sebagai

berikut; (1) Evaluasi Faktor Eksternal (External Factor Evaluation/EFE) matriks. Dalam EFE matrik dilakukan pengumpulan data dari lingkungan eksternal dan dianalisis hal-hal yang menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi dan informasi tentang persaingan di pasar industri di mana perusahaan berada. (2) Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation /IFE) matrik menyangkut persoalan pasar dan pemasaran, keuangan, produksi dan operasi, dan aspek pengelolaan. Alat perumusan strategi ini menyimpulkan dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan yang besar dalam daerah-daerah fungsional perusahaan, dan juga untuk memberikan suatu basis bagi pengidentifikasian dan pengevaluasian hubungan diantara daerah-daerah tersebut. Dalam melaksanakan dan penggunaan matrik IFE dan matrik EFE yang sangat perlu diketahui mengenai penggunaan intuitive judgment. Penelitian yang dilakukan mengumpulkan dua jenis data yakni : data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif yaitu data berupa angka atau dapat dihitung, yang diperoleh dari hasil pemeriksaan kuesioner yang telah diisi oleh responden, seperti data penjualan dan penetapan harga. Data kualitatif adalah data berupa kata-kata verbal, yang tidak berupa angka atau yang tidak dapat dihitung, tetapi merupakan keterangan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti seperti sejarah berdirinya perusahaan, jenis atraksi wisata yag ditawarkan, fasilitas utama maupun penunjang, saluran distribusi, cara-cara promosi, dan pengolahan. Data tersebut bersumber dari responden yang berkecimpung secara langsung dalam kegiatan operasional perusahaan yang memberikan informasi, baik melalui wawancara maupun pengisian kuesioner.

3.3.1 Sumber Data Sumber data merupakan salah satu hal yang penting dalam penelitian. Untuk itu dalam penelitian ini akan diperoleh data dari dua sumber yakni sumber data primer dan data sekunder. Sumber data primer adalah sumber pertama dimana sebuah data dihasilkan. Dalam kaitan dengan penelitian ini maka sumber data primernya adalah yang diperoleh langsung dari pihak manajemen dan

pengusahaan dari Balai Taman Nasional Gunung Ciremai maupun PDAU Darma Putra Kertaraharja. Sumber data sekunder adalah sumber data kedua sesudah sumber data primer. Sedangkan sumber data sekunder adalah data yang dibuat dan dihasilkan dan disimpan oleh organisasi lain.

3.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan bagian instrumen pengumpulan data yang menentukan berhasil tidaknya suatu penelitian. Data yang dihasilkan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui : 1. Studi pustaka, yaitu penelitian yang dilakukan dengan membaca buku-buku pustaka yang berhubungan dengan penelitian ini. 2. Studi Lapang, yaitu cara pengumpulan data yang diperoleh secara langsung pada penelitian ini. Adapun metode yang digunakan dalam riset ini adalah sebagai berikut : a. Observasi lapangan, yaitu mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti yaitu bagaimana kegiatan pihak manajemen dan pengusahaan dalam melaksanakan pemasaran. Pelaksanaan observasi ini diharapkan dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang kegiatan pemasaran yang dilakukan Balai Taman Nasional Gunung Ciremai selaku pengelola dan PDAU Darma Putra Kertaraharja sebagai mitra dalam pengusahaan Objek Wisata Alam Talaga Remis. Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan kunjungan langsung ke tempat penelitian. b. Wawancara, yaitu mengadakan tanya jawab langsung ke responden (pihak manajemen dan pihak pengelola serta pengunjung) dengan menggunakan instrumen pedoman wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya. c. Angket, dengan menggunakan kuesioner terutama yang berkaitan dengan pemberian skor dan rating oleh pihak manajemen dan pengelola perusahaan pada matriks IFE, matrik EFE, dan matriks SWOT serta matriks QSPM. d. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan mencari dokumendokumen resmi yang berhubungan dengan Objek Wisata Alam Talaga Remis,

seperti arsip tentang aktivitas pengelola Objek Wisata Alam Talaga Remis terutama yang berhubungan dengan permasalahan yang ada dan pengambilan gambar berupa foto-foto. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Purposive Sampling yaitu dilakukan dengan mengambil orang-orang yang terpilih betul oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel itu. Sampling yang purposive adalah sampel yang dipilih dengan cermat hingga relevan dengan desain penelitian. Teknik penarikan sampel/pemilihan responden dalam studi ini didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman responden di bidang pariwisata dan khususnya yang mengetahui dan memahami tentang pariwisata di Objek Wisata Alam Talaga Remis. 2. Accidental Sampling yaitu teknik pengambilan sampel pada saat responden dijumpai di tempat wisata. Teknik ini menggunakan kuisioner/angket yang disebarkan kepada 40 pengunjung Objek Wisata Alam Talaga Remis yang diambil secara acak dan dijumpai di lokasi Objek Wisata Alam Talaga Remis.

3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari data deskriptif dan analisis tiga tahap formulasi strategi. Adapun alat bantu analisis yang digunakan dalam merumuskan strategi perusahaan adalah matriks faktor internal (matriks IFE), matriks faktor eksternal (matriks EFE), matriks IE, matriks SWOT, dan matriks QSPM.

3.5.1 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif menjelaskan tentang kegiatan, sumber daya manusia, produksi atau operasi, keuangan, dan akuntansi yang digunakan perusahaan. Analisis ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan analisis yang lain diantaranya : (1) digunakan untuk menyelidiki dan memecahkan masalah yang tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data saja, tetapi juga meliputi analisis, dan interpretasi data sampai pada kesimpulan yang didasarkan atas penelitian, (2) menggambarkan kondisi riil perusahaan. Serta untuk menjelaskan

ragam dan potensi kawasan objek wisata alam, keinginan pengunjung, pengembangan wisata, dan efisiensi pemasaran serta memberi suatu gambaran tentang variabel-variabel yang diteliti.

3.5.2 Analisa Tiga Tahap Formulasi Strategi Proses penyusunan strategis dilakukan dengan melalui tiga tahap analisis, yaitu tahap masukan (input stage), tahap analisis/pencocokan (matching stage), dan tahap keputusan (decision stage). Tahap akhir analisis kasus adalah memformulasikan keputusan yang akan diambil. Keputusannya didasarkan alasan justifikasi yang dibuat secara kualitatif maupun kuantitatif, terstruktur maupun tidak terstruktur, sehingga dapat diambil keputusan yang signifikan dengan kondisi yang ada. Untuk jelasnya, proses penyusunan perencanaan strategis dapat dilihat pada kerangka formulasi strategis seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4. 1. TAHAP MASUKAN Matrik Evaluasi Matrik Evaluasi Faktor Eksternal Faktor Internal (EFE) (IFE) 2. TAHAP ANALISIS MATRIK MATRIK SWOT INTERNAL EKSTERNAL 3. TAHAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN Matrik Perencanaan Strategis Kuantitatif (Quantitave Strategic Planning (QSPM) Matrix Gambar 4 Analisis tahapan formulasi strategi.

3.5.2.1 Tahap Masukan (Input Stage) Tahap ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra-analisis. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan data internal. Data eksternal dapat diperoleh dari lingkungan di luar perusahaan, seperti analisis pasar, analisis kompetitor, analisis komunitas, analisis pemasok, analisis pemerintah, dan analisis kelompok kepentingan tertentu. Sedangkan data internal

dapat diperoleh di dalam perusahaan itu sendiri, seperti laporan keuangan (neraca, laba-rugi, cash-flow, struktur pendanaan), laporan kegiatan sumber daya manusia jumlah karyawan, pendidikan, keahlian, pengalaman, gaji, laporan kegiatan operasional, dan laporan kegiatan pemasaran. Dalam evaluasi faktor strategis yang digunakan pada tahap ini adalah model Matrik Faktor Strategis Eksternal dan Matrik Faktor Strategi Internal. Adapun tahapan dalam penyusunan matrik IFE dan EFE adalah : 1. Identifikasi faktor internal dan eksternal perusahaan Dalam tahap pengidentifikasian faktor internal dan eksternal dilakukan dengan mendaftarkan seluruh kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan serta peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Dalam penyajian matrik, faktor yang bersifat positif (kekuatan dan peluang) ditulis sebelum faktor yang bersifat negatif (kelemahan dan ancaman). 2. Pemberian bobot faktor Pada analisis internal dan eksternal, penentuan bobot dilakukan dengan mengajukan kuesioner kepada pihak manajemen atau pihak yang mempunyai andil dalam pengambilan keputusan dengan menggunakan metode “paired comparison” (Kinnear & Taylor 1991). Bobot menunjukkan tingkat kepentingan relatif suatu faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam suatu industri. Penentuan bobot pada setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3. Penilaian untuk setiap skala dapat dijelaskan sebagai berikut : 1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = jika indikator horizontal sama penting daripada indiator vertikal 3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

Tabel 1 Penilaian bobot faktor internal Faktor Kritis

A

B

C

……

Total

Bobot

C

……

Total

Bobot

A B C …..

Sumber : Kinnear & Taylor (1991) Tabel 2 Penilaian bobot faktor eksternal Faktor Kritis

A

B

A B C ….. Sumber : Kinnear & Taylor (1991)

Bobot tiap faktor diperoleh dengan menentukan nilai tiap faktor terhadap total nilai faktor. Bobot yang diberikan berada pada kisaran 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (paling penting). Faktor-faktor yang memiliki pengaruh besar pada perusahaan menghasilkan bobot yang tinggi. Jumlah seluruh bobot yang diberikan pada tiap faktor harus sama dengan 1,0. Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel. 3. Pemberian rating Penentuan rating dilakukan terhadap variabel-variabel dari hasil analisis situasi perusahaan. Dalam mengukur pengaruh masing-masing variabel terhadap kondisi perusahaan digunakan skala 1, 2, 3, dan 4. Pemberian nilai rating kekuatan dan kelemahan pada matrik IFE menggunakan skala : 1 = kelemahan utama 2 = kelemahan kecil 3 = kekuatan kecil 4 = kekuatan utama

Pemberian nilai rating peluang dan ancaman pada matrik EFE menggunakan skala : 1 = respon perusahaan rendah 2 = respon perusahaan rata-rata 3 = respon perusahaan di atas rata-rata 4 = respon perusahaan superior 4. Perkalian bobot dan rating Langkah selanjutnya adalah menentukan nilai tetimbang tiap faktor yang diperoleh dari perkalian bobot dengan rating setiap faktor. Nilai tertimbang setiap faktor kemudian dijumlahkan untuk memperoleh total nilai tertimbang bagi organisasi (David 2006). Tabel 3 Matriks IFE Faktor-faktor strategi Internal

Bobot

Rating

Bobot x Rating

Rating

Bobot x Rating

Kekuatan

Kelemahan

Sumber : David (2006)

Tabel 4 Matriks EFE Faktor-faktor strategi Eksternal

Peluang

Ancaman

Sumber : David (2006)

Bobot

Total nilai tertimbang pada matrik IFE dan EFE akan berada pada kisaran 1,0 (terendah) hingga 4,0 (tertinggi), dengan nilai rata-rata 2,5. Semakin tinggi nilai total tertimbang perusahaan pada matrik IFE dan EFE mengindikasikan perusahaan merespon peluang dan ancaman (faktor eksternal) atau kekuatan dan kelemahan (faktor internal) dengan baik pula, begitu pula sebaliknya.

3.5.2.2 Tahap Pencocokan (Matching Stage) Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan perusahaan, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi. Dalam hal ini digunakan model matrik TOWS atau matrik SWOT dan matrik internaleksternal.

a. Matrik Internal-Eksternal (lE) Tahap ini merupakan tahap pencocokan dengan memasukkan hasil pembobotan matriks EFE dan IFE ke dalam matriks IE. Matriks IE tersebut dapat mengidentifikasikan 9 (sembilan) sel strategi perusahaan, tetapi pada prinsipnya ke sembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu: Pertama, Posisi perusahaan yang berada pada sel I, II, dan IV dapat digambarkan sebagai ”Growth” dan ”Build”. Strategi yang cocok bagi perusahaan yang berada pada sel-sel tersebut Intensive (market penetration, market development, dan product development). Kedua, Posisi perusahaan yang berada pada sel III, V, VII paling baik dikendalikan dengan strategi-strategi ”Hold” dan ”Maintain”. Strategi yang umum dipakai yaitu strategi market penetration, dan product development. Ketiga, Posisi perusahaan yang berada pada sel VI, VIII, dan IX dapat menggunakan strategi ”Harvest” atau ”Divestiture.” Strategi yang umum dipakai dalam posisi ini adalah strategi divestasi atau usaha memperkecil sekaligus mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan dengan cara perampingan biaya produksi.

TOTAL SKOR RATA-RATA IFE Kuat Rata – rata (3.0 – 4.0) (2.0 - 2.99)

Lemah (1.0 – 1.99) Tinggi

1

2

3

(3.0 – 4.0)

Menengah 4

5

6 (2.0 – 2.99)

TOTAL SKOR RATARATA EFE

Rendah 7

8

9 (1.0 – 1.99)

Gambar 5 Tahap pencocokan matriks internal-eksternal.

b. Matrik TOWS atau SWOT Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis, yaitu : 1. Strategi SO Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. 2. Strategi ST Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. 3. Strategi WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi WT Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Pembuatan redaksi alternatif strategi berdasarkan pada hasil peringkat matrik IFE dan matrik EFE yang dipasangkan/dijodohkan berdasarkan alternatif strategi yang akan diterapkan oleh perusahaan (termasuk mempertimbangkan visi, misi, dan posisi yang dimiliki oleh perusahaan) dengan catatan semua faktorfaktor internal dan eksternal terpetakan/teridentifikasi. Tabel 5 Matriks SWOT Faktor Internal

Faktor Eksternal

STRENGTH (S) Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal

OPPORTUNITIES (O) Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal

THREATS (T) Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal

STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

WEAKNESS (W) Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal

STRATEGI WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

STRATEGI ST STRATEGI WT Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan untuk mengatasi ancaman dan menghindari ancaman

Metode diagram analisis SWOT menggunakan skor pada matrik IFE dan matrik EFE yang telah dihasilkan. Berdasarkan hasil skor matrik IFE dan matrik EFE diperoleh : Koordiant sumbu Y = Skor peluang + Skor ancaman Koordinat sumbu X = Skor kekuatan + Skor kelemahan Jadi koordinat Objek Wisata Alam Talaga Remis pada diagram analisis SWOT adalah (koordinat sumbu X, koordinat sumbu Y).

3.2.2 3 Tahap Pengambilan Keputusan (Decision Stage) Tahap pengambilan keputusan selanjutnya menyusun daftar prioritas yang harus diimplementasikan. Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) merupakan teknik yang secara objektif dapat menetapkan strategi alternatif yang diprioritaskan. Sebagai suatu teknik, QSPM memerlukan good intuitive judgement. Langkah-langkah dalam menyusun matriks QSPM adalah sebagai berikut : a. Buatlah daftar faktor eksternal (kesempatan/ancaman) dan faktor internal (kekuatan/kelemahan) di sebelah kiri dari kolom matrik QSPM. Informasi ini harus diambil langsung dari matriks IFE dan EFE. b. Berilah bobot untuk setiap faktor eksternal dan internal. Bobot ini identik dengan yang ada pada matriks IFE dan EFE. Bobot disajikan dalam kolom di samping kanan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal. c. Analisis matrik yang sesuai dari langkah kedua dengan mengidentifikasikan strategi alternatif yang harus diimplementasikan. Strategi-strategi ini dicatat pada baris atas dari QSPM. d. Berikan skor altematif (Attractiveness Score – AS) sebagai angka yang mengindikasi daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam set alternatif tertentu dengan rentang skor sebagai berikut : 1 = tidak memiliki daya tarik 2 = daya tariknya agak menarik 3 = daya tariknya cukup menarik 4 = daya tariknya sangat menarik e. Kalikan bobot dengan AS pada masing-masing faktor eksternal/internal pada setiap strategi untuk mendapatkan total nilai daya tarik (Total Attractiveness Score – TAS). Semakin tinggi total nilai daya tarik, semakin menarik alternatif strategi tersebut. f. Penjumlahan total nilai daya tarik dengan menambahkan total nilai daya tarik dalam masing–masing kolom strategi dari QSPM. Penjumlahan total nilai daya tarik (STAS) mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dari setiap set alternatif. Nilai yang lebih tinggi mengindikasikan strategi yang lebih menarik,

mempertimbangkan semua faktor internal dan eksternal yang relevan yang dapat mempengaruhi keputusan strategi. Tabel 6 Matriks QSPM Faktor Kunci Bobot

Faktor Internal .................. .................. Faktor Eksternal ................... ................... Sumber : David (2006)

Alternatif Strategi

Strategi 1

Strategi 2

Strategi 3

Strategi 4

AS TAS

AS

AS

AS TAS

TAS

TAS

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Letak, Luas, dan Batas Objek Wisata AlamTalaga Remis Objek Wisata Alam Talaga Remis secara astronomi dan geografis terletak pada 108°24’54” BT dan 6°47’18” LS. Batasan administratif kawasan ini dikelilingi oleh 4 desa yaitu Desa Kaduela, Desa Pasawahan, Desa Padabeunghar Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan dan Desa Cikalahang Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon (PDAU 2011). Luas areal Obyek Wisata Alam Talaga Remis yaitu ± 27,848 ha yang baru dioptimalkan ± 13,3 ha dengan luas danau Talaga Remis ± 3,5 ha, kedalaman 1675 mdpl, dan 17 titik mata air dengan debit 130 liter/detik. Menurut pembagian wilayah Taman Nasional Gunung Ciremai maka Objek Wisata Alam Talaga Remis berada di dalam wilayah kerja Resort Pasawahan dan Seksi Pengelolaan Taman Nasional I Wilayah Kuningan, Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (PDAU 2011).

