BUDAYA LITERASI DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA (Analisis Deskriptif pada Siswa Kelas Rendah Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd).
Oleh: Chitra Sari Nilalohita NIM: 1113018300022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017
1
2
3
4
5
ABSTRAK Chitra Sari Nilalohita (NIM: 1113018300022). Budaya Literasi dalam Pembentukan Karakter Siswa (Analisis Deskriptif pada Siswa Kelas Rendah Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi budaya literasi di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta khususnya pada siswa kelas rendah. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pembentukan karakter siswa yang salah satunya diperoleh melalui budaya literasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mixed methods, strategi yang digunakan adalah strategi Embeded/Nested Konkuren, yang dalam pelaksanaannya peneliti mengumpulkan data kualitatif dan data kuantitatif dalam waktu yang bersamaan. Subjek penelitian ini adalah kepala sekolah, kepala perpustakaan sekaligus ketua literasi, guru, dan siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan angket. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan perpanjangan waktu penelitian, Confirmability (Objektivitas), triangulasi. Data dianalisis melalui langkah-langkah reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya literasi telah diimplementasikan di MI Pembangunan UIN Jakarta pada tahap pembiasaan, yang diterapkan melalui pembiasaan membaca selama 15 menit, menghadirkan lingkungan sekolah yang kaya literasi, serta mengoptimalkan fungsi perpustakaan yang dikemas dalam Gerakan Literasi Madrasah Pembangunan (GLMP). Program ini belum secara maksimal dilaksanakan sebab guru memiliki kendala waktu, kurangnya pengawasan dan evaluasi, kesulitan mengkondisikan siswa, serta beberapa siswa yang belum lancar membaca juga menjadi faktor penghambat. Di samping faktor penghambat tersebut, program ini mendapatkan dukungan penuh dari orang tua siswa demi tercapainya tujuan dari budaya literasi. Selain itu, pembentukan karakter siswa di sekolah terlihat dari tingkah laku siswa setiap hari. Nilai-nilai kejujuran tampak pada saat siswa mengerjakan tugas. nilai-nilai karakter disiplin tampak dalam hal berpakaian, ketepatan waktu, mengerjakan pekerjaan rumah, dan lain-lain. Nilai-nilai karakter rasa ingin tahu siswa tercermin dari kebiasaan siswa bertanya pada guru mengenai pelajaran, halhal yang mereka baca, dan lain-lain. Pembentukan karakter melalui budaya literasi ini terus dibiasakan untuk membentuk karakter siswa ke arah yang lebih baik.
Kata kunci: Budaya literasi, membaca, karakter, siswa
iv
ABSTRACT Chitra Sari Nilalohita, (NIM: 1113018300022). Literacy Culture in Student Character Building The purpose of this study is to describe implementation of literacy culture in Islamic Elementary School Pembangunan UIN Jakarta, especially on lower class student and to know character building of student with literacy culture. The methods of this study is mixed methods and the strategy of this study is Strategy of Embeded/ Nested Concurrent. Researcher was collected qualitative datas quantitative datas in the same time. The subject of this study is headmaster, head of the library at once head of literacy, teacher and students. The Technique of data collection of this study is observation, interview, documentation, and questionnaire. The investigation of data validity was used research time extension, confirmability, triangulation, and Analysis of data using data reduction steps, data display, and conclusion. The results of this study was showed that literacy culture has been implemented in Elementary School Pembangunan UIN Jakarta through habituation with reading habits for 15 minutes, presenting the school environment with literacy culture, and optimizing the library function in Literacy Movement of Madrasah Pembangunan (GLMP) The program has not been implemented maximally, because the teacher have a time obtacles, lack of control and evaluation, difficulty in conditioning students, and any students can not read the book. Beside that, this program has gotten parental support to reach literacy culture goal. Moreover, character building in the school is appear from behavior of the student everyday. Value of honesty is seems when the student doing their work, value of dicipline is seems that student dressed, on time, doing their homework, etc. Value of the curiosity is reflected from the student habbit for asked their teacher about the lesson, etc. Character building of student with literacy culture is continue to build the best character of student.
Keywords: Literacy Culture, Reading, Character, Student
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Budaya Literasi dalam Pembentukan Karakter Siswa (Analisis Deskriptif pada Siswa Kelas Rendah Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta)”. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari adanya doa, bantuan, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, antara lain: 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr. Khalimi, M.Ag., selaku Ketua jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Dindin Ridwanudin, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu memberikan bimbingan, arahan, dan semangat agar saya bisa menyelesaikan skripsi tepat waktu, serta selalu mengingatkan untuk bersyukur dan meniatkan segala sesuatu dengan ikhlas. 5. Eni Rosyda Syarbaini, M.Psi., selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan nasehat, bimbingan, apresiasi, dan semangat agar dapat menjadi mahasiswa yang dapat memberikan manfaat untuk orang lain. 6. Segenap dosen PGMI, terima kasih atas ilmu, nasehat, motivasi, serta tugas-tugas yang selama ini telah mendewasakan saya, berkat mereka, saya mendapatkan banyak ilmu mengenai pengajaran. vi
7. Yon Sugiono, S.pd., Kepala Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan tangan terbuka menerima saya untuk melakukan penelitian. 8. Dewan guru Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta, yang telah memberikan banyak contoh, teladan, pengalaman, dan memberi kesempatan untuk belajar lebih banyak, serta tak lupa untuk siswasiswa MI Pembangunan yang selalu menyambut saya dengan suka cita. 9. Ibu saya, Sri Retno Wiryanti. Tiada kata yang tepat untuk menggambarkan kasih sayang dan perhatian beliau. Terima kasih atas semangat, kasih sayang, dan doa-doa beliau yang selalu ada, bahkan jauh sebelum saya ada. Untuk Ayah saya, terima kasih telah mengajarkan kemandirian, kerja keras, dan bersyukur terhadap segala sesuatu yang saya miliki. 10. Rizki Baiquni Pratama, kakak lelaki satu-satunya yang selalu menularkan semangat belajar dan membaca, membantu dalam urusan finansial, serta memberi semangat agar saya dapat lulus tepat waktu. Untuk adik perempuan satu-satunya, Tri Ditrarini Saraswati yang selalu mendengarkan keluh-kesah saya, menyemangati, dan mengingatkan arti penting sebuah cita-cita. 11. Teman-teman PGMI A UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, selama ini telah berbagi ilmu, pengalaman, dan cerita yang tak pernah bisa terbeli dengan apapun. Khususnya untuk Novia Rizwani, Nisa Auliya, dan Yunita Eka Agustian, kalian sahabat yang luar biasa. 12. Teman-teman Bidikmisi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013, begitu banyak ilmu yang saya dapatkan dari kalian, terlebih tentang perjuangan dalam meraih cita-cita, materi bukan penghalang besar jika kita mau berusaha. 13. Teman-teman pengajar di Bimbel Gemilang yang selalu memberi ideide baru dalam pengajaran, serta murid-murid kecilku baik di bimbel dan privat, yang membuatku banyak belajar dari kalian.
vii
14. Teman-teman Forum Relawan Tunanetra, dari kalian saya belajar tentang ketulusan dan keikhlasan. Serta untuk sahabat-sahabat tunanetra, saya menyadari pentingnya bersyukur dan tidak mudah menyerah. 15. Seseorang yang namanya selalu terselip dalam doa, yang kelak menjadi Imam, suami, sahabat, teman, dan menjadi penyemangat hidup saya. Sengaja saya tulis di bagian terakhir pengantar ini, sebab saya ingin ia menjadi yang terakhir dalam hidup saya. Demikian ucapan terima kasih yang dapat saya sampaikan dan iringan doa selalu semoga segala amal yang kalian berikan akan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis sadar, meskipun usaha telah maksimal tetapi sebagai manusia pastilah terdapat kekurangan. Oleh karena itu, dengan senang hati penulis menerima saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis sangat berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan juga bagi pengembangan pendidikan.
Ciputat, 12 Juni 2017 Penulis,
Chitra Sari Nilalohita NIM. 1113018300022
viii
DAFTAR ISI hal. LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................... i LEMBAR PENGESAHAN KARYA ILMIAH ................................................ ii LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iii ABSTRAK ........................................................................................................... iv ABSTRACK ........................................................................................................ v KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xiv DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 6 C. Pembatasan Masalah ................................................................................. 6 D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7 E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7 F. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................... 9 A. Budaya Literasi ......................................................................................... 9 1. Definisi Budaya Literasi ..................................................................... 9
ix
2. Literasi Membaca ................................................................................ 10 3. Literasi Membaca di Kelas Rendah MI/SD ........................................ 12 4. Tujuan Membaca................................................................................. 13 5. Manfaat Membaca ............................................................................... 14 6. Memilih Buku Bacaan yang Baik ....................................................... 15 B. Pembentukan Karakter .............................................................................. 17 1. Definisi Pembentukan Karakter .......................................................... 17 2. Nilai-nilai Karakter ............................................................................. 19 3. Karakter Jujur ...................................................................................... 23 4. Karakter Disiplin ................................................................................. 24 5. Karakter Rasa Ingin Tahu ................................................................... 26 6. Faktor Pembentukan Karakter............................................................. 27 7. Fungsi Pembentukan Karakter ............................................................ 29 8. Tahapan Pembentukan Karakter ......................................................... 30 C. Karakteristik Siswa MI/SD ....................................................................... 33 1. Psikologi Perkembangan Siswa MI/SD .............................................. 34 2. Sifat-sifat Khas Siswa MI/SD ............................................................. 34 3. Perkembangan Bahasa Siswa MI/SD .................................................. 35 D. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................................. 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 40 A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 42 B. Metode Penelitian...................................................................................... 42 C. Teknik Pemilihan Informan ...................................................................... 43 D. Situasi Sosial ............................................................................................. 44 E. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data .......................................... 44 F. Instrumen Penelitian.................................................................................. 45 G. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ....................................... 49 H. Analisis Data ............................................................................................. 49 I. Data dan Sumber Data .............................................................................. 51
x
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................... 52 A. Gambaran Umum Objek Penelitian .......................................................... 52 1. Sejarah Singkat MI Pembangunan UIN Jakarta .................................. 52 2. Visi dan Misi ....................................................................................... 55 3. Tujuan MI Pembangunan UIN Jakarta ................................................ 56 4. Sarana dan Prasarana ........................................................................... 57 5. Guru dan Tenaga Kependidikan .......................................................... 60 6. Siswa ................................................................................................... 64 B. Deskripsi dan Interpretasi Data ................................................................. 65 1. Kebijaksanaan Pelaksanaan Budaya Literasi di MI Pembangunan UIN Jakarta.................................................................................................. 66 2. Pelaksanaan Program Pembiasaan Membaca ..................................... 78 3. Karakter Siswa Kelas Rendah MI Pembangunan UIN Jakarta ........... 94 4. Faktor Pendukung dan Penghambat ..................................................124 C. Keterbatasan Penelitian ...........................................................................131
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ...........................................132 A. Kesimpulan .............................................................................................132 B. Rekomendasi ...........................................................................................133
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................134 LAMPIRAN – LAMPIRAN .............................................................................137 BIODATA PENULIS ........................................................................................226
xi
DAFTAR TABEL hal Tabel 2. 1
Cara Memilih Buku Bacaan yang Baik ......................................... 16
Tabel 2. 2
Nilai-nilai Pendidikan Karakter ..................................................... 18
Tabel 3. 1
Waktu Penelitian ........................................................................... 38
Tabel 3. 2
Kisi-kisi Instrumen Wawancara .................................................... 43
Tabel 3. 3
Kisi-kisi Instrumen Observasi ....................................................... 44
Tabel 3. 4
Kisi-kisi Angket Karakter Siswa ................................................... 45
Tabel 4. 1
Sarana Bangunan MI Pembangunan UIN Jakarta ......................... 57
Tabel 4. 2
Prasarana MI Pembangunan UIN Jakarta...................................... 58
Tabel 4. 3
Rekap Jumlah Siswa MI Pembangunan UIN Jakarta .................... 64
Tabel 4. 4
Siswa Mengerjakan Tugas dengan Kemampuan Sendiri .............. 95
Tabel 4. 5
Siswa Mengerjakan Ulangan Tanpa Bertanya Teman .................. 96
Tabel 4. 6
Siswa mengatakan sesuatu yang sebenarnya ................................. 97
Tabel 4. 7
Siswa mengakui kesalahan yang dilakukan terhadap teman ......... 98
Tabel 4. 8
Melaporkan pada guru jika menemukan uang di sekolah ............. 98
Tabel 4. 9
Bercerita yang sebenarnya terhadap teman dan guru ketika memiliki masalah........................................................................... 99
Tabel 4. 10
Berterus terang ketika merasakan suasana yang kurang nyaman di kelas .........................................................................................100
Tabel 4. 11
Mengatakan pada guru jika merasa terganggu di kelas ...............100
Tabel 4. 12
Menjawab soal ulangan sesuai dengan pengetahuan siswa .........101
xii
Tabel 4. 13
Menjawab pertanyaan guru berdasarkan yang siswa pelajari .....101
Tabel 4. 14
Siswa datang dan pulang sekolah tepat waktu ............................103
Tabel 4. 15
Siswa berbaris rapi dan membaca doa sebelum memulai pelajaran ......................................................................................104
Tabel 4. 16
Siswa salat dzuhur berjamaah di sekolah ....................................105
Tabel 4. 17
Siswa mengikuti upacara bendera dengan tertib .........................109
Tabel 4. 18
Siswa memakan bekal makanan pada jam istirahat ....................110
Tabel 4. 19
Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan baik .......113
Tabel 4. 20
Siswa melaksanakan tugas piket kelas sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan ...................................................................113
Tabel 4. 21
Siswa mengumpulkan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru tepat waktu...................................................................................114
Tabel 4. 22
Siswa memakai seragam sekolah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan ...........................................................................115
Tabel 4. 23
Siswa membawa buku sekolah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan ...........................................................................116
Tabel 4. 24
Siswa bertanya pada guru tentang pelajaran yang belum dimengerti ....................................................................................117
Tabel 4. 25
Siswa bertanya pada guru tentang hal-hal yang didengar di televisi .....................................................................................118
Tabel 4. 26
Siswa mengajukan pertanyaan pada guru tentang berita yang dilihat di koran ........................................................................................119
xiii
Tabel 4. 27
Siswa mengajukan pertanyaan pada guru tentang pelajaran yang tidak dibahas di kelas...................................................................119
Tabel 4. 28
Siswa senang bertanya pada guru tentang perubahan lingkungan alam di sekolah ............................................................................120
Tabel 4. 29
Siswa senang bertanya pada guru tentang perkembangan teknologi saat ini ..........................................................................................120
Tabel 4. 30
Siswa membaca ensiklopedia untuk menambah pengetahuan ....121
Tabel 4. 31
Siswa mengakses buku elektronik melalui internet di perpustakaan sekolah untuk mencari pengetahuan baru .............122
Tabel 4. 32
Siswa senang membaca buku cerita untuk mengetahui hal-hal baru ..............................................................................................122
Tabel 4. 33
Siswa suka membaca tulisan-tulisan yang ada di mading kelas..123
xiv
DAFTAR GAMBAR hal. Gambar 4. 1
Siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah mengikuti launching Gerakan Literasi Madrasah Pembangunan (GLMP) .............67
Gambar 4. 2
Seluruh warga sekolah mengikuti kegiatan membaca ..........68
Gambar 4. 3
Seluruh warga sekolah mendukung GLMP ..........................68
Gambar 4. 4
Guru memiliki peran dalam membimbing anak membaca ...69
Gambar 4. 5
Launching GLMP dan peluncuran dua buah novel karya siswa ....................................................................................69
Gambar 4. 6
Sharing bersama penulis tentang kepenulisan dan membaca ...............................................................................................70
Gambar 4. 7
Jadwal kunjungan perpustakaan ............................................75
Gambar 4. 8
Guru kelas dan siswa melaksanakan pembiasaan membaca .78
Gambar 4. 9
Jadwal kegiatan literasi MI Pembangunan ............................79
Gambar 4. 10
Siswa membaca buku cerita ..................................................80
Gambar 4. 11
Pembiasaan Membaca Buku .................................................81
Gambar 4. 12
Jurnal GLMP .........................................................................83
Gambar 4. 13
Jurnal GLMP .........................................................................83
Gambar 4. 14
Pojok baca/sudut baca di setiap kelas ...................................84
Gambar 4.15
Koleksi buku bacaan siswa ...................................................85
Gambar 4. 16
Buku disusun rapi di pojok kelas ..........................................85
Gambar 4. 17
Beberapa buku ada yang terlipat dan sobek ..........................86
Gambar 4. 18
Poster di area sekolah ............................................................87
Gambar 4. 19
Mading MI Pembangunan .....................................................89
Gambar 4. 20
Mading berisi karya tulis siswa .............................................89
Gambar 4. 21
Perpustakaan MP UIN Jakarta ..............................................90
Gambar 4. 22
Siswa meminjam buku oleh petugas perpustakaan ...............90
Gambar 4. 23
Siswa mengerjakan tugas di perpustakaan ............................91
Gambar 4. 24
Siswa belajar di perpustakaan ...............................................91
Gambar 4. 25
Siswa mengakses internet di perpustakaan ...........................92
xv
Gambar 4. 26
Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru sesuai kemampuan ...........................................................................96
Gambar 4. 27
Siswa datang tepat waktu dan berbaris rapi sebelum masuk kelas .........................................................................103
Gambar 4. 28
Siswa berbaris rapi sebelum masuk kelas ...........................104
Gambar 4. 29
Siswa melakukan HC (Habittual Curriculum) yaitu membaca doa sebelum belajar .............................................................105
Gambar. 4. 30 Siswa mengambil wudhu bersama dengan guru .................106 Gambar 4. 31
Siswa-siswi bergantian mengambil air wudhu ....................107
Gambar 4. 32
Siswa-siswi salat berjamaah dengan tertib ..........................107
Gambar 4. 33
Salat berjamaah diimami oleh guru dan doa yang dipimpin oleh siswa secara bergantian ..............................................108
Gambar 4. 34
Siswa dan guru bersalaman setelah salat ............................108
Gambar 4. 35
Upacara senin pagi berjalan dengan tertib ..........................109
Gambar 4. 36
Beberapa siswa menjadi petugas upacara ...........................110
Gambar 4. 37
Siswa dan guru mengantri untuk membeli makanan ..........111
Gambar 4. 38
Siswa makan di kantin sekolah ...........................................111
Gambar 4. 39
Sebagian siswa membawa bekal makan dari rumah ...........112
Gambar 4. 40
Saat istirahat ada siswi yang memakan bekal sambil membaca .............................................................................112
Gambar 4. 41
Siswa melaksanakan tugas piket .........................................114
Gambar 4. 42
Siswa mengangkat tangan ketika akan bertanya pada guru 118
Gambar 4. 43
Siswa membaca buku di perpustakaan ................................123
Gambar 4. 44
Koleksi perpustakaan yang lengkap ....................................125
Gambar 4.45
Koleksi buku cerita paling banyak ditemukan ....................126
Gambar 4. 46
Buku bacaan di pojok baca kelas ........................................127
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
hal Lampiran 1
Surat Bimbingan skripsi .............................................................138
Lampiran 2
Surat Izin Penelitian ...................................................................139
Lampiran 3
Surat Keterangan Selesai Penelitian...........................................140
Lampiran 4
Surat Permohonan Menjadi Expert Judgment............................141
Lampiran 5
Surat Keterangan Validasi .........................................................142
Lampiran 6
Pedoman Observasi Budaya Literasi .........................................144
Lampiran 7
Pedoman Observasi Karakter Siswa ..........................................147
Lampiran 8
Angket/Kuesioner ......................................................................155
Lampiran 9
Hasil Angket ..............................................................................158
Lampiran 10
Pedoman Wawancara Kepala MI Pembangunan UIN Jakarta ...170
Lampiran 11
Pedoman Wawancara Kepala Perpustakaan ..............................171
Lampiran 12
Pedoman Wawancara Guru MI Pembangunan UIN Jakarta ......172
Lampiran 13
Pedoman Wawancara Siswa ......................................................173
Lampiran 14
Transkrip Wawancara Kepala MI Pembangunan ......................174
Lampiran 15
Transkrip Wawancara Wakil Kepala MI Pembangunan ............178
Lampiran 16
Transkrip Wawancara Kepala Perpustakaan MI Pembangunan 180
Lampiran 17
Transkrip Wawancara Guru Kelas 3 G ......................................185
Lampiran 18
Transkrip Wawancara Guru Bahasa Indonesia Kelas 3 .............187
Lampiran 19
Transkrip Wawancara Guru Kelas 3 C ......................................189
Lampiran 20
Transkrip Wawancara Guru Bahasa Indonesia Kelas 3 .............191
Lampiran 21
Transkrip Wawancara Guru MI Kelas 2 H ................................193
Lampiran 22
Transkrip Wawancara Guru Kelas 2 G ......................................195
Lampiran 23
Transkrip Wawancara Guru Kelas 2 C ......................................197
Lampiran 24
Transkrip Wawancara Guru Kelas 2 D ......................................199
Lampiran 25
Transkrip Wawancara Guru MI Kelas 1 H ................................200
Lampiran 26
Transkrip Wawancara Guru Kelas 1 H ......................................202
Lampiran 27
Transkrip Wawancara Siswa Kelas 3 C .....................................203
Lampiran 28
Catatan Lapang...........................................................................206
xvii
Lampiran 29
Uji Referensi ..............................................................................217
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dunia mengalami perubahan dalam semua aspek kehidupan. Perubahan pola-pola kehidupan dipengaruhi oleh teknologi komunikasi yang serba cepat, di mana pola kehidupan yang sakral dan terikat oleh adat mulai longgar bahkan terpaksa menerima perubahan tersebut. Orang tergiur terhadap apa yang ditayangkan di layar kaca, yang sangat memengaruhi tingkah laku, cita-cita, gaya hidup, pandangan terhadap sesama, serta berbagai jenis informasi yang di dalam sekejap memasuki kehidupan yang semula tertutup seperti di desa-desa.1 Di Indonesia, dapat kita saksikan bahwa perilaku hedonistik dan konsumtif kini seakan membudaya, hal ini berpotensi menjadikan seseorang berperilaku menyimpang, hal itu disebabkan karena untuk memenuhi keinginan-keinginan dan mengikuti gaya hidup, seseorang cenderung melakukan berbagai cara sekalipun itu tidak dibenarkan. Data yang tersaji dari Badan Pusat Statistik Nasional menyatakan bahwa kejadian kejahatan di Indonesia selama periode tahun 2013–2015 cenderung berfluktuasi. Jumlah kejadian kejahatan atau crime total dari sekitar 341 ribu kasus pada tahun 2013 menurun menjadi sekitar 325 ribu kasus pada tahun 2014. Namun, pada tahun 2015 meningkat menjadi sekitar 353 ribu kasus.2 Kondisi krisis ini menandakan bahwa Indonesia masih rentan terhadap kriminalitas, dan kemajuan arus informasi kian menambah daftar meluruhnya nilai-nilai moral bangsa Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh pengetahuan agama dan moral yang didapatkan di bangku 1 H. A. R. Tilaar, Manifesto Pendidikan Nasional; Tinjauan dari Perspektif Postmodernisme dan Studi Kultural, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2005), h. 15. 2 Sub Direktorat Statistik Politik dan Keamanan, Statistik Kriminalitas 2016, (Jakarta: Badan Pusat Statistik Nasional), h. 19, (https://www.bps.go.id/).
