Nama
: Febri Anta Kumalasari
Nim
: 111611133018
Wordcount
: 1416
Cinta dalam Perspektif Pesimistik (Fromm) Selama 19 tahun saya hidup, banyak pengalaman yang saya alami. Salah satunya yaitu pengalaman merasakan cinta. Untuk pengalaman mulai tertarik pada seseorang terutama lawan jenis saya alami sejak sayaduduk di bangku kelas 7 SMP. Pada saat itu saya tertarik dengan kakak kelas saya yang menjadi wali kelas saat kegiatan masa orientasi. Saya melihat sosok kakak kelas tersebut sebagai seorang yang humoris, perhatian dan dewasa. Akan tetapi pada saat itu memang saya hanya bisa memendam perasaan saya, karena saya menyadari bahwa ada seseorang diluar sana yang juga tertarik dengan orang tersebut dan dia saya merasa kalah saingan. Sejak itulah saya mulai memperhatikan penampilan saya. Saya memiliki pengalaman mengenai cinta terutama cinta terhadap lawan jenis tersebut pada waktu usia sekolah menengah pertama tepatnya kelas 3 SMP dimana saya baru merasakan bagaimana rasanya mencintai dan saat ini juga dicintai. Usia ini masih dalam rentang usia remaja, dimana masih muncul sifat yang labil atau berubah-ubah maka cinta yang saya rasakan juga disebut dengan “cinta monyet”. Saat itu saya masih bingung, bagaimana saya harus merespon apa yang diungkapkan seseoran yang tertarik dengan saya. Karena saya masih belum apa makna mencintai, dan awalnya saya juga tidak begitu mengenal dia, maka saya merespon biasa saja. Saat saya dan orang tersebut mulai berinteraksi semakin intensif, dan menjalin kedekatan seperti berangkat sekolah bersama, belajar bersama seperti kebanyakan anak SMP yang baru merasakan jatuh cinta, akhirnya saya mengenal lebih jauh tetntang dia. Kemudian setelah menjalani hubungan beberapa bulan, di saat perasaan saya yang mulai tumbuh dan menguat, disaat itu lah orang tersebut mulai menjauh dengan saya. Orang tersebut mulai sering untuk tidak mengirimkan kabar, bahkan mulai mencari-cari alasan yang tidak logis. Bahkan hingga kurang lebih satu minggu tidak saling memberi kabar meskipun tidak satu kelas, akan tetapi setidaknya masih satu sekolah dan mulai ada kabar bahwa orang tersebut mulai dekat dengan orang lain. sehingga saya pun termakan berita burung tersebut dan langsung memutuskan untuk tidak memiliki hubungan lagi dengan orang
tersebut. Karena memang pada saat itu masih usia yang belum mengerti arti hubungan, dan bagaimana hubungan itu dipertahankan. Dalam hal ini saya dapat menganalisis pengalaman saya tersebut dengan teori perspektif cinta yang dikemukakan Fromm mengenai apa yang dimaksud dengan cinta itu sendiri. Menurut Errich Fromm dalam bukunya yang berjudul “Art of Loving” terdapat objek cinta yang dapat dibagi menjadi beberapa bagian dari objek cinta tersebut yaitu, cinta sesama, cinta ibu, cinta erotis, cinta diri sendiri, dan cinta kepada Allah (Fromm, 2005). Cinta menurut Erich Fromm membahas mengenai dicintai dan mencintai. Cinta yang dapat dirasakan antar individu lawan jenis (Lee, 1977). Laki-laki maupun perempuan pasti memiliki tujuan untuk mencintai dan dicintai, sehingga harus melalui berbagai cara agar dapat mencapai tujuan tersebut. Untuk kaum laki-laki mereka akan cenderung untuk mencari kesuksesan demi mencapai status sosial dan mencari kekayaan. Dan sedangkan perempuan, mereka akan cenderung berdandan dan membuat dirinya menarik dengan merawat tubuh, berpakaian rapi, memakai make up dan lain-lain (Fromm, 2005). Dari