4.2 Keadaan Umum Lapangan 1. Iklim Kondisi iklim kawasan Obyek Wisata Alam Talaga Remis dan sekitarnya berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson termasuk ke dalam tipe iklim B dengan curah hujan bulanan berkisar antara 129-520 mm dengan kondisi merata sepanjang tahun. Curah hujan tahunan berkisar antara 310–4120 mm. Suhu rata-rata bulanan antara 18°C–28°C dengan kelembaban udara relatif rata-rata 48% (Perhutani 2009). 2. Topografi Objek Wisata Alam Talaga Remis terletak pada ketinggian antara 200–287 mdpl. Di daerah cekungan kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis terdapat 8 telaga yang dikenal dengan sebutan Talaga Remis, Talaga Leat, Talaga Nilem, Talaga Deleg, Talaga Leutik, Talaga Buruy, Talaga Tespong, Situ Ayu Salintang, dan Sumur Jalatunda (Perhutani 2009).

3. Geografi dan Tanah Batuan di sekitar lokasi Objek Wisata Alam Talaga Remis berasal dari bahan vulkanik Gunung Ciremai yang tersusun dari lahar dan lava, basal andesit dengan oligoklas andesit, labradorit, olivine, piraksin, dan horublande (Perhutani 2009). 4. Hidrologi Secara hidrologis kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis dengan 8 talaganya yang masing-masing memiliki mata air masing-masing dengan kuantitas cukup melimpah dan berkualitas seperti 2 mata air yang mengalir deras yaitu mata air Nyi Eloh dan mata air Bujangga (Perhutani 2009).

4.3 Potensi Biologi 1. Flora Kawasan sekitar Obyek Wisata Alam Talaga Remis memiliki 160 jenis tumbuhan, diantaranya Sonokeling, Pinus, Malaka, Kosambi dan lain-lain serta terdapat jenis tumbuhan langka yaitu Pisang Hiyang (Perhutani 2009). 2. Fauna Beberapa jenis satwa yang umum ditemui pada Obyek Wisata Alam Talaga Remis diantaranya ular, kuskus, landak, monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), bajing (Callosciurus notatus), tupai (Tupaina tana), berbagai jenis burung elang, dan burung bersuara merdu (Perhutani 2009).

4.4 Visi dan Misi Pihak Pengusahaan Perusahaan Daerah Aneka Usaha Darma Putra Kertaraharja (2011) merupakan BUMD Kabupaten Kuningan yang berperan sebagai pihak pengusahaan Objek Wisata Alam Talaga Remis memiliki konsep pengembangan yang mengacu pada prinsip – prinsip : 1. Konservasi, bertujuan untuk perlindungan terhadap keanekaragaman hayati dan ekosistemnya. Tujuan pengelolaan dalam aspek konservasi ini merupakan pembatasan dari penentuan jenis-jenis aktivitas dan sarana prasarana yang akan dikembangkan.

2. Pendidikan, bertujuan sebagai sarana pendidikan di alam bebas yang dapat menimbulkan rasa kebanggaan terhadap kekayaan alam. Tujuan pengelolaan dalam aspek ini adalah dapat menimbulkan rasa tanggung jawab untuk menghargai kekayaan alam dengan bijaksana dan sikap yang dipegang teguh oleh masyarakat dan pengunjung. 3. Ekonomi, bertujuan memberikan manfaat sekitar kawasan dan pengembangan wilayah. Tujuan pengelolaan dalam aspek ini adalah mengikutsertakan masyarakat sekitar dalam kegiatan pemanfaatan pariwisata alam serta meningkatkan kehidupan perekonomian daerah. 4. Peran masyarakat, bertujuan membantu meningkatkan kesejahteraan di sekitar kawasan. Tujuan pengelolaan dalam aspek ini adalah memberdayakan masyarakat dalam berbagai kegiatan wisata untuk kepentingan perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha. 5. Rekreasi,

bertujuan

memanfaatkan

potensi

kawasan

sebagai

sarana

pemenuhan kebutuhan rekreasi alam dan pariwisata berlandaskan prinsipprinsip pelestarian alam dan lingkungan hidup. Tujuan pengelolaan dalam aspek ini merupakan upaya peran serta sektor kehutanan dalam konteks pengembangan pariwisata alam. Sesuai dengan potensi wisata alam yang dimiliki oleh Objek Wisata Alam Talaga Remis maka Talaga Remis mempunyai peluang untuk dijadikan tempat beristirahat yang lengkap dengan fasilitas wisata biasa dikenal dengan istilah resort. Maka dari itu, konsep pengembangan Objek Wisata Alam Talaga Remis diantaranya (PDAU 2011) : 1. Menata Talaga Remis sehingga layak dijadikan tempat peristirahatan. 2. Lahan yang tersedia akan dimanfaatkan dengan membangun bermacammacam fasilitas wisata dengan desain semi permanen dan disesuaikan dengan arsitektur budaya setempat. 3. Menjadikan Talaga Remis sebagai tempat peristirahatan yang lengkap dengan fasilitas wisata. 4. Penataan ruang dalam maupun luar sehingga mempunyai citra rasa resort berkelas. 5. Memadukan konsep konservasi alam dengan konsep resort.

6. Pengelolaan manajemen yang baik terutama dalam hal operasional dan perawatan. 7. Mengakomodir pihak-pihak yang selama ini terkait dengan Talaga Remis untuk bekerjasama dalam pengelolaan dan pengembangan Talaga Remis. Sesuai dengan konsep pengembangan maka brand yang akan digunakan untuk mengembangkan dan mempromosikan Talaga Remis adalah Talaga Remis Spa & Resort. PDAU Darma Putra Kertaraharja mempunyai tekad untuk menjadi motor penggerak perekonomian Kabupaten Kuningan. Sebagaimana salah satu misi Kabupaten Kuningan yaitu meningkatkan pengembangan kepariwisataan daerah melalui penguatan sarana dan prasarana, sinergitas sektor dan wilayah, serta produktivitas

dengan

berorientasi

pada

pemberdayaan

perekonomian

kepariwisataan Kabupaten Kuningan dengan cara mengembangkan dan mengelola objek wisata yang ada di Kabupaten Kuningan (PDAU 2011). PDAU Darma Putra Kertaraharja menjadi pihak pengusahaan objek wisata alam yang ada di kawasan Taman Nasional terlebih dahulu menyelesaikan proses pengajuan ijin pengusahaan pariwisata di kawasan Taman Nasional yang sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku, diantaranya (PDAU 2011) : 1. Mengurus administrasi dalam pengajuan IPPA (Ijin Pengusahaan Pariwisata Alam), 2. Setelah IPPA keluar maka segera menyelesaikan IUPSWA (Ijin Usaha Pengusahaan Sarana Wisata Alam), 3. Ketika IUPSWA keluar maka dilanjutkan dengan membuat RPPA yang merupakan rencana kegiatan untuk mencapai tujuan usaha pemanfaatan pariwisata alam yang dibuat oleh pengusaha pariwisata alam pada rencana pengelolaan kawasan konservasi, 4. RPPA yang telah disetujui, akan dilakukan pemantauan selama 1 tahun terkait perkembangan dari RPPA yang telah dibuat oleh pihak pengusahaan, 5. Jangka waktu ijin pengusahaan pariwisata alam di kawasan taman nasional berlaku sampai 55 tahun dan dapat diperpanjang lagi.

4.5 Daya Tarik Wisata PDAU (2011) menyatakan bahwa daya tarik wisata alam yang dimiliki oleh Objek Wisata Alam Talaga Remis antara lain : 1. Talaga Remis Panorama alam sekitar danau Talaga Remis memberikan pesona keindahan dan berhawa sejuk yang ditunjang oleh adanya tegakan vegetasi hutan serta lingkungan pegunungan dan perbukitan. 2. Panorama Alam Objek Wisata Alam Talaga Remis dikelilingi dan berbatasan dengan lahan garapan dan kebun/ladang penduduk. Keberadaan lahan garapan dan ladang sugar-mager penduduk tersebut mendukung potensi wisata dalam kawasan. 3. Ziarah Ziarah ke tempat makam leluhur dan petilasan yang dikeramatkan merupakan budaya yang berkembang pada masyarakat Cirebon dan sekitarnya, yang tumbuh dari perkawinan Hindu, Confusius, dan Islam sejak Kesunanan dan Kesultanan Cirebon. Ziarah yang ada di Objek Wisata Alam Talaga Remis diantaranya Makam Buyut Meremes, Buyut Salintang, dan Pangeran Salingsingan. 4. Buper (Bumi Perkemahan) yang sering digunakan oleh para pelajar dan mahasiswa untuk kegiatan berkemah. 5. Arena bermain anak-anak berupa ayunan, seluncuran anak, dan sebagainya. 6. Wisata air berupa sepeda air, angsa boat, dan perahu boat.

4.6 Sejarah Peralihan Obyek Wisata Alam Talaga Remis Objek wisata alam yang semula dikenal sebagai Wana Wisata Talaga Remis dibawah pengelolaan Perum Perhutani ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 369/Kpts/Um6/1978 tanggal 9 Juni 1978 dengan luas 13,3 ha. Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 424/Menhut-II/2004 penetapan luas Taman Nasional Gunung Ciremai ± 15.500 ha berubah statusnya menjadi kawasan pelestarian alam dibawah pengelolaan Balai Taman Nasional Gunung Ciremai yang pengembangannya diarahkan untuk optimalisasi fungsi hutan yaitu sebagai perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan sumber daya yang terkandung didalamnya serta mengembangkan aspek rekreasi atau pariwisata (BTNGC 2010).

Pada tanggal 7 Juli 2009 Bupati Kuningan mengeluarkan SK No. 430/Kpts.213-Disparbud/2009

tentang penunjukkan

dinas

Pariwisata

dan

Kebudayaan Kabupaten Kuningan sebagai pihak pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) Talaga Remis, Bumi Perkemahan dan Jalur Pendakian Palutungan, Bumi Perkemahan dan Jalur Pendakian Cibunar, Bumi Perkemahan Cibeureum, Bumi Perkemahan Paniis, dan Objek Wisata Alam Balong Dalem (BTNGC 2010). Beberapa bulan diberlakukannya SK No. 430/Kpts.213-Disparbud/2009, Bupati Kuningan mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan No 8 tahun 2009 tentang pendirian perusahaan daerah aneka usaha Kabupaten Kuningan maka terbentuklah salah satu badan BUMD Kabupaten Kuningan yang bertujuan

untuk

menunjang

pembangunan

daerah,

mengukuhkan,

dan

meningkatkan kualitas usaha dan pasar produk-produk masyarakat serta memperkuat dan meningkatkan kualitas lembaga-lembaga ekonomi masyarakat. Pengukuhan atas PDAU Darma Putra Kertaraharja diperkuat oleh keputusan Bupati Kuningan No. 180/kpts. 251-Huk/2010 tentang penunjukan PDAU Darma Putra Kertaraharja untuk melakukan pengusahaan pariwisata alam di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai. Salah satu pariwisata alam yang diusahakan PDAU Darma Putra Kertaraharja adalah Obyek Wisata Alam Talaga Remis (BTNGC 2010). Kebijakan terkait pengelolaan objek dan daya tarik wisata (ODTW) yang berada di bawah Balai Taman Nasional Gunung Ciremai dapat dikelola oleh BUMD dengan mengajukan Izin Pengusahaan Pariwisata Alam (IPPA) berdasarkan surat dari Dirjen Kehutanan kepada Bupati Kuningan dengan nomor S.521/N-PLJWA/2009 dan keputusan Menteri Kehutanan No. 446/kpts-II/1996. Kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan tidak lain agar melalui pengelolaan berbagai potensi secara optimal diharapkan akan menarik dunia usaha untuk melakukan kegiatan penanaman modal di Kabupaten Kuningan yang dapat dipastikan bahwa aktivitas ekonomi akan meningkat dan pada gilirannya akan mengangkat kesejahteraan masyarakat. Fenomena tersebut sedikit banyak mempunyai dampak yang cukup besar terhadap sumber-sumber penerimaan daerah berupa pendapatan asli daerah (PDAU 2011).

Kerjasama atau koordinasi yang dilakukan Balai Taman Nasional Gunung Ciremai dengan instansi lain dalam pengelolaan kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai memberikan pengaruh yang cukup positif bagi pembinaan dan pengembangan pengelolaan kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai. Kerjasama atau koordinasi dilakukan dengan prinsip saling percaya (mutual respect), saling menghormati (mutual trust), dan saling memberi manfaat / mutual benefit (BTNGC 2010).

4.7 Balai Taman Nasional Gunung Ciremai Balai Taman Nasional Gunung Ciremai merupakan salah satu unit pelaksana teknis dalam organisasi Kementerian Kehutanan yang menjalankan amanat kebijakan prioritas pembangunan kehutanan di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai. Balai Taman Nasional Gunung Ciremai ditunjuk sebagai taman nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 424/MenhutII/2004 tanggal 19 Oktober 2004 tentang perubahan fungsi kelompok hutan lindung pada kelompok hutan Gunung Ciremai seluas ± 15.500 hektar yang terletak di Kabupaten Kuningan dan Majalengka, Provinsi Jawa Barat menjadi Taman Nasional (BTNGC 2010). Penunjukkan kawasan hutan Gunung Ciremai menjadi taman nasional merupakan usulan Pemerintah Kabupaten Kuningan melalui surat nomor 522/1480/Dishutbun tanggal 26 Juli 2004 perihal ”Proposal Gunung Ciremai sebagai Kawasan Pelestarian Alam” dan kabupaten Majalengka melalui surat No. 522/2394/Hutbun tanggal 13 Agustus 2004 perihal ” Proposal Gunung Ciremai sebagai Kawasan Pelestarian Alam”. Proposal usulan Bupati Kuningan ditindaklanjuti dengan Surat Bupati Kuningan kepada Ketua DPRD Kabupaten Kuningan melalui surat No. 522.6/1653/Dishutbun tanggal 23 Agustus 2004 perihal ”Pengelolaan Kawasan Gunung Ciremai sebagai Kawasan Pelestarian Alam” (BTNGC 2010). Hal tersebut langsung mendapatkan respon positif dari DPRD Kabupaten Kuningan dengan mengirimkan surat kepada Menteri Kehutanan melalui surat pimpinan DPRD Kabupaten Kuningan No.661/266/DPRD perihal dukungan atas usulan pengelolaan kawasan hutan Gunung Ciremai menjadi kawasan taman

nasional. Pengusulan tersebut dilatarbelakangi oleh fungsi ekologi Gunung Ciremai yang sangat besar khususnya daerah catchment area

atau daerah

tangkapan air yang sangat berperan penting sebagai penyediaan air baik sebagai bahan baku air minum maupun air irigasi pertanian bagi kabupaten sekitarnya yaitu Kuningan, Majalengka, dan Cirebon. Balai Taman Nasional Gunung Ciremai memiliki program prioritas pada tahun 2010-2014 menetapkan visi Taman Nasional Gunung Ciremai ”Terwujudnya kelestarian Taman Nasional Gunung Ciremai sebagai sumber air utama untuk kehidupan dan kesejahteraan masyarakat” dan salah satu arah kebijakannya adalah optimalisasi jasa lingkungan dan wisata alam dengan indikator terselesaikannya nota kerjasama dengan pengelola objek wisata dan pengguna jasa lingkungan air di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC 2010). Pariwisata tidak dapat dilepaskan sebagai salah satu sektor pembangunan yang menyeluruh. Itu sebabnya penyelenggaraan pariwisata harus memperhatikan prinsip partisipasi masyarakat, budaya lokal, aspek konservasi sumber daya, pendidikan dan pelatihan, promosi, akuntabilitas, serta pemantauan dan evaluasi. Begitupun dengan konsep wisata alam yang dikelola oleh Balai Taman Nasional Gunung Ciremai yang sekarang bekerjasama dengan PDAU Darma Putra Kertaraharja, aspek-aspek tersebut harus menjadi tolak ukur keberhasilan dan upaya untuk meningkatkan potensi wisata di Kabupaten Kuningan. Sumberdaya utama pariwisata itu sendiri adalah alam dan budaya. Sumberdaya alam harus dipelihara agar dapat memberi manfaat keberlanjutan. Sumberdaya alam harus dipelihara agar memberi manfaat keberlanjutan. Sumberdaya alam adalah modal utama yang menjadi daya tarik wisatawan. Sumber daya budaya seperti yang berhubungan dengan sejarah, adat istiadat, kearifan lokal, serta teknologi tradisional merupakan aset bangsa yang memiliki potensi keragaman untuk dikembangkan menjadi daya tarik baik dalam skala lokal maupun nasional (BTNGC 2010).