1
2
sekolah tidak terlalu berdampak terhadap perubahan perilaku manusia Indonesia. Pendidikan memang mempunyai peranan penting dalam pembentukan karakter bangsa (nation character building), tetapi patut disayangkan karena sudah lebih dari setengah abad bangsa ini merdeka, upaya pembentukan karakter bangsa ini boleh dibilang tidak dilakukan secara serius, atau tidak berjalan sebagaimana mestinya.3 Demoralisasi
terjadi
karena
proses
pembelajaran
cenderung
mengajarkan pendidikan moral dan budi pekerti sebatas teks dan kurang mempersiapkan siswa untuk menyikapi dan menghadapi kehidupan yang kontradiktif.4 Selain itu, proses belajar di sekolah umumnya berupa indoktrinasi, menghafal dari buku, mengikuti sistem bank (banking system, deposite system), sangat bertentangan dengan kemerdekaan berpikir peserta didik.5 Menurut
Surdaminta,
praktik
pendidikan
yang
semestinya
memperkuat aspek karakter atau nilai-nilai kebaikan sejauh ini hanya mampu menghasilkan berbagai sikap dan perilaku manusia yang nyatanyata malah bertolak belakang dengan apa yang diajarkan. 6 Padahal, pendidikan seharusnya mampu mengantisipasi tindak menyimpang yang dilakukan oleh bangsa. Hal ini berdasarkan pada Undang-undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
3
A. Suryana Sudrajat, Menegakkan Moralitas, (Jakarta: Gramata), h. 127. Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h. 2. 5 H. A. R. Tilaar, Manifesto Pendidikan Nasional; Tinjauan dari Perspektif Postmodernisme dan Studi Kultural, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2005), h. 116. 6 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h. 3. 4
3
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.7 Pendidikan bertujuan untuk membentuk watak atau karakter bangsa. Karakter yang baik merupakan cita-cita pendidikan bangsa, yang terus ditanamkan dan ditumbuhkan dalam perilaku keseharian baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan masyarakat. Dalam menyikapi berbagai permasalahan yang dilanda bangsa Indonesia, pemerintah berupaya dengan mencanangkan pendidikan karakter di sekolah sejak awal tahun 2010, tepatnya pada tanggal 14 Januari 2010. pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional mencanangkan program “Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa” sebagai gerakan nasional.8 Sayangnya, program yang telah lama diusung ini belum secara signifikan meluas dan diterapkan di semua jenjang pendidikan, sehingga saat ini pendidikan karakter di sebagian sekolah hanya didapatkan sebatas mata pelajaran PKn (Pendidikan Kewarganegaraan) atau Agama. Sebenarnya, banyak faktor yang dapat mendukung tercapainya tujuan pendidikan Indonesia dalam membentuk karakter bangsa, salah satunya adalah melalui peningkatan literasi masyarakat dengan mendidik berpikir kritis terhadap informasi yang diterima.9 Memang tidak mudah menyadarkan masyarakat akan arti penting literasi, terlebih bangsa Indonesia masih memiliki minat yang rendah terhadap membaca, padahal membaca memiliki pengaruh yang terhadap kualitas berpikir dan kritis terhadap informasi yang diterima. Allah telah berfirman perihal perintah membaca dalam surah Al-Alaq ayat 1-5 yang sangat jelas menyampaikan pada kita bahwa membaca 7
Muhammad Jafar Anwar dan Muhammad A. Salam As, Membumikan Pendidikan Karakter; Implementasi Pendidikan Berbobot Nilai dan Moral, (Jakarta: Suri Tatu’uw, 2015), h. 33. 8 Sardiman AM, Pendidikan Karakter dan Peran Pemerintah, 2016, (http://www.infodiknas.com/). 9 Kalarensi Naibaho, Menciptakan Generasi Melalui Perpustakaan, h. 3, (http://eprints.rclis.or).
4
merupakan sesuatu yang amat penting dilakukan, namun Indonesia dengan mayoritas masyarakat muslim sejatinya belum mampu mengamalkan perintah tentang membaca dalam semua aspek kehidupan. UNESCO mencatat indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya, pada setiap 1.000 orang, hanya ada satu orang yang punya minat membaca. Masyarakat di Indonesia rata-rata membaca nol sampai satu buku per tahun. Kondisi ini lebih rendah dibandingkan penduduk di negara-negara anggota ASEAN selain Indonesia, yang membaca dua sampai tiga buku dalam setahun. Angka tersebut kian timpang saat disandingkan dengan warga Amerika Serikat yang terbiasa membaca 1020 buku per tahun. Saat bersamaan, warga Jepang membaca 10-15 buku setahun. Selain itu, tingkat literasi kita juga hanya berada pada rangking 64 dari 65 negara yang disurvei. Satu fakta lagi yang miris tingkat membaca siswa Indonesia hanya menempati urutan 57 dari 65 negara10 Untuk itu, baru-baru ini pemerintah memperkuat pendidikan karakter dengan dibentuknya sebuah Gerakan Literasi. Gerakan literasi merupakan gerakan sosial yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan, sekolah, masyarakat, dunia usaha (penerbit dan media massa). Gerakan ini bertujuan untuk menumbuhkembangkan budaya literasi membaca dan menulis, meningkatkan kompetensi literasi, dan menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak.11 Berdasarkan permasalahan serta teori-teori yang telah dipaparkan, penulis bermaksud untuk mengangkat judul penelitian mengenai “Budaya Literasi dalam Pembentukan Karakter Siswa” dengan mengambil tempat penelitian di Madrasah Ibtidaiyah Madrasah Pembangunan UIN Jakarta, sebab meskipun gerakan literasi sudah dicanangkan oleh pemerintah, tapi belum banyak sekolah yang membudayakan literasi dalam kesehariannya.
10 Ane Permatasari, Membangun Kualitas Bangsa dengan Literasi, (Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB 2015: http://repository.unib.ac.id), h. 146. 11 Endang Fauziati, Gerakan Literasi Sekolah untuk Perubahan, (http://berita.suaramerdeka.com/).
5
Madrasah Ibtidaiyah Madrasah Pembangunan UIN Jakarta itu sendiri merupakan sebuah Madrasah yang didirikan alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memiliki mutu sesuai dengan visinya yaitu: “Menjadikan Madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Lembaga Pendidikan Dasar dan Menengah terdepan dalam pembinaan keislaman, keilmuan dan keindonesiaan, dengan mengapresiasikan potensi-potensi anak serta perkembangan di era globalisasi”. Sebagai sekolah berbasis agama islam, Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta mempunyai kiprah yang besar terhadap pendidikan. Pembinaan keilmuan, keislaman, dan keindonesiaan yang dikemas sedemikian rupa agar menjadikan Siswa dan siswi Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan memiliki karakter yang baik terutama pada minat yang besar terhadap buku-buku bacaan. Di awal tahun 2016 sekolah telah melaunching gerakan literasi untuk diterapkan di setiap jenjang kelas MI dalam membentuk karakter siswa ke arah yang lebih baik. Untuk itu peneliti bertujuan untuk melakukan penelitian mengenai literasi yang dibudayakan di sekolah tersebut serta pembentukan karakter siswa MI Pembangunan UIN Jakarta yang salah satu faktornya dipengaruhi oleh budaya literasi.
B. Identifikasi Masalah 1. Tingkat literasi masyarakat Indonesia masih rendah, yakni berada pada rangking 64 dari 65 negara yang disurvei. 2. Tingkat membaca siswa Indonesia hanya menempat urutan 57 dari 65 negara. 3. Belum
banyak
sekolah
pembentukan karakter siswa.
yang
membudayakan
literasi
dalam
6
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, perlu ada pembatasan masalah agar penelitian menjadi lebih fokus. Penelitian ini dibatasi pada: 1. Budaya Literasi yang penulis teliti adalah budaya literasi yang diterapkan di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta 2. Penelitian ini dilakukan pada jenjang kelas rendah Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta (1, 2, 3 MI dan mengambil sampel penelitian di kelas 3 C) 3. Budaya literasi yang penulis teliti adalah budaya membaca 4. Karakter siswa yang penulis teliti di MI Pembangunan mencakup jujur, disiplin, dan rasa ingin tahu.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana implementasi budaya literasi dalam pembentukan karakter siswa di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan budaya literasi dalam pembentukan karakter siswa di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta.
F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu: 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai sumbangan pemikiran ilmu pengetahuan bagi lembaga pendidikan di Indonesia
7
b. Menambah dan memperkaya khazanah keilmuan dunia pendidikan c. Sebagai sumbangan data ilmiah di bidang pendidikan dan disiplin ilmu lainnya 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti
Sebagai tambahan wawasan bagi peneliti mengenai budaya literasi dan pembentukan karakter di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta. b. Bagi madrasah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai evaluasi terhadap budaya literasi yang ada di madrasah c. Bagi siswa
Siswa menjadi lebih semangat dan meningkatnya intensitas minat membaca siswa serta membentuk karakter yang baik bagi mereka. d. Bagi guru
Memotivasi
guru
kelas
untuk
terus
berupaya
dalam
membudayakan literasi di sekolah, khususnya Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta.
BAB II KAJIAN TEORI A. Budaya Literasi 1. Definisi Budaya Literasi Selama ini, literasi dimaknai hanya sebatas apa yang dapat dituangkan dalam tulisan, berupa karya-karya sastra yang dibukukan, dan dapat dibaca orang lain, padahal literasi juga mencakup kata yang diucapkan atau bahasa lisan. Literasi memiliki makna yang lebih luas. Literasi dapat diartikan sebagai kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan atau berbicara.1 Secara sederhana, literasi dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan membaca dan menulis. Kita mengenalnya dengan melek aksara atau keberaksaraan. Sekarang ini literasi memiliki arti luas, sehingga keberaksaraan bukan lagi bermakna tunggal, melainkan mengandung beragam arti (multi literacies).2 Ada bermacam-macam keberaksaraan atau literasi, misalnya literasi komputer, literasi virtual, literasi matematika, literasi IPA, dan sebagainya.3 Jadi, keberaksaraan atau literasi dapat diartikan melek teknologi, melek informasi, berpikir kritis, peka terhadap lingkungan, bahkan juga peka terhadap politik. Seorang dikatakan literat jika ia sudah bisa memahami sesuatu karena membaca informasi yang tepat dan
1
Dewi Utama Faizah, dkk., Panduan Gerakan literasi di Sekolah Dasar, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016), h. 2. 2 Ane Permatasari, Membangun Kualitas Bangsa dengan Literasi, (Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB 2015: http://repository.unib.ac.id), h. 148. 3 A. Chaedar Alwasilah, Pokoknya Rekayasa Literasi, (Bandung, PT. Kiblat Buku Utama, 2012) , h. 160.
8
9
melakukan sesuatu berdasarkan pemahamannya terhadap isi bacaan tersebut.
2. Literasi Membaca Membaca adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa terdiri dari keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis.
4
Dalam tradisi umat islam, membaca
bukan sekadar aktivitas kognitif untuk mencari dan mengetahui informasi, melainkan juga merupakan perintah (iqra) yang mengawali hadirnya kitab suci Al-Quran.5 Dengan membaca, seseorang dapat memperoleh informasi dari apa yang dibaca, bertambahnya ilmu pengetahuan, serta meningkatkan keterampilan berbahasa yang lainnya. Tradisi membaca bukan sekadar pintu masuk untuk memperlebar wawasan atau meningkatkan penguasaan materi keilmuan tertentu. Tradisi membaca juga menjadi langkah awal untuk membangun tradisi keilmuan dan atau komunitas keilmuan yang kuat dan mapan, untuk mengembangkan semangat dalam meneliti, menelaah, dan berpikir secara cermat menghadapi suatu masalah.6 Pada prinsipnya, membaca dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis, yaitu: a. Membaca nyaring Membaca nyaring merupakan suatu aktivitas atau kegiatan guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain untuk menangkap
4
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008), h. 7. 5 Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter; Landasan, Pilar, dan Implementasi, (Jakarta: Prenadamedia Grop, 2014), hlm. 109. 6 M. Mushthafa, Sekolah dalam Himpitan Google dan Bimbel, (Yogyakarta: LkiS, 2013), h. 136.
10
informasi, pikiran, dan perasaan seseorang pengarang.7 Membaca nyaring membutuhkan suara yang lantang saat membaca. b. Membaca dalam Hati Membaca dalam hati (silent reading) merupakan membaca yang bertujuan untuk memperoleh informasi.8 Untuk itu, membaca dalam hati tidak mengeluarkan suara saat membaca. c. Membaca telaah isi Membaca telaah isi biasanya dilakukan ketika kita usai membaca sekilas, kita akan menemukan sesuatu yang menarik untuk kemudian dibaca secara rinci dan mendalam. Membaca jenis ini dapat dibagi-bagi lagi menjadi membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide. 9 d. Membaca Telaah Bahasa Membaca telaah bahasa berangkat dari asumsi bahwa bacaan itu berasal dari isi (content) dan bahasa (language). Membaca jenis ini mencakup membaca bahasa (asing) dan membaca sastra (literary reading).10 e. Membaca Survei Yaitu dilakukan untuk memperoleh gambaran umum tentang suatu teks bacaan. Membaca survei meliputi membaca judul, bab-bab, dan garis besarnya; membaca bagan, membaca daftar isi, daftar pustaka, dan indeks; membaca kata pengantar.11 f. Membaca Skimming Yaitu membaca sekilas yang bertujuan untuk mendapatkan kesan umum dan mengenali bagian-bagian tertentu pada garis besarnya. g. Membaca Intensif Yaitu membaca utama yang dilakukan secara teliti, kritis, dan saksama.
7
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008), h. 23. 8 Ibid, h. 30. 9 Ibid, h. 40. 10 Ibid, h. 123. 11 Elia Wati, Terampil Berbicara, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 12.
11
3. Literasi Membaca di Kelas Rendah MI/SD Banyak yang belum memahami kedahyatan cerita. Cerita yang masuk pada diri anak akan disimpan dalam memori jangka panjang. Ketika cerita itu positif, maka akan terus diingat oleh abak. Lebih dari itu, cerita akan menyambung dedrit atau serat-serat sel otak. Dengan banyaknya cerita yang masuk, pengalaman akan terus mengalir.12 Kelas rendah di Sekolah Dasar mencakup siswa-siswi yang berada di kelas 1, 2, dan 3. Tentunya, literasi membaca pada siswa MI/SD kelas rendah tidak bisa disamakan dengan siswa-siswi yang berada di kelas tinggi. Di kelas rendah, tidak semua jenis bacaan diterapkan karena mengingat kondisi psikologis perkembangan bahasa siswa. Literasi membaca di kelas rendah umumnya hanya mencakup membaca nyaring dan membaca dalam hati. Pada kegiatan membaca nyaring, ada sejumlah keterampilan yang dituntut sesuai dengan jenjang kelasnya, yaitu: a. Kelas I 1) Mempergunakan ucapan yang tepat 2) Mempergunakan frase yang tepat (bukan kata demi kata) 3) Mempergunakan informasi suara yang wajar agar makna mudah terpahami 4) Memiliki perwatakan dan sikap yang baik serta merawat buku dengan baik 5) Menguasai tanda-tanda baca sederhana seperti titik (.), koma (,), tanda tanya (?), dan tanda seru (!) b. Kelas II 1) Membaca dengan terang dan jelas 2) Membaca dengan penuh perasaan, ekspresi 3) Membaca tanpa tertegun-tegun, tanpa terbata-bata c. Kelas III 1) Membaca dengan penuh perasaan, ekspresi 12
Najib Sulhan, Pengembangan Karakter dan Budaya Bangsa, (Surabaya: Jaring Pena, 2011), h. 70.
12
2) Mengerti serta memahami bahan bacaan13 Dalam mengajar membaca nyaring, guru harus memahami proses komunikasi dua arah, sebab dalam membaca nyaring siswa harus menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan intonasi yang tepat agar pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yang disampaikan oleh penulis.
4. Tujuan Membaca Pada umumnya, seseorang yang melakukan aktifitas membaca memiliki tujuan yang hendak dicapai, antara lain: a. Untuk memperoleh informasi atau karena rasa ingin tahu tentang sejumlah topik b. Untuk memahami instruksi c. Untuk ikut mengambil bagian dalam drama, permainan, atau memecahkan teka-teki d. Untuk berhubungan dengan orang lain melalui surat atau memahami surat-surat bisnis e. Untuk mengetahui kapan dan di mana sesuatu terjadi atau apakah sesuatu itu tersedia atau tidak f. Untuk mengetahui apa yang sedang terjadi atau telah terjadi (seperti yang biasa dilaporkan dalam majalah atau surat kabar) g. Untuk kesenangan14 Selain itu, tujuan lain yang ingin dicapai, antara lain untuk menemukan fakta/kebenaran yang dilakukan oleh para tokoh, untuk mengetahui suatu masalah, untuk mengetahui suatu cerita, untuk mengetahui bagaimana suatu penulisan harus dibuat, untuk menambah pengalaman, keyakinan, dan sikap serta untuk memperluas wawasan15
13
Ibid, h. 26. Anwar Efendi, Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Perspektif, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008), h. 342. 15 Elia Wati, Terampil Berbicara, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 11. 14
13
Dari berbagai penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa seseorang memiliki tujuan yang berbeda-beda dalam membaca. Akan tetapi, dapat disimpulkan bahwa dari semua tujuan membaca setiap orang sama-sama ingin memperoleh informasi dari apa yang dibacanya. 5. Manfaat Membaca Banyak sekali yang diperoleh dari kegiatan membaca, selain memperoleh hiburan, seseorang dapat terbuka cakrawala pengetahuannya, hal itulah alasan mengapa sering dikatakan bahwa buku merupakan jendela dunia. Membaca juga memiliki manfaat lain, yaitu seseorang yang gemar membaca memiliki keunggulan komparatif dibanding dengan orang yang tidak membaca. Selain itu, dengan membaca orang lebih terbuka pemikirannya, seseorang berkesempatan melakukan refleksi dan meditasi, sehingga budaya baca lebih terarah kepada budaya intelektual daripada budaya hiburan yang dangkal.16 Buku sebagai sumber bahan bacaan memiliki manfaat dan pengaruh yang besar terhadap seseorang, terutama anak-anak. Dalam Ensiklopedia Indonesia pernah disinggung tentang buku, yaitu: Buku ialah alat komunikasi berjangka waktu panjang dan mungkin sarana komunikasi yang paling berpengaruh pada perkembangan kebudayaan dan peradaban umat manusia. Dalam buku dipusatkan dan dikumpulkan hasil pemikiran dan pengalaman manusia daripada sarana komunikasi lainnya. Sebagai alat pendidikan, buku berpengaruh pada anak didik daripada sarana-sarana lainnya.17 Biasanya, anak-anak akan mudah menggemari buku jika bacaan yang tersaji menarik minatnya, seperti cerita-cerita dongeng, dan lain-lain. Cerita yang masuk pada diri anak akan disimpan dalam memori jangka panjang. Ketika cerita itu positif, maka akan terus diingat oleh anak.
16
R. Masri Sareb Putra, Menumbuhkan Minat Baca Sejak Dini, (Jakarta: PT. Indeks, 2008),
h. 7. 17
Ibid, h. 8.
14
Lebih dari itu, cerita akan menyambung dedrit atau serat-serat sel otak. Dengan banyaknya cerita yang masuk, pengalaman akan terus mengalir. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa membaca memang memiliki banyak manfaat, terlebih jika kegiatan membaca menjadi budaya yang secara berulang-ulang diterapkan dan dilakukan.
6. Memilih Buku Bacaan yang Baik Dalam memilih buku bacaan yang baik untuk siswa, sebaiknya memperhatikan beberapa aspek berikut ini agar pesan moral dan pembentukan karakter yang diharapkan dapat tercapai dengan baik. Untuk anak usia Sekolah Dasar, kriteria bacaan yang sesuai adalah yang sedikit, bahkan tidak ada gambar, banyak kata, tingkat kesulitan bahasa dan alur sesuai dengan usia anak, mengajarkan kebajikan (karakter baik), dan tidak mengandung kekerasan dan pornografi.18 Secara umum, cara memilih buku yang baik dapat digambarkan dalam tabel berikut: Tabel 2.1 Cara memilih buku bacaan yang baik19 Jenjang Kelas Rendah Konten bacaan yang 1) Peserta didik didampingi ketika memilih sesuai dengan usia buku. peserta didik 2) Buku mengandung informasi yang sederhana dan atau kejadian sehari-hari. 3) Cerita mengandung nilai optimisme, bersifat inspiratif, dan mengembangkan imajinasi. 4) Buku dapat bergenre fantasi dengan tokoh binatang (fabel). 5) Buku mengandung pesan nilainilai sesuai dengan tahapan tumbuh kembang peserta didik dalam berbagai aspek, antara lain moral, sosial, kognitif. 18
Ibid, h. 124. Dewi Utama Faizah, dkk, Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016), h. 21. 19
15
6) Pesan moral cerita disampaikan dengan tidak menggurui. 7) Buku yang dibacakan dapat berukuran besar (big book). Ilustrasi 1) Ilustrasi memiliki alur yang sederhana. 2) Teks tidak perlu mengulangi apa yang sudah digambarkan oleh ilustrasi (buku bergambar /picture books). Jenjang Kelas Tinggi Konten Bacaan yang 1) Peserta didik dapat memilih buku secara Sesuai dengan Peserta mandiri. Didik 2) Buku mengandung informasi yang kompleks. 3) Cerita mengandung nilai optimisme, bersifat inspiratif, dan mengembangkan imajinasi. 4) Buku dapat bergenre cerita rakyat yang sesuai dengan jenjang SD. 5) Buku mengandung pesan nilai-nilai sesuai dengan tahapan tumbuh kembang peserta didik dalam berbagai aspek, antara lain moral, sosial, kognitif. 6) Pesan moral cerita disampaikan dengan tidak menggurui. Ilustrasi 1) Ilustrasi memiliki alur yang baik dan dapat bersifat imajinatif. 2) Ilustrasi berfungsi melengkapi alur cerita (buku berilustrasi/ illustrated books). Dalam membudayakan litarasi di sekolah, khususnya membiasakan siswa untuk membaca, maka dibutuhkan pemilihan terhadap buku-buku non pelajaran yang akan dibaca oleh anak. Hal itu dilakukan agar buku bacaan sesuai dengan usia dan perkembangan siswa.