perspektif From mengenai cinta tersebut sama halnya dengan pengalaman saya, yaitu pada saat saya tertarik pada seseorang terutama lawan jenis, saya sebagai perempuan akan cenderung untuk selalu berusaha tampil menarik dihadapan orang yang saya incar. Seperti halnya berpakaian rapi, mengikuti tren mode, selalu wangi dan bersikap sewajarnya dengan harapan orang yang saya incar tertarik dengan saya. Selain itu ada juga hal yang merupakan cara yang dapat dilakukan baik laki-laki maupun perempuan yang dapat membuat dirinya menarik yaitu dengan berperilaku sesuai dengan tata krama, sopan dan santun, berusaha melibatkan dirinya dalam perbincangan yang menarik, suka menolong dan akan berusaha untuk tidak mengganggu satu sama lain (Fromm, 2005). Dalam hal ini, cara tersebut tidak hanya digunakan untuk menjadikan diri sendiri menarik agar dapat dicintai, hal itu juga dapat sebagai cara untuk mencari teman dan mempengaruhi orang. Dan tujuan dari seseorang agar dapat dicintai yaitu dapat menjadikannya populer dan menunjukan bahwa dia memiliki ketertarikan seksual (Fromm, 2005). Menurut pendapat dari Fromm yaitu masalah dari cinta itu sendiri bukanlah membicarakan mengenai kemampuan, akan tetapi masalahnya terletak pada objeknya. Dalam hal ini berarti seseorang akan cenderung mudah untuk mencintai, karena pada dasarnya setiap individu memiliki kemampuan untuk mencintai. Akan tetapi sulit untuk menemukan objek yang tepat untuk dapat
mencintai ataupun dicintai. Dalam hal ini, menjelaskan bahwa seseorang dapat dengan mudah dapat tertarik bahkan mencintai seseorang, akan tetapi belum tentu orang yang kita cintai tersebut juga memiliki perasaan yang sama. Sehingga hal tersebut yang membuat sulit dalam menemukan objek yang tepat (Fromm, 2005). Selain itu, Fromm juga menjelaskan salah satu macam objek cinta yaitu cinta erotis. Cinta erotis yaitu cinta yang bersifat paling samar dan tidak universal (Fromm, 2005). Cinta erotis disini diartikan sebagai cinta yang hanya ditujukan pada sau orang saja. Cinta yang mengharapkan penyatuan antara satu orang dengan orang lain. Cinta yang mengharapkan kedekatan dan keintiman. Cinta yang hanya mengandalkan pengalaman keintiman hanya akan berlangsung atau bertahan dalam jangka waktu yang pendek. Maksudnya yaitu, cinta yang hanya menginginkan kedekatan dengan objek dan mengharapkan keintiman dengan objek tersebut tidak akan membuat suatu hubungan berlangsung lama. hal ini yang menjadi kesalahan dalam cinta yang hanya menganggap penting objektivitasnya dari pada fungsinya. Apabila sudah dapat mencapai kedekatan dan keintiman, maka orang tersebut tidak lagi memiliki tujuan yang hendak dicapai setelahnya. Hal tersebut yang membuat intensitas kedekatan dan keintiman antara individu pada umumnya mengalami penurunan. Dari penjelasan tersebut, dapat dianalisis dalam pengalaman pribadi saya pada waktu SMP yang hanya berorientasi pada kedekatan objeknya saja. Hubungan kedekatan yang hanya bertahan selama kurang lebih tiga bulan. Setelah itu orang tersebut mulai menjauh dan mulai menemukan objek yang lainnya. Hal tersebut karena setelah orang tersebut sudah dapat mencapai keinginannya untuk dapat mengenal dan menjalin kedekatan dengan saya, orang tersebut tidak lagi harapan yang hendak dicapai lagi. Dan pada akhirnya saya memutuskan untuk tidak berhubungan dekat bahkan mengirim kabar lagi kepada orang tersebut. Karena pada saat itu saya merasa kecewa dengan orang tersebut. Pengalaman yang saya alami tersebut yang membuat saya sadar untuk tidak mudah dalam mendefinisikan cinta itu sendiri, selanjutnya saya juga tidak mudah menerima cinta begitu saja. Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pengalaman pribadi saya dengan analisis mengenai cinta berdasarkan perspektif Fromm yaitu setiap individu pasti sudah pernah merasakan apa yang dinamakan dengan cinta. Cinta itu sendiri memiliki berbagai pengertian yang luas yang tidak hanya terbatas pada cinta terhadap lawan jenis saja. Akan tetapi cinta dapat dirasakan oleh berbagai kalangan usia. Cinta itu sendiri dapat dirasakan antara orang tua dan anak, perasaan cinta dengan
sesama, cinta diri sendiri, cinta dengan lawan jenis serta cinta kepada Allah. Salah satu cinta yang sudah pernah saya rasakan sesuai pengalaman yang sudah saya narasikan diatas yaitu cinta erotis. Usia untuk memahami perasaan cinta itu sendiri memiliki pengaruh. Seperti yang banyak kita ketahui di sekitar kita, anak-anak seusia sekolah dasar dengan polosnya mengartikan sebuah cinta padahal belum mengerti cinta itu seperti apa sesungguhnya terutama cinta terhadap lawan jenis. Setiap orang pasti memiliki harapan untuk dapat merasakan bagaimana mencintai dan dicintai. Mencintai merupakan kemampuan yang dimiliki setiap individu. Seperti halnya saya yang pernah merasakan bagaimana mencintai seseorang akan tetapi orang tersebut tidak mencintai saya. Hal itu yang membuat setiap orang akan cenderung melakukan berbagai cara agar dapat merasakan bagaimana rasanya dicintai. Penampilan menjadi cara yang paling berpengaruh untuk mendapatkan perhatian dari lawan jenis. Hal tersebut sesuai dengan pengalaman pribadi dan pandangan yang dikemukakan oleh Fromm. Dan biasanya penampilan menjadi awal terjalinnya kedekatan antar individu. Selain penampilan, komunikasi juga perlu dilakukan seseorang yang menjaln hubungan. Dengan berkomunikasi yan intensif, kita dapat mengetahui bagai mana kabarnya dan memberikan kepercayaan pada pasangan kita. Jika komunikasi terputus, maka sudah tidak ada keprcayaan yang terjadi pada hubungan tersebut. Biasanya individu akan lebih mengerti arti cinta itu sendiri setelah merasakan bagaimana rasanya kehilangan. Kehilangan yang diakibatkan perpisahan karena keegiosan masing-masing individu yang dapat menimbulkan pertentangan. Hal tersebut merupakan sifat kekanak-kanakan yang dimiliki individu dalam menjalin sebuah hubungan. Sebenarnya pasang surut dalam sebuah hubungan kedekatan antar individu selalu dapat terjadi dan tidak dapat dihindari. Hal tersebut termasuk juga perasaan bosan terhadap pasangannya. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan menjalin komitmen dengan pasangan. Dan selalu membuat hal-hal yang baru yang melibatkan pasangan tersebut, misalnya liburan ke tempat wisata. Selain mengurangi tingkat kebosanan, dapat menambah pengalaman dan dapat memperbaiki kedekatan antar individu tersebut. Karena cinta begitu kompleks dalam kehidupan kita. Dalam sebuah hubungan juga diperluka take and give. Dimana hal tersebut merupakan penyeimbang dari sebuah hubungan, seseorang bukan hanya menerima saja tetapi juga memberi.
DAFTAR PUSTAKA Fromm, E. (2005). The art of loving. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Lee, J. A. (1977). A Typology of style of loving. society for personality and social psychology, 173-182.