LAPORAN TUGAS INTERNSIP PUSKESMAS PANDAAN Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Pandaan Kabupaten Pasuruan
Disusun oleh : Cindy Prastica, dr.
Program Dokter Internsip Indonesia Kabupaten Pasuruan Jawa Timur 2018
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT Laporan F1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Topik : Sosialisasi Penanganan Orang Dengan Gangnguan Jiwa (ODGJ) Berbasis Masyarakat di Desa Tawang Rejo Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Pandaan Kabupaten Pasuruan
Disusun oleh : Cindy Prastica, dr.
Program Dokter Internsip Indonesia Kabupaten Pasuruan Jawa Timur 2018
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT Laporan F1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Topik : Sosialisasi Penanganan Orang Dengan Gangnguan Jiwa (ODGJ) Berbasis Masyarakat di Desa Tawang Rejo Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Pandaan Kabupaten Pasuruan
Disusun oleh : Cindy Prastica, dr.
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal 3 Februari 2018
Oleh Kepala Puskesmas Pandaan
dr. Hj. Meita Devi R., M.Kes NIP. 19640517 198903 2 011
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT Laporan F1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Topik : Sosialisasi penanganan Orang Dengan Gangnguan Jiwa (ODGJ) berbasis masyarakat di Desa Tawang Rejo Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Pandaan Kabupaten Pasuruan
Disusun oleh : Cindy Prastica, dr.
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal 3 Februari 2018
Oleh Pembimbing Dokter Internsip
Hj. Titin Yuliani, dr. NIP. 19760501 201001 2004
LATAR BELAKANG
Orang Dengan Gangguan Jiwa yang disingkat dengan ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi sebagai manusia (Undang Undang Kesehatan Jiwa No.36, 2014). Hambatan yang dialami oleh klien gangguan jiwa akan mempengaruhi kualitas hidupnya, sehingga menjadi perhatian khusus karena dampak yang diakibatkan tidak hanya pada klientetapi juga berdampak pada keluarga dan masyarakat. Menurut data dari Word Health Organisation (WHO) 2011, masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius, bahkan berdasarkan data dari study word Bank di beberapa negara menunjukkan 8,1% dari kesehatan global masyarakat (Global Burden Disease) disebabkan oleh masalah gangguan jiwa yang menunjukan dampak lebih besar dari TBC (7,2%), kanker (5,8%), jantung (4,4%), dan malaria (2,6%). Berdasarkan UU No.18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa menerangkan bahwa pemerintah memberikan perlindungan dan menjamin pelayanan kesehatan jiwa bagi orang dengan kejiwaan dan orang dengan gangguan jiwa berdasarkan hak asasi manusia. Penanggulangan pasung adalah upaya yang terdiri dari aspek pencegahan, peningkatan pelayanan kesehatan, rehabilitasi dan pengobatan rutin. Orang-orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) adalah istilah resmi bagi penyandang gangguan jiwa berdasarkan undang-undang kesehatan jiwa nomor 18 tahun 2014, ODGJ khususnya para penderita gangguan jiwa berat skizofrenia dan psikosis belum sepenuhnya mendapat perlakuan baik serta memenuhi hak asasi manusia. Hasil survei kesehatan di Indonesia tahun 2013 menyebutkan terdapat 1,7 per 1000
penduduk Indonesia yang menderita skizofrenia atau psikosis . Diantara 3 para penderita tersebut, kurang lebih 14,8% pernah di pasung dalam masa hidupnya. Hal ini menunjukkan adanya masalah dalam bidang kesehatan jiwa di Indonesia oleh karena sesungguhnya pemasungan tidak di perkenankan dengan alasan apapun. Beberapa daerah di Indonesia, pasung digunakan sebagai alat untuk menangani klien gangguan jiwa di rumah. Saat ini, masih banyak klien gangguan jiwa yang didiskriminasi haknya oleh keluarga maupun masyarakat sekitar melalui pemasungan. Sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan larangan “tradisi” memasung klien gangguan jiwa berat yang kerap dilakukan penduduk yang berdomisili di pedesaan dan pedalaman
terus
memberdayakan
berupaya petugas
dilakukan
kesehatan
antara
lain
ditengah-tengah
dengan
masyarakat
Indonesia. Kata pasung mengacu kepada pengekangan fisik atau pengurungan terhadap pelaku kejahatan, orang-orang dengan gangguan jiwa yang melakukan tindak kekerasan yang dianggap berbahaya. Pemasungan penderita gangguan jiwa (biasanya yang berat) dengan cara dikurung, dirantai kakinya dimasukan kedalam balok kayu dan lain-lain sehingga kebebasan menjadi hilang. Pasung merupakan salah satu perlakuan yang merampas kebebasan dan kesempatan mereka untuk mendapat perawatan yang memadai dan sekaligus juga mengabaikan martabat mereka sebagai manusia. PERMASALAHAN Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gangguan jiwa dan penanganannya, sehingga masih banyak masyarakat yang menganggap memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa merupakan aib yang harus disembunyikan. Masyarakat lebih memilih untuk mengurung serta melakukan pasung kepada orang-orang dengan gangguan jiwa dengan alasan mereka berbahaya. Disamping itu semua mereka melupakan hal terpenting yaitu pengobatan teratur yang seharusnya dijalani oleh orang-orang dengan gangguan jiwa tersebut.