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan wisata alam di dalam kawasan konservasi diarahkan kepada upaya pendayagunaan potensi objek wisata alam dengan tetap memperhatikan prinsip keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan pelestarian.

5.1 Analisis Lingkungan Internal 5.1.1 Pasar dan Pemasaran Segmentasi pasar yang dilakukan Obyek Wisata Alam Talaga Remis berdasarkan dari segi kelas sosial yaitu kalangan menengah ke bawah. Hal ini didasarkan pada tingkat pendapatan pengunjung yang relatif rendah dengan target pasar utama yaitu para pelajar dan keluarga. UMR masyarakat Kabupaten Kuningan sebesar Rp 749.000,-/bulan menjadi salah satu alasan yang menyebabkan jarangnya masyarakat daerah Kabupaten Kuningan untuk berkunjung menghabiskan sebagian pendapatannya untuk berwisata di Objek Wisata Alam Talaga Remis. Hal tersebut diperkuat dengan hasil yang diperlihatkan pada tabel 7. Tabel 7 Pendapatan pengunjung perbulan obyek wisata alam Talaga Remis No. Pendapatan Jumlah (orang) Persentase (%) 13 32,5 1. < Rp 500.000,2 5 2. Rp 500.000 – Rp 1.500.000 17 42,5 3. Rp 1.500.000 – Rp 2.500.000 8 20 4. Rp 2.500.000 – Rp 5.000.000 Total 40 100 Sumber : Data Primer (2011)

Pengunjung yang datang berwisata ke Objek Wisata Alam Talaga Remis berdasarkan tabel 8 terlihat bahwa mayoritas pengunjung berasal luar Kabupaten Kuningan diantaranya Majalengka, Cirebon, Brebes, Tegal, Bandung, Jakarta, Sumedang, dan Indramayu yang tingkat pendapatannya lebih baik dibandingkan dengan Kabupaten Kuningan.

Tabel 8 Daerah asal pengunjung ODTWA Talaga Remis No Asal Daerah Jumlah (orang) 1 Kuningan 15 2 Luar Kuningan 25 Total 40

Persentase (%) 37,5 62,5 100

Sumber : Data Primer (2011)

Adanya perubahan pihak pengelolaan dan pihak pengusahaan Obyek Wisata Alam Talaga Remis memberikan efek yang negatif terhadap jumlah kunjungan wisatawan. Sebelum dikelola oleh Balai Taman Nasional Gunung Ciremai yang bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan yaitu dikelola oleh Perum Perhutani KPH Kuningan jumlah pengunjung ± 27. 510 orang/tahun pada tahun 2009. Sedangkan setelah dikelola Balai Taman Nasional Gunung Ciremai yang bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan jumlah pengunjung hanya mencapai ± 20.136 orang/tahun pada tahun 2010. Hal ini merupakan salah satu dampak negatif dari proses peralihan pihak pengusahaan dari Perum Perhutani KPH Kuningan ke Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan. Tabel 9 Jumlah pengunjung obyek wisata alam Talaga Remis Jumlah Pengunjung Obyek Wisata Alam Talaga Remis (orang/tahun) 2006

2007

2008

2009

2010

66859

56433

32112

27510

20136

Sumber : Disparbud (2011)

Tabel 10 yang menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan pada bulan Januari-Maret tahun 2010 dan 2011 terlihat peningkatan pengunjung yang signifikan yaitu pada tahun 2010 ketika Balai Taman Nasional Gunung Ciremai yang bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan pada bulan Januari jumlah pengunjung ± 4057 orang/bulan, pada bulan Februari jumlah pengunjung ± 1058 orang/bulan, dan pada bulan Maret jumlah pengunjung ± 1075 orang/bulan. Sedangkan pada tahun 2011 ketika Balai Taman Nasional Gunung Ciremai yang bekerjasama dengan PDAU Darma Putra Kertaraharja pada bulan Januari jumlah pengunjung ± 4561 orang/bulan, pada bulan Februari jumlah

pengunjung ± 2395 orang/bulan, dan pada bulan Maret jumlah pengunjung ± 2276 orang/bulan. Tabel 10 Perbedaan jumlah pengunjung pada bulan Januari-Maret Jumlah Pengunjung Obyek Wisata Alam Talaga Remis (orang/bulan) Bulan

Tahun

Januari

2006 5130

2007 3175

2008 3981

2009 3055

2010 4057

2011 4561

Februari Maret

6005 4198

3219 3310

2799 2781

3108 3158

1058 1075

2395 2276

Sumber : Disparbud (2011)

Hasil wawancara dengan pihak petugas lapangan Objek Wisata Alam Talaga Remis didapatkan informasi bahwa pada hari biasa (Senin-Jum’at) jumlah pengunjung yang berkunjung ke ODTWA Talaga Remis minimal 20 orang sedangkan pada hari libur (sabtu-minggu) dan libur kalender jumlah pengunjung yang berwisata di ODTWA Talaga Remis minimal 207 orang. Sehingga dapat dikatakan bahwa Objek Wisata Alam Talaga Remis masih memiliki daya tarik bagi para pengunjung yang berasal dari dalam maupun luar Kabupaten Kuningan. Namun yang perlu diwaspadai adalah pola jumlah pengunjung perbulan ODTWA Talaga Remis memiliki pola yang sama ketika dikelola oleh instansi manapun. Pada bulan Januari terjadi lonjakan jumlah pengunjung akibat pengaruh tahun baru ataupun pengaruh motivasi pengunjung yang baru pertama kali datang ke ODTWA Talaga Remis untuk berlibur. Tapi ketika pada bulan-bulan berikutnya terjadi penurunan yang cukup signifikan. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran ODTWA Talaga Remis. Kegiatan pemasaran Obyek Wisata Alam Talaga Remis tercermin dari bauran pemasaran (marketing mix), yaitu produk (product), harga (price), promosi (promotion), dan tempat atau saluran distribusi (place). 1. Produk Obyek Wisata Alam Talaga Remis merupakan perpaduan antara pesona alam pegunungan hutan serta air telaga yang jernih serta didukung udara pegunungan yang sejuk menantang untuk berwisata menguak misteri hutan. Potensi dan kegiatan wisata yang dimiliki Objek Wisata Alam Talaga Remis antara lain pemandangan alam dan wisata air.

Objek Wisata Alam Talaga Remis memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan dengan baik yang didukung oleh trend masyarakat terutama masyarakat daerah perkotaan yang ingin menikmati alam, udara bersih, dan jauh dari kebisingan kota saat berlibur. Beberapa atraksi wisata yang dapat menjadi produk tambahan bagi Objek Wisata Alam Talaga Remis antara lain dengan mengaktifkan kembali bumi perkemahan dan paket outbond, tracking keliling kawasan, dan pengamatan flora fauna termasuk burung, Daya tarik wisata yang dimiliki Objek Wisata Alam Talaga Remis antara lain hijaunya pepohonan yang tumbuh lebat di sepanjang jalan menuju kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis menambah suasana bertambah sejuk. Panorama alam sekitar danau Talaga Remis memberikan pesona keindahan dan berhawa sejuk yang ditunjang oleh adanya tegakan vegetasi hutan serta lingkungan pegunungan dan perbukitan. Daya tarik wisata yang menunjang dan andalan utama Objek Wisata Alam Talaga Remis adalah adanya fasilitas wisata air berupa perahu motor, angsa air, dan sepeda air, area bumi perkemahan, aula pertemuan, panggung hiburan, lapangan parkir yang cukup luas, area bermain anak, tempat makan, musholla, gazebo, toilet, dan tempat sampah. Keunikan dan keberagaman pesona pariwisata yang disampaikan oleh Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan. Objek Wisata Alam Talaga Remis dapat dikatakan berhasil dalam mengkombinasikan sejumlah minat yang berbeda, yakni : olahraga, satwa liar, flora, pemandangan yang indah, tempat bersejarah, danau, kolam renang, dan lainlain yang memiliki nilai wisata alam. Sejak berdirinya Obyek Wisata Alam Talaga Remis sampai saat ini belum ada penambahan fasilitas atau sarana prasarana yang baru. Sehingga hal ini, menjadi kelemahan bagi Objek Wisata Alam Talaga Remis dalam bersaing dengan objek wisata yang lainnya seperti Bumi Perkemahan Palutungan. Pengadaan sarana prasarana yang akan dibangun (setelah IPPA diterima oleh pihak PDAU Darma Putra Kertaraharja) pada areal Objek Wisata Alam Talaga Remis akan memperhatikan arsitektur masyarakat

setempat dan semi permanen. Sarana prasarana yang ada di kawasan Objek Wisata Talaga Remis terlihat pada tabel 11. Tabel 11 Sarana prasarana objek wisata alam Talaga Remis No Sarana dan Prasarana Jumlah (buah)

1. Pintu gerbang masuk

2

2. Loket penjualan tiket

2

3. Tempat parkir

1

4. Musholla

1

5. Depot Makan

± 16

6. Arena Bermain Anak-anak

3

7. MCK

1

8. Bumi Perkemahan

1

9. Panggung Hiburan

1

10. Aula Pertemuan

1

11. Loket Wisata air

1

12. Gazebo

± 10

13. Sepeda Air

8

14. Jalan Setapak

1

15. Tempat Sampah

±6

16. Tempat Duduk

± 15

17. Pos Jaga

1

18. Loket Tiket Wisata Air

1

19. Angsa Air

1

20. Perahu Motor

1

21. Areal Makam

1

22. Sumber mata air

2

23. Papan Petunjuk

± 10

Sumber : Data Primer (2011)

Adanya sumberdaya alam yang sangat potensial sebagai obyek wisata alam yang didukung dengan sarana prasarana menjadikan Objek Wisata Alam Talaga Remis selalu ramai dikunjungi. Para pengunjung dapat memilih

melakukan aktivitas wisata sesuai pilihannya. Pesaing utama Objek Wisata Alam Talaga Remis yaitu Bumi Perkemahan Palutungan yang memiliki sumberdaya alam berupa air terjun yang sangat indah dan sama-sama memiliki fasilitas areal perkemahan sebagai daya tarik wisata. Selain itu, Bumi Perkemahan Palutungan merupakan wana wisata yang dahulu pernah dikelola oleh Perum Perhutani dan di masa mendatang akan dikelola juga oleh PDAU Darma Putra Kertaraharja. Maka dari itu Objek Wisata Alam Talaga Remis harus terus mengemas produk wisatanya sebagai produk yang mudah diakses dan memberikan manfaat pengetahuan dan pengalaman berharga. Di samping itu, pihak pengusahaan Objek Wisata Alam Talaga Remis sebaiknya selalu memperhatikan kebersihan lingkungan yang ada mengingat keindahan alam menjadi kekuatan alami bagi Objek Wisata Alam Talaga Remis. Belum adanya sistem paket wisata membuat keuntungan yang diterima oleh pihak pengusahaan tidak maksimal. Hal ini dikarenakan faktor-faktor pendukung sebagai Objek Wisata Alam belum berkembang baik dari sisi sumberdaya manusia maupun dari sisi sarana dan prasarana. Selain itu hal tersebut juga diakibatkan dari dampak beberapa kali peralihan pihak pengelola maupun pihak pengusahaan Objek Wisata Alam Talaga Remis, masih labilnya posisi pihak pengusahaan yang sekarang dikarenakan BUMD Kabupaten Kuningan (PDAU Darma Putra Kertaraharja) baru terbentuk dan baru pada tanggal 1 Januari 2011 diamanatkan untuk mengusahakan Objek Wisata Alam Talaga Remis. 2. Harga Pihak pengelola memasang harga yang memang relatif tinggi untuk kalangan segmentasi pasar yang telah ditargetkan Objek Wisata Alam Talaga Remis. Untuk masuk ke kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis pengunjung dikenakan biaya masuk sebesar Rp 6.500/orang pada bulan Januari–Februari 2011 dan pada bulan Maret 2011 naik menjadi Rp 8.000/orang dikarenakan adanya agenda promosi Gebyar Wisata yang dilaksanakan oleh PDAU Darma Putra Kertaraharja dan untuk mengubah segmentasi pasar menuju kalangan menengah ke atas. Biaya tersebut belum termasuk biaya parkir kendaraan bermotor, untuk kendaraan roda 2 (dua)

dikenakan tarif Rp 2.000,-/buah dan kendaraan roda 4 (empat) atau lebih Rp 4.000,-/buah sesuai dengan PP No 59 tahun 1998. Dengan biaya masuk sebesar itu pengunjung mendapatkan fasilitas yang ada di Obyek Wisata Alam Talaga Remis seperti fasilitas musholla, tempat sampah, toilet, jalan-jalan dibawah rindangnya pepohonan yang didukung dengan panorama alam lainnya, dan duduk di bawah naungan pohon yang rindang, arena bermain anak, dan aula pertemuan. Tersedia wisata air berupa perahu motor dengan harga tiket sebesar Rp 2.500,-/orang, sepeda air dengan harga tiket sebesar Rp 5.000,-/orang, dan angsa boat dengan harga tiket sebesar Rp 3.500,-/orang sedangkan biaya berkemah sebesar Rp 5.000,-/malam. Sehingga jika pengunjung ingin mendapatkan semua fasilitas (tidak termasuk berkemah dan parkir kendaraan) di Objek Wisata Alam Talaga Remis, pengunjung dikenakan biaya sebesar Rp 19.000,-/orang. Tabel 12 Harga tiket obyek wisata alam Talaga Remis Jenis Tiket Tiket Masuk Obyek Wisata Alam Talaga Remis (belum tiket parkir)

Harga Tiket (Rp/orang) Rp 8.000,-

Tiket Sepeda Air (kapasitas 2 orang)

Rp 5.000,-

Tiket Angsa Boat (kapasitas 10 orang)

Rp 3.500,-

Tiket Perahu Motor (kapasitas 20 orang)

Rp 2.500,-

Sumber : PDAU (2011)

Perbandingan harga antara Bumi Perkemahan Palutungan sebagai pesaing utama dengan Obyek Wisata Alam Talaga Remis memang terlihat jauh berbeda, untuk harga tiket masuk ke Bumi Perkemahan Palutungan pengunjung dikenakan biaya sebesar Rp 6.000,-/orang yang sudah termasuk tempat informasi, gazebo, toilet, tempat sampah, musholla, panorama alam, areal perkemahan, dan wisata air berupa Curug Putri. Untuk berkemah di Bumi Perkemahan Palutungan dikenakan biaya sebesar Rp 6.000,/orang/malam, dan untuk jalur pendakian Rp 1.500,-/orang/hari. Sehingga jika pengunjung ingin mendapatkan semua fasilitas (tidak termasuk berkemah, biaya parkir, dan mendaki) di Bumi Perkemahan Palutungan, pengunjung dikenakan tarif Rp 6.000,-/orang.