B. Pembentukan Karakter 1. Definisi Pembentukan Karakter Pembentukan secara bahasa berarti, Nomina (kata benda) proses, cara, perbuatan membentuk. Kata karakter dalam kamus Bahasa Indonesia berarti sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
16
membedakan seseorang dari yang lain; tabiat; watak.20 Sedangkan bila dilacak dari asal-usulnya, kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark artinya cetak biru, format dasar, sidik, seperti dalam sidik jari.21 Sebagai format dasar, karakter berarti apa yang dibawa seseorang sejak lahir ke dunia. karakter menjadi pembeda antara manusia yang tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku. Dalam jurnalnya, Kamaruddin menjelaskan: In terminology, meaning the character forward by Thomas Lickona. He said the character is "areliable inner disposition to respond to situations in a morally good way.22 Bagi Doni Koesuma, karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima lingkungan, misalnya keluarga pada saat masa kecil, atau juga bawaan sejak lahir.23 Dari sekumpulan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa arti dari pembentukan karakter adalah sebuah proses berkelanjutan yang dilakukan dalam pendidikan untuk membentuk nilai-nilai dasar/karakter pada diri seseorang untuk membangun kepribadian orang tersebut, baik itu nilai-nilai karakter terhadap tuhan atau nilai-nilai karakter terhadap sesama manusia. Al-Ghazali mempunyai keyakinan bahwa akhlak atau karakter seseorang dapat diluruskan melalui pendidikan budi pekerti. Ia sangat mengkritik terhadap aliran yang mengatakan bahwa tabiat seseorang itu tidak dapat diubah oleh lingkungannnya. Sebagaimana pendapat nativisme bahwa tabiat individu itu dibawa sejak lahir.24 Begitu pula ia
20
Retno Listyarti, Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif, (Jakarta: Esensi, 2012), h. 8. 21 Ngainun Naim, Character Building, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 51. 22 SA Kamaruddin, Character Education and Students Social Behavior. (Journal of Education and Learning, 2012). Vol.6 (4), h. 225. 23 Ibid, h. 80. 24 M. Miftahul Ulum, Konsep Pendidikan Anak Menurut Al-Ghazali dan Relevansinya dengan Arah dan Tujuan Pendikan Nasional di Indonesia, (http://ejournal.unida.gontor.ac.id/), h. 328.
17
tidak sependapat terhadap paham yang mengatakan bahwa tabiat itu tergantung pada lingkungannya, sedang dasar tidak berperan sama sekali, sebagaimana dikemukakan oleh John Locke dengan empirismenya.
Posisi
al-Ghazali
diucapkannya:“sekiranya
dalam akhlak
hal
ini
(tingkah
adalah laku)
seperti itu
yang tidak
menerima perubahan, niscaya fatwa, nasehat dan pendidikan itu adalah hampa”.25 Jadi, dari perolehan teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa karakter adalah sesuatu yang dapat dibentuk, tinggal bagaimana keadaan dan dukungan lingkungan yang mempengaruhi pembentukan karakter tersebut. 2. Nilai-nilai Karakter Karakter memiliki cakupan yang luas, dan dapat diamati dari tingkah laku manusia.
Filosof Yunani Aristoteles mendefinisikan
karakter yang baik sebagai hidup dengan tingkah laku yang benar dalam berhubungan dengan orang lain dan berhubungan dengan diri sendiri.26 Mulai tahun pelajaran 2011, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan berkarakter.27 Walaupun dalam teori sosiologi dinyatakan bahwa tugas mendidik karakter adalah pekerjaan orang tua, tetapi pembentukan karakter juga merupakan tugas guru. Sekolah ikut bertanggung jawab terhadap kegagalan pembentukan karakter di kalangan para siswa. Secara ringkas, dijelaskan butir-butir nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter bangsa, yaitu:
25
Ibid, h. 328. Thomas Lickona, Pendidikan Karakter; Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik, (Bandung: Nusamedia, 2013), h. 71-72. 27 Retno Listyarti, Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif, (Jakarta: Esesnsi, 2012), h. 5. 26
18
Tabel 2.2 Nilai-nilai pendidikan karakter28
28
No 1.
Nilai Karakter Religius
2.
Jujur
3.
Toleransi
4.
Disiplin
5.
Kerja keras
6.
Kreatif
7.
Mandiri
8.
Demokratis
9.
Rasa Ingin Tahu
Uraian sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Religius adalah proses mengikat kembali atau bisa dikatakan dengan tradisi, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia sera lingkungannya. Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, etnis, suku, pendapat, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Perilaku yang menunjukkan upaya yang sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Cara berpikir, bersikap, bertindak yang menilai sama hak dan kewjiban dirinya dan orang lain. sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
Retno Listyarti, Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif, (Jakarta: Esesnsi, 2012), h. 5-8.
19
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinnya, dilihat, dan didengar. Semangat Kebangsaan cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menmpatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Cinta Tanah Air Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. Menghargai Prestasi Sikap, dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. Bersahabat/komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Peduli Sosial sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Tanggung Jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap dirinya maupun orang lain dan lingkungan sekitarnya.
20
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai karakter bukanlah merupakan nilai-nilai yang bersifat tetap, tetapi akan terus berkembang dan dalam pembentukannya dibutuhkan waktu yang terusmenerus. Produk dari character building tidak bersifat permanen. Ia akan terus tumbuh dan berkembang. Sangat mungkin seseorang awalnya memiliki karakter yang baik, tetapi pada akhirnya kehilangan karakternya. 29 Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa nilai-nilai karakter tersebut merupakan nilai-nilai yang terus dikembangkan, terlebih dalam tahap pembentukan. Karakter bukanlah sesuatu yang dapat dibentuk dengan instan, dengan kata lain memerlukan proses yang terus-menerus berkelanjutan, agar nilai-nilai karakter ini akan senantiasa terus ditanamkan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Karakter Jujur Jujur bermakna keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada.jadi, kalau suatu berita sesuai dengan keadaan yang ada, maka dikatakan benar/jujur, tetapi kalau tidak, maka dikatakan dusta.30 Jujur merupakan suatu kesesuaian antara yang lahir dan yang batin. Jujur adalah perilaku seseorang yang menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka makna kejujuran mengandung pengertian sebagai berikut: a. Kesesuaian antara yang lahir dan yang batin b. Perkataan, tindakan, dan pekerjaan dapat dipercaya c. Perbuatan tulus, ikhlas, benar, setia, adil, dan lurus d. Pikiran, perasaan, dan perbuatan yang benar
29
Ngainun Naim, Character Building, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 58. Mohamad Mustari, Nilai Karakter; Refleksi untuk Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press),
30
h.13.
21
e. Sesuatu yang benar yang dikemukakan dengan kesadaran dari dalam hati.31 Dari pengertian mengenai kejujuran, maka Indikator yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut: a. Mengatakan sesuatu yang benar walaupun itu pahit b. Menghindari perbuatan menipu, menyontek, plagiat, atau mencuri c. Memiliki keberanian untuk melakukan sesuatu yang benar d. Dapat dipercaya; melakukan sesuatu yang dikatakan e. Menjaga reputasi dan martabat yang baik dan terpuji32 Sementara itu, indikator karakter menurut Kementerian Pendidikan Nasional, yaitu: a. Tidak meniru jawaban teman (mencontek) ketika ulangan ataupun mengerjakan tugas di kelas b. Mengatakan dengan sesungguhnya sesuatu yang telah terjadi atau sesuatu yang dialaminya dengan apa adanya c. Mau bercerita tentang kesulitan dan mau menerima pendapat temannya d. Mau menyatakan tentang ketidaknyamanan suasana belajar di kelas e. Menjawab pertanyaan guru tentang sesuatu berdasarkan apa yang diketahui33 Kejujuran dalam konteks pembangunan karakter di sekolah, menjadi sangat penting untuk menjadikan karakter peserta didik saat ini sebagai bekal mengarungi kehidupan di masa yang akan datang. 4. Karakter Disiplin Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan perarturan yang berlaku. Disiplin adalah pengontrolan diri untuk mendorong dan mengarahkan seluruh daya dan 31 Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter; Landasan, Pilar, dan Implementasi, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), h. 88. 32 Ibid, h. 89. 33 Ira Puspita, Pendidikan Karakter Jujur di SDIT Cahaya Bangsa Mijen Semarang, (http://eprints.walisongo.ac.id), h. 2.
22
upaya dalam menghasilkan sesuatu tanpa ada yang menyuruh untuk melakukan.34 Disiplin diri merupakan pengganti untuk motivasi. Disiplin diperlukan dalam rangka menggunakan pemikiran sehat untuk menentukan jalannya tindakan yang terbaik yang menentang hal-hal yang lebih dikehendaki. Di sekolah, disiplin berarti taat pada peraturan sekolah. Seorang murid dikatakan berdisiplin apabila ia mengikuti peraturan yang ada di sekolah. Hal ini berarti pihak sekolah harus memiliki peraturan sekolah yang wajib ditaati oleh seluruh siswa dan menerapkan sanksi bila siswa melakukan pelanggaran. Kepala sekolah maupun guru harus mampu melaksanakannya secara adil dan tidak memihak. Jika disiplin secara sosial tetap dipertahankan, lama-lama tiap siswa dapat menginternalisasi disiplin itu untuk dirinya sendiri. Berikut ini merupakan beberapa ciri-ciri yang melambangkan karakter disiplin, yaitu: a.
Menetapkan tujuan dan melakukan apa yang diperlukan untuk memperolehnya
b.
Mengontrol diri sehingga dorongan tidak memengaruhi keseluruhan tujuan
c.
Menggambarkan apa yang akan terjadi jika telah mencapai tujuan
d.
Menghindari orang-orang yang mungkin mengalihkan perhatian dari apa yang ingin dicapai
e.
Menetapkan rutinitas yang dapat membantu mengontrol prilaku35 Berdasarkan ciri-ciri di atas dapat disimpulkan bahwa orang yang
disiplin merupakan orang yang memiliki arah dan tujuan hidup yang jelas, konsisten untuk tetap melakukannya, serta mewujudkannya dalam bentuk kegiatan rutinitas. Ada indikator ketercapaian disiplin dalam diri siswa, diantaranya disiplin siswa dalam masuk sekolah, yaitu keaktifan, 34 Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter; Landasan, Pilar, dan Implementasi, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), h. 92. 35 Ibid, h. 93.
23
kepatuhan, dan ketaatan siswa dalam masuk sekolah. Artinya, seorang siswa dikatakan disiplin jika ia selalu aktif masuk sekolah pada waktunya, tidak pernah terlambat, serta tidak pernah membolos setiap harinya, disiplin siswa dalam mengerjakan tugas, dan disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah Dari ciri-ciri karakter disiplin yang telah dijelaskan, Kementerian Pendidikan Nasional menggolongkan kedisiplinan siswa ke dalam beberapa indikator, antara lain: a. Membiasakan hadir tepat waktu b. Membiasakan memathui aturan c. Menggunakan pakaian sesuai dengan ketentuan36 Selain itu, Indikator lainnya yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut: a. Datang ke sekolah dan pulang sekolah tepat waktu b. Patuh pada tata tertib dan aturan sekolah c. Mengerjakan setiap tugas yang diberikan d. Mengumpulkan tugas tepat waktu e. Memakai seragam sesuai dengan ketentuan yang berlaku f. Membawa perlengkapan belajar sesuai dengan mata pelajaran37 Dari indikator-indikator di atas dapat dikembangkan lagi sesuai dengan peraturan atau tata tertib yang ada di sekolah. 5. Karakter Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya.38
36
Alfian Budi Prasetya, Penerapan Pendidikan Karakter Nilai Disiplin dan Nilai Tanggung Jawab dalam Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan(PJOK) di Kelas 1 dan 4 SD Negeri Percobaan 3, (http://eprints.uny.ac.id/), h. 16. 37 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Model Penilaian Pencapaian Kompetensi Peserta Didik SMP, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar), h. 7. 38 Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter; Landasan, Pilar, dan Implementasi, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), h. 102.
24
Orang yang selalu ingin tahu terhadap sesuatu pasti melakukan beberapa hal sebagai-berikut: a. Mengajukan pertanyaan b. Selalu timbul rasa penasaran c. Menggali, menjejaki, dan menyelidiki d. Tertarik pada berbagai hal yang belum ditemukan jawabannya e. Mengintai, mengintip, dan membongkar berbagai hal yang masih kabur.39 Ada beberapa indikator untuk mengetahui rasa ingin tahu siswa, diantaranya: a. Bertanya kepada guru dan teman tentang materi pelajaran b. Bertanya kepada guru tentang sesuatu yang didengar dari radio atau televisi c. Bertanya tentang berbagai peristiwa yang dibaca dari media cetak d. Bertanya tentang sesuatu yang terkait dengan materi pelajaran tetapi di luar yang dibahas di kelas e. Bertanya tentang beberapa peristiwa alam, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan teknologi yang baru didengar f. Membaca buku di luar buku pelajaran g. Membaca sumber di luar buku teks tetapi tidak terkait dengan pelajaran40 Indikator-indikator tersebut merupakan indikator ketercapaian karakter rasa ingin tahu siswa. Karakter ini tidak serta merta merupakan bawaan dari dalam diri siswa, akan tetapi merupakan sesuatu yang dapat dilatihkan, tinggal bagaimana guru menciptakan iklim yang mendukung rasa ingin tahu siswa.
39
Ibid, h. 102. Tia Wulandari, Penerapan Pembelajaran IPS Berbasis Masalah(Problem Based Learning) untuk Meningkatkan Karakter Rasa Ingin Tahu (Curiousity) Siswa, (http//repository.upi.edu), h. 56-58. 40
25
6. Faktor Pembentukan Karakter Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya sebuah karakter. Dari sekian banyak faktor tersebut, para ahli menggolongkannya kedalam dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.41 a. Faktor Internal 1) Insting atau naluri
Insting adalah suatu sifat yang dapat menumbuhkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan dengan berfikir lebih dahulu kearah tujuan itu dan tidak didahului latihan perbuatan itu. 2) Adat atau kebiasaan
Kebiasaan adalah perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga mudah untuk dikerjakan. Faktor kebiasaan ini memegang peranan yang sangat penting dalam membentuk dan membina akhlak (karakter).42 3) Kemauan
Kemauan ialah keinginan untuk melangsungkan segala ide dan segala yang dimaksud, walau disertai dengan berbagai rintangan dan kesukaran, namun sekali-kali tidak mau tunduk pada rintanganrintanagn tersebut. Salah satu kekuatan yang berlindung dibalik tingkah laku adalah kehendak atau kemauan keras. Itulah yang menggerakkan dan merupakan kekuatan yang mendorong manusia dengan sungguh-sungguh untuk berprilaku baik (berakhlak), sebab dari kehendak itulah menjelma suatu niat yang baik dan buruk dan tanpa kemauan pula semua ide, keyakinan kepercayaan pengetahuan menjadi pasif tak akan ada artinya bagi kehidupan.43
41 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Impementasi, (Bandung: ALFABETA, 2012), h.19. 42 Ibid, h. 20. 43 Ibid, h. 20.
26
b. Faktor Eksternal
Selain faktor intern (yang bersifat dari dalam) yang dapat mempengaruhi karakter, juga terdapat faktor ekstern (yang bersifat dari luar) diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Pendidikan
Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang, sehingga baik dan buruknya akhlak seseorang sangat tergantung pada pendidikan. Hal tersebut sesuai dengan tujuan dari pendidikan itu sendiri, salah satu diantaranya ialah menjadikan manusia sebagai insan kamil. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang terpenting sesudah keluarga, peran sekolah sebagai Communities of Character dalam
pendidikan
karakter
sangat
penting.
Sekolah
mengembangkan proses pendidikan karakter melalui proses pembelajaran, habituasi, kegiatan ekstra-kurikuler dan bekerjasama dengan keluarga dan masyarakat dalam pengembangannya, dan setiap sekolah pasti akan memberikan kesempatan untuk melaksanakan karakter baik kepada anak. 2) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kita, baik berupa tumbuhan, keadaan tanah, udara, dan pergaulan manusia dengan alam sekitar. Lingkungan dapat berupa lingkungan keluarga atau pun lingkungan yang bersifat kesusasteraan.
7. Fungsi Pembentukan Karakter Pendidikan sejatinya tidak hanya mengarah pada aspek kognitif saja, lebih dari itu pendidikan juga bertujuan untuk membentuk karakter peserta didik. Seperti apa yang diungkapkan dalam jurnal: In the development of learners not only in the field of cognitive knowledge, but also moral and character themselves. Therefore, it is important for a given character
27
education so that learners have good moral values in public life.44 Azyumardi Azra juga pernah menyatakan pendapatnya, baginya pendidikan bukan sekadar pengembangan nalar peserta didik, melainkan juga pembentukan akhlak al-karimah dan akal budi.45 Hal tersebut dikarenakan karakter memiliki berbagai fungsi, diantaranya: a.
Fungsi pengembangan. Fungsi pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi berperilaku baik dan perilaku yang mencerminkan perilaku dan budaya bangsa.
b. Fungsi Perbaikan. Memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat. c. Fungsi Penyaringan. Untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa orang lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan karakter bangsa yang bermartabat.46 Fungsi-fungsi di atas merupakan sebagian dari fungsi pembentukan karakter dan masih banyak lagi fungsi yang lain. Sebagaimana yang lain, dengan fungsi di atas diharapkan mampu membentuk karakter bangsa yang bermartabat sesuai dengan cita-cita luhur bangsa, mewujudkan manusia Indonesia yang mampu membawa nama baik bangsa menjadi yang terbaik dan terdepan.
44
Derlina Sabani and Satria Mihardi, Improved Characters and Student Learning Outcomes Through Development of Character Education Based General Physics Learning Model, (Journal of Education and Practice, Vol.6, No.21, 2015). 45 Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter; Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya Bangsa, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 51. 46 Sri Narwanti, Pendidikan Karakter Pengintegrasian 18 Nilai Dalam Mata Pelajaran, (Yogyakarta: Familia, 2011), h. 11.
28
8. Tahapan Pembentukan Karakter Pembentukan karakter pada anak hendaknya menjadikan mereka terbiasa untuk berperilaku baik, sehingga ketika anak tidak melakukan kebiasaan baik itu, yang bersangkutan akan merasa bersalah.47 Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Gina. M. Almerico dalam jurnalnya yakni: “The benefits of character education are multifaceted going beyond the apparent outcomes of being a good person and responsible citizen.48 Karakter
dibentuk
melalui
tahap
pengetahuan
(knowing),
pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habbit). Karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak terlatih menjadi kebiasaan untuk melakukan kebaikan tersebut. Karakter juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri.49 Hal ini diperlukan agar peserta didik dan warga sekolah lain yang terlibat dalan sistem pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami, merasakan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai moral. Menurut Annis Matta, dalam pembentukan karakter hendaknya memerhatikan kaidah-kaidah tentang pembentukan karakter, yaitu: a. Kaidah kebertahapan, artinya proses perubahan, perbaikan, dan pengembangan harus dilakukan secara bertahap. Seorang anak dalam hal ini tidak bisa dituntut untuk berubah sesuai dengan yang diinginkan secara tiba-tiba dan instan, namun ada tahapan-tahapan yang harus dilalui dengan sabar dan tidak terburu-buru. Adapun orientasi dari kegiatan ini ialah terletak pada proses, bukan pada hasil. Sebab proses pendidikan itu tidak langsung dapat diketahui
47 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Usia Dini (Strategi Membangun Karakter di Usia Emas), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 86. 48 Gina M. Almerico, Building character through literacy with children’s literature, Research in Higher Education Journal Volume 26 – October, 2014, (http://www.aabri.com/). 49 Syarbini, Pendidikan Karakter, (Jakarta: Prima Pustaka, 2013), h. 13.
29
hasilnya, akan tetapi membutuhkan waktu yang lama sehingga hasilnya akan paten. b. Kaidah kesinambungan, berarti perlu adanya latihan yang dilakukan secara terus-menerus. Seberapapun kecilnya porsi latihan, yang terpenting kesinambungan. Sebab proses yang berkesinambungan inilah yang nantinya membentuk rasa dan warna berpikir seseorang yang lama-lama akan menjadi karakter anak yang khas dan kuat. c. Kaidah momentum, artinya mempergunakan berbagai momentum peristiwa
untuk
fungsi
pendidikan
dan
latihan.
Misalnya
menggunakan momentum bulan ramadan untuk mengembangkan atau melatih sifat sabar, kemauan yang kuat, kedermawanan, dan lain-lain. d. Kaidah motivasi instrinsik, artinya karakter anak terbentuk secara kuat dan sempurna jika didorong oleh keinginan sendiri, bukan karena paksaan dari orang lain. Jadi proses merasakan sendiri dan melakukan sendiri adalah penting. Hal ini sesuai dengan kaidah umum bahwa mencoba sesuatu akan berbeda hasilnya antara yang dilakukan sendiri dengan yang hanya dilihat atau diperdengarkan saja. Oleh karena itu pendidikan harus menanamkan motivasi yang kuat dan lurus serta melibatkan aksi fisik yang kuat, ini karena kedudukan seorang guru selain untuk memantau dan mengevaluasi perkembangan anak-anak, juga berfungsi sebagai unsur perekat, tempat curhat, dan sarana tukar pikiran bagi anak didiknya. e. Kaidah pembimbing, artinya perlunya bantuan orang lain untuk mencapai hasil yang lebih baik daripada dilakukan seorang diri. pembentukan karakter ini tidak bisa dilakukan tanpa seorang guru atau pembimbing.50
Muhammad Anis Matta, Membentuk Karakter Cara Islami, (Jakarta: Al-I’tishom Cahaya Umat, 2003), h. 67-70. 50
30
Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa produk dari pembentukan karakter tidak bersifat permanen. Ia akan terus tumbuh dan berkembang. Sangat mungkin seseorang awalnya memiliki karakter yang baik, tapi pada akhirnya kehilangan karakternya51 Selain itu, yang perlu diingat adalah bahwa pembentukan karakter bukanlah proses yang instan dan sementara, namun proses yang harusnya dilaksanakan terusmenerus dengan melibatkan banyak hal, utamanya orang tua, guru, dan lingkungan. Yang terpenting adalah bagaimana caranya orang tua, guru, dan yang lainnya menjadi contoh dan teladan bagi anak. Keteladanan memberikan gambaran nyata bagaimana seseorang harus bertindak.52 Keteladanan bukan hanya persoalan mempengaruhi orang lain dengan tindakan, tetapi juga keharusan melakukan tindakan tersebut. Dengan memberikan keteladanan berupa contoh-contoh perbuatan dan tindakan, maka tanpa disadari dapat mempengaruhi orang lain dalam membentuk karakter yang baik.