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Melakukan intervensi secara pasif yakni dengan melakukan sosialisasi tentang cara penangganan orang dengan gangguan jiwa pada masyarakat Desa Tawang Rejo. Melakukan sosialisasi kepada para kader sekaligus masyarakat
PELAKSANAAN
di Desa Tawang Rejo bagaimana cara menangani anggota keluarga, tetangga, maupu masyarakat sekitar yang memiliki gangguan jiwa. Bukan dengan cara dikucilkan, dikurung, maupun dipasung melainan masyarakat bisa bekerja sama dengan para kader untuk membawa orang dengan gangguan jiwa untuk berobat ke pelayanan kesehatan terdekat. Dan dengan mendapatkan pengobatan teratur dapat menekan kekambuhan bahkan menyembuhkan orang dengan gangguan jiwa tersebut. MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dilakukan oleh para kader di Desa Tawang Rejo dan evaluasi dengan tingkat kunjungan di poli pkm puskesmas pandaan untuk kasus orang dengan gangguan jiwa.
Komentar / Umpan Balik :
Pandaan, 3 Februari 2018
Dokter Internsip,
Kepala Puskesmas Pandaan,
Cindy Prastica, dr.
dr. Hj. Meita Devi R., M.Kes NIP. 19640517 198903 2 011
KEGIATAN SOSIALISASI DI DESA TAWANG REJO
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT Laporan F2. Upaya Kesehatan Lingkungan Topik : Pembentukkan Jamban Sehat di Desa Karang Jati Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Pandaan Kabupaten Pasuruan
Disusun oleh : Cindy Prastica , dr.
Program Dokter Internsip Indonesia Kabupaten Pasuruan Jawa Timur 2018
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT Laporan F2. Upaya Kesehatan Lingkungan Topik : Pembentukkan Jamban Sehat di Desa Karang Jati Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagaii bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Pandaan Kabupaten Pasuruan
Disusun oleh : Cindy Prastica, dr.
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal 3 Februari 2018
Oleh Kepala Puskesmas Pandaan
dr. Hj. Meita Devi R., M.Kes NIP. 19640517 198903 2 011
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT Laporan F2. Upaya Kesehatan Lingkungan Topik : Pembentukkan Jamban Sehat di Desa Karang Jati
Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Pandaan Kabupaten Pasuruan
Disusun oleh : Cindy Prastica, dr.
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal 3 Februari 2018
Oleh Pembimbing Dokter Internsip
Hj. Titin Yuliani, dr. NIP. 19760501 201001 2004
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT Laporan F2. Upaya Kesehatan Lingkungan Topik : Pembentukkan Jamban Sehat di Desa Karang Jati
Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Pandaan Kabupaten Pasuruan
Disusun oleh : Cindy Prastica, dr.
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal 3 Februari 2018
Oleh Sanitarian
Isma Zunaidah,. Amd.KL NIP. 19850503 2011012 010
LATAR BELAKANG
Tantangan pembangunan sanitasi di Indonesia adalah masalah sosial budaya dan perilaku penduduk yang terbiasa buang air besar (BABs) di sembarangan tempat, khususnya ke badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi, dan kebutuhan higenis lainnya. Jamban merupakan tempat yang aman dan nyaman untuk digunakan sebagai tempat buang air besar. Berbagai jenis jamban yang digunakan di rumah tangga, sekolah, rumah ibadat, dan lembagalembaga lain. Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit. Data WHO menyebutkan lebih dari 2,6 milyar orang pada wilayah pedesaan dan perkotaan kini tidak memiliki akses terhadap sanitasi dasar. 70% masyarakat masih terbiasa Buang Air Besar (BAB) sembarangan. Diantara negara-negara ASEAN, Indonesia masih tertinggal dalam hal akses sanitasi, dimana posisinya berada di bawah Filipina dan Kamboja. Sementara Malaysia memiliki 96% cakupan sanitasi. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014 Penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak sebanyak 60,91%.(5) Penyediaan sarana pembuangan tinja masyarakat terutama dalam pelaksanaannya tidaklah mudah, karena menyangkut peran serta masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya dengan perilaku, tingkat ekonomi, kebudayaan dan pendidikan. Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan satu bahan buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan sebagai media bibit penyakit, seperti: diare, typhus, muntaber, disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta estetika. Namun di sisi lain, tampaknya perilaku buang air besar masih merupakan suatu kebiasaan yang kurang menunjang
upaya peningkatan kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Jamban sehat adalah suatu bangunan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab suatu penyakit serta tidak mengotori permukaan. Bagi keluarga yang tidak memiliki jamban sudah pasti membuang kotoran tersebut ke sungai, hutan, ladang, kebun maupun sembarangan tempat. PERMASALAHAN
Masih banyak orang yang belum memahami bahwa jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit.
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Melakukan intervensi berupa edukasi kesehatan lingkungan, serta mengajak masyarakat yang masih melakukan BAB disungai untuk memiliki jamban sehat di rumah mereka.
PELAKSANAAN
Memberikan
materi tentang kesehatan lingkungan terkait
dengan kebiasaan BAB di sungai dan melakukan kegiatan pembentukkan jamban sehat di 37 rumah warga Desa Karang Jati yang sebelumnya tidak memiliki jamban dan melakukan BAB disungai. MONITORING DAN EVALUASI
Kegiatan pembentukkan jamban sehat dilakukan dalam kurun waktu 1 hari untuk 1 rumah di Desa karang Jati dimonitoring oleh kader desa dan dievaluasi 1 hari setelah pembentukkan.