Harga tiket Objek Wisata Alam Talaga Remis sebesar Rp 19.000,- bagi masyarakat kalangan menengah ke atas menjadikan adanya faktor gengsi atau kepuasan tersendiri karena harga lebih mahal dibandingkan dengan Bumi Perkemahan Palutungan yang memasang tiket sebesar Rp 6.000,-/orang. Pihak pengusahaan Objek Wisata Alam Talaga Remis menetapkan harga sebesar Rp 8.000,-/orang berdasarkan rencana pengembangan Objek Wisata Alam Talaga Remis ke depan yang akan memasuki segmentasi pasar yang baru yaitu kalangan menengah ke atas, dan dalam rangka mensosialisasikan objek wisata yang diusahakan oleh PDAU Darma Putra Kertaraharja. Tabel 13 Perubahan harga tiket masuk ODTWA Talaga Remis Pengelola Harga Perhutani Rp 4.000,Perhutani Rp 7.000,Disparbud & BTNG Ciremai Rp 6.500,PDAU & BTNG Ciremai Rp 6.500,PDAU & BTNG Ciremai Rp 8.000,-

Tahun sebelum 2009 2009 2010 Jan - Feb 2011 Mar-11

Sumber : Disparbud (2011)

3. Promosi Promosi yang dilakukan oleh Objek Wisata Alam Talaga Remis saat ini berupa (1) publikasi sederhana di internet mengenai profil Objek Wisata Alam Talaga Remis dan juga penyebaran pamflet, (2) publisitas dan public relations, berupa liputan oleh media elektronik yang disiarkan lewat TV lokal dan siaran radio lokal, (3) mengadakan workshop pengelolaan jasa lingkungan air dan wisata alam, talkshow pengelolaan Taman Nasional Gunung Ciremai, dan (4) mengikuti pameran pariwisata dan pameran konservasi baik tingkat provinsi maupun tingkat nasional. Namun begitu, model promosi ini tidak dilakukan secara intensif, karena berdasarkan hasil wawancara dengan pengunjung terlihat bahwa pihak Objek Wisata Alam Talaga Remis masih mengandalkan pada model informasi dari orang ke orang (dari informasi teman sekantor, tetangga, dan relasi bisnis). Hal tersebut terbukti dengan hasil wawancara dengan para pengunjung Objek Wisata Alam Talaga Remis yang diperlihatkan dalam tabel 14. Untuk itu, perlu dilakukan promosi yang lebih gencar lagi oleh Objek Wisata Alam Talaga

Remis dengan cara yang paling efektif saat ini yaitu dengan penyiaran iklan di media massa seperti TV maupun radio karena dapat mengeruk masyarakat yang lebih luas agar merebut pasar yang lebih besar. Tingkat awareness konsumen terhadap suatu produk akan berkembang sejalan dengan eksposur kumulatif terhadap iklan/promosi. Tabel 14 Media Informasi yang digunakan oleh pengunjung objek wisata alam Talaga Remis No Media Informasi Jumlah Persentase 1 Pameran Pariwisata 1 2.5% 2 Media Elektronika (radio, televisi khususnya TV lokal) 2 5% 3 Media Cetak (koran lokal maupun nasional, majalah) 5 12.5% 4 Brosur 1 2.5% 5 Internet (website Talaga Remis, PDAU, BTNG Ciremai) 10 2.5% 6 Lainnya (people to people) 21 52.5% Total

40

100%

Sumber : Data Primer (2011)

4. Saluran distribusi Produk wisata Objek Wisata Alam Talaga Remis berupa objek alam tidak dapat didistribusikan, hal yang dapat didistribusikan adalah informasi kepada masyarakat mengenai keberadaan objek wisata tersebut. Lokasi Objek Wisata Alam Talaga Remis yang berada di tengah-tengah perbatasan kabupaten Kuningan dan kabupaten Cirebon dengan jarak Tempuh 37 km dari pusat Kota Kuningan, 20 km dari Kotamadya Cirebon, 7 km dari Ibukota Kota Cirebon, dan 5 km dari jalan tol Palimanan-Kanci. Hal ini mendukung perluasan jangkauan pemasaran Objek Wisata Alam Talaga Remis untuk menjangkau wisatawan yang lebih luas tidak hanya terbatas pada wisatawan yang berasal dari Kabupaten Kuningan, Cirebon, dan Majalengka. Pihak pengusahaan dapat melakukan suatu paket perjalanan wisata, dimana wisatawan yang datang ke Kuningan berusaha untuk disuguhi berbagai kegiatan atau atraksi wisata yang dapat memberikan kesan menarik dan memberikan rasa kepuasan tersendiri sehingga wisatawan lebih lama tinggal. Konsep paket perjalanan wisata yang dapat dilakukan adalah mengunjungi Objek Wisata Alam Talaga Remis kemudian dilanjutkan jalanjalan ke pusat kota Kuningan melihat kemegahan Mesjid Syiarul Islam

berarsitektur Timur Tengah, lalu ke pusat makanan dan minuman khas Kota Kuningan, dan terakhir wisatawan akan diajak ke Bumi Perkemahan Palutungan

dengan

melewati

suasana

hamparan

persawahan,

dan

pemandangan Gunung Ciremai yang indah serta wisatawan dapat menginap di bungalow yang terdapat di Bumi Perkemahan Palutungan. Secara keseluruhan, pemasaran wisata yang dilakukan oleh Objek Wisata Alam Talaga Remis sudah sangat baik dari segi lokasi, namun dari segi produk, harga, dan promosi masih perlu dilakukan pengembangan.

5.1.2 Keuangan Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan No.08 Tahun 2009 tanggal 18 Juni 2009 Tentang Pendirian Perusahaan Daerah Aneka Usaha Kabupaten Kuningan disebutkan bahwa PDAU mempunyai 5 (lima) jenis usaha, yaitu : 1. Teknologi informasi dan komunikasi, 2. Energi, 3. Agribisnis, 4. Pariwisata, dan 5. Aneka jasa. Salah satu bentuk jenis usaha pariwisata yang dilakukan PDAU Darma Putra Kertaraharja adalah berperan sebagai pihak pengusahaan yang bertugas untuk menangani dan mengurusi beberapa objek wisata di Kabupaten Kuningan yang berada dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai. Salah satunya Objek Wisata Alam Talaga Remis. Pihak PDAU Darma Putra Kertaraharja mendapatkan dana atau kebutuhan finansial yang dicukupi mutlak oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan. Untuk dana pertama dari Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan sebesar Rp 2.000.000.000,- (dua milyar rupiah) dan secara bertahap akan bertambah. Setiap bulannya Objek Wisata Alam Talaga Remis melakukan sharing dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan sebesar 40%. Sedangkan 60% dari total dana yang diperoleh masuk ke kas PDAU Darma Putra Kertaraharja. Terkait dengan pemasukan yang didapatkan dari kegiatan wisata, dana tersebut

digunakan kembali untuk modal kerja kegiatan beberapa objek wisata alam yang dikelola oleh PDAU Darma Putra Kertaraharja diantaranya Objek Wisata Alam Talaga Remis. Pendanaan dari pihak luar untuk sekarang, pihak Objek Wisata Alam Talaga Remis belum ada investor yang tertarik menanamkan modalnya dan sebagian proposal investor masih dimusyawarahkan oleh pihak PDAU Darma Putra Kertaraharja.

5.1.3 Produksi dan Operasi Produk wisata dibuat atau diproduksi bersamaan dengan waktu produk tersebut dinikmati oleh konsumen. Maka proses produksi dari wisata tidak sama dengan proses produksi dari produk barang. Oleh karena itu, aktivitas produksi dari produk Objek Wisata Alam Talaga Remis adalah saat pengunjung datang dan menikmati objek wisata yang ditawarkan, seperti berjalan-jalan menikmati hawa sejuk di antara pepohonan yang rindang sambil melihat-lihat hewan yang ada, berwisata air dengan menggunakan angsa air atau sepeda air, dan menikmati jajanan kuliner yang ada. Objek Wisata Alam Talaga Remis mulai beroperasi dari jam 08.00-16.00 WIB setiap hari. Objek Wisata Alam Talaga Remis memiliki wilayah yang cukup luas untuk dijadikan sebagai objek wisata dengan luas keseluruhan 28 ha sedangkan yang baru teroptimalkan 8 ha yaitu areal danau Talaga Remis sisanya masih dalam tahap penelitian dan pengembangan. Dengan luasan tersebut terdapat produk wisata yang dapat dinikmati pengunjung termasuk arena bermain anak berupa ayunan dan seluncuran, meskipun banyak dari produk yang ada di Objek Wisata Alam Talaga Remis belum sepenuhnya secara lengkap dapat dinikmati pengunjung misalnya Objek Wisata Alam Talaga Remis menyediakan lahan yang dapat digunakan untuk sepeda gunung/sepeda santai, tetapi alur jalan/track belum didesain sesuai standar olahraga sepeda gunung/sepeda santai. Pengembangan pengelolaan kawasan danau Talaga Remis sejauh ini sudah mulai terencana meskipun masih terdapat aktivitas produksi yang belum berjalan secara optimal. Hal ini dikarenakan mahalnya biaya untuk pengadaan fasilitas atau alat-alat yang digunakan untuk menunjang wisata tersebut.

5.1.4 Aspek Pengelolaan Objek Wisata Alam Talaga Remis merupakan obyek wisata yang berada dalam zona pemanfaatan Taman Nasional Gunung Ciremai yang dikelola oleh Balai Taman Nasional Gunung Ciremai dibawah seorang Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah. Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah menunjuk seorang kepala resort wilayah yang bertugas untuk mengelola dan mengawasi objek wisata dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai yang ada di wilayah Kabupaten Kuningan. Objek Wisata Alam Talaga Remis berada dalam pengawasan Resort Pasawahan, Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) I Wilayah Kuningan. Pihak pengusahaan Objek Wisata Alam Talaga Remis mulai tahun 2011 adalah PDAU Darma Putra Kertaraharja dibawah seorang kepala unit usaha jasa dan pariwisata, kepala unit menunjuk seorang manajer unit pengelolaan wisata yang bertugas untuk mengelola dan mengawasi objek wisata yang diusahakan oleh PDAU Darma Putra Kertaraharja. Terkait dengan pengelolaan di lapangan, manager unit merangkap sebagai koordinator lapangan dibantu oleh delapan orang petugas lapangan. Delapan petugas lapangan tersebut terdiri dari satu orang pegawai PDAU Darma Putra Kertaraharja dan 7 orang diambil dari masyarakat sekitar. Pihak pengusahaan memerlukan bantuan dari masyarakat sekitar dalam menjaga kelestarian dan kenyamanan lingkungan wisata. Oleh karena itu manager unit di Objek Wisata Alam Talaga Remis merekrut masyarakat sekitar sebagai petugas lapangan agar kelestarian dan kenyamanan lingkungan wisata tetap terjaga dan dengan adanya objek wisata ini dapat membantu perekonomian masyarakat sekitar objek wisata.

5.2 Analisis Lingkungan Eksternal 5.2.1 Faktor Politik Pemerintah sebagai fasilitator, mendukung berkembangnya usaha pariwisata alam dalam bentuk penerapan kebijakan, peraturan perundang-undangan dan perijinan. Dukungan pemerintah tercermin dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bupati No 180/kpts.251-Huk/2010 tertanggal 29 Juli 2010 terkait

penunjukan PDAU Darma Putra Kertaraharja untuk melakukan pengusahaan pariwisata alam di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai Kabupaten Kuningan. Dalam hal mendukung perkembangan objek wisata, Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan telah memiliki visi Kabupaten Kuningan sebagai Kabupaten Pariwisata dan Kabupaten Konservasi. Sistem otonomi daerah yang saat ini sudah diterapkan oleh pemerintah pusat membuat daerah-daerah yang kondisi keuangan atau perekonomian daerahnya masih belum kuat, menjadi agak sulit mengembangkan daerahnya. Hal ini dikarenakan keterbatasan dana yang diakibatkan berkurangnya subsidi dari pemerintah pusat dan secara otomatis mengakibatkan pelaksanaan rencana pengembangan daerah menjadi terhambat. Namun pemerintah daerah Kabupaten Kuningan sangat mendukung dunia pariwisata yang merupakan sektor yang potensial dalam meningkatkan perekonomian daerah. Bupati Kuningan mengembangkan pariwisata berbasis jasa lingkungan berbasis alam (environmental service) dalam pembangunan Kabupaten Kuningan. Untuk itu akan didorong secara intensif khususnya melalui penataan sarana prasarana dan pariwisata. Salah satu kegiatan yang akan ditempuh antara lain peningkatan sarana dan prasarana pariwisata dalam satu kawasan terpadu dan promosi pariwisata daerah. Belum lamanya PDAU Darma Putra Kertaraharja dalam mengusahakan Objek Wisata Alam Talaga Remis menyebabkan para pemilik modal berpikir ulang untuk menanamkan modalnya di kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis, hal ini terkait dengan seringnya terjadi peralihan pihak pengelola dan pihak pengusahaan Objek Wisata Alam Talaga Remis. Pada masa yang akan datang diprediksikan akan banyak investor yang tertarik menanamkan investasinya di Kabupaten Kuningan dikarenakan adanya pembangunan yang strategis di daerah wilayah III Cirebon, diantaranya : pembuatan jalan tol baru Cisandanu dan pembangunan pelabuhan Internasional di Cirebon, dan pembangunan bandara internasional di daerah Majalengka.

5.2.2 Faktor Ekonomi Sistem otonomi daerah yang telah diterapkan oleh pemerintah pusat membuat daerah-daerah yang tingkat perekonomian masih tergolong rendah menjadi semakin sangat sulit untuk mengalokasikan dana yang minim tersebut ke beberapa sektor perekonomiannya. Ini menjadi suatu masalah bagi Pemerintah Daerah dalam pengalokasian dananya. Di satu sisi Pemerintah Daerah mempunyai rencana untuk mengembangkan suatu sektor ekonomi di sisi lain anggaran yang tersedia tidak sanggup untuk merealisasikan rencana tersebut. Banyaknya tayangan televisi mengenai wisata alam menyebabkan trend ”back to nature” sangat meningkat. Sehingga membuat pengunjung tertarik untuk berwisata atau rekreasi alam dimana sektor pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan penghasil devisa pembangunan negara dan pendapatan asli daerah. Secara langsung maupun tidak langsung adanya pengusahaan di Objek Wisata Alam Talaga Remis akan memberikan nilai ekonomis bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan dan masyarakat sekitar. Dari sektor ekonomi, penduduk Kota Kuningan bermata pencaharian sebagai petani dengan pendapatan yang tidak menentu. UMR masyarakat Kota Kuningan sebesar Rp 749.000,-/bulan menjadi salah satu alasan yang menyebabkan jarangnya masyarakat daerah Kabupaten Kuningan untuk berkunjung menghabiskan sebagian pendapatannya untuk berwisata di Objek Wisata Alam Talaga Remis.

5.2.3 Faktor Sosial, Budaya, dan Lingkungan Kondisi sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat di sekitar Objek Wisata Alam Talaga Remis sangatlah bergantung pada kondisi alam dan lingkungan di sekitarnya. Hal ini tercermin dari mata pencaharian penduduk yang sebagian besar bertani, usaha perikanan, dan berladang. Sehingga dengan adanya Objek Wisata Alam Talaga Remis diharapkan memberikan peluang penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar kawasan dengan adanya pembangunan sarana prasarana fisik dan sebagai tenaga/karyawan di Objek Wisata Alam Talaga Remis. Objek Wisata Alam Talaga Remis memiliki komponen wisata yang amat menarik diantaranya nilai historis atau mitos yaitu adanya makam Pangeran

Salingsingan yang berada di ujung danau Talaga Remis dan makam Buyut Salintang yang berada di dekat musholla. Sehingga para pengunjung mendapatkan perjalanan wisata tambahan selain berkunjung ke Objek Wisata Alam Talaga Remis, pengunjung dapat mengunjungi patilasan Pangeran Salingsingan atau berziarah ke makam Buyut Salintang yang berada di dalam kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis. Semakin bertambahnya jumlah penduduk maka semakin banyak pula daerah atau segmen yang akan dimasuki oleh Objek Wisata Alam Talaga Remis sehingga apabila dimanfaatkan dengan baik, Objek Wisata Alam Talaga Remis dapat memperluas jangkauan pasarnya. Di samping bertambahnya jumlah penduduk, bertambahnya usaha masyarakat sekitar yang membuka warung yang menjual makanan yang berasal dari ikan juga dapat menarik pengunjung. Namun sayang belum ada masyarakat yang menjual ciri khas kota Kuningan berupa makanan khas khusus daerah Kuningan ataupun cinderamata yang menunjukkan ciri khas daerah wisata. Objek Wisata Alam Talaga Remis sejak diresmikan menjadi objek wisata, keterlibatan masyarakat sekitar cukup tinggi. Baik melalui tenaga kerja sebagai petugas lapangan atau sebagai mitra usaha. Hal ini terbukti dengan adanya Koperasi Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) Talaga Remis dan Kelompok Mitra Usaha (KMU) diantaranya KMU kolam, KMU panggung hiburan, KMU MCK, KMU warung makan, KMU kolam pemancingan, KMU kemping, KMU wartel, KMU Situ Ayu Salintang, KMU wisata air, dan KMU parkir. Dengan adanya Obyek Wisata Alam Talaga Remis memberikan dampak yang positif bagi masyarakat sekitar, bukan hanya dari segi ekonomi namun juga dari segi sosial, budaya (pementasan kesenian tradisional sebagai atraksi budaya), dan lingkungan. Semenjak pihak pengusahaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dan PDAU Darma Putra Kertaraharja, kompepar maupun KMU yang telah ada sedang dalam peninjauan kembali dalam hal fungsi dan manfaat bagi Objek Wisata Alam Talaga Remis dan pihak pengusahaan. Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan dan kesan acuh sebagian warga sekitar dan pengunjung terhadap kelestarian daerah wisata merupakan salah satu penghambat perkembangan daerah Objek Wisata Alam

Talaga Remis. Masyarakat masih mempunyai kebiasaan untuk membuang sampah sembarangan, rendahnya pendidikan masyarakat sekitar diduga sebagai salah satu penyebab timbulnya permasalahan ini.