C. Karakteristik Siswa MI/SD 1. Psikologi Perkembangan Siswa MI/SD Jean Piaget menyebutkan bahwa masa anak-anak berada pada fase perkembangan operasi konkrit.53 Pada masa keserasian bersekolah ini secara relatif anak-anak lebih mudah dididik daripada masa sebelumnya maupun sesudahnya, karena anak lebih siap mendapatkan pendidikan dan keinginannya sendiri untuk belajar.54
51
Ngainun Naim, Character Building, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 58. Akh. Muwafik Saleh, Membangun Karakter dengan Hati Nurani; Pendidikan Karakter untuk Generasi Bangsa, (Jakarta: Erlangga, 2012), h. 13. 53 Nafia Wafiqni & Asep Ediana Latip, Psikologi Perkembangan Anak Usia MI/SD, (Jakarta: UIN PRESS, 2015), h. 23. 54 Ibid, h. 24. 52
31
Akan tetapi, pada masa ini juga biasa disebut “masa yang menyulitkan”, karena anak lebih banyak dipengaruhi teman-teman sebayanya daripada orang tuanya sehingga sulit untuk menuruti perintah orang tuanya. Kebanyakan anak pada masa ini juga kurang memperhatikan dan kurang bertanggung jawab terhadap pakaian dan benda-benda yang dimilikinya. Pada masa ini anak-anak juga sering kelihatan saling mengejek dan bertengkar.55 Para pendidik memberi sebutan anak usia sekolah dasar, karena pada rentang usia ini (6-12 tahun), anak bersekolah di sekolah dasar. Di sekolah dasar, anak diharapkan memperolah dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan keberhasilan
melanjutkan
studi
yang dianggap penting untuk dan
penyesuaian
diri
dalam
kehidupannya kelak. 2. Sifat-sifat Khas Siswa MI/SD Anak-anak usia sekolah memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang lebih muda. Ia senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung.
Menurut Desmita, masa usia
sekolah ini dapat dirinci menjadi 2 fase, yaitu: a) Masa kelas rendah sekolah dasar (6/7 – 9/10 th) Masa ini ditandai dengan sifat-sifat khas sebagai berikut: 1) Adanya korelasi yang tinggi antara keadaan jasmani (postur, keterampilan,
kesehatan)
dengan
prestasi
sekolah.
Ini
menunjukkan perlunya kebutuhan-kebutuhan biologis terpenuhi secara baik 2) Adanya sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang tradisional 3) Adanya kecenderungan untuk memuji diri sendiri
55
Ibid, h. 25.
32
4) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak-anak lain, kalau hal itu menguntungkan dirinya; dalam hal ini ada hubungannya dengan meremehkan anak lain. 5) Apabila anak tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau soal, maka soal tersebut dianggapnya tidak penting 6) Pada masa ini terutama bagi anak-anak umur 6-8 tahun menginginkan nilai yang baik.56 b) Masa kelas tinggi sekolah dasar (9/10 – 12/13 th)57 1) Anak tertarik perhatiannya kepada kehidupan sehari-hari yang konkret 2) Anak bersifat realistik, ingin tahu, ingin belajar, ingin bisa 3) Menjelang akhir masa ini anak-anak manaruh minat kepada halhal dan mata pelajaran tertentu yang mereka minati 4) Sampai umur 11, anak-anak masih sering menunggu bantuan guru atau orang dewasa dalam menyelesaikan tugas-tugas atau dalam memenuhi
keinginan-keinginannya, tetapi setelah
melewati umur itu, anak-anak dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya sendiri 5) Pada masa ini anak-anak gemar membentuk kelompokkelompok untuk bermain bersama-sama, dalam kelompok permainan ini anak-anak tidak lagi menggunakan peraturanperaturan yang tradisional, melainkan mereka membuat peraturannya sendiri.58 3. Perkembangan Bahasa Siswa MI/SD Usia sekolah dasar merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan
mengenal
dan
menguasai
perbendaharaan
kata
(vocabulary). Pada awal masa ini anak sudah menguasai sekitar 2.500
56
Ibid, h. 31. Ibid, h. 31. 58 Ibid, h. 32. 57
33
kata, dan pada masa akhir (11-12 tahun) anak telah dapat menguasai sekitar 5.000 kata.59 Perkembangan
bahasa
anak
pada
usia
sekolah
dasar
memungkinkan anak untuk membaca banyak buku. Selain akan menambah daftar kosa kata yang anak hafalkan, juga akan berdampak baik pada keterampilan berbahasa yang meningkat, khususnya membaca. Dengan dikuasainya keterampilan membaca, anak sudah gemar membaca atau mendengar cerita yang bersifat kritis (tentang perjalanan/petualangan, atau riwayat kehidupan para pahlawan). Pada masa ini tingkat berpikir anak sudah lebih maju, dapat menanyakan waktu dan soal sebab-akibat.60 Di sekolah, perkembangan bahasa anak dapat diperkuat dengan peran guru dalam membelajarkan siswa serta penciptaan iklim sekolah yang kaya akan literasi.
D. Hasil Penelitian yang Relevan 1. Skripsi Dian Susila Wijaya (2014), Fakultas Ilmu Tarbiyah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Penelitian ini berjudul “Upaya Pembentukan Karakter Siswa di SD Muhammadiyah Al Mujahidin Wonosari Gunungkidul.” Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dalam penelitiannya ditemukan bahwa program di sekolah yang dapat membentuk karakter siswa, antara lain dilakukan dengan cara keteladanan di kelas, pembelajaran di kelas, pembiasaan, integrasi pendidikan karakter dengan mata pelajaran, integrasi dengan budaya sekolah, integrasi dengan ekstrakulikuler, dan dengan pembiasaan perilaku. Sedangkan hasil pelaksanaan program pembentukan karakter
59 Syamsu Yusuf dan Nani. M sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), h. 62. 60 Ibid, h. 62.
34
pada penelitian tersebut adalah meningkatkan kultur religius, meningkatkan kualitas belajar mengajar di sekolah, meningkatkan kreatifitas siswa, meningkatkan budaya disiplin siswa, guru, dan semua warga sekolah, meningkatkan partisipasi masyarakat, meningkatkan kepercayaan publik terhadap sekolah, serta meningkatkan kepercayaan pemerintah terhadap sekolah. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis teliti adalah sama-sama membahas tentang pembentukkan karakter pada siswa jenjang sekolah dasar. Perbedaannya pada penelitian ini menjelaskan segala upaya yang dilakukan sekolah untuk membentuk karakter anak, sedangkan pada penelitian yang penulis teliti hanya dibatasi budaya literasi di sekolah tersebut. 2. Skripsi Ismadi (2013) jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Sunan Kalijaga, dengan judul penelitian “Pembentukan Karakter Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Sultan Agung Depok Sleman Melalui Sistem Full Day School”. Penelitian ini dilatarbelakangi dengan perilaku anak di era globalisasi yang semakin buruk karena pergaulan dan teknologi yang semakin bebas dan tidak terkontrol, sehingga diperlukan wadah untuk membentuk karakter siswa. Full day school menjadi salah satu upaya preventif untuk mengatasi hal tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pembentukan karakter siswa relatif tinggi dengan diterapkannya sistem full day school, karena mengembangkan 18 nilainilai karakter yang diimplementasikan dalam berbagai kegiatan di sekolah seperti ekstrakulikuler, pembelajaran interaktif, diskusi, dan pembiasaan keteladanan yang dilakukan oleh guru dan kepala sekolah secara intensif. Terdapat kesamaan dengan yang penulis teliti, yaitu sama-sama membahas tentang pembentukan karakter, namun bedanya dalam penelitian ini karakter yamg terbentuk merupakan dampak dari sistem
35
full day school, sedangkan yang penulis teliti karakter yang terbentuk merupakan dampak dari budaya literasi. 3. Skripsi Narminten (2014), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Skripsi ini berjudul: “Penerapan Strategi Storytelling dalam membentuk karakter Religius Siswa TKIT Nurul Islam Gamping Sleman.” Penelitian ini dilatarbelakangi oleh peneliti yang ingin mengetahui bagaimana proses pembentukan karakter siswa melalui metode storytelling. Peneliti menyadari bahwa usia anak di TK memiliki imajinasi yang tinggi, sehingga dengan teknik bercerita diharapkan dapat berhasil membentuk karakter siswa yang religius. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa metode storytelling mampu membentuk karakter religius siswa TKIT Nurul Islam Gamping Sleman. Selain itu, pembentukan karakter siswa bisa dilihat dari perubahan perilaku siswa sehari-hari. Pembiasaan dan keteladanan yang ditanamkan secara berulang-ulang mampu untuk membentuk karakter siswa ke arah yang positif. Persamaan penelitian ini dengan yang penulis teliti adalah karena sama-sama membahas karakter siswa yang terbentuk di lingkungan sekolah, perbedaannya pada penelitian ini karakter yang diamati adalah religius, sedangkan pada penelitian yang penulis teliti adalah karakter gemar membaca. 4. Jurnal pendidikan Anisa Rizkiani (2012), Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Universitas Garut. Penelitian ini berjudul “Pengaruh Sistem Boarding School Terhadap Pembentukan Karakter Peserta Didik (Penelitian Di Ma’had Darul Arqam Muhammadiyah Daerah Garut)”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kegelisahan nasional tentang rusaknya karakter bangsa. Dikatakan rusak karena sudah menyimpang jauh atau bertentangan dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Oleh
36
sebab itu, pendidikan berbasis boarding school dirasa penting untuk diterapkan. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa sekolah berbasis boarding school menyumbang peranan besar dalam pembentukan karakter peserta didik, sebab Kehidupan pondok atau asrama memberikan berbagai manfaat antara lain interaksi antara guru dan murid bisa berjalan secara intensif, memudahkan kontrol terhadap kegiatan siswa, menimbulkan stimulasi atau rangsangan belajar dan memberi kesempatan yang baik bagi pembiasaan siswa. Terdapat kesamaan dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis, yakni meneliti tentang pembentukan karakter siswa. Perbedaaanya dalam penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang berusaha untuk mencari pengaruh dari sistem boarding school terhadap pembentukan
karakter.
Dalam
penelitian
yang
penulis
teliti
menggunakan penelitian kualitatif yang berusaha untuk menjelaskan 5. Artikel Yahdizar (2011), Kepala Sekolah Dasar Negeri Serengan I Surakarta, dengan judul penelitian "Peningkatan Minat Baca Sebagai Upaya Pembentukan Karakter Siswa Melalui Optimalisasi Layanan Perpustakaan.” Pada penelitian ini ditemukan bahwa karakter siswa di sekolah tersebut cenderung belum memuaskan, banyak ditemukan siswa yang memiliki minat baca yang rendah. Kondisi ini membuat kepala sekolah sebagai peneliti melakukan tindakan dengan mengoptimalisasikan layanan perpustakaan di sekolah yang dibuka pada pagi hari sebelum mulai pembelajaran, saat istirahat serta jam pulang sekolah. Kepala sekolah juga bekerja sama dengan guru-guru kelas untuk mewajibkan siswa membaca buku minimal 2 judul dalam waktu satu bulan. Setelah diberi tindakan selama kurang lebih dua bulan, hasilnya tampak pada meningkatnya karakter minat baca pada siswa. Kesamaan dengan penelitian penulis adalah sama-sama meneliti pembentukkan
karakter
siswa,
khususnya
gemar
membaca.
37
Perbedaannya, dalam penelitian ini hanya mendeskripsikan upaya sekolah dalam hal optimalisasi layanan perpustakaan, sedangkan yang dilakukan oleh penulis adalah mendeskripsikan budaya literasi yang diterapkan oleh sekolah secara keseluruhan, tidak hanya terbatas pada optimalisasi layanan perpustakaan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang bertempat di Jl. Ibnu Taimia IV Komplek UIN Jakarta, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Ajaran 2016/2017. Penelitian ini dimulai pada bulan Januari 2017 sampai akhir Juni 2017. Di bawah ini adalah perencanaan selama penyusunan sampai dengan sidang munaqasah dan revisi skripsi: Tabel 3.1 Waktu penelitian
No 1.
2.
3.
3. 4. 5.
6.
Keterangan Observasi dan Penyusunan Proposal Skripsi (BAB 1-3) Seminar Proposal Skripsi Revisi Proposal Skripsi penyusunan instrumen Penelitian Penyusunan BAB 4-5 serta revisi Munaqasha dan Revisi Skripsi
2016 Des Jan Feb
Tahun dan Bulan 2017 Mar Apr Mei
Jun
Jul
38
39
B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mixed methods, yaitu menggabungkan dua bentuk penelitian yang telah ada sebelumnya yaitu penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian
yang dilakukan pada
kondisi yang alamiah.1 Sementara penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu.2 Penelitian ini memberi banyak peluang untuk memahami sekaligus menjelaskan suatu masalah dan memberikan solusi yang akurat dan mendalam.3 Oleh sebab itu, penelitian ini akan menggunakan instrumen penelitian yang ada pada penelitian kualitatif dan kuantitatif. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi Embeded/Nested Konkuren yang merupakan bagian dari strategi metode campuran sewaktu-waktu (concurrent mixed methods) yaitu strategi yang dalam pelaksanaannya peneliti mengumpulkan data kualitatif dan data kuantitatif dalam waktu yang bersamaan.4 Dalam pelaksanannya, penelitian ini memiliki metode primer yang memandu proyek dan metode sekunder yang memiliki peran pendukung dalam setiap prosedur penelitian. Metode sekunder yang kurang begitu dominan ditancapkan ke dalam metode yang lebih dominan. Pada penelitian ini, peneliti menjadikan metode kualitatif sebagai metode primer serta metode kuantitatif sebagai metode sekunder. Pertama, peneliti mengumpulkan data kualitatif mengenai implementasi budaya literasi di MI Pembangunan UIN Jakarta dan karakter siswa (jujur, disiplin, dan rasa ingin tahu) dengan menggunakan observasi, dokumentasi, serta wawancara. Di saat yang bersamaan, peneliti juga mengumpulkan data
1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 8. 2 Ibid h. 8. 3 Nusa Putra & Hendarman, Metode Riset Campur Sari, (Jakarta: Pt. Indeks, 2013), h. 23. 4 Ibid, h. 75.
40
kuantitatif dengan menyebarkan angket pada siswa untuk memperoleh gambaran mengenai karakter siswa. Tahap selanjutnya, peneliti menganalisis masing-masing sumber data yang diperoleh untuk kemudian dikombinasikan serta dibandingkan. Dengan demikian, peneliti mendapatkan informasi yang mendalam mengenai budaya literasi dalam pembentukan karakter siswa di MI Pembangunan UIN Jakarta.
C. Teknik Pemilihan Informan Informan adalah orang yang memberikan informasi. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk menentukan subjek penelitian kualitatif adalah dengan menggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu sampel yang ditetapkan secara sengaja oleh peneliti.5 Teknik ini dipilih berdasarkan tujuan penelitian yakni memilih orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi tentang masalah pada penelitian ini. Adapun beberapa informan tersebut adalah: 1. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta 2. Wakil Kepala Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta 3. Guru-guru Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta 4. Kepala perpustakaan sekaligus Ketua Literasi di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta 5. Siswa dan siswi kelas rendah (Kelas 3 C) Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
D. Situasi Sosial Penelitian ini menggunakan metode kualitatif sebagai metode primer. Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tapi oleh Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas
5
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 244.
41
tiga elemen, yaitu tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.6 Pelaku dalam aktivitas penelitian ini adalah guru, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, Kepala perpustakaan sekaligus Ketua Literasi MI Pembangunan, dan semua siswa dan siswi Madrasah Ibtidaiyah Madrasah Pembangunan UIN Jakarta yang duduk di kelas 3 C. Aktifitas dalam penelitian ini adalah budaya literasi yang telah diimplementasikan di sekolah. Budaya literasi ini meliputi budaya membaca yang secara intensif diterapkan di sekolah.
E. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data Dalam pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini, maka langkah-langkah yang peneliti lakukan antara lain: 1. Observasi Penelitian ini menggunakan observasi partisipatif, yaitu peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya.7 Dalam penelitian ini, data terhadap objek dikumpulkan dan akan dicatat datanya dengan mengamati langsung implementasi budaya literasi di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta. Selain itu, peneliti juga mengamati keadaan lingkungan sekolah dan perilaku siswa yang tercermin selama berada di lingkungan sekolah. 2. Wawancara Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.8
6
Ibid, h. 242. Ibid, h. 255. 8 Ibid, h. 260. 7
42
Wawancara juga merupakan cara untuk memperoleh data melalui narasumber sebagai orang yang diangap paling tahu mengenai masalah yang diteliti. Penelitian ini menggunakan wawancara semi terstuktur, yaitu wawancara yang dilakukan dengan menggunakan pedoman yang telah ditetapkan, namun berkembang setelah wawancara berlangsung.9 Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara terhadap kepala madrasah, guru-guru, kepala perpustakaan sekaligus Ketua Literasi MI Pembangunan, serta siswa dan siswi Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta. Hal ini bertujuan agar peneliti dapat memiliki data dan informasi yang lebih mendalam selain daripada observasi. 3. Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa
berbentuk
tulisan,
gambar,
atau
karya-karya
monumental dari seseorang.10 Dalam penelitian ini, dokumentasi berupa gambar-gambar dan dokumen yang menerangkan pelaksanaan gerakan literasi di Madrasah Ibtidaiyah Madrasah Pembangunan UIN Jakarta. 4. Angket Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.11 Dalam penelitian ini angket berupa sejumlah pernyataan mengenai pembentukan karakter siswa yang mencakup aspek kejujuran, kedisiplinan, dan rasa ingin tahu siswa di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta.
9
Ibid, h. 262. Ibid, h. 270. 11 Ibid, h. 158. 10
43
F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian diartikan sebagai alat yang dapat menunjang sejumlah data yang diperkirakan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Wawancara Wawancara adalah salah satu cara mengetahui budaya literasi di Madrasah Ibtidaiyah Madrasah Pembangunan UIN Jakarta. Selain itu wawancara juga dilakukan untuk mengetahui kondisi sekolah dan pembentukan karakter siswa. Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen wawancara Indikator Pemahaman mengenai literasi dan budaya literasi. Budaya literasi membaca di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Kendala dan hambatan dalam membudayakan membaca siswa Sarana dan prasarana yang mendukung budaya membaca siswa Karakter siswa yang diharapkan terbentuk dengan adanya budaya membaca siswa (disiplin, jujur, dan rasa ingin tahu).
Pertanyaan 2 2
2 2
2
2. Observasi Observasi dan catatan lapangan ini meliputi kegiatan pengamatan terhadap implementasi budaya literasi membaca siswa dan karakter siswa yang terbentuk.
44
Tabel 3. 3 Kisi-kisi Instrumen Observasi Variabel Penelitian
Aspek
Indikator
No Item
Jumlah Butir
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
1. Ada kegiatan 15 menit membaca:
Budaya Literasi
Budaya Literasi Sekolah 2. 3.
4.
5. 6. 7. 8.
a. Membaca nyaring b. Membaca dalam hati Kegiatan 15 menit membaca dilakukan setiap hari (di awal, tengah, atau menjelang akhir pelajaran). Buku yang dibacakan kepada atau dibaca oleh peserta didik dicatat judul dan nama pengarangnya dalam catatan harian. Guru, kepala sekolah,dan tenaga kependidikan lain terlibat dalam kegiatan 15 menit dengan membacakan buku atau ikut membaca dalam hati. Ada perpustakaan sekolah atau ruangan khusus untuk menyimpan buku non-pelajaran. Ada Sudut Baca Kelas di tiap kelas dengan koleksi buku nonpelajaran. Ada poster-poster kampanye membaca di kelas, koridor, dan area lain di sekolah. Ada bahan kaya teks di tiap kelas
45
9. Kebun sekolah, kantin, dan UKS menjadi
lingkungan yang kaya literasi. Terdapat posterposter tentang pembiasaan hidup sehat, kebersihan, dan keindahan di kebun sekolah, kantin, dan UKS. Makanan di kantin sekolah diolah dengan bersih dan sehat. 10. Sekolah berupaya untuk melibatkan publik (orang tua, alumni, dan elemen masyarakat lain) untuk mengembangkan kegiatan literasi sekolah.
9
1
10
1
3. Angket Tabel 3. 4 Kisi-Kisi Angket Karakter Siswa Karakter Jujur
Deskripsi Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
Indikator
Pernyataan
1. Tidak meniru jawaban teman 1. Saya mengerjakan tugas yang diberikan (mencontek) ketika ulangan oleh guru sesuai dengan kemampuan saya sendiri
No Item 1
46
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
Disiplin
ataupun mengerjakan tugas di 2. Saya mengerjakan soal ulangan tanpa kelas bertanya pada teman
2
2. Mengatakan dengan sesungguhnya 1. Saya mengatakan sesuatu yang sesuatu yang telah terjadi atau sebenarnya, baik terhadap teman ataupun sesuatu yang dialaminya dengan guru apa adanya 2. Saya mengakui kesalahan yang saya lakukan terhadap teman atau guru 3. Saya melaporkan pada guru jika menemukan uang di sekolah 3. Mau bercerita tentang kesulitan 1. Saya bercerita yang sebenarnya terhadap dan mau menerima pendapat teman dan guru ketika memiliki masalah temannya
3
4. Mau menyatakan tentang 1. Saya berterus terang ketika merasakan ketidaknyamanan suasana belajar suasana yang kurang nyaman di kelas di kelas 2. Saya mengatakan pada guru jika merasa terganggu di kelas 5. Menjawab pertanyaan guru 1. Saya menjawab pertanyaan guru sesuai tentang sesuatu berdasarkan dengan yang diketahui oleh saya pengetahuan 2. Saya menjawab pertanyaan guru berdasarkan yang telah saya pelajari Tindakan yang 1. Datang ke sekolah dan pulang 1. Saya datang dan pulang sekolah tepat menunjukkan sekolah tepat waktu waktu perilaku tertib dan 2. Patuh pada tata tertib dan aturan 1. Saya berbaris rapi dan membaca doa patuh pada berbagai sekolah sebelum memulai pelajaran
7
4 5 6
8 9
10 11 12
47
ketentuan dan peraturan.