Komentar / Umpan Balik :
Pandaan, 3 Februari 2018
Dokter Internsip,
Cindy Prastica, dr.
Kepala Puskesmas Pandaan,
dr. Hj. Meita Devi R., M.Kes NIP. 19640517 198903 2 011
KEGIATAN PEMBENTUKKAN JAMBAN SEHAT
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT Laporan F3. Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak Serta Keluarga Berencana Topik : Skrinning Kanker Payudara Dan Sosialisasi SADARI Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Pandaan Kabupaten Pasuruan
Disusun oleh : Cindy Prastica, dr.
Program Dokter Internsip Indonesia Kabupaten Pasuruan Jawa Timur 2018
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT Laporan F3. Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak Serta Keluarga Berencana Topik : Skrinning Kanker Payudara Dan Sosialisasi SADARI
Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Pandaan Kabupaten Pasuruan
Disusun oleh : Cindy Prastica, dr.
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal 3 Februari 2018
Oleh Kepala Puskesmas Pandaan
dr. Hj. Meita Devi R., M.Kes NIP. 19640517 198903 2 011
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT Laporan F3. Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak Serta Keluarga Berencana Topik : Skrinning Kanker Payudara Dan Sosialisasi SADARI
Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Pandaan Kabupaten Pasuruan
Disusun oleh : Cindy Prastica, dr.
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal 3 Februari 2018
Oleh Pembimbing Dokter Internsip
Hj. Titin Yuliani, dr. NIP. 19760501 201001 2004
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT Laporan F3. Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak Serta Keluarga Berencana Topik : Skrinning Kanker Payudara Dan Sosialisasi SADARI
Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Pandaan Kabupaten Pasuruan
Disusun oleh : Cindy Prastica, dr.
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal 3 Februari 2018
Oleh Bidan Koordinator Puskesmas Pandaan
Dian Handayani, Amd.,Keb. NIP. 19640716 198603 2 015
LATAR BELAKANG
Kanker payudara menjadi salah satu penyebab kematian utama di dunia dan di Indonesia. Menurut American Cancer Society, 2011, kanker ini dapat terjadi pada usia kapan saja dan menyerang wanita umur 40-50 tahun, tapi saat ini sudah mulai ditemukan pada usia 18 tahun. Dari total 58 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2005, kanker menyumbang 7,6 juta (atau 13%) dari seluruh kematian. Kanker Payudara menyebabkan 502.000 kematian per tahun. Pada tahun 2010 menurut data WHO terakhir yang dipublikasikan pada bulan April 2011, kematian akibat kanker payudara di Indonesia mencapai 20.052 atau sebesar 1,41%, dengan tingkat kejadian sebesar 20,25 per 100.000 penduduk Indonesia dan menempati urutan 45 di dunia. Jumlah yang diperkirakan 50% penderita kanker payudara di Indonesia datang memeriksakan penyakit kanker yang dideritanya sudah pada stadium lanjut. Deteksi dini kanker payudara merupakan langkah awal yang baik untuk mengetahui adanya penyakit kanker payudara sedini mungkin, yaitu dengan. Periksa payudara Sendiri (SADARI). Indonesian Cancer Fondation, 2011 mengungkapkan keterlambatan deteksi dini ini kemungkinan disebabkan karena kurangnya pengetahuan wanita tentang deteksi dini kanker payudara. Perilaku SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) merupakan upaya deteksi dini atau pencegahan kanker payudara yaitu dengan melakukan SADARI (Periksa Payudara Sendiri). SADARI adalah tindakan deteksi dini terhadap adanya gejala-gejala kanker payudara. Metode ini sangat sederhana, namun diharapkan dapat menekan tingginya angka penderita kanker payudara, karena semakin awal terdeteksi maka semakin cepat proses pengobatan yang diperlukan. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dianjurkan pada wanita, terutama pada wanita dengan usia mulai dari 20 tahun. Karena wanita
dengan usia subur 20-45 tahun sangat berisiko terkena penyakit kanker payudara, sehingga wanita harus selalu sadar akan kesehatan payudaranya yaitu dengan cara rutin memeriksa payudaranya sebagai upaya awal pencegahan penyakit kanker payudara. Cukup dimulai dengan cara yang paling mudah dan sederhana yang dapat dilakukan sendiri di rumah dan dilakukan setiap bulan setelah selesai masa menstruasi yakni dengan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri). Para wanita akan mampu melakukan deteksi dini apabila terjadi perubahan pada payudaranya. Namun jika seseorang memiliki pengetahuan yang kurang tentang SADARI maka akan menyebabkan wanita usia subur tidak memperdulikan tentang SADARI. Benjolan di payudara ditemukan dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Oleh karena itu pemeriksaan payudara sendiri sangat penting bagi para wanita terutama usia dewasa awal. Kurangnya kesadaran dalam perilaku melakukan pemeriksaan payudara sendiri menjadi permasalahan utama. Hal ini terkait bahwa para wanita kurang mengalami suatu kepekaan dengan payudaranya, sehingga kurang perhatian terhadap kondisi payudaranya. PERMASALAHAN
Kurangnya pengetahuan para wanita tentang apa itu kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara dengan periksa payudara sendiri (SADARI).
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Melakukan intervensi secara pasif dan aktif secara bersamaan yakni dengan melakukan penyuluhan berupa edukasi tentang kanker payudara dan mengajarkan seta memperagakan cara deteksi dini kanker payudara dengan periksa payudara sendiri (SADARI).