5.2.4 Faktor Teknologi Seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan wisata alam tidak terlepas dari pengaruh kemajuan teknologi. Kehadiran teknologi informasi seperti internet, fax, dan telepon sangat membantu para pelaku wisata alam untuk melakukan promosi dan komunikasi ke seluruh dunia. Baik pihak pengelola maupun pihak pengusahaan sudah menerapkan teknologi informasi internet dan telepon untuk meningkatklan kinerjanya. Kemajuan tekologi informasi baru menciptakan perekonomian baru. Perusahaan perlu menambah alat dan praktik baru jika perusahaan mengharapkan keberhasilan dalam persaingan pasar. Pihak pengusahaan sudah mempunyai situs internet sebagai bagian dari promosi. Maraknya pemakaian telepon genggam dan jejaring sosial di kalangan masyarakat memudahkan pihak pengusahaan dalam melakukan promosi. Diharapkan dengan adanya teknologi internet pihak pengelola dan pihak pengusahaan dapat mengetahui gambaran keadaan pasar saat ini, apa yang sedang diminati oleh wisatawan maupun informasi-informasi tentang pesaing.

5.2.5 Faktor Persaingan Pertumbuhan dalam industi wisata sangat kuat, hal ini disebabkan oleh sistem operasi dan teknologi yang dapat dikembangkan oleh setiap perusahaan sehingga ancaman persaingan untuk bisnis ini sangat kuat. Persaingan dengan objek wisata di kota Kuningan dan sekitarnya pada umumnya sangat tinggi karena banyak sekali objek-objek wisata yang telah berdiri dan menawarkan produkproduk yang berbeda dan unik untuk menarik minat konsumen. Pesaing yang paling potensial dengan Objek Wisata Alam Talaga Remis adalah Bumi Perkemahan Palutungan yang letaknya sama-sama berada di Kota Kuningan. Selain itu brand image Bumi Perkemahan Palutungan yang tidak kalah terkenal dengan Objek Wisata Alam Talaga Remis, promosi yang dilakukan

sangat gencar dengan menawarkan produk-produk wisata yang variasi produknya lebih sedikit dibanding dengan Obyek Wisata Alam Talaga Remis dan keterlibatan maupun pemberdayaan masyarakat sekitar objek wisata yang cukup besar dibandingkan Objek Wisata Alam Talaga Remis.

5.3 Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman 5.3.1 Kekuatan Objek Wisata Alam Talaga Remis memiliki beberapa kekuatan, yaitu : (1) SDA yang sangat potensial untuk objek wisata, (2) Lokasi yang strategis, (3) memiliki target konsumen, segmentasi, dan fokus pasar, (4) melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaan objek wisata, (5) status kawasan sebagai hutan negara, (6) adanya rencana pengembangan kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis. 1. SDA yang sangat potensial untuk objek wisata Pemandangan pohon yang beraneka ragam jenisnya seperti sono keling, pinus, malaka, dan kosambi yang berjumlah 160 jenis tumbuhan serta adanya sumber mata air alami yang selain dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya untuk pengairan dan kebutuhan air sehari-hari juga dimanfaatkan untuk menyuplai persediaan air minum dalam kemasan. Yang tidak kalah menarik perhatian udara yang sejuk khas hawa hutan sangat cocok dipakai sebagai bumi perkemahan yang sering digunakan oleh para pelajar dan mahasiswa untuk kegiatan berkemah maupun masa orientasi (Diklat). 2. Lokasi yang strategis Objek Wisata Alam Talaga Remis memiliki lokasi yang strategis dimana lokasinya terletak di tengah-tengah perbatasan Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Cirebon. Keuntungan geografis inipun memudahkan Objek Wisata Alam Talaga Remis untuk mendapatkan sumberdaya yang dibutuhkan. 3. Memiliki target konsumen, segmentasi, dan fokus pasar Objek Wisata Alam Talaga Remis mempunyai target konsumen potensial yaitu para pelajar dan keluarga dengan fokus pasar daerah wilayah III Cirebon serta memiliki segmentasi pasar yaitu kalangan menengah ke bawah.

4. Melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaan objek wisata Adanya keikutsertaan masyarakat sekitar komplek wisata sebagai pengelola dan pekerja di lapangan merupakan kekuatan bagi pihak pengusahaan, mengingat masyarakat juga merupakan bagian dari pariwisata. Dengan adanya partisipasi tersebut memungkinkan daerah tersebut berkembang menjadi daerah wisata yang berkualitas dari segi fisik (SDA) maupun dari segi pengelolaannya (SDM). 5. Status kawasan sebagai hutan negara Objek Wisata Alam Talaga Remis yang berada dalam kawasan zona pemanfaatan Taman Nasional Gunung Ciremai dibawah pengelolaan dan pengawasan Balai Taman Nasional Gunung Ciremai menjadi suatu jaminan keberlangsungan Objek Wisata Alam Talaga Remis yang terjaga dan lestari serta tidak akan adanya klaim dari pihak lain yang mengakui lahan Objek Wisata Alam Talaga Remis sebagai milik pribadi maupun milik desa yang diserahkan langsung (warisan) dari leluhur sebelumnya. Serta pendapatan PNBP adalah mutlak milik negara jadi tidak ada profit sharing terkait PNBP sebesar Rp 1.500,-/tiket/orang yang ditarik oleh Balai Taman Nasional Gunung Ciremai terhadap objek-objek wisata yang berada dalam kawasan Taman

Nasional

Gunung

Ciremai.

Selain itu,

tidak

sembarangan

orang/instansi yang dapat bermitra dalam pengusahaan di kawasan hutan negara dikarenakan ada aturan/payung hukum yang mengaturnya. 6. Adanya rencana pengembangan kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis Pengembangan kawasan yang terencana juga menjadi suatu kekuatan bagi pihak pengusahaan yang tergambar dalam proposal pengajuan IPPA. Walaupun PDAU Darma Putra Kertaraharja baru mengusahakan Objek Wisata Alam Talaga Remis tahun ini tapi telah ada pengembangan kawasan yang mulai terencana. Hal ini dapat dilihat dari pembersihan areal Talaga Nilem yang sedang dilakukan, selanjutnya akan diadakan program pengecatan jembatan yang membatasi dua danau yang berada di Talaga Remis dan sering dijadikan ajang dokumentasi oleh para pengunjung, dan perapihan sekaligus penataan warung-warung yang ada agar lebih tertata dengan baik. Hal tersebut

dilakukan untuk menambah keindahaan Objek Wisata Alam Talaga Remis dan menambah kenyamanan pengunjung.

5.3.2 Kelemahan Kelemahan utama Objek Wisata Alam Talaga Remis yaitu : (1) Aksesibilitas menuju talaga yang kurang baik, (2) Strategi promosi yang belum optimal, (3) Kurangnya usaha untuk mendapatkan pendanaan dari pihak luar, (4) Kurangnya jumlah SDM profesional dalam bidang pariwisata dan pemasaran, (5) Harga tiket masuk Objek Wisata Alam Talaga Remis yang relatif tinggi, (6) Aktivitas produksi yang belum optimal. 1. Aksesibilitas menuju talaga yang kurang baik Perjalanan menuju Objek Wisata Alam Talaga Remis yang hanya dapat dicapai dengan kendaraan pribadi baik kendaraan roda dua atau roda empat. Kondisi jalan yang dilewati kurang baik dan tidak adanya angkutan umum, sehingga pencapaian ke lokasi agak sulit apalagi jika cuaca tidak mendukung seperti hujan. Hal ini menjadi alasan tersendiri bagi pengunjung untuk mencari objek wisata yang lebih baik dari Objek Wisata Alam Talaga Remis. 2. Strategi promosi yang belum optimal Salah satu kelemahan pihak pengusahaan dari segi pemasaran yaitu dari segi pemasaran yaitu dari segi strategi promosi yang belum optimal, hal ini dapat dilihat dari sistem periklanan yang masih sederhana dan terkesan kurang menarik karena pihak pengusahaan masih mengandalkan kepada model promosi orang ke orang. 3. Kurangnya usaha untuk mendapatkan pendanaan dari pihak luar Kondisi pendanaan dari pihak luar terlihat masih kurang untuk mendukung rencana kegiatan atau kinerja pihak pengusahaan, hal ini menyebabkan jumlah anggaran yang ada masih tergolong minim untuk melakukan penambahan dan perbaikan-perbaikan sarana dan prasarana yang rusak. 4. Kurangnya jumlah SDM profesional dalam bidang pariwisata dan pemasaran Masih kurangnya tenaga kerja yang bertugas di lapangan untuk melakukan pengawasan dan pengamanan di daerah wisata yang ditunjang dengan tenaga

kerja lapangan yang sebagian besar direkrut dari masyarakat sekitar merupakan hambatan dalam pengembangan wisata karena relatif tingkat pendidikan mereka adalah SD sampai SLTP. Sehingga jumlah SDM profesional dalam bidang pemasaran dan pariwisata belum terpenuhi. Dimana sumberdaya manusia merupakan salah satu kunci terpenting suatu usaha dapat maju dan berkembang. 5. Harga tiket masuk Objek Wisata Alam Talaga Remis yang relatif tinggi Kelemahan yang terkait dari segi pemasaran juga terletak juga pada harga tiket masuk, harga tiket masuk yang harus dibayarkan pengunjung untuk memperoleh fasilitas wisata di Objek Wisata Alam Talaga Remis relatif tinggi dibandingkan dengan pesaingnya yang memberikan fasilitas produk hampir sama ditunjang dengan pendapatan masyarakat sekitar yang relatif rendah. Walaupun besarnya tarif retribusi pada Taman Nasional Gunung Ciremai mengacu pada PP 59 tahun 1998 tetap memberikan efek yang besar dalam penentuan harga tiket masuk dan tiket kendaraan bermotor. Ditambah lagi dengan PDAU Darma Putra Kertaraharja yang berorientasi pada profit oriented menambah besaran harga tiket masuk. 6. Aktivitas produksi yang belum optimal Kelemahan yang terkait dengan aspek produksi dari produk wisata Objek Wisata Alam Talaga Remis adalah aktivitas produksi yang belum berjalan optimal. Hal ini dikarenakan mahalnya biaya untuk pengadaan fasilitas atau alat-alat yang digunakan untuk menunjang wisata tersebut yang kalau tidak segera disikapi dengan baik akan mengurangi minat wisatawan untuk berkunjung.

5.3.3 Peluang Objek Wisata Alam Talaga Remis memiliki beberapa peluang, yaitu : (1) Trend konsumsi wisata ”back to nature” atau rekreasi alam menjadi semakin meningkat,

(2)

Pesatnya

perkembangan

teknologi

dan

informasi,

(3)

Bertambahnya jumlah penduduk, (4) Brand image objek wisata yang sangat kuat, (5) Dukungan pemerintah daerah yang cukup besar terhadap objek wisata.

1. Trend konsumsi wisata ”back to nature” atau rekreasi alam menjadi semakin meningkat Akhir-akhir ini trend wisata ”back to nature” atau rekreasi alam menjadi semakin meningkat, dapat dilihat dari tayangan-tayangan di beberapa stasiun televisi yang menayangkan program wisata yang amat menarik khususnya wisata alam. Ini merupakan suatu peluang bagi Objek Wisata Alam Talaga Remis untuk mengembangkan objek wisata alam sebagai salah satu daya tarik Objek Wisata Alam Talaga Remis. 2. Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat kemajuannya, hal ini menjadi peluang bagi Objek Wisata Alam Talaga Remis untuk meningkatkan promosi serta memperlancar pekerjaan melalui penggunaan teknologi yang modern seperti internet, faximile, serta telepon seluler. 3. Bertambahnya jumlah penduduk Pertumbuhan penduduk yang semakin banyak dapat menjadi peluang bagi Objek Wisata Alam Talaga Remis dalam pemasaran produknya. Pihak pengusahaan dapat memasuki segmen pasar yang baru secara maksimal terutama wilayah Kuningan, Cirebon, dan Majalengka pada khususnya dan luar daerah wilayah III Cirebon pada umumnya. 4. Brand image objek wisata yang sangat kuat Brand image Objek Wisata Alam Talaga Remis yang sangat kuat sejak dahulu. Sampai dilukiskan dalam sebuah lagu pasundan yang cukup melegenda. Selain itu Objek Wisata Alam Talaga Remis dengan berbagai sumber daya alamnya seperti keberadaan hutan pada kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai dengan berbagai jenis tumbuhan tropisnya. Objek Wisata Alam Talaga Remis memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan. 5. Dukungan pemerintah daerah yang cukup besar terhadap objek wisata Dukungan yang cukup besar dari Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan baik berupa dukungan perbankan ataupun dukungan kebijakan menjadikan peluang yang cukup potensial bagi Objek Wisata Alam Talaga Remis. Karena kerjasama dan dukungan antara pihak pengusahaan objek wisata

dengan pemerintah daerah sangat berpengaruh terhadap kemajuan objek wisata di daerah tersebut.

5.3.4 Ancaman Objek Wisata Alam Talaga Remis dalam menjalankan usaha pariwisata alam di Kabupaten Kuningan menghadapi berbagai ancaman dari luar perusahaan yang dapat menghambat jalannya perusahaan, yaitu (1) Persaingan dalam industri wisata yang sangat ketat, (2) Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia, (3) Kurangnya usaha masyarakat sekitar yang berjualan ciri khas daerah objek wisata, (4) Tingkat pendapatan masyarakat sekitar maupun Kabupaten Kuningan yang relatif rendah, (5) Objek wisata pesaing yang dikelola secara lebih profesional. 1. Persaingan dalam industri wisata yang sangat ketat Objek Wisata Alam Talaga Remis memiliki banyak pesaing baik dari objek wisata sejenis maupun tidak sejenis. Banyak tempat-tempat yang menawarkan wisata dengan berbagai keindahan dan kelengkapan fasilitas didukung oleh promosi yang sangat gencar serta brand image yang tidak kalah cukup kuat dengan Objek Wisata Alam Talaga Remis mengakibatkan persaingan di industri wisata sangat ketat. 2. Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan dan kesan acuh sebagian warga sekitar dan pengunjung (vandalisme, membuang sampah tidak pada tempatnya) terhadap kelestarian daerah wisata merupakan salah satu penghambat perkembangan daerah Objek Wisata Alam Talaga Remis. 3. Kurangnya usaha masyarakat sekitar yang berjualan ciri khas daerah objek wisata Usaha masyarakat sekitar yang belum memiliki inisiatif untuk menjual ciri khas kota Kuningan di sekitar kawasan objek wisata juga menjadi ancaman bagi pihak pengusahaan untuk menarik minat pengunjung, masyarakat dapat menjual makanan dan minuman khas khusus daerah Kuningan atau sering

disebut wisata kuliner ataupun menjajakan cindera mata yang menunjukkan ciri khas daerah wisata. 4. Tingkat pendapatan masyarakat sekitar maupun Kabupaten Kuningan yang relatif rendah Pendapatan masyarakat sekitar maupun Kabupaten Kuningan yang relatif rendah menyebabkan jarangnya masyarakat untuk berkunjung menghabiskan sebagian pendapatannya untuk berwisata di Objek Wisata Alam Talaga Remis merupakan ancaman bagi Objek Wisata Alam Talaga Remis 5. Objek wisata pesaing yang dikelola secara lebih profesional Beberapa obyek wisata pesaing Objek Wisata Alam Talaga Remis yang dikelola lebih profesional baik dari segi atraksi wisata maupun fasilitas serta manajemen sumberdaya manusia khususnya pelayanan para petugas lapangan yang ramah, santun, memiliki background bidang pariwisata dan pemasaran yang tentunya ditunjang dengan tingkat pendidikan yang tinggi serta dengan adanya paket wisata (outbond dan wisata bermalam), dan menawarkan kegiatan wisata yang menantang lainnya yang sedang menjadi trend di semua kalangan seperti menyusuri track lintas alam maupun sungai berbatu, dan sepeda gunung.

5.4 Formulasi Alternatif Strategi Pemasaran 5.4.1 Tahap Masukan Tahap masukan merupakan tahap untuk memasukkan hasil analisis dan identifikasi terhadap kondisi lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Serta tahap ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra-analisis. Pada tahap ini data dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan data internal. 1. Matriks IFE Matriks IFE digunakan untuk mengetahui seberapa besar peranan dari faktor-faktor internal perusahaan. Hasil analisis matriks IFE pada tabel 15 menunjukkan bahwa faktor strategi yang menjadi kekuatan utama bagi Objek Wisata Alam Talaga Remis adalah sumberdaya alam yang sangat potensial untuk

ODTWA dengan skor terbobot sebesar (0.252). Hasil analisis matriks IFE juga memperlihatkan faktor strategis internal yang menjadi kelemahan utama bagi Objek Wisata Alam Talaga Remis yaitu aktivitas produksi yang belum optimal dengan skor terbobot sebesar (0.359). Hasil perhitungan IFE secara menyeluruh diperoleh total skor terbobot 2,731 yang menunjukkan bahwa Objek Wisata Alam Talaga Remis secara organisasi internal dapat dikatakan dalam kondisi di atas rata-rata dengan total skor terbobot lebih tinggi dari nilai rata-rata sebesar 2,5. Namun hal yang perlu diwaspadai oleh pihak pengusahaan adalah kondisi faktor kelemahan (1.474) lebih besar daripada faktor kekuatan (1.257) sehingga dapat disimpulkan bahwa pihak pengusahaan belum mampu memanfaatkan kekuatan yang dimiliki Objek Wisata Alam Talaga Remis agar meminimalisasi atau menutupi kelemahan dengan baik. Apabila hal ini tidak segera ditangani dengan baik maka diperkirakan akan mengancam posisi Objek Wisata Alam Talaga Remis sebagai tujuan wisata hutan. Tabel 15 Matriks IFE obyek wisata alam Talaga Remis No.