3. Mengerjakan setiap tugas yang diberikan
4. Mengumpulkan tugas tepat waktu
Rasa Ingin Tahu
5. Memakai seragam sesuai dengan ketentuan yang berlaku 6. Membawa perlengkapan belajar sesuai dengan mata pelajaran 1. Bertanya kepada guru dan teman tentang materi pelajaran 2. Bertanya kepada guru tentang sesuatu yang didengar dari radio atau televisi
2. Saya mengikuti salat dzuhur berjamaah di masjid sekolah tepat waktu 3. Saya mengikuti upacara bendera dengan tertib 4. Saya memakan bekal makanan pada jam istirahat 1. Saya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan baik 2. Saya melaksanakan tugas piket kelas sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan 1. Saya mengumpulkan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru tepat waktu 1. Saya memakai seragam sekolah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan 1. Saya membawa buku sekolah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan 1. Saya bertanya pada guru tentang pelajaran yang belum dimengerti 1. Saya bertanya pada guru hal-hal yang didengar dan dilihat di televisi
sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinnya, 3. Bertanya tentang berbagai peristiwa 1. Saya mengajukan pertanyaan pada guru dilihat, dan yang dibaca dari media cetak tentang berita yang dibaca di koran didengar.
13 14 15 16 17
18 19 20 21 22
23
48
4. Bertanya tentang sesuatu yang 1. Saya mengajukan pertanyaan pada guru terkait dengan materi pelajaran tentang pelajaran yang tidak dibahas di tetapi di luar yang dibahas di kelas kelas
24
5. Bertanya tentang beberapa 1. Saya senang bertanya pada guru tentang peristiwa alam, sosial, budaya, perubahan lingkungan alam di sekolah ekonomi, politik, dan teknologi 2. Saya bertanya pada guru tentang yang baru didengar perkembangan teknologi saat ini 6. Membaca buku di luar buku 1. Saya senang membaca ensiklopedia untuk pelajaran menambah pengetahuan 2. Saya mengakses buku elekronik melalui internet di perpustakaan sekolah untuk mencari pengetahuan baru 7. Membaca sumber di luar buku teks 1. Saya senang membaca buku-buku cerita tetapi tidak terkait dengan pelajaran untuk mengetahui hal-hal baru 2. Saya suka membaca tulisan-tulisan yang ada di mading kelas
25 26 27 28
29 30
49
G. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data Dalam penelitian tentu apakah data ini sesuai dengan tujuan, maka penulis akan memuat pemeriksaan dan informasi keabsahan data yaitu dengan teknik sebagai berikut: 1. Triangulasi data Merupakan teknik dengan sumber, metode, penelidik dan teori, dan peneliti disini akan menggunakan triangulasi dengan sumber sebagai perbandingan pengecekan kepercayaan suatu data informasi yang telah peneliti tulis. Triangulasi data pada hakikatnya menggabungkan berbagai teknik pengumpulan data untuk dicek keabsahannya, yang antara lain melalui wawancara, angket, dokumentasi dan observasi.12 2. Confirmability (Objektivitas) Peneliti secara jujur menuliskan apa yang dilihat, didengar dan diamati tanpa memasukkan kepentingan pribadi, orang lain, atau suatu organisasi ke dalam skripsi ini secara objektif tidak mendukung pihakpihak tertentu. Dan peneliti akan memberikan beberapa hasil gambar terkait penelitian yang berlangsung dengan sumber yang relevan. 3. Perpanjangan penelitian Yaitu peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara, dan yang lainnya dengan sumber data yang lama maupun baru.13
H. Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapang, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana
12
Ibid, h. 270. Ibid, h. 302.
13
50
yang penting, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dimengerti oleh orang lain. 14 Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Miles dan Huberman yang terbagi ke dalam beberapa tahap, yaitu: 1. Reduksi Data (Data Reduction) Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema polanya.15 Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yakni dari pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. 2. Penyajian Data (Data Display) Setelah data direduksi,
maka langkah selanjutnya
adalah
mendisplaykan data. Penyajian bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, dan hubungan antar kategori. Penggunaan gambar, bagan, dan tabel bisa memperkuat data deskriptif dan mempermudah pembaca dalam memahami isi penelitian.16 3. Verifikasi Data (Conclusion Drawing) Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat
dan
mendukung pada pengumpulan data berikutnya.17
Untuk data angket mengenai pembentukan karakter siswa, setelah data yang diperlukan terkumpul langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Teknik analsis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data-data tersebut dapat dipahami tidak hanya oleh peneliti, akan tetapi dapat dipahami oleh orang lain yang ingin mengetahui
14
Ibid, h. 275. Ibid, h. 277. 16 Ibid, h. 71. 17 ibid h. 283. 15
51
hasil penelitian. Dalam menganalisis data penulis menggunakan teknik sebagai berikut: P=
FN 𝑁
X 100%
Ket. : P : Presentasi untuk setiap alternative jawaban F : Frekuensi (jumlah jawaban responden) N : Number of Cases (jumlah responden) 100% : Bilangan tetap Adapun untuk menguji validitas data angket, peneliti mengajukan permohonan kepada dosen PGMI UIN Jakarta sebagai judgment expert.
I. Data dan sumber data Data dan sumber data penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil pengamatan, observasi, maupun wawancara. Adapun keseluruhan data yang dibutuhkan untuk keperluan analisis adalah data primer yang bersumber dari kepala sekolah, kepala perpustakaan, guru, dan siswa (responden). Data primer yang dimaksud adalah hasil jawaban responden (selft report). Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya. Data ini diperoleh melalui laporan dan dokumen-dokumen, yang berhubungan dengan penelitian yang meliputi struktur organisasi, dan proses kegiatan serta perkembangan objek penelitian. Selain itu, terdapat data kuantitatif dalam penelitian ini yang berasal dari hasil angket. Angket disebar ke seluruh siswa kelas 3 C, hasil angket menjadi data yang mendukung data kualitatif.
BAB IV PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat MI Pembangunan UIN Jakarta Lahirnya Madrasah Pembangunan UIN Jakarta berawal dari keinginan akan adanya lembaga pendidikan Islam yang representif dari para tokoh di Departemen Agama dan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada awal tahun 1972, Panitia Pembangunan Gedung Madrasah Komprehensif dibentuk oleh Rektor IAIN (sejak tahun 2002 berubah menjadi UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. H. M. Toha Yahya Omar (alm). Bulan Juni 1972, bertepatan dengan Lustrum III UIN Syarif Hidayatullah, dimulai pembangunan gedung madrasah yang ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Menteri Agama RI pada masa itu, yaitu Prof. H. A. Mukti Ali dan Rektor UIN Syarif Hidayatullah. Pada
tanggal
17
Nopember
1973,
gedung
madrasah
diserahterimakan dari Pimpinan Bagian Proyek Pembinaan Bantuan untuk Madrasah Swasta Pemda DKI Jakarta kepada UIN Syarif Hidayatullah. Tahun 1974, pertama kali Madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah (MP UIN) Jakarta membuka tingkat Ibtidaiyah. Jumlah muridnya baru 58 orang, terdiri dari kelas I : 43 orang kelas II : 8 orang dan kelas III : 7 orang. Permulaan kegiatan belajar mengajar dimulai tanggal
7 Januari 1974. Tanggal 7 Januari inilah yang kemudian
ditetapkan sebagai “Hari Kelahiran” MP UIN Jakarta. Pada awal tahun 1977, MP UIN Jakarta membuka tingkat Tsanawiyah. Siswa angkatan pertama berjumlah 19 orang. Bulan Juli 1991 dibuka kelas jauh tingkat Ibtidaiyah di Pamulang, bekerja sama dengan Yayasan Al-Hidayah sebagai penyedia lahan.
52
53
Sesuai dengan Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah, sejak awal September 1974 pembinaan Madrasah Pembangunan UIN Jakarta dilaksanakan oleh Tim Pembinaan yang dipimpin oleh Dekan Fakultas Tarbiyah. Tugas tim ini di antaranya menyiapkan Madrasah Pembangunan UIN Jakarta sebagai Madrasah Laboratorium FTIK UIN Syarif Hidayatullah. Pada tahun 1978, Madrasah Pembangunan UIN ditetapkan sebagai Madrasah Pilot Proyek Percontohan oleh Departemen Agama RI melalui Surat Keputusan Dirjen Bimas Islam Depag RI, Nomor: Kep/D/03/1978. Berdasarkan keputusan tersebut diselenggarakan kegiatan penataran penulisan modul dan uji coba pembelajaran dengan sistem modul. Empat modul bidang studi Alqur’an Hadits, Bahasa Arab, Bahasa Indonesia dan Matematika telah diujicobakan sampai dengan tahun 1985,. Pada tahun 1988, sesuai dengan Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Nomor 06 Tahun 1988, wewenang pembinaan dan pengelolaan Madrasah Pembangunan UIN Jakarta, dilimpahkan kepada Yayasan
Syarif
Hidayatullah.
Sedangkan
pengembangan
sebagai
Madrasah Laboratorium dilaksanakan bersama-sama dengan FITK UIN Syarif Hidayatullah. Tahun pelajaran 1991/1992 Madrasah Pembangunan membuka tingkat Aliyah. Peserta didik yang diterima pertama kali sebanyak 32 orang terdiri dari 10 laki-laki dan 22 perempuan. Setelah empat tahun berjalan, berkenaan dengan mkebijakan pemerintah dalam hal pendidikan (khususnya Madrasah Aliyah), pada Tahun Pelajaran 1995/1996 MA Pembangunan tidak menerima pendaftaran peserta didik baru lagi. Tahun 1996/1997, dsebanyak 31 orang peserta didik terakhir lulus dari MA Pembangunan IAIN Jakarta. Seiring dengan perubahan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, sejak tahun
54
2002 Madrasah Pembangunan IAIN Jakarta mengikuti perubahan nama menjadi Madrasah Pembangunan UIN Jakarta. Tahun Pelajaran 2006/2007 atas dorongan rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan banyak permintaan masyarakat, Madrasah Pembangunan kembali membuka tingkat Aliyah. Jumlah peserta didik pertama yang diterima adalah 47 peserta didik yang gterbagi dalam 2 rombongan belajar. Setelah tiga tahun berjalan, akhir tahun 2009 MA Pembangunan UIN Jakarta telah di akreditasi dengan hasil grade A kategori Memuaskan, sama dengan perolehan akreditasi MI dan MTs. Tahun 2008 Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta ditetapkan sebagai Madrasah Standar Nasional (MSN) dilingkungan Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi DKI Jakarta dengan SK Nomor : Kw.09.4/4/5/HK.005/2081/2008 dan Madrasah Aliyah pun telah diverifikasi MSN pada 25 Desember 2010. Tahun 2011 Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi DKI Jakarta kembali mengukuhkan status MSN melalui Surat Keputusan Nomor: Kw. 09.4/1/HK.005/2293/2011. Dengan telah dipenuhinya MSN, maka langkah brikutnya adalah menuju Rintisan Madrasah Berstandar Internasional (RMBI). Sebagai rintisan awal, pada tahun pelajaran 2010/1011 telah dimulai rintisan bilingual program secara terbatas yang secara intens dievaluasi dan disempurnakan. Pada aspek manajemen Madrasah Pembangunan UIN Jakarta mengimplementasikan Sistem Manajemen Mutu (SMM) dan telah memperoleh sertifikat ISO 9001: 2008 No. QSC: 00863 untuk pelayanan pendidikan pada seluruh satuan pendidikan (MI, MTs dan MA). Kini diusianya yang telah lebih dari 40 tahun, siswa MI Pembangunan UIN Jakarta berjumlah lebih dari 1.378 orang. Prestasiprestasi yang telah diraih baik dalam bidang akademik maupun non
55
akademik serta kepercayaan masyarakat yang begitu besar untuk menyekolahkan putra-putrinya di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta membuktikan bahwa MP UIN Jakarta memiliki mutu yang dapat diandalkan. 2. Visi dan Misi Visi Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta: Menjadi lembaga pendidikan dasar dan menengah yang unggul dan terkemuka dalam pembinaan keislaman, keilmuan dan keindonesiaan, dengan mengapresiasi potensi didik serta perkembangan era global. Misi Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta: a. Menyelenggarakan pendidikan yang akan melahirkan lulusan beriman, bertaqwa dengan kemampuan kompetitif serta memiliki keunggulan-keunggulan komparatif; b. Melakukan pembinaan kesehatan fisik sehingga terdapat keseimbangan antara kekuatan keilmuan dengan perkembangan jasmani siswa, dan dapat melahirkan lulusan yang cerdas, kuat serta sehat; c. Melakukan inovasi kurikulum dengan aksentuasi pada pembinaan ke-Islaman,
sains
dan
teknologi
serta
apresitatif
terhadap
kecenderungan globalisasi dengan tetap berpijak pada kepribadian Indonesia; d. Melakukan pembinaan tenaga pendidik sebagai tenaga profesional yang
menguasai
aspek
keilmuan,
keterampilan
mengajar,
kepribadian pedagogis serta komunikasi global yang dijiwai akhlak mulia; e. Melakukan
pembinaan
tenaga
kependidikan
sebagai
tenaga
profesional yang menguasai bidang ilmu yang mendukung tugasnya, etos kerja yang tinggi, serta kepribadian yang Islami; f. Mengupayakan tersedianya sarana prasarana dan fasilitas belajar mengajar yang dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik
56
untuk dapat mengikuti kegiatan belajar seluas-luasnya, sehingga madrasah benar-benar berfungsi sebagai pusat pembelajaran; g. Melakukan pembinaan kemandirian dan teamwork melalui berbagai aktivitas belajar intra maupun ekstrakurikuler. 3. Tujuan Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta a. Terselenggaranya pendidikan dasar dan menengah yang akan melahirkan lulusan beriman dan bertaqwa serta memiliki kemampuan kompetitif serta keunggulan komparatif; b. Terwujudnya peserta didik yang yang memiliki keseimbangan antara kekuatan jasmani dan rohani serta kepekaan dan kepedulian sosial; c. Terwujudnya kurikulum yang memiliki kekuatan pada pembinaan keislaman,
sains
dan
teknologi
serta
apresiatif
terhadap
kecenderungan globalisasi dengan tetap berpijak pada kepribadian Indonesia dan kemampuan potensi anak; d. Tersedianya pendidik sebagai tenaga profesional yang menguasai bidang keilmuan yang diasuhnya secara luas, mendalam dan komprehensif serta memiliki kemampuan untuk mengajarkannya (teaching skill), berkepribadian pedagogis dan berakhlak mulia; e. Tersedianya
tenaga
kependidikan
profesional
yang
dalam
menguasai tugasnya didukung oleh ilmu pengetahuan yang relevan, memiliki etos kerja, loyalitas, dan dedikasi yang tinggi yang dilandasi akhlak mulia; f. Tersedianya sarana prasarana dan fasilitas sumber belajar yang dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat belajar seluas-luasnya, sehingga madrasah benar-benar berfungsi sebagai pusat pembelajaran; g. Terwujudnya peserta didik yang mandiri yang mampu melakukan teamwork melalui berbagai aktivitas belajar intra maupun ekstrakurikuler.
57
4. Sarana-Prasarana a. Bangunan Tabel 4.1 Sarana Bangunan MI Pembangunan UIN Jakarta No 1. 2. 3. 4. 5.
6. 7. 8. 9. 11. 12. 13. 14. 15. 15 16
Jenis Fasilitas Ruang Kelas Ruang Kepala Madrasah Ruang Guru Ruang Tata Usaha Laboratorium A. Komputer B. MIPA C. I P S D. Bahasa E. Kitchen Lab Perpustakaan Ruang Kesenian/Musik Ruang BP/BK Ruang UKS Ruang Serbaguna Masjid dan Aula Rumah Dinas Kantin Koperasi Sekolah WC Guru WC Murid
Jumlah 50 1 2 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 5
Luas (M²) 3450 30 225 150 225 75 75 75 75 50 225 71 75 75 375 432 70 138
7 30
151 383
58
b. Sarana dan Prasarana Tabel 4. 2 Prasarana MI Pembangunan UIN Jakarta No
Jenis Fasilitas
Jumlah
1
Mesin Tik
1
2
Komputer Kantor
27
3
Komputer Siswa
60
4
Printer
13
5
Scan Nilai
2
6
Audio Visual
4
7
Foto Copy/ Resograf
2
8
Mesin Fax
1
9
Meja Guru
128
10
Meja TU
23
11
Kursi Integral Siswa
12
Filling Kabinet
9
13
LCD/OHP
30
14
Kendaraan Operasional
5
15
AC
16
Lainnya (Laptop)
8
17
Scanner
4
1440
131
c. Kegiatan Ekstrakurikuler a. Dokter Kecil
12. Futsal
b. Pramuka
13. Bola Basket
c. Karate
14. Manga
d. Taekwondo
15. Marawis
e. Seni Lukis
16. Tenis Meja
59
f. Seni Tari
17. Sains Club
g. Seni Musik
18. Peer Mediation
h. Marching Band
19. Math Club
9. English Club
20. Jurnalistik (Wartawan Cilik)
10. Tahfiz
21.Kelompok Peduli Lingkungan
11. Paskibra
60
5. Guru dan Tenaga Kependidikan STRUKTUR ORGANISASI MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
YAYASAN
KOMITE MADRASAH
FITK UIN JAKARTA
DIREKTUR
WAKIL DIREKTUR Kepala Bagian Tata Usaha
SUBBAG
SUBBAG
ADM DIKJAR
Kepala MTs
Kepala MI
Wakabid. Kurikulum Waka I
Waka II
Waka III
KEPEG & KEUANGAN
Wakabid. Kesiswaan
Waka IV
PUSAT LITBANG DAN JAMINAN MUTU
PERPUSTAKAAN
PUSAT SISTEM INFORMASI, DOKUMENTASI DAN PUBLIKASI
LABORATORIUM
SUBBAG ADM UMUM & HUMAS
Kepala MA
Wakabid. Kurikulum
Wakabid. Kesiswaan
61
DATA PENDIDIK MADRASAH IBTIDAIYAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 No
Nama
L/P
1
Hj. Siti Muttaqinati
2
H.A. Nurzaman, S.Ag.
3
Hj. Fatria Hidayati, S.Ag.
4
Dra. H. Siti Rasyidah
5
H. TB. Ade Jamhari, BA. L
6
Riyanto
7
E. Nurhayati, S.Ag.
8
Husni Fikri
L
9
TEMPAT TANGGAL LAHIR
L
PENDIDIKAN
STATUS PEGAWAI
Terakhir
Tahun
27 April 1956
01 Jul 1976
S-1 UIN Jkt
2009
PNS Kemenag
04 September 1959
01 Jul 1982
S-1 UMJ
2000
PNS Kemenag
P Palembang,
12 Nopember 1954
01 Jul 1982
S-1 IAIN Jkt
2000
PNS Kemenag
P Jakarta,
23 Juni 1960
01 Jul 1984
S-1 IAIN Jkt.
1992
PNS Kemenag
Serang,
25 Desember 1961
01 Jul 1986
SM. IAIN Jkt.
1986
PNS Kemenag
Tangerang,
13 Maret 1966
01 Aug 1987
SGO
1986
Swasta
02 Februari 1958
01 Oct 1987
S-1
2004
PNS Kemenag
Jakarta,
18 Juli 1966
16 Jul 1990
PGA
1987
Swasta
P Boyolali, L
MULAI TUGAS
Bogor,
P Lebak,
Drs. Tamani
L
Pandeglang,
11 September 1958
01 Nov 1990
S-1 IAIN Jkt.
1989
Swasta
10 Drs. M. Nasruddin
L
Sukabumi,
19 Nopember 1963
01 Jul 1990
S-1 IAIN Jkt.
1990
PNS Kemenag
11 Drs. Cecep Khaeruddin
L
Tangerang,
10 Agustus 1960
15 Jul 1991
S-1 IAIN Jkt
1991
PNS Kemenag
12 Drs. Matsani
L
Brebes,
15 Mei 1965
15 Jul 1991
S-1 IAIN Jkt.
1990
PNS Kemenag
13 Dra. Nunik Dwi Kurnia
P Jakarta,
17 Juli 1964
15 Jul 1991
S-1 IAIN Jkt.
1990
PNS Kemenag
14 Dra. Hj. Rita Brisma
P Tapanuli,
21 Januari 1961
15 Jul 1991
S-1 IKIP
1989
Swasta
15 Maemunah, S.Pd.I
P Jakarta,
06 Maret 1969
02 Sep 1991
S-1 UIN Jkt
2008
PNS Kemenag
16 Dra. Siti Mahsusiatin 17 Drs. Maryadi
P Tulungagung, 08 September 1958 L
18 Dra. Umu Sa'diyah 19 Drs. A. Gani
P Mandiraja, L
20 Dra. Asikah 21 Drs. Ibrahim
Paloh P Serang,
L
22 Dra. Iis Maisyatul M. 23 Drs. Muttaqillah
Malang,
Jakarta, P Ciamis,
L
Jakarta,
19 Dec 1991
S-1 IAIN Jkt.
1991
Swasta
07 Maret 1966
20 Jul 1992
S-1 IKIP Mln
1990
PNS Kemenag
24 Mei 1966
20 Jul 1992
S-1 IAIN Jkt.
1991
PNS Kemenag
06 Februari 1965
19 Jul 1993
S-1 IAIN Jkt.
1991
PNS Kemenag
04 Juli 1963
19 Jul 1993
S-1 IAIN Jkt.
1991
PNS Kemenag
12 Nopember 1963
19 Jul 1993
S-1 IAIN Jkt.
1990
PNS Kemenag
08 Februari 1959
19 Jul 1993
S-1 IAIN Jkt.
1992
Swasta
07 Nopember 1965
19 Jul 1993
S-1 IAIN Jkt.
1990
PNS Kemenag
24 Dra. Nining Sumarni
P Darepa
02 Agustus 1966
19 Jul 1993
S-1 IAIN Jkt.
1993
PNS Kemenag
25 Dra. Ria Aryasatyani
P Jakarta
01 Juli 1968
19 Jul 1993
S-1 IKIP Jkt
1993
PNS Kemenag
26 Enung Mulyani
P Garut,
19 Agustus 1971
19 Jul 1993
D-2 IAIN Jkt
1992
PNS Kemenag
27 Gusniati, S.Ag.
P Jakarta,
19 Agustus 1968
19 Jul 1993
S-1 UMJ
1996
PNS Kemenag
28 Drs. Dani Wahyudi
L
Bogor,
15 September 1965
19 Jul 1994
S-1 IAIN Jkt.
1996
PNS Kemenag
29 Drs. Haeruddin
L
Karawang,
05 Juli 1963
19 Jul 1994
S-1 IAIN Jkt.
1989
PNS Kemenag
30 Drs. Mulyadi
L
Tangerang,
08 September 1970
19 Jul 1994
S-1 IAIN Jkt
1993
PNS Kemenag
31 Drs. Sugiono
L
Ciamis,
10 April 1967
19 Jul 1994
S-1 IAIN Jkt.
1992
PNS Kemenag
32 Drs. Imam Santoso
L
Ciamis,
27 Agustus 1969
02 Aug 1994
S-1 IAIN Jkt.