PELAKSANAAN
Melakukan penyuluhan tentang kanker payudara, mulai dari apa itu kanker payudara, faktor resiko, pengobatan dan pencegahannya. Serta mengajak para wanita untuk melakukan deteksi dini sebagai upaya pencegahan dengan periksa payudara sendiri (SADARI) yang merupakan metode deteksi yang mudah dan dapat dilakukan sendiri dirumah.
MONITORING DAN EVALUASI
Secara keseluruhan kegiatan berjalan sangat lancar, para wanita yang mendapatkan edukasi tampak paham dengan materi yang diberikan dan juga antusias bertanya seputar bahaya kanker payudara dan apa yang harus dilakukan ketika mereka menemukan benjolan disekitar payudara.
Komentar / Umpan Balik :
Pandaan, 3 Februari 2018
Dokter Internsip,
Kepala Puskesmas Pandaan,
Cindy Prastica, dr.
dr. Hj. Meita Devi R., M.Kes NIP. 19640517 198903 2 011
FOTO KEGIATAN EDUKASI TENTANG KANKER PAYUDARA DAN SADARI
FOTO SKRINNING PAYUDARA
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT Laporan F4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
Topik : Upaya Perbaikan Gizi Pada Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan
Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Pandaan Kabupaten Pasuruan
Disusun oleh : Cindy Prastica, dr.
Program Dokter Internsip Indonesia Kabupaten Pasuruan Jawa Timur 2018
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT Laporan F4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat Topik : Upaya Perbaikan Gizi Pada Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Pandaan Kabupaten Pasuruan
Disusun oleh : Cindy Prastica, dr.
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal 3 Februari 2018
Oleh Kepala Puskesmas Pandaan
dr. Hj. Meita Devi R., M.Kes NIP. 19640517 198903 2 011
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT Laporan F4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat Topik : Upaya Perbaikan Gizi Pada Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan
Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Pandaan Kabupaten Pasuruan
Disusun oleh : Cindy Prastica, dr.
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal 3 Februari 2018
Oleh Pembimbing Dokter Internsip
Hj. Titin Yuliani, dr. NIP. 19760501 201001 2004
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT Laporan F4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat Topik : Upaya Perbaikan Gizi Pada UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Pandaan Kabupaten Pasuruan
Disusun oleh : Cindy Prastica, dr.
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal 3 Februari 2018 Oleh Koordinator Bidang UKS
drg. Tri Wahyuni Widowati NIP. 19620928 199202 2001
LATAR BELAKANG
Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai masa usia 60 tahun keatas dengan kemampuan fisik dan kognitifnya yang semakin menurun. World Health Organization (WHO) menggolongkan lansiamenjadi 4 yaitu usia pertengahan (middle age) adalah 45 – 59 tahun, lanjut usia (elderly) adalah 60 – 74 tahun, lanjut usia tua (old) adalah 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Populasi lansia diperkirakan akan terus mengalami peningkatan secara global di seluruh dunia. Pada tahun 2012 besar presentase penduduk lansia di Indonesia mencapai angka 7% dan akan terus meningkat menjadi 11,34% pada tahun 2020. Peningkatan jumlah lansia juga akan diiringi dengan peningkatan masalah kesehatan yang sering dikeluhkan oleh lansia sehingga status gizi pada lansia merupakan hal yang perlu diperhatikan. Status Gizi pada lanjut usia dipengaruhi oleh berbagai hal. Perubahan fisiologis, komposisi tubuh, asupan nutrisi dan keadaan ekonomi merupakan hal-hal yang dapat memicu terjadinya berbagai masalah gizi pada lanjut usia. Penurunan fungsional dari organ-organ tersebut akan menyebabkan lebih mudah timbulnya masalah kesehatan pada lanjut usia. Masalah gizi yang seringkali terjadi pada lanjut usia juga dipengaruhi oleh sejumlah perubahan fisik yang dialaminya. Penyebab Masalah Gizi pada Lansi yaitu : Perubahan kebiasaan makan, penurunan selera makan, penurunan sensifitas indera perasa & penciuman, gangguan pencernaan & pengunyahan dan penyakit degenerative. Makanan yg dikonsumsi kurang baik kuantitas dan kualitas. Dengan demikian adanya perubahan dan penurunan selera makan apalagi yang dikonsumsinya kurang berkualitas maka akan memperburuk keadaan lansia, karena akan menjadi lemah dan mudah sakit. Gizi merupakan faktor yang menentukan kualitas hidup lansia di masa senjanya yang sudah tidak bisa seproduktif seperti saat masa muda. Keadaan Gizi lansia apabila mengkonsumsi makanan secara
berlebih merupakan penyebab kematian utama yang disebabkan penyakit jantung, aterosklerosis dan diabetes. Keadaan malnutrisi dan kurang gizi mengakibatkan penurunan produktifitas kerja. Kurang gizi disebabkan budaya, kemiskinan atau tidak tersedianya asupan makanan yang seimbang. Maka dari itu, gizi lansia juga perlu mendapatkan perhatian khusus yang tak kalah penting. PERMASALAHAN a) Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hubungan status gizi dengan penyakit pada lansia b) Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya status gizi pada lansia PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
1. Prioritas masalah : Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya status gizi pada lansia 2. Intervensi : Melakukan edukasi dan pemeriksaan rutin sebagai upaya perbikan gizi lansia 3. Metode
: Kunjungan yang dilakukan di UPT Pelayanan Sosial
Usia Lanjut oleh dokter beserta perawat Puskesmas Pandaan. PELAKSANAAN
Telah dilaksanakan kunjungan, edukasi materi, dan pemeriksaan rutin pada penghuni UPT tersebut oleh tim medis Puskesmas Pandaan Hari/tgl
: Senin, 4 Desember 2017
Pukul
: 08.00 - selesai
Tempat MONITORING DAN EVALUASI
: UPT Pelayanan Sosial Usia Lanjut
Secara keseluruhan acara kunjungan berjalan dengan lancar. Para lansia dan petugas UPT yang mendapatkan edukasi tampak paham dengan materi yang diberikan dan juga antusias bertanya seputar makanan yang diperlukan untuk menambah gizi para lansia di UPT Pelayanan Sosial Usia Lanjut. Evaluasi dari kegiatan ini dilakukan setiap 2 minggu sekali, dimana dipantau oleh dokter dan perawat Puskesmas Pandaan.