Faktor Strategi Internal

Bobot (a)

Rating (b)

Skor Terbobot (axb)

Peringkat

11 SDA yang sangat potential untuk ODTW

0.063

4

0.252

1

2

Lokasi yang strategis Memiliki target konsumen, segmentasi dan fokus pasar Melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaan ODTWA

0.056

3.75

0.210

3

0.046

3.5

0.161

6

0.053

3.75

0.199

5

0.059

4

0.236

2

6

Status kawasan sebagai hutan negara Adanya rencana pengembangan kawasan ODTWA Talaga Remis

0.057

3.5

0.200

4

1

Kelemahan Aksesibiltas menuju telaga yang kurang baik

Kekuatan

3 4 5

Total Kekuatan

2

1.257

6

Strategi promosi yang belum optimal Kurangnya usaha untuk mendapatkan pendanaan dari pihak luar Kurangnya jumlah SDM profesional dalam bidang pariwisata dan pemasaran Harga tiket masuk ODTWA Talaga Remis yang relatif tinggi

6

Aktivitas produksi yang belum optimal

43 4 5

0.134

1.25

0.168

6

0.189

1.25

0.236

4

0.208

1.25

0.260

2

0.143

1.75

0.250

3

0.134

1.5

0.201

5

0.205

1.75

0.359

1

Total Kelemahan

1.474 Total

2.Sumber Matriks EFE : Data Primer (2011)

1

2,731

Matriks EFE digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari faktor-faktor eksternal perusahaan yaitu peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Hasil perhitungan matriks EFE dapat dilihat pada tabel 16 yang menunjukkan bahwa faktor strategi yang menjadi peluang utama yang dimiliki Obyek Wisata Alam Talaga Remis adalah pesatnya perkembangan teknologi dan informasi dengan skor terbobot sebesar (0.420). Hasil analisis matriks EFE juga memperlihatkan faktor strategis eksternal yang menjadi ancaman utama bagi Obyek Wisata Alam Talaga Remis yaitu tingkat pendapatan masyarakat sekitar kawasan dan Kabupaten Kuningan yang relatif rendah (0.380). Hasil perhitungan EFE secara menyeluruh diperoleh total skor terbobot 2,955 yang menunjukkan bahwa Obyek Wisata Alam Talaga Remis secara organisasi eksternal dapat dikatakan mampu merespon situasi eksternal di atas rata-rata. Namun perlu diketahui bahwa dari hasil perhitungan EFE dihasilkan situasi eksternal yang faktor peluang (1.458) lebih rendah dibandingkan faktor ancaman (1.497). Sehingga pihak pengusahaan harus mengevaluasi atau memantau strategi yang telah dilakukan dan melakukan penelitian serta pengembangan perencanaan strategi yang lebih obyektif dan lebih baik agar dapat mempertahankan Obyek Wisata Alam Talaga Remis yang memiliki potensi yang cukup besar dengan keindahan maupun keunikan yang dimilikinya.

Tabel 16 Matriks EFE objek wisata alam Talaga Remis Faktor Strategi Eksternal No. Bobot Rating (a) (b) Peluang 1 Trend konsumsi wisata "back to 1 nature" yang meningkat 0.087 3 Pesatnya perkembangan teknologi 2 dan informasi 0.12 3.5 3 Bertambahnya jumlah penduduk 0.064 2.25 Brand image ODTW yang sangat 4 kuat 0.099 3.25 Dukungan Pemda yang cukup besar 5 terhadap ODTW 0.09 2.75 Total Peluang Ancaman Persaingan dalam industri wisata 1 yang sangat ketat 0.076 2.5 Kerusakan lingkungan yang 2 diakibatkan oleh aktivitas manusia 0.144 2.5 Kurangnya usaha masyarakat sekitar yang berjualan ciri khas 3 daerah ODTW 0.141 2.25 Tingkat pendapatan masyarakat sekitar maupun Kabupaten 4 Kuningan yang relatif rendah 0.138 2.75 Obyek wisata pesaing yang dikelola 5 secara lebih profesional 0.1 2.5 Total Ancaman Total 1

Skor Terbobot (axb)

Peringkat

0.261

3

0.420 0.208

1 5

0.322

2

0.248 1.458

4

0.190

5

0.360

2

0.317

3

0.380

1

0.250 1.497 2.955

4

Sumber : Data Primer (2011)

5.4.2 Tahap Pencocokan Pada tahap pencocokan model yang akan digunakan dalam perumusan strategi adalah matris IE (Internal Eksternal) dalam matriks SWOT (StrenghtWeakness-Opportunity-Threat). 1. Matriks IE Matriks IE merupakan perpaduan dari skor terbobot matriks IFE dan skor terbobot matriks EFE dari tahap input (masukan) yang dipetakan sehingga diketahui posisi perusahaan. Hasil pemetaan matriks IE digunakan sebagai acuan dalam pembuatan strategi yang ada di matriks SWOT. Berdasarkan hasil analisis faktor internal menggunakan matriks IFE diperoleh skor terbobot sebesar 2,731 dan hasil analisis faktor eksternal menggunakan matriks EFE diperoleh skor

terbobot sebesar 2,955. Hasil pemetaaan pada matriks IE pada Gambar 6 memperlihatkan bahwa Objek Wisata Alam Talaga Remis dalam pemasarannya menempati posisi pada sel V. Hal ini menunjukkan bahwa Objek Wisata Alam Talaga Remis berada pada posisi Hold and Maintain (Mempertahankan dan Memelihara) dimana strategi yang ada di semua sel SWOT harus strategi bertahan. Strategi yang dapat diterapkan Objek Wisata Alam Talaga Remis adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Strategi penetrasi pasar merupakan strategi untuk meningkatkan pangsa pasar untuk produk atau jasa yang sudah ada melalui usaha pemasaran yang lebih gencar atau strategi yang ditujukan untuk meningkatkan penjualan produk saat ini pada pasar yang sudah ada. Biasanya penetrasi pasar dilakukan dengan cara menaikkan tingkat usaha-usaha pemasaran seperti melalui peningkatan aktivitas iklan atau distribusi atau menurunkan harga. Tujuannya untuk meningkatkan pangsa pasar dengan usaha pemasaran yang maksimal. Hal ini dapat dilakukan perusahaan dalam kondisi pasar belum jenuh, pangsa pasar pesaing menurun, dan kemampuan untuk bersaing yang meningkat. Strategi pengembangan produk adalah strategi yang mencari peningkatan penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa yang sudah ada. Strategi ini biasanya dilaksanakan dengan jalan mengganti atau memformulasi ulang produk yang sudah ada. Pengembangan produk merupakan alternatif yang cocok untuk situasi di mana perubahan kebutuhan dan selera mengakibatkan munculnya segmen baru atau jika perubahan persaingan dan teknologi memotivasi perusahaan untuk memodifikasi produknya. Hal ini perlu dilakukan mengingat para pesaing telah menawarkan produk sejenis yang cukup baik,

dan/atau

lebih

murah,

perusahaan

memiliki

kemampuan

mengembangkan produk, dan berada pada industri yang sedang tumbuh.

untuk

TOTAL SKOR RATA-RATA IFE Kuat

Rata-rata

Lemah

(3,0-4,0)

(2,0-2,99)

(1,0-1,99)

TOTAL Tinggi 1

2

3

4

5

6

7

8

9

SKOR (3,0-4,0) RATA- Menengah RATA (2,0-2,99) IFE Rendah (1,0-1,99) Gambar 6 Matriks objek wisata alam Talaga Remis.

2.

Matriks SWOT Pemetaan sel pada matriks IE melalui analisis lingkungan internal dan

eksternal Objek Wisata Alam Talaga Remis, maka dapat diformulasikan alternatif strategi yang dapat diambil. Formulasi strategi ini dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT yang dilihat pada Tabel. Alternatif yang diperoleh adalah sebagai berikut : a. Strategi SO (Strenght-Opportunity) Strategi SO adalah strategi menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada. Berdasarkan analisis dari kekuatan dan peluang yang diperoleh, maka strategi yang sebaiknya dilakukan oleh pihak pengusahaan Objek Wisata Alam Talaga Remis adalah : 1. Mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang memiliki SDA yang sangat potensial untuk objek wisata yang didukung oleh status kawasan sebagai hutan negara, lokasi yang strategis, dan serta adanya perkembangan teknologi informasi yang pesat yang dapat mendukung brand image ODTWA yang sangat kuat. (S1, S2, S3, O1,O2) 2. Merencanakan

pengembangan

mengikutsertakankan

kawasan

yang

harus

lebih

partisipasi masyarakat setempat dalam pengelolaan

ODTWA yang telah memiliki target konsumen, segmentasi, dan fokus pasar agar meraih peluang dalam trend konsumsi wisata ”back to nature”, bertambahnya jumlah penduduk, dan dukungan Pemda yang cukup besar terhadap ODTWA dalam rangka membangun Kabupaten Konservasi dan Kabupaten Pariwisata. (S4, S5, S6, O3, O4, O5) Saat ini Objek Wisata Alam Talaga Remis telah memiliki brand image yang cukup kuat dengan lokasi yang strategis ditunjang dengan adanya pengembangan kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis yang terencana dan mulai dilakukan secara bertahap. Keunggulan ini harus tetap dipertahankan dengan terus melakukan penetrasi pasar. Penetrasi pasar yang dapat dilakukan melalui usaha pemasaran yang lebih gencar agar masyarakat mengenal pihak pengusahaan yang sekarang mengusahakan Objek Wisata Alam Talaga Remis dan memberikan jaminan bahwa manajemen pengelolaan yang akan dilakukan lebih baik dari pihak pengusahaan sebelumnya. Hal ini dilakukan agar Objek Wisata Alam Talaga Remis dapat mempertahankan posisinya sebagai tempat yang memiliki objek wisata yang diminati semua kalangan dari berbagai daerah. b. Strategi ST (Strenght-Threat) Strategi ST merupakan strategi menghindari ancaman yang datang dari luar, pihak pengusahaan dapat menggunakan kekuatan yang dimiliki dengan menerapkan kebijakan seperti: 1. Mengembangkan potensi SDA objek wisata alam yang memiliki status kawasan hutan negara dan lokasi yang strategis agar mendukung kesejahteraan masyarakat sekitar dengan cara memberikan peluang usaha untuk berjualan souvenir khas Objek Wisata Alam Talaga Remis. (S1,S2, S3, T1, T3) 2. Memprioritaskan dalam rencana pengembangan dengan mensinergiskan kerja sama dengan semua stakeholder dalam mewujudkan sapta pesona pariwisata (dengan menciptakan aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah tamah, dan kenangan yang indah) serta mengemas STP (segmentasi, target, dan posisi pasar) dengan melakukan program wisata yang dapat bersaing dengan ODTWA lain dalam industri pariwisata tanpa melupakan pentingnya alam dan pengelolaan objek wisata berbasis konservasi. (S4, S5, S6, T2, T4, T5)

Bentuk implementasi dari kebijakan di atas adalah pihak pengusahaan dapat bekerjasama dengan Balai Taman Nasional Gunung Ciremai selaku pihak pengelola untuk membangun sarana sanitasi seperti tempat sampah, penataan warung bagi para pedagang, dan memberikan penyuluhan wisata alam di kawasan konservasi kepada pengunjung dengan melibatkan masyarakat sekitar dalam program wisata yang menyangkut pentingnya alam dan pelestarian lingkungan. Hal ini dimaksudkan agar timbul kesadaran pengunjung maupun masyarakat akan pentingnya arti kelestarian lingkungan wisata. Mengingat wisata memberikan dampak bagi perekonomian masyarakat sekitar dan dampak psikologi (motivasi, inspirasi, menghilangkan kepenatan/refreshing) bagi pengunjung. c. Strategi WO (Weakness-Opportunity) Strategi WO adalah strategi mengatasi kelemahan yang dimiliki dengan memanfaatkan peluang yang ada dengan menerapkan kebijakan seperti : 1. Mengoptimalkan perkembangan teknologi informasi dalam kegiatan promosi yang efektif dan efisien, brand image ODTWA yang telah terbentuk, dan memanfaatkan dukungan dari Pemerintah Daerah serta melakukan kerjasama dengan pihak sponsor maupun investor agar meningkatkan aktivitas produksi yang lebih optimal. (W1,W2, O1, 02, 04) 2. Memanfaatkan perkembangan trend konsumsi wisata ”back to nature” dan jumlah penduduk dengan meningkatkan jumlah SDM yg profesional dalam merancang strategi promosi yang lebih gencar, mempertimbangkan kembali strategi penetapan harga tiket masuk yang sekarang, dan lebih memberikan perhatian terhadap perbaikan aksesibilitas menuju objek wisata alam agar mendukung pengembangan Objek Wisata Alam Talaga Remis sebagai suatu jasa wisata yang dapat diandalkan. (W3, W4, W5, W6, O3, 05) Objek Wisata Alam Talaga Remis menghadapi persaingan yang semakin ketat, dan untuk meningkatkan laba perusahaan, maka Objek Wisata Alam Talaga Remis perlu menerapkan/meningkatkan kegiatan : a) memperbaiki strategi promosi, melalui reklame lewat radio secara terus menerus, pemasangan pamflet, b) melakukan promosi penjualan berupa undian-undian yang berhadiah menarik, potongan harga (diskon), menjadi sponsor dalam event yang melibatkan banyak orang, c) manajer terus menerus beradaptasi

dalam pemanfaatan teknologi

dengan selalu berusaha meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi yang selalu berubah melalui belajar mandiri atau mengikuti pelatihan, d) pemanfaatan teknologi untuk promosi dengan biaya murah misalnya melalui radio, atau untuk jangka panjangnya pemanfaatan teknologi internet. d. Strategi WT ((Weakness- Threat) Strategi WT merupakan strategi untuk mengurangi kelemahan dan menghindari ancaman. Kebijakan yang diambil Objek Wisata Alam Talaga Remis yaitu : 1. Mengoptimalkan fasilitas utama maupun penunjang yang telah ada agar menambah point ketertarikan investor dengan tetap memperhatikan kesejahteraan masyarakat sekitar dan menindak tegas perilaku-perilaku pengunjung yang kurang baik (vandalisme, buang sampah sembarang) dengan melakukan pengawasan yang intensif. (W1, W2, T1, T2) 2. Menjalankan capacity building SDM secara rutin dalam bidang pemasaran dan pariwisata untuk meningkatkan kualitas produk dan pelayanan kepada pengunjung dan masyarakat sekitar untuk menghadapi pesaing dalam industri pariwisata. (W3, W4,W5, W6, T3,T4, T5) Salah satu bentuk nyata dari kebijakan di atas adalah pihak pengusahaan dapat bekerjasama dengan pihak pengelola Objek Wisata Alam Talaga Remis dalam menjalankan pelatihan dan pengembangan yang rutin dalam bidang pemasaran dan pariwisata baik untuk internal maupun masyarakat sekitar wisata. Selain untuk mencetak SDM yang kompeten, profesional, dan handal dalam objek wisata yang berada dalam zona pemanfaatan Taman Nasional Gunung Ciremai, juga untuk meningkatkan kualitas produk dan mutu pelayanan untuk menghadapi pesaing.