1992
PNS Kemenag
62
33
Drs. Suhaili
L
Klungkung,
23 Mei 1964
02 Aug 1994
S-1 IAIN Jkt.
1992
PNS Kemenag
34
Drs. Endang Rahayu
L
Karawang,
17 Juni 1964
01 Jan 1996
S-1 IAIN Jkt.
1991
PNS Kemenag
35
Drs. Isman Hakim
L
Jakarta,
26 Agustus 1966
01 Jul 1995
S-1 IAIN Jkt.
1993
Swasta
36
Drs. Suhapid
L
Tangerang,
15 Juli 1965
01 Jul 1995
S-1 IAIN Jkt.
1991
PNS Kemenag
37
Ali Ridho, S.Ag.
L
Jakarta,
15 Juni 1970
10 Jul 1996
S-1. IAIN Jkt.
1996
PNS Kemenag
38
Ridwan, S.Ag.
L
Indramayu,
15 September 1968
10 Jul 1996
S-1. IAIN Jkt.
1995
PNS Kemenag
39
Firman Hamdani, S.Ag.
L
Bogor,
23 Februari 1971
22 Jul 1996
S-1 IAIN Jkt.
1995
PNS Kemenag
40
Afifah Hidayati, S.Ag.
P Jakarta,
01 Nopember 1968
02 Dec 1996
S-1 IAIN Jkt.
1993
PNS Kemenag
41
Ermawati, S.Ag.
P Jakarta,
01 Februari 1969
02 Dec 1996
S-1 IAIN Jkt.
1992
PNS Kemenag
42
Wahyudi, S.Pd.
Tangerang,
23 Juli 1973
01 Aug 1997
S-1 IKIP MJ
1997
PNS Kemenag
43
Muhammad Dahlan, S.Pd. L
Bantul,
19 Februari 1971
12 Aug 1997
S-1 IKIP N Yogya
1997
PNS Kemenag
44
Suharno, S.Pd.
L
Gunung Kidul,
29 September 1972
29 Aug 1997
S-1
2004
PNS Kemenag
45
H. Abdul Halim, S.Ag.
L
Malang,
10 Nopember 1968
16 Sep 1997
S-1 IAIN Jkt.
1994
PNS Kemenag
46
Hasanuddin, S.Ag.
L
Tangerang,
15 Februari 1969
13 Nov 1997
S-1 IAIN Jkt.
1994
PNS Kemenag
47
Sri Hartati, S.Pd.
P Jakarta,
10 Juli 1974
28 Jul 1998
S-1 IKIP
1998
PNS Kemenag
48
Dra. Khusnul Khotimah
P Indramayu,
21 Agustus 1964
02 Dec 1998
S-1 IAIN Jkt
1989
PNS Kemenag
49
Drs. H. Muh. Rusdi
31 Mei 1968
01 Jul 1999
S-1 IAIN Jkt
1991
PNS Kemenag
50
Lulu Rosmilia, S.Pd.
19 September 1970
15 Jul 1999
S-1 IAIN Jkt
1991
PNS Kemenag
51
Afif Abdul Latif, S. Ag
L
Ciamis,
05 Oktober 1970
03 Nov 1999
S-1 IAID Ciamis
1997
PNS Kemenag
52
Drs. Abdul Madjid M.
L
Jakarta,
17 Nopember 1967
01 Sep 1999
S-1 IAIN Jkt
1991
PNS Kemenag
53
Drs. Ahmad Santoso
L
Karawang,
22 Juni 1968
04 Sep 2001
S-1 IAIN
1993
PNS Kemenag
54
Nia Marlina, S.Ag.
P Bogor,
12 Maret 1977
21 Jul 2003
S-1 IAIN Jkt
2000
Swasta
55
Ema Nursy amsiah, S.Pd.I
P Jakarta,
13 Agustus 1978
21 Jul 2003
S-1 IAIN Jkt
2002
Swasta
56
M. Faiz, MA.
03 Juni 1974
21 Jul 2003
S-1 UIN Jkt
1998
Swasta
57
Sri Nurhayati, S.Pd.I
P Jakarta,
23 Nopember 1978
21 Jul 2003
S-1 UIN Jkt
2002
Swasta
58
Ai Yuliawati, S.Pd.
P Sukabumi,
21 Maret 1982
01 Jul 2005
S-1 UIN Jkt
2005
Swasta
59
Evi Kusumah, S.Pd.
P Garut,
05 Mei 1975
05 Apr 2005
S-1 UPI Bdg
2000
Swasta
60
Linda Nurlinda, S.Pd.
P Garut,
06 Januari 1980
01 Jul 2005
S-1 UPI Bdg
2005
Swasta
61
Mumu Munawi, S.Pd.I
62
L
L
Jakarta, P Garut,
L
L
Jakarta,
Jakarta,
18 Oktober 1982
01 Jul 2005
S-1 UIN Jkt
2005
Swasta
Putri Aula Pertiwi, S.KM.
P Tangerang,
15 Agustus 1981
01 Jul 2005
UHAMKA Jkt
2004
Swasta
63
Sri Nuryati, S.Pd.
P Cirebon,
04 September 1976
01 Jul 2005
S-1 UIN Jkt
2005
Swasta
64
Yenny Handayani, S.IP.
P Jakarta,
08 Januari 1981
01 Jul 2005
S-1 UNPAJ
2003
Swasta
65
Lena Marliana, S.Pd.
P Tangerang,
23 Maret 1980
01 Jul 2005
S-1 UNJ
2004
Swasta
63
66 Upit Sarimanah, S.Pd. 67
Endah Rahmah Hidayati, S.Si.
68 Muhaemin, S.Ag.
L
P Bekasi,
10 Maret 1980
20 Jul 2005 S-1 UIN Jkt
2005
Swasta
P Jakarta,
17 Mei 1982
16 Jun 2006 S-1 UNSOED
Cirebon,
2005
Swasta
18 Agustus 1976 16 Jun 2006 S-1 IAIT
2000
Swasta
69 Desi Rahmawati, S.Pd.
P Jakarta,
14 Desember 1980 16 Jun 2006 S-1 UIN
2004
PNS Kemenag
70 Himmatun, St.
P Serang,
21 April 1983
2005
Swasta
71 Nurrahmy, S.Pd.
P Jakarta,
09 Desember 1981 16 Jun 2006 S-1 UIN
2005
Swasta
72
P Jakarta,
31 Desember 1981 16 Jun 2006 S-1 UNJ
2006
Swasta
P Jakarta,
04 Nopember 1983 31 Oct 2006 S-1 UIN Jkt
2006
Swasta
Indri Pramasti Fillyandini, S.Pd.
73 Puji Nur Hikmah, S.Pd.
16 Jun 2006 S-1 STTT
74 Ronny Asfar, S.Pd.
L
Bandung,
06 Oktober 1977 16 Jul 2007 S-1 STKIP
2004
Swasta
75 Syukri Rifa'i, S.Pd.I.
L
Bekasi,
10 Nopember 1984 09 Jul 2008 S-1 UIN Jakarta
2006
Swasta
76 Nurohman, S.Pd.I.
L
Brebes,
26 Juni 1978
UIN
2005
Swasta
77 Endang Purwanto, S.Pd.I L
Jakarta,
UIN
2009
Swasta
78 Rita Hayati, S.Pd
L
Bogor,
S-1 24 April 1982 21 Jul 2009 Jakarta Jakarta 19 Agustus 1987 21 Jul 2009 STISIP
2009
Swasta
79 Agus Muhammad, S.IP. L
Ciamis,
10 Januari 1980 21 Jul 2009 S-1 STISIP
2006
Swasta
17 Maret 1986
01 Jul 2010 S-1 UIN
2009
Swasta
09 Jul 2008 S-1
80 Syukrini Irfiyanda, S.Pd.
P Payakumbuh,
81 Yeti Nurhayati, S.Pd.
P Gunung Kidul, 13 Mei 1987
01 Jul 2010 S-1 UIN
2010
Swasta
82 Dhini Kusumawati, S.Pd.
P Jakarta,
24 Juni 1987
01 Jul 2010 S-1 UIN
2010
Swasta
83 Alipiah, S. PsI
P Bekasi,
28 Januari 1089 01 Jul 2011 S-1 UIN
2011
Swasta
84 Sarmadan Noor Daulay L
Jakarta,
12 Mei 1987
01 Jul 2011 S-1 UIN
2010
Swasta
85 Sriyono, ST
Jakarta,
03 Juni 1971
01 Jul 2011
S-1 STT Telematika
2010
Swasta
S-1 Univ Ahmad Dahlan Yogya
2009
Swasta
2005
Swasta
L
86 Wahyu Nurhidayanti
P Banjarnegara, 21 Oktober 1984 01 Jul 2011
87 Hafizatul Mukminah, S.Kom
P Jakarta,
07 April 1983
01 Jul 2011 Universitas Gunadarma
Grafik pendidik berdasarkan pendidikan Strata 2 Strata 1 Diploma 3
64
6. Siswa Tabel 4. 3 Rekap Jumlah Siswa Ibtidaiyah Madrasah Pembangunan UIN Jakarta Tahun Pelajaran 2016/2017 Kelas I Kelas II Kelas III IA 30 II A 28 III A 28 IB 29 II B 28 III B 23 IC 30 II C 27 III C 28 ID 30 II D 28 III D 28 IE 30 II E 28 III E 28 IF 30 II F 29 III F 28 IG 30 II G 29 III G 28 IH 30 II H 29 III H 28 226 219 Jml 239 Jumlah seluruh siswa
Kelas IV IV A 27 IV B 29 IV C 28 IV D 28 IV E 27 IV F 26 IV G 27 IV H 27 219
Kelas V V A 29 V B 29 V C 30 V D 30 V E 29 V F 30 V G 30 V H 30 237 1370
Kelas VI VI A 28 VI B 28 VI C 29 VI D 28 VI E 29 VI F 30 VI G 29 VI H 29 230
B. Deskripsi dan Interpretasi Data Data-data hasil penelitian budaya literasi dalam pembentukan karakter siswa pada siswa kelas rendah di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta diperoleh melalui observasi, wawancara, dokumentasi, serta angket. Observasi dilakukan dengan mengamati budaya literasi yang ada di MI Pembangunan UIN Jakarta, khususnya pada siswa kelas rendah. Selain itu observasi juga dilakukan dalam mengamati pembentukan karakter siswa (meliputi karakter jujur, disiplin, dan rasa ingin tahu). Wawancara yang dilakukan merupakan wawancara semi terstruktur yang terlebih dahulu peneliti telah memiliki sejumlah pertanyaan untuk diajukan, namun berkembang saat proses wawancara berlangsung. Wawancara ini ditujukan kepada pihak-pihak yang dianggap peneliti sebagai narasumber yang cocok untuk menggali data yang dibutuhkan oleh peneliti, antara lain kepala sekolah, wakil kepala sekolah, beberapa guru MI Pembangunan UIN Jakarta di kelas rendah (1, 2, 3), serta siswa-siswi yang duduk di kelas 3C sebagai perwakilan dari siswa-siswi kelas rendah.
65
Dokumentasi dilakukan dengan menggali dokumen-dokumen yang telah lalu namun berhubungan dan mendukung penelitian, khususnya mengenai budaya literasi di MI Pembangunan UIN Jakarta. Dokumentasi yang peneliti dapatkan berupa foto-foto saat peluncuran gerakan literasi berlangsung. Terakhir, peneliti juga menggunakan angket sebagai alat ukur respon siswa terhadap pembentukan karakter siswa kelas rendah MI Pembangunan UIN Jakarta. Angket yang dibuat berdasarkan teori-teori mengenai karakter (jujur, disiplin, dan rasa ingin tahu) yang dituangkan dalam sejumlah pernyataan.
1. Kebijakan Pelaksanaan Budaya Literasi di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan Budaya literasi di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta mulanya diprakarsai oleh kepedulian Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menenengah atas rendahnya kompetensi literasi peserta didik Indonesia. Gagasan tersebut diwujudkan dalam gerakan yang diberi nama Gerakan Literasi Sekolah yang sampai saat ini gencar diperkenalkan dan dibudayakan di berbagai sekolah. Tak terkecuali dengan
Madrasah
Pembangunan
UIN
Jakarta,
sekolah
yang
menjunjung tinggi pengintegrasian keilmuan, keislaman, dan bahasa turut serta dalam membudayakan literasi yang dikemas dengan nama Gerakan Literasi Madrasah Pembangunan atau disingkat dengan sebutan GLMP. Gerakan Literasi dirasa penting bagi Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan, sebab literasi memiliki manfaat yang besar terhadap peserta didik, terlebih jika literasi menjadi budaya yang dibiasakan dan dikembangkan di sekolah. Hal ini seperti yang telah peneliti tanyakan kepada
guru, kepala
sekolah, serta kepala perpustakaan MI
Pembangunan UIN Jakarta.
66
“Literasi itu yang mendorong memotivasi peserta didik atau siapapun untuk membaca. Membaca itu harus dibudayakan, baik dari institusi, kemendikbud, juga sekolah. Semoga dengan agenda ini semua menjadi terpacu untuk meningkatkan budaya baca.”1 GLMP memang diharapkan dapat meningkatkan budaya baca siswa, apalagi di era modernisasi seperti sekarang ini, di mana anakanak lebih suka memainkan gawai mereka ketimbang harus duduk membaca buku. Kita memang tidak bisa memungkiri adanya kemajuan teknologi, namun pemanfaatan teknologi yang tepat juga tidak kalah penting. Untuk itu sekolah memiliki peran dalam mengarahkan peserta didiknya agar lebih banyak membaca buku sebab literasi juga memiliki kiprah yang besar terhadap pembentukan karakter seseorang agar dapat berlaku lebih baik. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh kepala MI Pembangunan UIN Jakarta: “Literasi bukan sekedar mengarahkan anak agar suka membaca, tapi lebih luas bagaimana seorang pelajar punya kemampuan untuk belajar secara baik. Makanya literasi bukan hanya membaca, tapi dalam berbagai bidang ilmu. Itu yang menjadi pengertian luas dari literasi. Kalau misalnya literasi yang belakangan digerakkan yaitu bagaimana anak punya minat baca yang begitu tinggi. Minat baca menjadi kata kunci, karena membaca adalah kunci dari segala ilmu, dari membaca mempunyai ilmu maka bisa membuka jendela dunia. Pengertian awal dari literasi yaitu membiasakan anak agar memiliki minat baca yang tinggi, tapi proses akhirnya bukan hanya itu, yaitu bagaimana mengarahkan anak agar punya literasi yang luas, bagaimana cara belajar yang baik terhadap ilmu pengetahuan, mulai dari membaca, menulis. Ketika dilakukan bersama-sama, insyaallah pemahaman siswa terhadap pengetahuan menjadi lengkap. Jadi literasi itu memahamkan anak dalam berbagai bidang secara komprehensif, lebih jauh anak memahami semua mata pelajaran.”2
1 Samingan, Hasil wawancara dengan Kepala Perpustakaan sekaligus Ketua Literasi di MI Pembangunan UIN Jakarta, 10 April 2017 pukul 11.01 WIB. 2 Yon Sugiono, Hasil wawancara dengan Kepala MI Pembangunan UIN Jakarta, 11 April 2017 pukul 07.39 WIB.
67
Gerakan Literasi Madrasah Pembangunan UIN Jakarta pertama kali diluncurkan pada tanggal 23 Mei 2016 setelah sebelumnya mengalami diskusi yang panjang oleh kepala sekolah, kepala perpustakaan, serta segenap dewan guru mengenai rencana program, pelaksanaan, dan berbagai sarana dan prasarana yang diperlukan dalam mewujudkan budaya sekolah yang literat. Adanya respon positif dan kerjasama yang baik menjadi kombinasi yang seimbang dalam menciptakan budaya literasi di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta secara berkelanjutan. “Pertama kepala sekolah yang merespon kegiatan positif ini. Selanjutnya dikelola dengan yang paling dekat dengan hal ini yaitu kepala perpustakaan. Di sini fungsi kepala sekolah sebagai support seperti yang dianjurkan dari kementerian”3
Gambar 4.1 Siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah mengikuti launching Gerakan Literasi Madrasah Pembangunan (GLMP).
Dukungan dari semua pihak cukup bagi pihak sekolah untuk mengupayakan peluncuran gerakan literasi seperti yang digagas oleh pemerintah dalam meningkatkan minat baca siswa. Launching Gerakan Literasi di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta akhirnya dapat terealisasikan dengan diselenggarakan di halaman sekolah.
3
Yon Sugiono, Hasil wawancara dengan Kepala MI Pembangunan UIN Jakarta, 11 April 2017 pukul 07.39 WIB.
68
Seluruh siswa dan siswi berkumpul memenuhi halaman sekolah dengan masing-masing membawa buku bacaan yang telah dihimbau untuk di bawa sebelumnya. Guru-guru serta seluruh warga sekolah juga turut serta dalam mengawali proses pembudayaan literasi.
Gambar 4.2 Seluruh warga sekolah mengikuti kegiatan membaca
Gambar 4.3 Seluruh warga sekolah mendukung GLMP
69
Gambar 4.4 Guru memiliki peran dalam membimbing anak membaca
Kegiatan membaca yang dilakukan di MI Pembangunan UIN Jakarta disambut positif oleh seluruh siswa, guru, serta semua warga sekolah. Hal itu terbukti dengan antusiasme seluruh warga sekolah dalam menyambut peluncuran Gerakan Literasi. Saat peluncuran berlangsung, acara dihadiri pula oleh koordinator Gerakan Literasi kanwil. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh kepala perpustakaan sekaligus ketua literasi MP UIN Jakarta: “Saat itu kami mengundang Kanwil, Koordinator Gerakan Literasi Kanwil, sekaligus meluncurkan dua buah novel karya siswa tingkat Madrasah Tsanawiyah (Mts).”4
Gambar 4.5 launching GLMP dan peluncuran dua buah novel karya siswa 4
Samingan, Hasil wawancara dengan Kepala Perpustakaan sekaligus Ketua Literasi di MI Pembangunan UIN Jakarta, 10 April 2017 pukul 11.01 WIB.
70
Gambar 4.6 Sharing bersama penulis tentang kepenulisan dan membaca
“Buku itu diperkenalkan ke publik dan baru diterbitkan. Acara tersebut turut mengundang novelis yang banyak menghasilkan karya novel untuk sharing agar motivasi anak tumbuh, kebetulan beliau juga merupakan alumni sekolah ini, jadi ya bisa menularkan semangat ke anak-anak. Selain itu di sini juga ada seorang guru yang telah menulis tiga belas buku novel yaitu Pak Muttaqin yang saat ini mengajar di tingkat MTs Pembangunan”5 Berdasarkan hasil wawancara dengan berbagai pihak, ternyata ditemukan fakta bahwa sebelum dilakukannya launching GLMP, Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta telah lebih dulu membudayakan literasi di sekolah. Budaya membaca di sekolah telah ditanamkan bahkan sejak awal sekolah tersebut berdiri, namun belum ada penamaan khusus terhadap kegiatan membaca yang rutin dilaksanakan itu. hal ini seperti yang diungkapkan oleh kepala perpustakaan: “Sebelum launching kegiatan literasi, kami memang sudah sepakat untuk menyediakan waktu 15 menit untuk membaca, tapi tidak ditentukan harinya, semua tergantung gurunya, diserahkan kepada masing-masing guru kelas untuk mengaturnya. Setelah launching, menjadi lebih terjadwal.”6
5 Samingan, Hasil wawancara dengan Kepala Perpustakaan sekaligus Ketua Literasi di MI Pembangunan UIN Jakarta, 10 April 2017 pukul 11.01 WIB. 6 Samingan, Hasil wawancara dengan Kepala Perpustakaan sekaligus Ketua Literasi di MI Pembangunan UIN Jakarta, 10 April 2017 pukul 11.01 WIB.
71
Setelah launching GLMP, kegiatan pembiasaan membaca di MI Pembangunan UIN Jakarta menjadi lebih terarah dan terjadwal. Pihak perpustakaan membuat jurnal baca yang harus diisi oleh setiap guru kelas sebagai laporan bahwa pembudayaan literasi telah diterapkan dengan baik di kelas. Sebelum adanya GLMP yang terjadwal dengan baik, proses pembiasaan membaca bagi siswa dilakukan oleh guru dengan tidak berpatokan pada jadwal. Ketika sudah launching pun, ada hal-hal yang ditargetkan oleh pihak sekolah demi keberlangsungan budaya literasi di MI Pembangunan. “Target dari gerakan literasi di sini yaitu idealnya satu anak bawa 1 buku, setelah selesai diceklis dalam jurnal, setelah itu buku yang telah dibaca ditukar dengan teman yang lain sehingga dalam satu waktu tertentu bisa selesai, jadi kira-kira satu bulan selesai.”7 Perencanaan GLMP telah dipersiapkan dengan matang, termasuk jadwal pelaksaan membaca yang telah diatur oleh pihak perpustakaan atas persetujuan kepala sekolah. Menurut hasil wawancara, program kegiatan membaca ini memang dilakukan setiap hari dengan jadwal yang telah diatur. Kegiatan membaca yang dicanangkan dilakukan setiap hari selama kurang lebih 15 menit dengan dibimbing oleh guru kelas. Setiap kelas wajib memiliki pojok/sudut baca di dalam kelas, menghimpun bukubuku bacaan siswa yang akan secara bergantian dibaca oleh siswa. Buku-buku yang ada di pojok baca kelas merupakan buku kolektif yang siswa bawa dari rumah. Hal ini seperti yang dipaparkan oleh kepala MI Pembangunan: “Literasi di MI Pembangunan sebelumnya memang sudah ada. Sebelum GLMP kita sudah berliterasi. Misalnya kita melaksanakan HC (Habbitual Curriculum) di mana literasi itu berkembang. Dikembangkan pembiasaan, mulai dari membaca, memahami, mempraktekan. Ketika sudah launching GLMP, ada waktu yang dijadwalkan untuk itu yaitu 10-15 menit membaca yang serentak dilakukan di semua kelas. Penguatan itu didukung oleh adanya 7
Samingan, Hasil wawancara dengan Kepala Perpustakaan sekaligus Ketua Literasi di MI Pembangunan UIN Jakarta, 10 April 2017 pukul 11.01 WIB.