Komentar / Umpan Balik :
Pandaan, 3 Februari 2018
Dokter Internsip,
Kepala Puskesmas Pandaan,
Cindy Prastica, dr.
dr. Hj. Meita Devi R., M.Kes NIP. 19640517 198903 2 011
FOTO KEGIATAN
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT Laporan F5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular Topik : FollowUp Pasien Penderita Morbus Hansen Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Pandaan Kabupaten Pasuruan
Disusun oleh : Cindy Prastica, dr.
Program Dokter Internsip Indonesia Kabupaten Pasuruan Jawa Timur 2018
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
Laporan F5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular Topik : Topik : FollowUp Pasien Penderita Morbus Hansen
Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Pandaan Kabupaten Pasuruan
Disusun oleh : Cindy Prastica, dr.
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal 3 Februari 2018
Oleh Kepala Puskesmas Pandaan
dr. Hj. Meita Devi R., M.Kes NIP. 19640517 198903 2 011
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
Laporan F5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular Topik : FollowUp Pasien Penderita Morbus Hansen
Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Pandaan Kabupaten Pasuruan
Disusun oleh : Cindy Prastica, dr
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal 3 Februari 2018
Oleh Pembimbing Dokter Internsip
Hj. Titin Yuliani, dr. NIP. 19760501 201001 2004
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
Laporan F5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular Topik : FollowUp Pasien Penderita Morbus Hansen
Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Pandaan Kabupaten Pasuruan
Disusun oleh : Cindy Prastica, dr
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal 3 Februari 2018
Oleh Penanggungjawab Indera
Ikka Deby Kardhian, S.Kep.Ns. NIP. 19801219 20081 1 009
LATAR BELAKANG
Kusta atau disebut juga Morbus Hansen (MH) merupakan infeksi kronik pada kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Predileksi awal penyakit ini adalah saraf perifer dan kulit, selanjutnya dapat mengenai mukosa saluran pernafasan dan organorgan
lain, tetapi tidak mengenai saraf pusat.
Menurut World
Health Organization (WHO) kusta merupakan salah satu dari tujuh belas penyakit tropis yang terabaikan dan membutuhkan perhatian khusus dunia. Kusta dikenal juga sebagai “The Great Imitator Disease” karena manifestasi yang mirip dengan banyak penyakit kulit lainnya seperti infeksi jamur kulit, sehingga seseorang jarang menyadari bahwa dirinya telah menderita kusta. Kusta merupakan penyakit menular yang dapat menyebabkan permasalahan yang kompleks. Masalah yang timbul bukan hanya dari sisi medis, tetapi juga aspek sosial, ekonomi, dan budaya. Kusta menimbulkan stigma yang besar di masyarakat, sehingga penderita kusta seringkali dijauhi dan dikucilkan oleh masyarakat yang menyebabkan timbulnya masalah psikososial. Keterlambatan diagnosis pada penderita kusta dapat menyebabkan kerusakan sistem saraf yang bersifat ireversibel bahkan dapat menyebabkan kecacatan permanen. Kecacatan pada penderita kusta menyebabkan produktifitas kerja menurun. Hal ini sangat berpengaruh terhadap penurunan kualitas hidup penderita kusta. Faktor penting dalam terjadinya kusta adalah adanya sumber penularan dan sumber kontak, baik dari penderita maupun dari lingkungan. Berdasarkan Depkes RI 2012, penderita kusta yang tidak diobati dapat menjadi sumber penularan kepada orang lain, terutama penderita tipe multibasiler yang berkaitan dengan banyaknya jumlah kuman pada lesi. Orang-orang yang kontak serumah dengan penderita multibasiler berisiko 4x lebih tinggi
tertular kusta. Hal ini berkaitan dengan tingginya frekuensi paparan terhadap penderita yang mengandung kuman kusta, sehingga menyebabkan kasus kusta semakin bertambah setiap tahunnya. Kuman kusta dapat menyebar secara langsung maupun tidak langsung dengan penggunaan peralatan pribadi (sabun, handuk, sisir) secara bersama yang terkontaminasi kuman. Kuman kusta lebih cepat menyebar pada kelompok padat huni. Kepadatan hunian yang
tidak
memenuhi
standar
berisiko
menularkan
kusta
multibasiler 3x lebih cepat. Penularan kuman kusta juga dapat terjadi melalui udara, ventilasi ruangan yang tidak baik dapat memfasilitasi kuman untuk berkembang lebih banyak. Hasil penelitian 2015 mendapatkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara luas ventilasi rumah dengan kejadian kusta. Diagnosis dan pengobatan dini kusta sangat berperan dalam mengurangi transmisi dan kecacatan pada penderita kusta.