Tabel 17 Peringkat analisis matrik SWOT

Peringkat Kekuatan SDA yang sangat 1 potential untuk ODTW

Kelemahan

Peluang

Aktivitas produksi yang belum optimal

Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi

2

Status kawasan sebagai hutan negara

Kurangnya usaha untuk pendanaan dari pihak luar

Brand image ODTW yang sangat kuat

3

Lokasi yang strategis

Kurangnya jumlah SDM profesional dalam bidang pariwisata dan pemasaran

Trend konsumsi wisata "back to nature" yang meningkat

4

Adanya pengembangan kawasan yang terencana

Strategi promosi yang belum optimal

Dukungan Pemda yang cukup besar terhadap ODTW

5

Melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaan ODTWA Memiliki target konsumen, segmentasi dan fokus pasar

Harga tiket masuk yang relatif tinggi

Bertambahnya jumlah penduduk

6

Aksesibiltas menuju telaga yang kurang baik

Keterangan : a. Faktor Kekuatan dan Kelemahan masing-masing 6 variabel b. Faktor Peluang dan Ancaman masing-masing 5 variabel

Ancaman Tingkat pendapatan masyarakat sekitar maupun Kabupaten Kuningan yang relatif rendah Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia Kurangnya usaha masyarakat sekitar yang berjualan ciri khas daerah ODTW Obyek wisata pesaing yang dikelola secara lebih profesional Persaingan dalam industri wisata yang sangat ketat

Tabel 18 Matriks SWOT objek wisata alam Talaga Remis Faktor Internal Kekuatan (S) 1. SDA yang sangat potensial untuk ODTWA 2. Lokasi yang strategis 3. Memiliki target konsumen, segmentasi dan fokus pasar 4. Melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaan ODTWA 5. Status kawasan sebagai hutan negara 6. Adanya rencana pengembangan kawasan ODTWA Talaga Remis Faktor Eksternal Peluang (O) 1. Trend konsumsi wisata "back to nature" yang meningkat 2. Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi 3. Bertambahnya jumlah penduduk 4. Brand image ODTWA yang sangat kuat 5. Dukungan Pemda yang cukup besar terhadap ODTWA

Strategi SO 1. Mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang memiliki SDA yang sangat potensial untuk objek wisata yang didukung oleh status kawasan sebagai hutan negara, lokasi yang strategis, dan serta adanya perkembangan teknologi informasi yang pesat yang dapat mendukung brand image ODTWA yang sangat kuat. (S1, S2, S3, O1,O2) 2. Merencanakan pengembangan kawasan yang harus lebih mengikutsertakankan partisipasi masyarakat setempat dalam pengelolaan ODTWA yang telah memiliki target konsumen, segmentasi, dan fokus pasar agar meraih peluang dalam trend konsumsi wisata ”back to nature”, bertambahnya jumlah penduduk, dan dukungan Pemda yang cukup besar terhadap ODTWA dalam rangka membangun Kabupaten Konservasi dan Kabupaten Pariwisata. (S4, S5, S6, O3, O4, O5)

Kelemahan (W) 1. Aksesibiltas menuju telaga yang kurang baik 2. Strategi promosi yang belum optimal 3. Kurangnya usaha untuk mendapatkan pendanaan dari pihak luar 4. Kurangnya jumlah SDM profesional dalam bidang pariwisata dan pemasaran 5. Harga tiket masuk ODTWA Talaga Remis yang relatif tinggi 6. Aktivitas produksi yang belum optimal Strategi WO 1. Mengoptimalkan perkembangan teknologi informasi dalam kegiatan promosi yang efektif dan efisien, brand image ODTWA yang telah terbentuk, dan memanfaatkan dukungan dari Pemerintah Daerah serta melakukan kerjasama dengan pihak sponsor maupun investor agar meningkatkan aktivitas produksi yang lebih optimal. (W1,W2, O1, O2,O4) 2. Memanfaatkan perkembangan trend konsumsi wisata ”back to nature” dan jumlah penduduk dengan meningkatkan jumlah SDM yg profesional dalam merancang strategi promosi yang lebih gencar, mempertimbangkan kembali strategi penetapan HTM yang sekarang, dan lebih memberikan perhatian terhadap perbaikan aksesibilitas menuju OWA agar mendukung pengembangan OWA Talaga Remis sebagai suatu jasa wisata yang dapat diandalkan. (W3, W4, W5, W6, O3, 05)

Tabel 18 Matriks SWOT objek wisata alam Talaga Remis (Lanjutan) Strategi ST Strategi WT Ancaman (T) 1. Mengembangkan potensi 1. Mengoptimalkan fasilitas 1. Persaingan dalam SDA OWA yang memiliki utama maupun penunjang industri wisata yang status kawasan hutan negara yang telah ada agar sangat ketat dan lokasi yang strategis agar menambah point ketertarikan 2. Kerusakan mendukung kesejahteraan investor dengan tetap lingkungan yang masyarakat sekitar dengan memperhatikan kesejahteraan diakibatkan oleh cara memberikan peluang masyarakat sekitar dan aktivitas manusia usaha untuk berjualan menindak tegas perilaku3. Kurangnya usaha souvenir khas OWA Talaga perilaku pengunjung yang masyarakat sekitar Remis. (S1,S2, S3, T1, T3) kurang baik (vandalisme, yang berjualan ciri buang sampah sembarang) khas daerah ODTWA 2. Memprioritaskan dalam dengan melakukan rencana pengembangan 4. Tingkat pendapatan pengawasan yang intensif. dengan mensinergiskan kerja masyarakat sekitar (W1, W2, T1, T2) sama dengan semua kawasan dan stakeholder dalam 2. Menjalankan capacity Kabupaten Kuningan mewujudkan sapta pesona building SDM secara rutin yang relatif rendah pariwisata serta mengemas dalam bidang pemasaran dan 5. Obyek wisata pesaing STP dengan melakukan pariwisata untuk yang dikelola secara program wisata yang dapat meningkatkan kualitas lebih profesional bersaing dengan ODTWA produk dan pelayanan kepada lain dalam industri pariwisata pengunjung dan masyarakat tanpa melupakan pentingnya sekitar untuk menghadapi alam dan pengelolaan objek pesaing dalam industri wisata berbasis konservasi. pariwisata. (W3, W4, W5, (S4, S5, S6, T2, T4, T5) W6, T3, T4, T5)

Metode diagram analisis SWOT digunakan agar pihak pengusahaan dapat melihat posisi dan arah perkembangan selanjutnya. Diagram analisis SWOT yang berdasarkan pada skor matrik IFE dan EFE untuk mengetahui posisi Objek Wisata Alam Talaga Remis. Berdasarkan hasil skor matrik IFE dan EFE diperoleh : Koordinat sumbu Y

= Skor peluang + Skor ancaman = 1,458 + (– 1,497) = 0,039 (-)

Koordinat sumbu X

= Skor kekuatan –Skor kelemahan = 1,257 +(– 1,474) = 0,217 (-)

Jadi koordinat Objek Wisata Talaga Remis pada diagram analisis SWOT adalah (-0,217, -0.039). Posisi koordinat tersebut dapat diketahui bahwa Objek Wisata Talaga Remis saat ini berada pada kuadran IV (empat). Kudran IV (empat) merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, Objek Wisata Alam Talaga Remis menghadapi berbagai ancaman dari eksternal sekaligus kelemahan dari internal. Strategi yang dapat dilakukan adalah bertahan serta mengendalikan kinerja internal agar tidak terperosok sambil terus berupaya membenahi diri baik dengan meningkatkan mutu produk maupun mempertimbangkan penetapan harga produk yang ”menarik”. Posisi Objek Wisata Alam Talaga Remis dalam diagram analisis SWOT disajikan pada Gambar 7. Peluang (+)

Kuadran I

Kuadran III

Kekuatan (+)

Kelemahan (-) (-0,217, -0.039)

Kuadran II

Kuadran IV

Ancaman (-) Gambar 7 Diagram analisis SWOT objek wisata Talaga Remis

5.4.3 Tahap Keputusan Tahap keputusan merupakan tahap untuk menentukan strategi terbaik yang dapat dijalankan perusahaan dari alternatif-alternatif strategi yang diperoleh dari hasil analisis SWOT. Untuk menentukan prioritas strategi tersebut, digunakan alat analisis Quantitative Strategi Planning Matriks (QSPM). Hasil analisis matrik SWOT menghasilkan empat alternatif yaitu strategi SO, strategi ST, strategi WO, dan strategi WT. Strategi tersebut kemudian akan dimasukkan ke dalam matriks QSPM dapat dilihat pada Tabel 19. Hasil penentuan strategi terbaik dengan TAS (Total Atractive Score) tertinggi

sebesar

7,198

diperoleh

strategi

WT

yaitu

strategi

untuk

mengurangi/meminimalkan kelemahan dan menghindari/mengatasi ancaman. Kebijakan yang diambil Objek Wisata Alam Talaga Remis yaitu : 1. Mengoptimalkan fasilitas utama maupun penunjang yang telah ada agar menambah point ketertarikan investor dengan tetap memperhatikan kesejahteraan masyarakat sekitar dan menindak tegas perilaku-perilaku pengunjung yang kurang baik (vandalisme, buang sampah sembarang) dengan melakukan pengawasan yang intensif. 2. Menjalankan capacity building SDM secara rutin dalam bidang pemasaran dan pariwisata untuk meningkatkan kualitas produk dan pelayanan kepada pengunjung dan masyarakat sekitar untuk menghadapi pesaing dalam industri pariwisata. Strategi yang menempati prioritas kedua dengan TAS (Total Atractive Score) sebesar 6,683 antara lain : 1.

Mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang memiliki SDA yang sangat potensial untuk objek wisata yang didukung oleh status kawasan sebagai hutan negara, lokasi yang strategis, dan serta adanya perkembangan teknologi informasi yang pesat yang dapat mendukung brand image ODTWA yang sangat kuat.

2. Merencanakan

pengembangan

mengikutsertakankan

kawasan

yang

harus

lebih

partisipasi masyarakat setempat dalam pengelolaan

ODTWA yang telah memiliki target konsumen, segmentasi, dan fokus pasar agar meraih peluang dalam trend konsumsi wisata ”back to nature”,

bertambahnya jumlah penduduk, dan dukungan Pemda yang cukup besar terhadap ODTWA dalam rangka membangun Kabupaten Konservasi dan Kabupaten Pariwisata. Strategi yang menempati prioritas ketiga dengan nilai TAS (Total Atractive Score) sebesar 6,564 yaitu strategi ST : 1. Mengembangkan potensi SDA objek wisata alam yang memiliki status kawasan hutan negara dan lokasi yang strategis agar mendukung kesejahteraan masyarakat sekitar dengan cara memberikan peluang usaha untuk berjualan souvenir khas Objek Wisata Alam Talaga Remis. 2. Memprioritaskan dalam rencana pengembangan dengan mensinergiskan kerja sama dengan semua stakeholder dalam mewujudkan sapta pesona pariwisata serta mengemas STP dengan melakukan program wisata yang dapat bersaing dengan ODTWA lain dalam industri pariwisata tanpa melupakan pentingnya alam dan pengelolaan objek wisata berbasis konservasi. Strategi yang menempati prioritas terakhir dengan nilai TAS (Total Atractive Score) sebesar 6,324 yaitu : 1. Mengoptimalkan perkembangan teknologi informasi dalam kegiatan promosi yang efektif dan efisien, brand image ODTWA yang telah terbentuk, dan memanfaatkan dukungan dari Pemerintah Daerah serta melakukan kerjasama dengan pihak sponsor maupun investor agar meningkatkan aktivitas produksi yang lebih optimal. 2. Memanfaatkan perkembangan trend konsumsi wisata ”back to nature” dan jumlah penduduk dengan meningkatkan jumlah SDM yang profesional dalam merancang strategi promosi yang lebih gencar, mempertimbangkan kembali strategi penetapan HTM yang sekarang, dan lebih memberikan perhatian terhadap perbaikan aksesibilitas menuju objek wisata alam agar mendukung pengembangan OWA Talaga Remis sebagai suatu jasa wisata yang dapat diandalkan. Salah satu bentuk kegiatan yang dapat dilaksanakan pada strategi WT yaitu mengikutsertakan karyawan dalam latihan kerja, kursus ataupun pendidikan lainnya terutama yang menyangkut bidang konservasi sumberdaya alam dan ekowisata. Pembinaan karyawan/SDM pihak pengusahaan tidak hanya terbatas

pada kursus tersebut, namun juga diarahkan pada pelatihan dan pendidikan untuk meningkatkan kemampuan karyawan dalam membuat kemasan/produk wisata yang inovatif. Beberapa manfaat yang diharapkan dari pemberdayaan karyawan yang bekerja di bidang jasa (pariwisata), diantaranya : (1) karyawan akan memiliki ”rasa memiliki” yang tinggi terhadap pekerjaannya dan merasa dirinya berarti bagi organisasi/perusahaan dan (2) karyawan dapat berinteraksi dengan pelanggan secara lebih hangat dan lebih antusias.

5.5 Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu Penelitian yang berjudul ”Studi Ketersediaan Prasarana Air Bersih dan Sanitasi di Pemukiman Padat Kota Jember” yang menggunakan analisis SWOT dengan menghasilkan kesimpulan strategi perlunya partisipasi masyarakat dan pemerintah daerah dengan strategi yang bertumpu kepada masyarakat (community based strategy) agar meningkatkan partisipasi aktif dari masyarakat. Partisipasi aktif masyarakat diharapkan dapat meningkatkan upaya pemeliharaan dan perbaikan prasarana serta pembuatan prasarana yang baru (Dhokhikhah & Koesoemawati 2007). Pada penelitian Objek Wisata Alam Talaga Remis berdasarkan metode QSPM menghasilkan strategi yang memperhatikan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Objek Wisata Alam Talaga Remis. Ramli (2009) dalam kesimpulannya menjelaskan bahwa pengembangan wisata di Pulau Bawean berada dalam kuadran II yang menunjukkan strategi diversifikasi. Sedangkan penelitian strategi pemasaran Objek Wisata Alam Talaga Remis menghasilkan posisi dalam diagram analisis SWOT berada dalam kuadran IV yang berarti strategi bertahan dengan cara meninjau kembali kebijakan menaikkan harga tiket masuk ke kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis. Topik penelitian dari Ribhan (2010) menghasilkan pemahaman bahwa kunci untuk mencapai profitabilitas jasa dikaitkan dengan fokus pada pelanggan dan karyawan sebagai bagian yang terpenting. Manajer sebaiknya berfokus pada karyawan lini depan yang

menyajikan jasa, teknologi yang mendukungnya,

pelatihan dan kepuasan pelanggan. Loyalitas pelanggan dipengaruhi oleh kepuasan pelanggan. Pada penelitian Objek Wisata Alam Talaga Remis

merekomendasikan pada strategi WT (Weakness-Threat) poin kedua diharapkan adanya capacity building SDM agar terjadi interaksi yang positif antara perusahaan dengan karyawan. Penelitian Wulan (2010) berdasarkan matrik QSPM merekomendasikan prioritas utama alternatif strategi adalah strategi mempertahankan posisi sebagai tempat wisata yang memiliki SDA potensial, lokasi strategis, dan mudah dijangkau sekaligus mengikutsertakan serta bekerjasma dengan masyarakat sekitar dalam mengembangkan ”kampung wisata alam, budaya, dan pendidikan”. Sedangkan pada penelitian yang saya lakukan di kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis menghasilkan prioritas strategi yang pertama dan utama yaitu strategi WT yang terdiri dari (1) mengoptimalkan fasilitas utama maupun penunjang yang telah ada agar menambah poin ketertarikan investor dengan tetap memperhatikan kesejahteraan masyarakat sekitar dan menindak tegas perilakuperilaku pengunjung yang kurang baik (vandalisme, buang sampah sembarang) dengan melakukan pengawasan yang intensif dan (2) menjalankan capacity building SDM secara rutin dalam bidang pemasaran dan pariwisata untuk meningkatkan kualitas produk dan pelayanan kepada pengunjung dan masyarakat sekitar untuk menghadapi pesaing dalam industri pariwisata. Pada penelitian Saragih (2011) didapatkan alternatif strategi berupa melakukan pemasaran dan promosi secara inovatif, efisien, dan efisien. Kampoeng Wisata Cinangneng harus berusaha mempengaruhi konsumen baru maupun mempertahankan konsumen lama melalui kegiatan-kegiatan promosi yang efektif. Pada penelitian Objek Wisata Alam Talaga Remis dihasilkan kegiatan capacity building SDM Objek Wisata Alam Talaga Remis pada bidang pemasaran dan pariwisata yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas strategi pemasaran dalam produk, promosi, harga, dan saluran distribusi.