72
pojok baca, agar menghimpun kesadaran anak membawa buku dari rumah, bukunya beda-beda dan dibaca secara bergantian. Dalam satu putaran, ketika ada 28 judul buku dalam satu kelas. Target satu buku dua hari, 56 hari selesai, idealnya satu semester dua kali putaran. Termasuk dalam gerakan literasi dengan menghadirkan nuansa di mana dihidupkannya mading, papan-papan yang dipajang mendorong budaya literasi.”8 Selain pembiasaan membaca, pembudayaan literasi juga didukung dengan sarana penunjang budaya literasi seperti majalah dinding dan tulisan-tulisan yang menggugah minat siswa untuk membaca. Berdasarkan wawancara kepala sekolah mengungkapkan bahwa MI Pembangunan UIN Jakarta mendukung budaya literasi dengan turut serta menghidupkan mading-mading di sekolah. Sebenarnya, banyak tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan pembudayaan literasi sekolah yang dikemas dalam program GLMP, diantaranya bermula dari keresahan bangsa terhadap minat baca yang rendah di mata dunia, untuk itu gerakan pembudayaan membaca diharapkan dapat meningkatkan wawasan siswa, serta sebagai salah satu cara yang dapat dilakukan dalam pembentukan karakter siswa. Hasil
wawancara
mengungkapkan
bahwa
umumnya
guru
berpandangan bahwa tujuan dari adanya gerakan literasi khususnya di MI Pembangunan UIN Jakarta yaitu untuk membiasakan anak membaca, menambah wawasan, dan membentuk karakter siswa. Menurut kepala perpustakaan, tujuan membaca adalah: “Tujuannya agar membangkitkan minat baca sekaligus menjawab tantangan bangsa, berdasarkan UNESCO terhadap rendahnya minat baca di Indonesia.”9 Selain itu, wakil kepala MI Pembangunan UIN Jakarta menambahkan bahwa: “Tujuannya untuk menambah wawasan siswa serta bisa untuk
8 Yon Sugiono, Hasil wawancara dengan Kepala MI Pembangunan UIN Jakarta, 11 April 2017 pukul 07.39 WIB. 9 Samingan, Hasil wawancara dengan Kepala Perpustakaan sekaligus Ketua Literasi di MI Pembangunan UIN Jakarta, 10 April 2017 pukul 11.01 WIB.
73
membentuk karakter siswa”10. Menurut guru kelas 1 MI, tujuan membaca juga untuk membuka wawasan, “Membaca merupakan jendela ilmu, bagaimana mungkin wawasan anak bisa terbuka jika jarang membaca buku?”11 Dari berbagai pendapat mengenai tujuan budaya literasi, tujuan utama yang hendak dicapai adalah dalam pembentukan karakter siswa, hal ini seperti yang peneliti peroleh dari hasil wawancara dengan kepala sekolah: “Tujuan akhir sebenarnya adalah pada terwujudnya karakterkarakter yang sangat banyak. Kita bisa melihat dari pengelompokan karakter yang ingin dicapai yaitu seperti ketekunan, minat baca, kerajinan, disiplin, dan yang lainnya berkaitan dengan literasi ini. Pada prinsipnya kegiatan yang kita laksanakan mengarah pada karakter baik siswa.”12 Banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari pembiasaan membaca.
Dengan membiasakan diri
untuk membaca berarti
mendisiplinkan diri dalam menggali wawasan-wawasan baru setiap hari. Buku bacaan memang memiliki pengaruh dalam membentuk karakter siswa, terlebih jika buku yang dibaca mengandung nilai-nilai keteladanan. Untuk dapat mencapai tujuan dari GLMP yang dibudayakan di MI Pembangunan, tentunya ada kriteria tertentu dalam pemilihan buku agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Buku bacaan berpengaruh terhadap pembentukan karakter siswa, tetapi perlu dipilah lagi sebab tidak semua buku bacaan mengandung nilai-nilai keteladanan. Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta menentukan bukubuku bacaan yang layak anak, yaitu yang sesuai dengan usia 10
Putri Aula Pertiwi, Hasil wawancara dengan Wakil Kepala MI Pembangunan UIN Jakarta bidang kurikulum, 12 April 2017 pukul 08.27 WIB. 11 Mumu Munawi, Hasil wawancara dengan wali kelas 1 G MI Pembangunan UIN Jakarta, 12 April 2017 pukul 14.00 WIB. 12 Yon Sugiono, Hasil wawancara dengan Kepala MI Pembangunan UIN Jakarta, 11 April 2017 pukul 07.39 WIB.
74
perkembangan siswa, mengandung nilai-nilai moral dan keteladanan, serta yang dapat menambah pengetahuan bagi siswa. Berdasarkan wawancara, guru-guru di MI Pembangunan memiliki pandangan yang seragam terhadap pemilihan jenis buku bacaan siswa. Kepala MI Pembangunan mengatakan bahwa buku yang digunakan bebas ketentuannya, “Bebas, komik boleh, buku pelajaran boleh. Pokoknya yang mendukung mereka suka membaca”13. Selain itu guru kelas 2 H mengatakan, “Tidak boleh komik, mengandung unsur sara atau kekerasan. Yang diperbolehkan dongeng, hikmah, yang membawa ke hal-hal yang positif.”14 Terakhir, guru menambahkan bahwa buku yang boleh digunakan tidak boleh mengandung unsur sara. “Buku cerita, tapi yang tidak bermasalah. Bukan buku yang terlalu dewasa, tidak mengandung unsur sara, dan harusnya yang menambah ilmu pengetahuan. Dongeng tuh bagus, banyak manfaatnya, bisa diambil pedoman hidupnya. Saya tidak melarang komik, selama itu baik, bagus juga asalkan tidak pornografi.”15 Proses pelaksanaan GLMP yang telah dicanangkan adalah setiap hari, terdapat jadwal literasi yang dilampirkan di setiap kelas, dan dalam perencanaannya terdapat laporan kegiatan pembiasaan membaca yang harus diisi oleh guru di setiap kelasnya untuk di laporkan kepada kepala perpustakaan. “Ya ada, diserahkan ke saya, guru yang harus bertanggung jawab dengan laporan kelasnya sendiri.”16 Budaya literasi di Madrasah Ibtidaiyah UIN Jakarta dikuatkan dengan mengoptimalkan layanan perpustakaan sebab perpustakaan 13
Asikah, Hasil wawancara dengan wali kelas 2 H MI Pembangunan UIN Jakarta, 10 April 2017 pukul 14.14 WIB. 14 Putri Aula Pertiwi, Hasil wawancara dengan Wakil Kepala MI Pembangunan UIN Jakarta bidang kurikulum, 12 April 2017 pukul 08.27 WIB. 15 Ria Aryasatyani, Hasil wawancara dengan wali kelas 2 C MI Pembangunan UIN Jakarta, 12 April 2017 pukul 09.30 WIB. 16 Samingan, Hasil wawancara dengan Kepala Perpustakaan sekaligus Ketua Literasi di MI Pembangunan UIN Jakarta, 10 April 2017 pukul 11.01 WIB.
75
merupakan tempat sentral dalam mendukung budaya literasi dalam tahap pembiasaan. “Yang utama adalah perpustakaan sebagai tempat yang paling representatif. Itu faktor yang paling menentukan terjadinya budaya literasi yang kita sedang bangun di MI Pembangunan.”17 Perpustakaan sebagai ruang baca bagi siswa ataupun seluruh warga sekolah juga boleh dimanfaatkan sebagai sarana belajar. Guru dapat memindahkan ruang belajar di perpustakaan, namun harus melalui mekanisme pelaporan. Selain itu, berbagai fasilitas yang nyaman juga diusahakan agar dapat menarik siswa untuk rajin membaca. “Ada mekanisme untuk laporan, perpustakaan sebagaimana yang kita tahu adalah jantungnya pendidikan, sebagai sarana efektif menjadi sumber kegiatan pembelajaran yang bisa dilakukan di perpustakaan. Selain datang ke sana untuk baca, juga ada kegiatan pembelajaran yang dilakukan di sana. Banyaknya paralel membuat guru dan siswa jika ingin belajar di sana harus membuat jadwal terlebih dahulu. Dalam satu hari mulai dari jam pertama sampai jam terakhir terjadwal secara rapih sehingga tidak terjadi bentrok antar kelas, agar tidak ribut dan ramai. Di perpustakaan terdapat jadwal kunjungan belajar, nanti bisa dilihat sebagai bukti fisik.”18
Gambar 4.7 Jadwal kunjungan perpustakaan
17 Yon Sugiono, Hasil wawancara dengan Kepala MI Pembangunan UIN Jakarta, 11 April 2017 pukul 07.39 WIB. 18 Yon Sugiono, Hasil wawancara dengan Kepala MI Pembangunan UIN Jakarta, 11 April 2017 pukul 07.39 WIB.
76
Dalam
mendukung
kecintaan
siswa
terhadap
membaca,
perpustakaan MI Pembangunan UIN Jakarta juga memiliki program yang secara berkelanjutan berjalan. Program yang diusung adalah pemberian hadiah kepada siswa-siswa yang membaca dan meninjam buku terbanyak selama satu semester pembelajaran. Program ini dijelaskan oleh kepala perpustakaan sekaligus yang menjabat sebagai ketua literasi MI Pembangunan UIN Jakarta: “Di perpustakaan kami menerapkan sistem reward. Jadi setiap satu semester direkap siapa yang paling banyak meminjam buku, lalu diumumkan di upacara, siswa mendapat hadiah buku, guru juga yang paling banyak berkunjung dan meminjam buku mendapatkan hadiah buku. InsyaAllah dengan fasilitas perpus yang nyaman, dingin, lesehan, dapat meningkatkan minat anak yang cukup tinggi terhadap membaca.”19 Berdasarkan hasil wawancara serta melakukan telaah terhadap dokumentasi, dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Madrasah
Ibtidaiyah
Pembangunan
UIN
Jakarta
telah
membudayakan literasi sebelum adanya Gerakan Literasi, kegiatan yang dilakukan disebut dengan reading hours, yakni menyiapkan waktu untuk membiasakan membaca di dalam kelas. Pembiasaan membaca ini belum terjadwal dengan baik, setiap guru kelas hanya diarahkan untuk membiasakan membaca dengan siswa-siswinya di kelas. b. Gerakan Literasi Madrasah Pembangunan (GLMP) pertama kali launching pada 23 Mei 2017 atas prakarsa kepala sekolah dan kerjasama yang baik dengan kepala perpustakaan yang sekaligus menjabat sebagai ketua literasi Madrasah Pembangunan UIN Jakarta. c. Tujuan GLMP adalah untuk menumbuhkan minat baca siswa, meningkatkan jumlah pengunjung perpustakaan, serta membentuk karakter baik pada siswa. 19
Samingan, Hasil wawancara dengan Kepala Perpustakaan sekaligus Ketua Literasi di MI Pembangunan UIN Jakarta, 10 April 2017 pukul 11.01 WIB.
77
d. GLMP diatur dalam jadwal harian yang disusun oleh kepala perpustakaan yang juga menjabat sebagai ketua literasi di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta. e. Kegiatan GLMP berupa pembiasaan membaca sebelum, sesudah, atau ditengah-tengah pelajaran selama 10-15 menit yang dipandu oleh masing-masing guru kelas. f. Kegiatan membaca yang dilakukan adalah membaca dalam hati (Sustained Silent Reading), dalam pelaksanaannya tidak hanya siswa yang dibiasakan membaca tapi juga guru, kepala sekolah, dan seluruh warga sekolah. g. Buku bacaan yang di baca saat GLMP berasal dari siswa, masingmasing siswa membawa minimal satu buku bacaan dari rumah untuk disimpan di pojok/sudut baca kelas. h. Jika dalam satu kelas terdapat 28 orang siswa, maka minimal ada 28 judul buku di pojok baca, Target satu buku dapat diselesaikan dalam waktu dua hari, maka 56 hari selesai, jadi satu semester dua kali putaran. i. Jenis buku bacaan yang boleh dibaca dalam kegiatan GLMP adalah buku-buku cerita anak, buku dongeng, buku berisi hikmah, ceritacerita teladan seperti kisah para nabi, buku-buku yang mengandung pengetahuan, serta komik yang mengandung nilai-nilai edukasi. j. Untuk mendukung GLMP, terdapat mading, poster, dan lain sebagainya yang dipajang di kelas dan lingkungan sekolah agar minat baca siswa meningkat. k. Setiap guru kelas memiliki jurnal GLMP yang harus diisi selama kegiatan membaca dilaksanakan, selanjutnya dilaporkan kepada kepala perpustakaan. l. Budaya literasi juga didukung dengan perpustakaan yang tidak hanya dipakai sebagai tempat membaca, tapi sebagai ruang belajar bagi guru dan siswa. Guru dapat mengajak siswa belajar di perpustakaa
dengan
mekanisme
laporan
terhadap
petugas
78
perpustakaan, sebab MI Pembangunan terdiri dari paralel kelas yang banyak, pelaporan diperlukan agar tidak terjadi jam bentrok. m. Perpustakaan memiliki kebijakan dalam memberikan reward kepada siswa yang paling rajin berkunjung dan meminjam buku di perpustakaan, reward yang diberikan berupa buku bacaan yang diumumkan saat upacara bendera.
2. Pelaksanaan Program Pembiasaan Membaca Gerakan Literasi di Madrasah Ibtidaiyah telah dilaksanakan sejak 23 Mei 2016 lalu, jika dikalkulasi sudah satu tahun kegiatan tersebut dibudayakan di sekolah. Untuk itu peneliti melakukan pengamatan terhadap budaya literasi yang ada di MI Pembangunan, namun dibatasi pada siswa kelas rendah atau yang duduk di kelas 1, 2, dan 3 MI dengan mengambil sampel penelitian di kelas 3 C. Berdasarkan
pengamatan,
peneliti
menemukan
adanya
pembudayaan literasi, baik di dalam kelas maupun di area sekolah.
Gambar 4.8 guru kelas dan siswa melaksanakan pembiasaan membaca
Ada kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru dan siswa, kegiatan membaca yang dilakukan adalah membaca dalam hati (Sustained Silent Reading). Setiap siswa dan guru membaca masingmasing satu buku bacaan. Tidak hanya siswa yang melakukan pembiasaan membaca setiap hari, kegiatan tersebut juga diikuti oleh
79
guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan lain agar dapat menjadi contoh bagi siswa. Dalam
implementasinya,
pembiasaan
membaca
di
MI
Pembangunan UIN Jakarta memang dilaksanakan setiap hari, akan tetapi jadwal yang telah ditetapkan oleh perpustakaan kurang berjalan dengan baik. Untuk mengatasi hal tersebut, guru menyiasati dengan mengatur jadwal membaca di kelasnya masing-masing.
Gambar 4.9 Jadwal kegiatan literasi MI Pembangunan
Peneliti melakukan wawancara terhadap guru-guru terkait dengan pelaksanaan GLMP di kelas dan memperoleh informasi bahwa setiap hari siswa-siswi dibiasakan untuk membaca. Guru kelas 3 C mengatakan bahwa siswanya membaca setiap hari. “Anak-anak membaca setiap hari”20. Selain itu ada juga guru yang menerapkan saat pelajaran bahasa Indonesia seperti yang dikatakan oleh guru kelas 2 D “Kalau saya di setiap pelajaran Bahasa Indonesia”21, serta guru kelas 1 G “Saya melaksanakan sebelum mulai belajar di semua pelajaran bisa, tapi utamanya bahasa Indonesia.”22
20
Siti Mahsusiatin, Hasil wawancara dengan wali kelas 3 C MI Pembangunan UIN Jakarta, 11 April 2017 pukul 12.30 WIB. 21 Sarmadan Noor Daulay, Hasil wawancara dengan wali kelas 2 G MI Pembangunan UIN Jakarta, 10 April 2017 pukul 14.33 WIB. 22 Mumu Munawi, Hasil wawancara dengan wali kelas 1 G MI Pembangunan UIN Jakarta, 12 April 2017 pukul 14.00 WIB.
80
Dalam pelaksanaannya, ada yang melaksanakan pembiasaan membaca di awal pelajaran, di tengah, atau akhir pelajaran. Guru kelas 3 G mengatakan bahwa ia melaksanakan kegiatan membaca secara fleksibel. “Dulu terjadwal, sekarang disesuaikan waktunya dengan guru. Kalau saya fleksibel saja, misalnya sudah selesai pembelajaran baru kita sama-sama baca.”23
Gambar 4.10 Siswa membaca buku cerita
Hal ini sesuai dengan hasil observasi yang menunjukan bahwa pelaksanaan kegiatan membaca dilakukan setiap hari, namun tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan sebelumnya. Kegiatan membaca umumnya pada saat di awal pelajaran, tengah, atau akhir. Ada pula yang melaksanakannya di pelajaran bahasa Indonesia.
23
Afifah Hidayati, Hasil wawancara dengan wali kelas 3 G MI Pembangunan UIN Jakarta, 11 April 2017 pukul 09.00 WIB.
81
Gambar 4.11 Pembiasaan Membaca Buku
Peneliti juga mencoba mencari tahu lebih jauh tentang pembiasaan membaca di kelas dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa-siswa, sebagai berikut: Peneliti : “Apakah kalian masih melakukan pembiasaan membaca buku setiap hari? Fa : “Masih bu, baca buku cerita” Fn : “Masih” Na : “Tapi nggak kayak dulu waktunya.” Ns : “Masih bu, buku yang ada di kelas ini semua” Nr : “Kadang-kadang bacanya boleh di perpus tau bu” Ys : “Iya bener bu, masih baca” Bm : “Baca ko” La : “ Iya”24 Hasil wawancara dengan siswa kelas 3 C juga dapat diambil kesimpulan bahwa pembiasaan membaca dilakukan setiap hari namun tidak mengikuti jadwal yang telah ditentukan. Kegiatan membaca buku bersama dilakukan dengan melihat situasi dan kondisi kelas, serta waktu yang guru luangkan untuk membiasakan membaca. Dalam kebijakannya, GLMP dilengkapi dengan jurnal baca yang dimiliki oleh setiap guru kelas, tujuannya agar semua kegiatan membaca siswa dapat terekam dalam jurnal. Berdasarkan wawancara sebelumnya dengan pihak perpustakaan dinyatakan bahwa jurnal 24
Hasil wawancara dengan siswa-siswi kelas 3 C MI Pembangunan UIN Jakarta, 12 April 2017.
82
membaca di kelas wajib diisi oleh masing-masing guru kelas untuk kemudian diserahkan kepada pihak perpustakaan, namun pihak perpustakaan sendiri mengaku belum pernah memeriksa jurnal baca yang diberikan. “Ada laporannya, tapi di kelas rendah belum saya pantau.”25 Berdasarkan observasi, peneliti menemukan bahwa memang terdapat jurnal baca di setiap kelas, namun tidak difungsikan dengan baik. Setiap guru kelas memiliki masing-masing satu buah jurnal yang di dalamnya terdapat daftar buku bacaan yang ada di kelas, jadwal waktu membaca, serta daftar cek buku bacaan yang telah dibaca oleh siswa setiap harinya. Hal ini tidak berjalan dengan semestinya, ditemukan bahwa guru tidak mengisi jurnal membaca, ada pula yang hanya mengisi sebagian. Setelah dikonfirmasi ke guru kelas, memang pihak perpustakaan telah memberikan jurnal baca di tiap kelas, tapi setelah itu tidak ada kelanjutan untuk pemeriksaan laporan. Peneliti mencoba bertanya pada guru dan memperoleh informasi sebagai berikut: “Pernah ada list yang diberikan perpustakaan, waktu itu diisi tapi tidak rutin karena tidak dikembalikan, tidak ditanyakan dan tidak diperiksa. Ini ada di saya laporannya.”26
25 Samingan, Hasil wawancara dengan Kepala Perpustakaan sekaligus Ketua Literasi di MI Pembangunan UIN Jakarta, 10 April 2017 pukul 11.01 WIB. 26 Afifah Hidayati, Hasil wawancara dengan wali kelas 3 G MI Pembangunan UIN Jakarta, 11 April 2017 pukul 09.00 WIB.
83
Gambar 4.12 Jurnal GLMP
Gambar 4.13 Jurnal GLMP
Kedua gambar di atas merupakan jurnal membaca yang diberikan oleh pihak perpustakaan kepada setiap guru kelas. Berdasarkan observasi jurnal membaca di atas, guru tampak tidak melengkapi jurnal secara keseluruhan. Hal ini terbukti dengan jurnal yang hanya diisi
84
sebagian, itu pun hanya dicatat judul-judul buku ada di pojok baca siswa. Berkaitan dengan buku-buku yang ada di pojok baca siswa, bukubuku yang diperbolehkan dibaca siswa menurut kebijakan sekolah saat pembiasaan membaca di kelas adalah buku-buku cerita, dongeng, cerita nabi, buku-buku mengandung hikmah, serta komik edukatif. Hasil observasi menemukan kesesuaian dengan yang terjadi di lapangan. Beberapa guru memperbolehkan siswa membaca komik, dengan syarat komik yang dibaca mengandung unsur edukasi. Buku-buku yang peneliti temukan di setiap kelas pun sesuai dengan kriteria pemilihan jenis buku yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah. Buku-buku yang dibaca siswa saat pembiasaan membaca GLMP berasal dari orang tua siswa yang membawa dari rumah saat launching GLMP di sekolah. Buku-buku tersebut dihimpun dan disimpan di setiap kelas dan diletakkan di sudut/pojok baca.
Gambar 4.14 Pojok baca/sudut baca di setiap kelas
85
Gambar 4.15 koleksi buku bacaan siswa
Gambar 4.16 Buku disusun rapi di pojok kelas
Pojok baca berisi buku-buku dengan judul yang berbeda, bukubuku yang ada memang berasal dari siswa. Buku-buku yang ada merupakan buku non pelajaran. Setiap buku yang siswa bawa dari rumah terlebih dahulu ditelaah oleh guru kelas untuk memastikan buku tersebut layak baca anak. Peneliti juga menemukan kesamaan antara observasi dengan wawancara guru terhadap pengadaan buku di pojok kelas. “Anak-anak bawa satu atau dua buku dari rumah, diletakkan di pojok baca”27. Tujuannya agar buku-buku tersebut dapat dibaca secara
27
Afifah Hidayati, Hasil wawancara dengan wali kelas 3 G MI Pembangunan UIN Jakarta, 11 April 2017 pukul 09.00 WIB.
86
bergantian. “Buku-bukunya anak-anak bawa dari rumah, lalu dibaca secara bergantian.”28 Peneliti juga mengajukan pertanyaan kepada beberapa siswa . Peneliti : “Buku-buku yang ada di pojok baca dari mana asalnya nak?” Fn : “Kita bawa sendiri bu” Na : “Waktu itu ada edaran, suruh ngumpulin buku” Ns : “Mama yang beli, disuruh guru” Nr : “Punya sendiri bukunya” Ys : “Bukunya dari siswa bu” Bm : “Masing-masing bawa satu” La : “Ada yang dua sih bawanya”29 Dapat disimpulkan bahwa buku-buku memang berasal dari siswa untuk kemudian dibaca secara bergantian. Buku-buku diletakkan di pojok baca agar tersusun rapi dan tidak hilang, akan tetapi berdasarkan observasi ditemukan beberapa buku di pojok baca yang tidak terawat dengan baik.