PERMASALAHAN a) Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit MH (Morbus Hansen) b) Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pencegahan dan penularan MH c) Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pengobatan MH d) Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya kepatuhan berobat dalam pengobatan MH e) Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang komplikasi MH PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
1. Prioritas masalah : kurangnya pengetahuan masyarakat tentang apa itu MH dan pengobatannya 2. Intervensi : Melakukan followup ke rumah penderita MH yang tidak mengabil obat secara rutin 3. Metode
: Home visite yang dilakukan di rumah pasien oleh
dokter beserta perawat Puskesmas Pandaan.
PELAKSANAAN
Telah dilaksanakan Home Visit dan pemberian obat MH kepada pasien tersebut oleh tim medis Puskesmas Pandaan
MONITORING DAN EVALUASI
Hari/tgl
: Rabu, 27 November 2017
Pukul
: 09.00 - selesai
Tempat
: Kemiri Sewu
Secara keseluruhan acara follow up berjalan dengan lancar dan
dokter
menyebabkan
beserta
perawat
mencari
pasien
tersebut
tidak
permasalahan
melakukan
yang
kunjungan
pengambilan obat MH secara teratur dan menjelaskan apa itu MH, dampak buruk jika tidak mengkonsumsi obat MH secara teratur, pencegahan penularan juga menjelaskan juga komplikasi yang dapat timbul jika tidak melakukan pengobatan. Evaluasi dari kegiatan ini dilakukan 1 minggu setelah home visit, pasien diminta untuk kontrol ke Poli Kusta dan dipantau oleh petugas puskesmas bidang penyakit menular. Komentar / Umpan Balik :
Pandaan, 3 Februari 2018
Dokter Internsip,
Cindy Prastica, dr.
Kepala Puskesmas Pandaan,
dr. Hj. Meita Devi R., M.Kes NIP. 19640517 198903 2 011
FOTO KEGIATAN HOME VISIT PASIEN MH
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT Laporan F6. Upaya Pengobatan Dasar Topik : Arthritis Gout Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas pandaan Kabupaten Pasuruan
Disusun oleh : Cindy Prastica, dr.
Program Dokter Internsip Indonesia Kabupaten Pasuruan Jawa Timur 2018
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
Laporan F6. Upaya Pengobatan Dasar Topik : Arthritis Gout
Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Pandaan Kabupaten Pasuruan
Disusun oleh : Cindy Prastica, dr.
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal 3 Februari 2018
Oleh Kepala Puskesmas Pandaan
dr. Hj. Meita Devi R., M.Kes NIP. 19640517 198903 2 011
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT Laporan F6. Upaya Pengobatan Dasar
Topik : Arthritis Gout
Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Pandaan Kabupaten Pasuruan
Disusun oleh : Cindy Prastica, dr.
Telah diperiksa dan disetujui pada tangal 3 Februari 2018
Oleh Pembimbing Dokter Internsip
Hj. Titin Yuliani, dr. NIP. 19760501 201001 2004
LATAR BELAKANG
Arthritis gout terjadi akibat peningkatan kronis konsentrasi asam urat di dalam plasma (hiperusemia : >7 mg/dl). Adanya penurunan ekskresi asam urat. Kebanyakan arthritis gout disebabkan oleh pembentukan asam urat yang berlebihan dan penurunan ekskresi. Arthritis gout dapat mengenai laki-laki maupun wanita, hanya saja gout memang
lebih
sering
mengenai
laki-laki.
Dikatakan
bahwa
kemungkinan arthritis gout menyerang laki-laki adalah 1 sampai 3 per 1.000 laki-laki sedangkan pada wanita adalah 1 per 5.000 wanita. Arthritis gout dapat menyebabkan sakit kepala dan nyeri khususnya pada sendi. Nyeri tersebut adalah keadaan subjektif dimana seseorang memperlihatkan ketidak nyamanan secara verbal maupun non verbal. Respon seseorang terhadap nyeri dipengaruhi oleh emosi, tingkat kesadaran, latar belakang budaya, pengalaman masa lalu tentang nyeri dan pengertian nyeri. Nyeri mengganggu kemampuan seseorang untuk beristirahat, konsentrasi, dan kegiatan yang biasa dilakukan. Bila tidak diatasi dapat menimbulkan efek yang membahayakan yang akan mengganggu proses penyembuhan dan dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas, untuk itu perlu penanganan yang lebih efektif untuk meminimalkan nyeri yang dialami oleh pasien. Secara garis besar ada dua manajemen untuk mengatasi nyeri yaitu manajemen farmakologi dan manajemen non farmakologi. Salah satu cara untuk menurunkan nyeri pada pasien gout secara non farmakologi adalah diberikan kompres hangat pada area nyeri. Tenaga kesehatan profesional yang berhubungan langsung dengan pasien dan keluarganya atau resiko tinggi gout, memiliki peran penting terhadap prevalensi, morbiditas dan mortalitas gout. Tenaga kesehatan memiliki tanggung jawab terhadap derajat kesehatan komunitas dan mengimplementasikan peran dan fungsinya melalui aktifitas promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Sehingga seorang tenaga kesehatan harus mampu memberikan penanganan yang tepat dan komprehensif.