Tabel 19 Matriks QSPM ODTWA Talaga Remis Faktor - Faktor Kunci Kekuatan SDA yang sangat potensial untuk ODTWA Lokasi yang strategis Memiliki target konsumen, segmentasi dan fokus pasar Melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaan ODTWA Status kawasan sebagai hutan Negara Adanya rencana pengembangan kawasan ODTWA Talaga Remis Kelemahan Aksesibiltas menuju telaga yang kurang baik Strategi promosi yang belum optimal Kurangnya usaha untuk mendapatkan pendanaan dari pihak luar Kurangnya jumlah SDM profesional dalam bidang pariwisata dan pemasaran Harga tiket masuk ODTWA Talaga Remis yang relatif tinggi Aktivitas produksi yang belum optimal Peluang Trend konsumsi wisata "back to nature" yang meningkat Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi Bertambahnya jumlah penduduk Brand image ODTWA yang sangat kuat Dukungan Pemda yang cukup besar terhadap ODTWA Ancaman Persaingan dalam industri wisata yang sangat ketat Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia Kurangnya usaha masyarakat sekitar yang berjualan ciri khas daerah ODTWA Tingkat pendapatan masyarakat sekitar kawasan dan Kabupaten Kuningan yang relatif rendah Obyek wisata pesaing yang dikelola secara lebih profesional

Bobot

Strategi SO AS TAS

Strategi ST AS TAS

Strategi WO AS TAS

Strategi WT AS TAS

0.063 0.056 0.046 0.053 0.059 0.057

4 3.75 2.5 4 4 3.5

0.25 0.21 0.12 0.21 0.24 0.20

3.50 3.25 2.50 3.75 3.50 3.25

0.221 0.182 0.115 0.199 0.207 0.185

2.75 2.5 2.75 2.5 3.5 3

0.173 0.140 0.127 0.133 0.207 0.171

3 2.5 3.75 3 3.5 3.75

0.189 0.140 0.173 0.159 0.207 0.214

0.134 0.189 0.208

3 2 2.5

0.40 0.38 0.52

2.50 2.50 2.50

0.335 0.473 0.520

2.5 3 3

0.335 0.567 0.624

2.5 3.25 3.25

0.335 0.614 0.676

0.143 0.134 0.205

2 2 2.5

0.29 0.27 0.51

3.00 3.00 2.25

0.429 0.402 0.461

2.75 3.5 1.5

0.393 0.469 0.308

3.25 3.5 2

0.465 0.469 0.410

0.087 0.12 0.064 0.099 0.09

3.5 3 3 3.25 3.25

0.30 0.36 0.19 0.32 0.29

2.75 3.25 2.25 3.50 3.75

0.239 0.390 0.144 0.347 0.338

3 4 2.25 3.25 2.5

0.261 0.480 0.144 0.322 0.225

3.25 3.75 2.75 3.5 3.25

0.283 0.450 0.176 0.347 0.293

0.076 0.144

2 2.75

0.15 0.40

2.50 2.75

0.190 0.396

2.75 2.25

0.209 0.324

2.75 2.5

0.209 0.360

0.141

3.5

0.49

2.00

0.282

1.75

0.247

2.25

0.317

0.138 0.1

2.75 2

0.38 0.20 6.683 2

2.25 2.00

0.311 0.200 6.564 3

1.75 2.25

0.242 0.225 6.324 4

3 3

0.414 0.300 7.198 1

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Objek Wisata Alam Talaga Remis berada pada sel V berdasarkan matrik IE yaitu Hold and Maintain dengan strategi yang tepat untuk dilakukan adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Sedangkan berdasarkan analisis SWOT dihasilkan empat alternatif yang dapat dilakukan oleh Objek Wisata Alam Talaga Remis. Dari empat alternatif strategi yang ada, alternatif strategi WT (Weakness-Threat) yang terpilih sebagai strategi prioritas utama yang pertama dari beberapa alternatif strategi yang dianalisis dengan matrik QSPM dan didukung dengan diagram analisis SWOT. Diharapkan strategi WT (WeaknessThreat) dapat diterapkan oleh pihak pengusahaan Objek Wisata Alam Talaga Remis yang bekerjasama dengan semua stakeholder lainnya. Strategi WT (Weakness-Threat) memiliki TAS (Total Atractive Score) tertinggi sebesar 7,198. Kebijakan yang diambil oleh Objek Wisata Alam Talaga Remis berdasarkan strategi WT (Weakness-Threat), sebagai berikut : 1. Mengoptimalkan fasilitas utama maupun penunjang yang telah ada agar menambah

poin

ketertarikan

investor

dengan

tetap

memperhatikan

kesejahteraan masyarakat sekitar dan menindak tegas perilaku-perilaku pengunjung yang kurang baik (vandalisme, buang sampah sembarang) dengan melakukan pengawasan yang intensif. 2. Menjalankan capacity building SDM secara rutin dalam bidang pemasaran dan pariwisata untuk meningkatkan kualitas produk dan pelayanan kepada pengunjung dan masyarakat sekitar untuk menghadapi pesaing dalam industri pariwisata.

6.2 Saran 1.

Objek Wisata Alam Talaga Remis memiliki potensi keanekaragaman jenis flora, fauna, pemandangan alam, bentang alam serta tipe ekosistem yang potensial untuk dikembangkan sebagai produk ecotourisme. Potensi tersebut perlu dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar.

2.

Pengoptimalan kerjasama dan koordinasi dengan pihak lain dalam pengelolaan objek wisata alam yang berada di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai sehingga ditemukan visi bersama sebagai arah pengelolaan multipihak pada kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai dan adanya sinergitas langkah, pemahaman, dan sinkronisasi pengelolaan oleh seluruh stakeholder. Salah satu bentuknya adalah terbentuknya forum jasa lingkungan air dan wisata, adanya monitoring, evaluasi, dan pelaporan berbasis kinerja.

3.

Perlunya penelitian lanjutan yang mengkaji strategi kelayakan atraksi wisata lain yang ada di kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis selain areal danau Talaga Remis seperti Gunung Rangkong, Tebing Putih, Batu Luhur, Talaga Buruy, Talaga Leutik, Talaga Tespong, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA [BTNGC] Balai Taman Nasional Gunung Ciremai. 2010. Rencana Strategis Balai Taman Nasional Gunung Ciremai Tahun 2010-2014. Kuningan : Balai Taman Nasional Gunung Ciremai. David RF. 2006. Manajemen Strategis. Ed ke-10. Budi IS, penerjemah. Jakarta: Salemba Empat. Terjemahan dari : Strategic Management. Dhokhikhah Y, Koesoemawati DJ. 2007. Studi Ketersediaan Prasarana Air Bersih dan Sanitasi di Pemukiman Padat Kota Jember. Jurnal Purifikasi 8 (2):163-168. Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan. 2003. Pedoman Inventarisasi Potensi Jasa Lingkungan. Ditjen PHKA. Bogor Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan. 2003. Pedoman Analisis Daerah Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam. Ditjen PHKA, Jakarta. [Disparbud] Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. 2011. Data Objek Wisata Kabupaten Kuningan [CD]. Kuningan : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. 2 CD : Objek Wisata Bagian Utara dan Bagian Selatan Kabupaten Kuningan, 1400 MB. Fandeli C. 2001. Dasar-Dasar Managemen Kepariwisataan Alam. Yogyakarta : Liberty. Kinnear, Taylor. 1991. Marketing Research an Applied Method. USA: Mc GrawHill. Kotler P. 2005a. Manajemen Pemasaran. Edisi ke-12. Jilid 1. Molan B, penerjemah. Jakarta : PT Indeks Kelompok Gramedia. Terjemahan dari : Marketing Management. Kotler P, Ang SH, Leong SM, Tan CT. 2005b. Manajemen Pemasaran Sudut Pandang Asia. Jilid 2. Jakarta : PT Indeks Kelompok Gramedia. Kotler P, Keller KL. 2007. Manajemen Pemasaran. Edisi ke-12. Jilid 1. Molan, penerjemah. Jakarta : PT Indeks. Terjemahan dari : Marketing Management. [PDAU] Perusahaan Daerah Aneka Usaha Darma Putra Kertaraharja. 2011. Proposal Pengusahaan Objek Pariwisata Alam dalam Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai. Kuningan : PDAU Darma Putra Kertaraharja. [Perum Perhutani] Perum Perhutani. 2009. Rencana Karya Pengusahaan Pariwisata Alam di Objek Wisata Alam Talaga Remis pada Taman Nasional Gunung Ciremai Tahun 2010-2039. Bandung : Perum Perhutani.

Ramli M. 2009. Strategi Pengembangan Wisata di Pulau Bawean Kabupaten Gresik. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Rangkuti F. 1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Cetakan Kedua. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka. Ribhan. 2010. Pengaruh Job Satisfaction, Organizational, Commitment terhadap Customers Satisfaction dengan Internal Marketing sebagai Variabel Mediasi (Studi pada Rumah Sakit Swasta di Bandar Lampung). Jurnal Bisnis dan Manajemen 6 (2):239-266. Saragih AW. 2011. Analisis Strategi Pemasaran Kampoeng Wisata Cinangneng Kabupaten Bogor Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Stanton WJ. 1986. Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga Tjiptono F. 2004. Prinsip-prinsip Total Quality Service. Yogyakarta : Andi Tjiptono F, Lilien, Rangaswamy. 2008a. Pemasaran Strategik. Yogyakarta Andi.

:

Tjiptono F. 2008b. Strategi Pemasaran. Yogyakarta : Andi Widada. 2008. Mendukung Pengelolaan Taman Nsional yang Efektif Melalui Pengembangan Masyarakat Sadar Konservasi yang Sejahtera. Jakarta: Ditjen PHK-JKA Wulan DR. 2010. Strategi Pemasaran Wana Wisata Kartini Mantingan Kabupaten Rembang Jawa Tengah. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi objek wisata alam Talaga Remis

Gambar 1 Talaga Remis.

Gambar 2 Talaga Nilem.

Gambar 3 Prasasti perintis wana wisata.

Gambar 4 Gapura ODTWA.

Gambar 5 Daerah perbatasan kabupaten.

Gambar 6 Bentuk promosi.

Lampiran 1 Dokumentasi objek wisata alam Talaga Remis (lanjutan)

Gambar 7 Bentuk tiket ODTWA.

Gambar 9 Panggung hiburan.

Gambar 11 Wisata air.

Gambar 8 Plang taman nasional.

Gambar 10 Arena bermain.

Gambar 12 Aula pertemuan.

Lampiran 1 Dokumentasi objek wisata alam Talaga Remis (lanjutan)

Gambar 13 Warung kuliner ikan

Gambar 15 Resort Pasawahan.

Gambar 17 Bungalow Buper Palutungan.

Gambar 14 Toilet.

Gambar 16 Areal outbond Palutungan

Gambar 18 Curug Putri.

Lampiran 2 Matriks perbandingan berpasangan faktor internal Faktor Strategi Responden Internal Responden Eksternal Internal R1 R2 R1 R2 Kekuatan A 0.06 0.076 0.056 0.06 B 0.057 0.06 0.044 0.064 C 0.042 0.038 0.056 0.048 D 0.045 0.048 0.057 0.06 E 0.057 0.076 0.054 0.048 F 0.055 0.066 0.066 0.04 Kelemahan A 0.117 0.167 0.1 0.153 B 0.167 0.217 0.217 0.153 C 0.217 0.117 0.281 0.217 D 0.117 0.134 0.167 0.153 E 0.1 0.117 0.167 0.153 F 0.184 0.15 0.25 0.237 Total

Jumlah Bobot

Rata-rata Bobot

0.252 0.225 0.184 0.21 0.235 0.227

0.063 0.056 0.046 0.053 0.059 0.057

0.537 0.754 0.832 0.571 0.537 0.821

0.134 0.189 0.208 0.143 0.134 0.205 1

Lampiran 3 Peringkat faktor strategi internal Responden Internal Responden Eksternal Faktor Jumlah Responden Responden Responden Responden Rating Internal 1 2 1 2 Kekuatan A 4 4 4 4 16 B 4 4 4 3 15 C 3 3 4 4 14 D 4 3 4 4 15 E 4 4 4 4 16 F 3 3 4 4 14 Kelemahan A 1 2 1 1 5 B 1 1 1 2 5 C 1 2 1 1 5 D 2 2 2 1 7 E 2 1 1 2 6 F 2 2 2 1 7

Rata-rata Rating 4 3.75 3.5 3.75 4 3.5 1.25 1.25 1.25 1.75 1.5 1.75

Lampiran 4 Matriks perbandingan berpasangan faktor eksternal Responden Responden Eksternal Internal Faktor Strategi Eksternal R1 R2 R1 R2 Peluang A 0.072 0.083 0.1 0.094 B 0.122 0.117 0.117 0.122 C 0.07 0.072 0.017 0.097 D 0.15 0.083 0.072 0.089 E 0.094 0.072 0.094 0.1 Ancaman A 0.091 0.055 0.07 0.089 B 0.15 0.175 0.125 0.125 C 0.2 0.175 0.089 0.1 D 0.15 0.175 0.125 0.1 E 0.088 0.089 0.105 0.116 Total

Jumlah Bobot

Rata-rata Bobot

0.349 0.478 0.256 0.394 0.36

0.087 0.120 0.064 0.099 0.090

0.305 0.575 0.564 0.55 0.398

0.076 0.144 0.141 0.138 0.100 1

Lampiran 5 Peringkat faktor strategi eksternal Responden Internal Responden Eksternal Faktor Responden Responden Responden Responden Eksternal 1 2 1 2 Peluang A 3 2 4 3 B 3 3 4 4 C 2 3 2 2 D 3 3 4 3 E 3 3 3 2 Ancaman A 2 3 3 2 B 4 1 3 2 C 2 2 2 3 D 3 3 3 2 E 2 2 3 3

Jumlah Rating

Ratarata Rating

12 14 9 13 11

3 3.5 2.25 3.25 2.75

10 10 9 11 10

2.5 2.5 2.25 2.75 2.5

Lampiran 6 Rata-rata nilai atractive score (AS)

Faktor-faktor kunci Kekuatan SDA yang sangat potensial untuk ODTWA Lokasi yang strategis Memiliki target konsumen, segmentasi dan fokus pasar Melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaan ODTWA Status kawasan sebagai hutan negara Adanya rencana pengembangan kawasan ODTWA Talaga Remis Kelemahan Aksesibiltas menuju telaga yang kurang baik Strategi promosi yang belum optimal Kurangnya usaha untuk mendapatkan pendanaan dari pihak luar Kurangnya jumlah SDM profesional dalam bidang pariwisata dan pemasaran Harga tiket masuk ODTWA Talaga Remis yang relatif tinggi Aktivitas produksi yang belum optimal Peluang Trend konsumsi wisata "back to nature" yang meningkat Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi Bertambahnya jumlah penduduk Brand image ODTWA yang sangat kuat Dukungan Pemda yang cukup besar terhadap ODTWA Ancaman Persaingan dalam industri wisata yang sangat ketat Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia Kurangnya usaha masyarakat sekitar yang berjualan ciri khas daerah ODTWA Tingkat pendapatan masyarakat sekitar kawasan dan Kabupaten Kuningan yang relatif rendah Obyek wisata pesaing yang dikelola secara lebih profesional

R1

Strategi SO R2 R3 R4

Ratarata

R1

Strategi ST R2 R3 R4

Ratarata

R1

Strategi WO R2 R3 R4

Ratarata

R1

Strategi WT R2 R3 R4

Ratarata

4 3 1 4 4 2

4 4 3 4 4 4

4 4 2 4 4 4

4 4 4 4 4 4

4 3.75 2.5 4 4 3.5

4 4 3 4 4 2

3 3 2 4 2 4

3 3 1 3 4 3

4 3 4 4 4 4

3.5 3.25 2.5 3.75 3.5 3.25

3 4 2 3 4 2

3 3 2 2 2 2

1 1 3 2 4 4

4 2 4 3 4 4

2.75 2.5 2.75 2.5 3.5 3

4 4 3 4 4 3

2 2 4 4 2 4

2 2 4 1 4 4

4 2 4 3 4 4

3 2.5 3.75 3 3.5 3.75

4 3 3

2 2 1

4 1 3

2 2 3

3 2 2.5

4 3 3

1 2 1

3 2 4

2 3 2

2.5 2.5 2.5

4 3 4

2 4 4

1 3 1

3 2 3

2.5 3 3

4 2 3

1 4 4

2 4 2

3 3 4

2.5 3.25 3.25

3 3 3

2 1 1

1 1 3

2 3 3

2 2 2.5

3 4 3

4 3 1

3 2 4

2 3 1

3 3 2.25

3 4 2

4 4 2

2 4 1

2 2 1

2.75 3.5 1.5

3 4 2

4 4 2

4 3 2

2 3 2

3.25 3.5 2

3 4 4 4 3

3 3 2 4 4

4 1 4 1 3

4 4 2 4 3

3.5 3 3 3.25 3.25

4 4 2 4 4

2 3 2 4 3

1 2 2 2 4

4 4 3 4 4

2.75 3.25 2.25 3.5 3.75

4 4 2 3 4

2 4 3 3 2

2 4 1 3 1

4 4 3 4 3

3 4 2.25 3.25 2.5

4 4 2 3 3

2 4 3 3 4

3 3 3 4 2

4 4 3 4 4

3.25 3.75 2.75 3.5 3.25

1 3

3 1

1 4

3 3

2 2.75

2 4

3 2

2 3

3 2

2.5 2.75

2 4

4 2

3 1

2 2

2.75 2.25

2 4

3 2

4 2

2 2

2.75 2.5

4

2

4

4

3.5

2

1

3

2

2

2

2

1

2

1.75

2

2

2

3

2.25

3 3

2 2

4 1

2 2

2.75 2

3 2

1 2

3 2

2 2

2.25 2

3 2

2 2

1 3

1 2

1.75 2.25

3 3

4 2

2 4

3 3

3 3

Lampiran 7 Peta ODTWA Kabupaten Kuningan

Related Documents

Cireong Pemasaran.pdf
October 2019 8

More Documents from "Kriz"