Blog1.docx

  • Uploaded by: febri anta
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Blog1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 856
  • Pages: 3
“ Umi, adek nggak mau makan”, “umi, aku mau susu”, “Umiiii,……. Umii……”. Begitulah cuitan para keponakan saya jika pagi hari saat akan berangkat sekolah. Sehingga mengharuskan kakak saya menjadi seorang yang tidak hanya melakukan satu pekerjaan saja. Misalnya, disela-sela mencuci pakaian disempatkkan untuk membuatkan susu untuk anaknya atau disela-sela memasak disempatkan untuk meyuap anaknya walau hanya satu sampai dua sendok sembari menunggu masakannya matang belum lagi menyiapkan keprluan untuk suaminya bekerja dan lain sebagainya. Membagi tugas non-sekuensial untuk beralih pada tugas yang lain, kegiatan ini biasa disebut dengan multitasking. Wanita kerap menunjukkan kelebihannya sebagai multitasker, karena otak mereka tidak perlu memobilisasi sumber daya tambahan untuk melakukannya. Multitasking ini biasanya terjadi pada ibu rumah tangga yang harus menjaga anaknya sekaligus menyelesaikan tugas rumah tangganya. Seperti yang terjadi pada seorang fotografer yang berasal dari Texas, Amerika Serikat bernama Melissa Wardlow yang terlihat berada di pertandingan sepak bola tingkat SMA di Texas, Amerika Serikat itu karena suami Wardlow ialah pelatih Lake Ridge, salah satu tim yang bertanding. Dengan anak-anaknya. Dalam sebuah foto yang beredar, Wardlow menggendong dua anaknya, yakni Jordan berusia 3 tahun di belakang dan Addison, 8 bulan, di depan. Ditambah tangan kanan memegang botol susu anaknya dan DSLR di tangan kanan. Hal ini dianggap hal yang lumrah oleh Wardlow, karena memotret adalah hobinya saat sebelum memiliki anak dan sebagai sampingan saat ia hamil. Mengapa wanita lebih ahli dalam hal multitasking? Pertama, mempertimbangkan norma budaya. Itu terjadi karena perempuan lebih banyak diajarkan tentang apa yang seharusnya dilakukan. Jadi pada suatu kegiatan, jika bukan wanita yang melakukannya tidak akan selesai atau selesai tetapi dengan hasil yang kurang maksimal. Ini mungkin yang mengakibatkan angka stress tinggi untuk kaum wanita karena terlalu banyak membagi-bagi pikirannya. Kedua, penelitian telah menunjukkan perempuan menghabiskan lebih banyak waktu merawat orang lain daripada diri mereka sendiri. Sebuah artikel Forbes baru-baru ini melaporkan pada studi oleh Jaringan Captivate yang menyatakan pria 25% lebih mungkin untuk mengambil waktu pribadi sepanjang hari kerja, 35% lebih mungkin untuk mengambil timeout Mini. Dan 7% lebih kemungkinan untuk berjalan-jalan daripada wanita.

Banyak orang berfikir dengan multitasking bisa mendapatkan lebih banyak hal dilakukan lebih cepat dan dengan demikian mencapai keseimbangan yang lebih baik, tapi ini adalah sebuah khayalan. Beberapa orang berpikiran bekerja dengan cara multitasking akan lebih efisien, tapi tidak karena beberapa alasan: Multitasking mengganggu mengingat masa depan. Memori adalah fungsi dari perhatian dan konsentrasi. Mengapa orang memasuki ruangan dan lupa mengapa dia memasuki ruangan tersebut? Karena di antara waktu Anda memikirkan alasan untuk masuk dalam ruangan tersebut Anda sedang focus pada hal yang lainnya. Multitasking menyebabkan kinerja yang buruk. Tugas-tugas kompleks seperti menulis atau percakapan memerlukan perhatian penuh. Jika Anda membiarkan melakukan hal-hal lain (misalnya, membaca pesan email) mungkin Anda akan megulangi pembicaraan lagi. Hal ini menjadikan pekerjaan tidak efektif. Multitasking menghilangkan kenikmatan Anda melakukan aktifitas. Kenikmatan juga memerlukan perhatian penuh (kesadaran). Misalnya, ketika Anda menemani anak-anak bermain di taman, saat itu juga anda mengingat tentang tugas-tugas yang ada dirumah. Maka Anda tidak akan ingat saat anak-anak tersebut tertawa lepas ketika mereka meluncur dari atas prosotan. Multitasking jika dikaitkan dengan ilmu psikologi, akan terkait dengan attensi atau perhatian dari individu pada hal yang dilakukan. Attensi atau perhatian adalah proses perilaku dan kognitif yang berkonsentrasi pada satu informasi dan mengabaikan informasi lainnya. Terdapat beberapa jenis attensi, yaitu:  Selective attention: Memproses satu stimulus dan mengabaikan yang lain. Jika individu diberikan 2 stimulus, mereka hanya akan merespon satu stimulus dan mengabaikan stimulus lain.  Divided attention: memproses dua stimulus, dengan memberikan atensi pada setiap stimulus. Jika individu diberikan 2 stimulus, mereka akan mereson 2 stimulus tersebut. Selain jenis attensi tersebut, terdapat beberapa teori mengenai attensi:  Teori Broadbent: yang dideskripsikan melalui eksperimen cocktail party effect yang menjelaskan bahwa Orang dapat fokus pada satu pembicaraan, tanpa kehilangan kesadaran (awareness) atas pembicaraan lain yang terjadi di sekitarnya.

 Treisman Attenuated Filter Theory: teori ini menjelaskan bahwa jika ada 2 stimulus, individu akan merespon satu stimulus saja dengan melemahkan stimulus yang lain.  Deutsch & Deutsch Late Selection Theory: dalam teori ini dikatakan bahwa atensi dibutuhkan untuk menyeleksi respon. Pada sebuah eksperimen individu dibisikkan campuran antara angka dan kata, misal (saya – 9 – tidur) dan (9 – malam– 6). Respon dari individu akan menggambarkan bagaimana atensi mereka. Individu yang lebih memperhatikan kata/bahasa akan melaporkan kepada peneliti tidur malam, atau sebaliknya

Jadi multitasking termasuk dalam teori atensi Treisman Attenuated Filter Theory, karena seseorang yang melakukan multitasking bisa melakukan lebih dari satu aktivitas. Contohnya ibu rumah tangga yang memasak sayur atan menggoreng lauk akan meninggalkan masakan mereka sembari menunggu matang dengan menyuapi anaknya terlebih dahulu. Dalam hal ini ibu rumah tangga tersebut melemahkan respon pada stimulus memasak dan lebih berkonsentrasi pada menyuapi anaknya.

References Alex Lickerman, M. (2016). tips for living the live you want. Chicago: www.psychologytoday.com. Anderson, J. R. (2005). Cognitive Psychology and Its Implications. Worth Publishers. Cotten, R. J. (2012). The relationship between multitasking and academic performance. 2. Frisca, F. (2016). Foto Ibu Muda Multi-Tasking Ini Jadi Perbincangan Netizen Dunia. Jakarta: bintang.com. Hohlbaum, C. L. (2011). Women Suffer from Multitasking More than Men. Freiburg: www.psychologytoday.com. Pininta, A. (2016). Otak Wanita Bereaksi Lebih Cepat Saat "Multitasking". jakarta: kompas.com. Weiten, W. (2010). Psychology Themes and Variations. Belmont: Wadsworth.

More Documents from "febri anta"

Cinta.docx
April 2020 4
Blog1.docx
April 2020 7
Soal
October 2019 77
Secret Of Everything
June 2020 6