Berdasarkan World Health Organization WHO Prevelensi asam urat (gout) di Amerika Serikat sekitar 13,6 kasus per 1000 laki-laki dan 6,4 kasus per 1000 perempuan. Pervelensi ini berbeda di tiap negara, berkisar antara 0,27% di Amerika hingga 10,3% selandia baru. Peningkatan insidens gout dikaitkan dengan peruubahan pola diet dan gaya hidup, peningkatan kasus obesitas dan sindrom metabolik. Kejadian hiperurisemia di indonesia banyak terjadi pada suku Minahasa dan Tapanuli, karena mereka banyak yang mengonsumsi alkohol dan ikan, sedangkan di JawaTengah Prevalensi penderita gout hiperurisemia kira-kira 2,6-47,2% yang bervariasi pada berbagai populasi. Pada suatu studi didapatkan insidensi gout 4,9% pada kadar asam urat darah >9 mg/dL, 0,5% pada kadar 7-8,9%, dan 0,1% pada kadar <7 mg/dL. Faktor risiko yang menyebabkan orang terserang penyakit asam urat adalah usia, asupan senyawa purin berlebihan, konsumsi alkohol berlebih, kegemukan (obesitas), kurangnya aktivitas fisik, hipertensi dan penyakit jantung, obat-obatan tertentu (terutama diuretika) dan gangguan fungsi ginjal. PERMASALAHAN Identitas pasien Nama : Ny. K Usia : 67 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Duren Sewu
Anamnesis : Keluhan Utama : Kedua kaki cekot-cekot RPS : Pasien datang dengan keluhan kedua kaki cekot-cekot selama 3 hari terakhir. Keluhan cekot-cekot muncul setelah pasien mengkonsumsi bebek penyet. Sebelumnya pasien sering mengkonsumsi olahan bebek dan mengalami gejala yang sama sepeti yang dirasakan sekarang. RPD : HT(-) DM(-)
R. Sosial : Penderita tinggal bersama anak, menantu dan kedua cucunya.
Pemeriksaan Fisik : Keadaan Umum : Compos Mentis, GCS E4V5M6, kesan gizi normal Status Generalis : TD
: 110/70 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Respirasi : 19 x / menit Temp.
: 37.1 oC
BB
: 62 kg
Kepala dan Leher : Anemis (-), Icterus (-), Cyanosis (-), Dyspneu (-), Bull Neck (-) Thorax Cor I : ictus cordis tidak tampak P : Ictus cordis teraba, tidak kuat angkat P : Batas jantung normal A : dalam batas normal, murmur (-), gallop (-) Pulmo I: bentuk dada simetris, sela iga normal, retraksi (-) P : pergerakan nafas simetris P : Timpani A : Vesikuler, ronki (-), wheezing (-)
Abdomen I : Flat simetris A: Bising Usus Normal P: Supel, nyeri tekan tidak ditemukan, massa (-) P: Timpani di seluruh lapangan abdomen
Extrimitas : Tofus (+/+), Oedema (-)
Pemeriksaan Penunjang : Asam Urat : 7,8
Diagnosis : Arthritis Gout PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Intervensi yang diberikan yaitu secara farmakologis dan non
PELAKSANAAN
Terapi Non Farmakologis :
farmakologis berupa edukasi
- Menjaga kebugaran tubuh dengan olahraga ringan. - Menjaga pola serta jenis makanan yang dikonsumsi. - Membatasi konsumsi makanan seperi jeroan, asparagus, alkohol, sarden, burung, kaldu, kacang, emping, tape. - Memeriksakan kadar asam urat untuk evaluasi setiap 6 bulan sekali.
Terapi Farmakologis : - Allupurinol 3 x 100 mg - Natrium Diclofenac 3 x 500 bila perlu
MONITORING DAN EVALUASI
Setelah mendapat diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, dokter dapat memantau kondisi pasien dan efek obat yang diberikan pada pasien. Serta menganjurkan pasien untuk melakukan kontrol begitu obat habis.
Komentar / Umpan Balik :
Pandaan, 3 Februari 2018 Dokter Internsip,
Cindy Prastica, dr.
Kepala Puskesmas Pandaan,
dr. Hj. Meita Devi R., M.Kes NIP. 19640517 198903 2 011
FOTO PENGOBATAN DASAR
KEGIATAN PENGOBATAN DASAR
LAPORAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
Laporan F7. Mini Project Topik : Mengenali Dislipidemia & Penanganannya sebagai Faktor Resiko PJK di Posbindu USILA
Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Pandaan Kabupaten Pasuruan
Disusun oleh :
dr. Cindy Prastica dr. Yovita Vania R
Program Dokter Internsip Indonesia Kabupaten Pasuruan Jawa Timur 2018
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
Laporan F7. Mini Project Topik : Mengenali Dislipidemia & Penanganannya sebagai Faktor Resiko PJK di Posbindu USILA
Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Pandaan Kabupaten Pasuruan
Disusun oleh :
dr. Cindy Prastica dr. Yovita Vania R
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal 3 Februari 2018 Oleh Kepala Puskesmas Pandaan
dr. Hj. Meita Devi R., M.Kes NIP. 19640517 198903 2 011
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
Laporan F7. Mini Project Topik : Mengenali Dislipidemia & Penanganannya sebagai Faktor Resiko PJK di Posbindu USILA
Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Pandaan Kabupaten Pasuruan
Disusun oleh :
dr. Cindy Prastica dr. Yovita Vania R
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal 3 Februari 2018 Oleh Pembimbing Dokter Internsip
dr. Hj. Titin Yuliani NIP. 19760501 201001 2004
LATAR BELAKANG
Dislipidemia memiliki prevalensi yang tinggi hampir di seluruh Negara. Diperkirakan sekitar 15% penduduk Amerika Serikat memiliki kadar Kolesterol total serum melebihi 240 mg/dl. Sebanyak 69% penduduknya memiliki kadar LDL diatas 100 mg/dl. Penelitian Huang et al (2014) menyimpulkan bahwa prevalensi dislipidemia pada penduduk
dewasa
di
China
sebesar
41,9%,
dengan
rincian
hipertrigliseridemia sebanyak 17,7%, kadar HDL rendah sebesar 11%, hiperkolesterolemia sebesar 10,1%, serta kadar LDL tinggi sebanyak 8,8%. Prevalensi dislipidemia di Indonesia masih cukup tinggi. Laporan Riskesdas Bidang Biomedis tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi kolesterol total tinggi secara nasional sebesar 44,9%, LDL tinggi 73,1%, dan HDL rendah 35%. Beberapa propinsi di Indonesia seperti Aceh, Sumatra Barat, Bangka Belitung dan Kepulauan Riau mempunyai prevalensi dislipidemia ≥50%. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, Low Density Lipoprotein (LDL), dan trigliserida serta penurunan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Dislipidemia adalah keadaan terjadinya peningkatan kadar Low Density Lipoprotein (LDL), kolesterol dalam darah, atau trigliserida dalam darah yang dapat disertai dengan penurunan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Dalam proses terjadinya aterosklerosis, dislipidemia memiliki peran yang penting dan sangat berkaitan satu dengan yang lain. Dislipidemia berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis, seperti Penyakit Jantung koroner (PJK), atherosklerosis, penyakit serebrovaskular (stroke), dan penyakit pembuluh darah lainnya. Bahkan tidak jarang dislipidemia dituding sebagai penyebab terjadinya penyakit-penyakit kronis tersebut. Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung dan pembuluh darah yang disebabkan karena
penyempitan arteri koroner. Penyempitan pembuluh darah terjadi karena proses
aterosklerosis
atau
spasme
atau
kombinasi
keduanya.
Aterosklerosis yang terjadi karena timbunan kolesterol dan jaringan ikat pada dinding pembuluh darah secara perlahan-lahan, hal ini sering ditandai dengan keluhan nyeri pada dada. Kejadian aterosklerosis ini dipengaruhi oleh beberapa macam faktor risiko, antara lain dislipidemia, hipertensi, kegemukan, diabetes, dan kurang olahraga. PERMASALAHAN Permasalahan: 1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang dislipidemia. 2. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjalankan pola hidup sehat. 3. Kuranganya pengetahuan masyarakat tentang penyebab dan dampak yang dapat ditimbulkan dari dislipidemia. 4. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya mencegah dan mengatasi dislipidemia, agar tidak berlanjut pada penyakit jantung koroner (PJK). PERENCANAAN
Intervensi :
DAN PEMILIHAN
Melakukan penyuluhan kepada peserta posbindu USILA desa Sumber
INTERVENSI
Rejo tentang apa itu dislipidemia, cara pencegahannya, dan pengenalan pola hidup sehat, serta penjelasan singkat mengenai penyakit jantung koroner (PJK) yang berkaitan erat dengan dislipidemia. Metode : 1.
Penyuluhan tentang apa itu dislipidemia, cara pencegahannya, dan pengenalan pola hidup sehat, serta penjelasan singkat mengenai penyakit jantung koroner (PJK) yang berkaitan erat dengan dislipidemia.
2. Sesi Tanya Jawab. 3. Quiz untuk peserta (recalling materi). PELAKSANAAN
Telah dilaksanakan penyuluhan tentang apa itu dislipidemia, cara pencegahannya, dan pengenalan pola hidup sehat (makanan yang baik dan yang perlu dihindari), serta penjelasan singkat mengenai penyakit
jantung koroner (PJK) yang berkaitan erat dengan dislipidemia. Setelah penyuluhan, diadakan sesi Tanya jawab dan quiz untuk recalling materi yang telah disampaikan ke peserta. : Jumat, 19 Januari 2018
Pukul
:08.00-selesai
Tempat
: Posbindu USILA desa Sumber Rejo
Setelah dilakukan penyuluhan, dilakukan evaluasi secara langsung
MONITORING DAN EVALUASI
Hari/tgl
kepada para peserta penyuluhan, dimana para peserta diberi kesempatan bertanya dan mereka sangat antusias bertanya seputar materi yang diberikan. Kemudian juga dilakukan sesi tanya jawab, dan para peserta dapat menjawab pertanyaan dengan baik dan benar. Para peserta juga mengatakan bahwa pengetahuan yang selama ini mereka miliki kurang dan merasa sangat terbantu dengan materi penyuluhan yang telah diberikan.
Komentar / Umpan Balik :
Pandaan, 3 Februari 2018
Nutrisionist Pelaksana,
Fidya Rahmawati, Amd. Gz 19750131 200501 2 009
Dokter Intership,
Cindy Prastica, dr.
FOTO KEGIATAN