Gambar 4.17 beberapa buku ada yang terlipat dan sobek
Ditemukan beberapa buku yang halamannya terlipat bahkan sobek. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa masih ada hal-hal yang perlu 28 Syukri Rifa’i, Hasil wawancara dengan wali kelas 2 D MI Pembangunan UIN Jakarta, 12 April 2017 pukul 14.20 WIB. 29 Hasil wawancara dengan siswa-siswi kelas 3 C MI Pembangunan UIN Jakarta, 12 April 2017.
87
diperhatikan dalam pembiasaan membaca yaitu mengenai cara merawat buku-buku bacaan yang ada di kelas. Selain pembiasaan membaca yang setiap hari digalakkan dalam program GLMP, ada hal-hal yang dilakukan pihak sekolah dalam menumbuhkan budaya literasi di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta, diantaranya adalah dengan menciptakan lingkungan sekolah yang literat melalui pengadaan poster-poster seruan yang dipajang di dalam maupun luar kelas. Majalah dinding juga dimaksimalkan keberadaaannya dalam meningkatkan minat baca siswa. “Termasuk dalam gerakan literasi dengan menghadirkan nuansa di mana dihidupkannya mading, papan-papan yang dipajang, mendorong budaya literasi, walaupun kita tahu bahwa yang utama adalah perpustakaan paling representatif. Itu faktor yang paling menentukan terjadinya budaya literasi yang kita sedang bangun di MI Pembangunan.”30 Hal itu senada dengan hasil observasi yang menunjukkan bahwa sekolah menghadirkan suasana berbudaya literasi. Di sekolah terdapat poster-poster yang dipajang di sekitar area sekolah, poster berisi motivasi agar siswa gemar membaca, menghemat air, membuang sampah pada tempatnya, dan lain-lain.
Gambar 4.18 poster di area sekolah
30
Yon Sugiono, Hasil wawancara dengan Kepala MI Pembangunan UIN Jakarta, 11 April 2017 pukul 07.39 WIB.
88
Tak hanya poster berisi seruan, hasil observasi menemukan bahwa terdapat mading-mading kelas yang mendukung pembudayaan literasi. Setiap kelas memiliki bahan kaya teks yang ditempel pada dinding kelas dan mading (majalah dinding). Mading berisi hasil karya tulis siswa berupa puisi, cerita pendek, komik anak, dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara terhadap beberapa guru kelas 2 dan 3 MI terkait mading yang ada di tiap kelas. “Ada mading, hasil karya seperti puisi, dan lain-lain, diketik nanti ditempel agar yang lain bisa baca. Tergantung guru sebenarnya, apakah mau mengajak siswa untuk berkarya tulis atau tidak.”31 Guru kelas 1 G juga mengatakan bahwa di kelasnya terdapat mading kelas.“Pembuatan mading kelas. Saya juga suka menempel karya anak misalnya puisi, lalu ditempel.”32 Sama halnya dengan guru kelas 2 C yang sering mengisi mading kelas. “Awalnya kosong, lalu lama-lama diisi hasil karya seperti karya seni, juga puisi, poster, anakanak buat sendiri.”33 Berbeda halnya dengan pendapat guru kelas satu, yang mengatakan bahwa untuk kelas satu belum ada penugasan untuk membuat mading. “Kalau untuk mading masih guru yang membuat, mereka diarahkan untuk baca saja. Kalau bikin puisi dan lainnya kan juga belum bisa, masih kelas satu.”34 Selain mading kelas, ada pula mading di area sekolah yang penuh berisi karya tulis siswa untuk dibaca oleh siswa lainnya di seluruh jenjang kelas.
31
Afifah Hidayati, Hasil wawancara dengan wali kelas 3 G MI Pembangunan UIN Jakarta, 11 April 2017 pukul 09.00 WIB. 32 Mumu Munawi, Hasil wawancara dengan wali kelas 1 G MI Pembangunan UIN Jakarta, 12 April 2017 pukul 14.00 WIB. 33 Ria Aryasatyani, Hasil wawancara dengan wali kelas 2 C MI Pembangunan UIN Jakarta, 12 April 2017 pukul 09.30 WIB. 34 Cici, Hasil wawancara dengan wali kelas 1 H MI Pembangunan UIN Jakarta, 12 April 2017 pukul 15.12 WIB.
89
Gambar 4.19 Mading MI Pembangunan
Gambar 4.20 Mading berisi karya tulis siswa
Banyaknya poster dan mading di sekolah diharapkan dapat mendukung terlaksananya budaya literasi di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta. Mading dan poster dibuat dengan menarik dan sedemikian rupa agar dapat menarik minat siswa untuk membaca. Tidak hanya sampai di situ, peran penguatan perpustakaan juga digalakkan agar siswa lebih sering membaca buku.
90
Gambar 4.21 Perpustakaan MP UIN Jakarta
Gambar 4.22 Siswa meminjam buku oleh petugas perpustakaan
Sesuai dengan kebijakannya, perpustakaan tak hanya digunakan untuk membaca buku saja, tapi juga dapat digunakan sebagai sarana belajar. Dengan memanfaatkan perpustakaan sebagai tempat belajar berarti memaksimalkan fungsi perpustakaan sebagai pusat informasi, di perpustakaan banyak buku-buku yang bisa dibaca siswa selain dari buku pelajaran yang mereka pelajari di dalam kelas.
91
Gambar 4.23 Siswa mengerjakan tugas di perpustakaan
Gambar 4.24 Siswa belajar di perpustakaan
Guru dapat mengajak siswa untuk belajar di perpustakaan setelah sebelumnya mendaftar, banyaknya pararel kelas membuat daya tampung perpustakaan tidak mencukupi, untuk itu ada mekanisme pelaporan dari guru untuk menggunakan perpustakaan sebagai ruang belajar meskipun demikian masih ada saja guru yang tidak menaati aturan tersebut. “Idealnya sesuai dengan jadwal, sebelum menggunakan perpustakan sebagai sarana belajar guru harus konfirmasi dulu. Jangan sampai semua anak belajar di sini, lalu daya tampungnya tidak memenuhi. Ada guru yang tertib, tapi ada juga yang masukmasuk saja tanpa laporan terlebih dahulu.”35 35
Samingan, Hasil wawancara dengan Kepala Perpustakaan sekaligus Ketua Literasi di MI Pembangunan UIN Jakarta, 10 April 2017 pukul 11.01 WIB.
92
Fasilitas yang ada di perpustakaan MI Pembangunan UIN Jakarta terbilang lengkap, bahkan kini terdapat ruang multimedia yang menyediakan beberapa unit komputer yang bisa digunakan oleh siswa.
Gambar 4.25 Siswa mengakses internet di perpustakaan
“Komputer di sini kami fasilitasi dengan akses internet untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Biasanya siswa menggunakan untuk mencari arti kata yang sulit atau untuk membaca e-book, tapi tidak boleh digunakan untuk bermain”36 Berdasarkan observasi, wawancara, serta dokumentasi yang telah dihimpun oleh peneliti, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa pelaksanaan pembiasaan membaca GLMP di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta khususnya pada kelas rendah adalah sebagai berikut: a. Pembiasaan membaca GLMP dilakukan setiap hari selama 10-15 menit, tapi tidak dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditetapkan oleh perpustakaan. Sebisa mungkin guru mengatur waktu membaca di awal, tengah, atau akhir pelajaran. b. Kegiatan membaca yang dilakukan di kelas rendah (1, 2, dan 3) adalah membaca dalam hati (Suistained silent reading).
36
Samingan, Hasil wawancara dengan Kepala Perpustakaan sekaligus Ketua Literasi di MI Pembangunan UIN Jakarta, 10 April 2017 pukul 11.01 WIB.
93
c. Kegiatan GLMP diikuti oleh siswa, guru, kepala sekolah serta seluruh warga MI Pembangunan UIN Jakarta d. Terdapat jurnal baca dari kepala perpustakaan sekaligus ketua literasi di MP UIN Jakarta, namun jurnal baca tidak diisi atau dilengkapi oleh guru kelas. Guru mengakui bahwa selama ini tidak ada pengecekan atau instruksi lanjutan dari pihak perpustakaan, sementara itu pihak perpustakaan mengatakan bahwa belum ada laporan yang disampaikan oleh guru. e. Buku-buku yang terdapat di pojok baca terdiri dari buku dongeng, buku cerita para nabi, kisah-kisah teladan, cerita rakyat, dan beberapa komik edukatif. f. Setiap kelas memiliki pojok baca dengan buku-buku yang tersusun rapi, tapi ditemukan ada kelas dengan buku-buku yang terlipat dan sobek di beberapa bagiannya. g. Buku di pojok baca berasal dari siswa setelah sebelumnya pihak sekolah memberikan surat edaran kepada orang tua siswa untuk membawa minimal satu buah buku bacaan anak. h. Terdapat poster atau seruan yang terdapat di lingkungan sekolah, terutama tentang keteladanan, pembiasaan hidup sehat, dan lainlain. i. Terdapat mading (majalah dinding) yang mendukung budaya literasi di MI Pembangunan, mading ada yang di dalam kelas dan luar kelas. j. Fasilitas perpustakaan sudah sangat baik dan menarik siswa untuk berkunjung setiap hari k. Siswa meminjam buku menggunakan Kartu Pelajar, setiap satu semester diumumkan pengunjung dan peminjam buku terbanyak untuk diberikan hadiah buku dari perpustakaan l. Selain sebagai ruang membaca, perpustakaan sering digunakan sebagai tempat belajar bagi siswa
94
m. Guru dapat mengajak siswa belajar di perpustakaan dengan izin dan konfirmasi terlebih dahulu, tapi ada guru yang tidak tertib, tidak melapor dan langsung membawa siswa ke perpustakaan n. Di perpustakaan terdapat beberapa unit komputer yang digunakan siswa untuk mencari arti kata sulit dan membaca buku elekronik. Siswa tidak diperkenankan menggunakan komputer untuk bermain.
3. Karakter Siswa Kelas Rendah MI Pembangunan UIN Jakarta Dalam teorinya, ada berbagai hal yang dapat membentuk karakter seseorang. Salah satu hal yang dapat mempengaruhi pembentukan karakter adalah berasal dari lingkungan, baik lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, atau pun lingkungan yang bersifat kesusasteraan. Lingkungan kesusasteraan dapat berasal dari buku-buku bacaan yang dibaca oleh seseorang, walaupun pengaruhnya tidak sebesar dari lingkungan keluarga, namun buku-buku bacaan juga memiliki andil dalam pembentukan karakter seseorang. Tujuan utama pembiasaan membaca yang dikemas dalam Gerakan Literasi Madrasah Pembangunan adalah dalam pembentukan karakter siswa, untuk itu MI Pembangunan UIN Jakarta terus menggalakkan gerakan ini. Berbicara mengenai karakter, ada 18 nilai-nilai karakter yang ditetapkan pemerintah untuk dikembangkan di sekolah. Pada bab 2 telah dijelaskan definisi singkat dari setiap nilai karakter dan sebanyak tiga nilai karakter dijelaskan dengan lebih lengkap sebab peneliti membatasi tiga nilai karakter yang hendak diteliti.
95
Membaca erat kaitannya dalam pembentukan karakter siswa, hal ini didasari bahwa buku-buku bacaan, baik itu buku dongeng, cerita nabi, buku seri petualangan dan yang lainnya mengandung nilai-nilai moral yang dapat diresapi oleh orang yang membacanya. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa membaca memang memiliki banyak manfaat, terlebih jika kegiatan membaca menjadi budaya.. Berikut ini merupakan beberapa nilai karakter yang ada pada siswa kelas rendah Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta
a. Aspek Kejujuran Siswa Jujur adalah perilaku seseorang yang menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Aspek kejujuran siswa di sekolah dapat diamati dalam hal mengerjakan tugas dengan kemampuan sendiri, mengerjakan ulangan sendiri, mengatakan sesuatu yang sebenarnya, mengakui kesalahan, melapor pada guru jika menemukan sesuatu di sekolah, bercerita yang sebenarnya, dan lain-lain. Berdasarkan hasil angket dapat diperoleh informasi bahwa: Tabel 4. 4 Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan kemampuan sendiri No item
1
Alternatif jawaban Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Jumlah
F
P (%)
25 2 0 1 28
89 7 0 4 100
Pada butir angket 1 dengan pernyataan “Saya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan kemampuan saya sendiri”, diperoleh data sebanyak 25 siswa atau setara dengan 89% siswa menjawab sering mengerjakan tugas dengan kemampuan sendiri, 2 siswa atau 7% siswa
96
menjawab kadang-kadang, 0 jarang, 1 siswa atau setara dengan 4% siswa menjawab tidak pernah. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa memilih untuk mengerjakan tugas sendiri, hal ini membuktikan bahwa kejujuran siswa cukup tinggi. Untuk memperkuat pernyataan ini peneliti juga melakukan observasi dengan mengamati keseharian siswa secara langsung, ternyata dalam pembelajaran ditemukan bahwa siswa dengan jujur mengerjakan tugas sesuai dengan kemampuan sendiri.
Gambar 4. 26 Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru sesuai kemampuan
Tidak hanya ketika mengerjakan tugas, siswa juga membiasakan untuk mengerjakan ulangan dengan kemampuan siswa sendiri, hal ini sesuai dengan butir angket 2. Tabel 4.5 Siswa mengerjakan soal ulangan tanpa bertanya pada teman No item
2
Alternatif jawaban Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Jumlah
F
P (%)
26 2 0 0 28
93 7 0 0 100
Dari data di atas diketahui bahwa pada pernyataan “Saya mengerjakan soal ulangan tanpa bertanya pada teman”, diperoleh data
97
sebesar 26 siswa atau setara dengan 93% siswa menjawab sering mengerjakan soal ulangan tanpa bantuan teman, 2 siswa atau 7% siswa menjawab kadang-kadang, serta 0 siswa atau 0% siswa yang menjawab jarang dan tidak pernah. Mayoritas siswa dengan jujur mengerjakan soal ulangan sendiri tanpa bertanya pada teman meskipun siswa merasa kesulitan, mereka memilih bertanya pada guru. Kejujuran siswa juga tampak dengan sikap siswa yang berkata segala sesuatu dengan sebenarnya baik terhadap teman atau pun guru. Tabel 4. 6 Siswa mengatakan sesuatu yang sebenarnya No item
3
Alternatif jawaban Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Jumlah
F
P (%)
19 9 0 0 28
68 32 0 0 100
Pada butir ketiga dengan pernyataan “Saya mengatakan sesuatu yang sebenarnya, baik terhadap teman ataupun guru”, diperoleh data sebanyak 19 siswa atau setara dengan 68% siswa menjawab sering mengatakan sesuatu yang sebenarnya terhadap teman dan guru, 9 siswa atau 32% siswa menjawab kadang-kadang, serta 0 siswa atau 0% siswa yang menjawab jarang dan tidak pernah. Sebagian siswa mengatakan bahwa mereka mengatakan yang sebenarnya, meskipun ada beberapa siswa yang masih kurang terbuka untuk mengatakan yang mereka rasakan atau pikirkan tentang sesuatu hal. Ketika melakukan sebuah kesalahan, mayoritas siswa mengakui kesalahan yang mereka perbuat sesuai dengan pernyataan pada butir angket 4.
98
Tabel 4.7 Mengakui kesalahan yang dilakukan terhadap teman dan guru No item
4
Alternatif jawaban Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Jumlah
F
P (%)
20 8 0 0 28
71 29 0 0 100
Data di atas menggambarkan bahwa pada pernyataan “Saya mengakui kesalahan yang saya lakukan terhadap teman atau guru”, diperoleh data sebanyak
20 siswa atau setara dengan 71% siswa
menjawab sering mengakui kesalahan terhadap teman dan guru, 8 siswa atau 29% siswa menjawab kadang-kadang, serta 0 siswa atau 0% siswa yang menjawab jarang dan tidak pernah. Berdasarkan observasi, ketika siswa melakukan kesalahan terhadap teman atau pun guru, siswa tidak malu untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf. Kejujuran siswa juga tergambar ketika mereka menemukan uang yang bukan milik mereka di sekolah. Tabel 4.8 Melaporkan pada guru jika menemukan uang di sekolah No item
5
Alternatif jawaban Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Jumlah
F
P (%)
27 1 0 1 28
96 4 0 4 100
Pada butir angket 5 dengan pernyataan “Saya melaporkan pada guru jika menemukan uang di sekolah”, diperoleh data sebanyak 27 siswa atau setara dengan 96% siswa menjawab sering mengatakan pada guru jika menemukan uang di sekolah, 1 siswa atau 4% siswa menjawab kadang-
99
kadang, serta 0 siswa atau 0% siswa yang menjawab jarang dan tidak pernah. Berdasarkan wawancara dengan guru kelas 3 C, peneliti mendapat informasi bahwa siswa dan siswi MI Pembangunan UIN Jakarta selalu melaporkan jika menemukan uang di sekolah. “Kalo ada yang nemu uang langsung di kasih ke guru kelas, terus guru kelas konfirmasi ke anak-anak nanya itu milik siapa, gitu. Anak-anak jujur sih kalo masalah uang. Kalo sedang bukan jam pelajaran guru kelas mereka bilang ke guru lain atau ke ruang guru”37 Kejujuran siswa juga dapat tercermin dari sikap mereka ketika memiliki masalah, sebagian siswa bersikap terbuka dalam mengemukakan masalah mereka terhadap guru dan teman. Tabel 4.9 Bercerita yang sebenarnya terhadap teman dan guru ketika memiliki masalah No item
6
Alternatif jawaban Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Jumlah
F
P (%)
18 10 0 0 28
64 36 0 0 100
Berdasarkan tabel di atas, pada pernyataan “Saya bercerita yang sebenarnya terhadap teman dan guru ketika memiliki masalah”, diperoleh data sebanyak 18 siswa atau setara dengan 64% menjawab sering bercerita yang sebenarnya terhadap teman dan guru ketika memiliki masalah, 10 siswa atau 36% siswa menjawab kadang-kadang, serta 0 siswa atau 0% siswa yang menjawab jarang dan tidak pernah. Pada butir angket 7 kejujuran siswa dapat terlihat dalam tabel berikut: 37
Siti Mahsusiatin, Hasil wawancara dengan wali kelas 3 C MI Pembangunan UIN Jakarta, 11 April 2017 pukul 12.30 WIB.
100
Tabel 4. 10 Berterus terang ketika merasakan suasana yang kurang nyaman di kelas No item
7
Alternatif jawaban Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Jumlah
F
P (%)
16 12 0 0 28
57 43 0 0 100
Pernyataan siswa yang berisi “Saya berterus terang ketika merasakan suasana yang kurang nyaman di kelas”, diperoleh data sebesar 16 siswa atau setara dengan 57% siswa menjawab sering berterus terang ketika merasakan kurang nyaman di kelas, 12 siswa atau 43% siswa menjawab kadang-kadang, serta serta 0 siswa atau 0% siswa yang menjawab jarang dan tidak pernah. Ketidaknyamanan siswa di kelas sudah secara jujur mereka ungkapkan, biasanya mereka berkata jika merasa sakit, sehingga guru bisa lekas membawa siswa ke ruang UKS. Jika merasa terganggu terhadap teman di kelas, mereka juga mengungkapkannya kepada guru seperti dalam tabel berikut ini: Tabel 4.11 Mengatakan pada guru jika merasa terganggu di kelas No item
8
Alternatif jawaban Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Jumlah
F
P (%)
15 10 2 1 28
54 36 7 4 100
Pada butir angket 8 dengan pernyataan “Saya mengatakan pada guru jika merasa terganggu di kelas”, diperoleh data sebesar 15 siswa atau setara dengan 54% siswa menjawab sering mengatakan pada guru jika
101
merasa terganggu di kelas, 10 siswa atau 36% siswa menjawab kadangkadang, 2 siswa atau 7% siswa menjawab jarang, serta 1 siswa atau 4% siswa mejawab tidak pernah. Ketika menjawab soal ulangan, siswa juga menjawab dengan yang telah mereka pelajari baik di sekolah atau di rumah.
Tabel 4. 12 Menjawab soal ulangan sesuai dengan pengetahuan siswa No item
9
Alternatif jawaban Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Jumlah
F
P (%)
28 0 0 0 28
100 0 0 0 100
Pada butir angket 9 dengan pernyataan “Saya menjawab soal ulangan sesuai yang diketahui oleh saya”, diperoleh data sebanyak 28 siswa atau setara dengan 100% siswa menjawab sering menjawab soal ulangan sesuai dengan yang mereka ketahui, serta serta 0 siswa atau 0% siswa yang menjawab kadang-kadang, jarang dan tidak pernah. Siswa tidak menyalin jawaban teman atau pun bertanya dengan teman. Selama ulangan berlangsung, siswa mengerjakannya sendiri sesuai dengan apa yang mereka telah ketahui dan pelajari. Tabel 4.13 Menjawab pertanyaan guru berdasarkan yang siswa pelajari No item
10
Alternatif jawaban Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Jumlah
F
P (%)
24 4 0 0 28
86 14 0 0 100
102
Pada butir angket 10 dengan pernyataan “Saya menjawab pertanyaan guru berdasarkan yang telah dipelajari oleh saya”, diperoleh data sebesar 24 siswa atau setara dengan 86% siswa menjawab sering 4 siswa atau 14% menjawab kadang-kadang, serta 0 siswa atau 0% siswa yang menjawab jarang dan tidak pernah. Berdasarkan
sepuluh
pernyataan
mengenai
aspek
karakter
kejujuran siswa, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kejujuran siswa dalam hal belajar, mengerjakan tugas, mengerjakan pekerjaan rumah, jujur ketika menemukan uang di sekolah, dan yang lainnya sudah sangat baik. Hal ini mengindikasikan bahwa buku-buku cerita siswa yang banyak mengandung nilai-nilai kejujuran turut menyumbang pengaruh positif di samping faktor-faktor lainnya seperti pola asuh orang tua, guru sebagai role model, dan lain-lain. Hanya saja, kejujuran dalam aspek menyatakan pendapat, perasaan, atau bercerita ketika ada masalah masih belum sepenuhnya dilakukan oleh siswa. b. Aspek Kedisiplinan Siswa Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan perarturan yang berlaku. Di sekolah, kedisiplinan siswa dapat tercermin dari kepatuhan siswa terhadap aturan dan tata tertib yang ada di sekolah. Kepatuhan tersebut dapat diwujudkan dengan tertibnya waktu datang dan pulang sekolah, berbaris rapi dan membaca doa sebelum memulai pelajaran, mengikuti salat dzuhur berjamaah di masjid sekolah tepat waktu, mengikuti upacara bendera dengan tertib, memakan bekal makanan pada jam istirahat, mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan baik, melaksanakan tugas piket kelas sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, mengumpulkan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru tepat waktu, memakai seragam sekolah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, dan membawa buku sekolah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
103
Tabel 4.14 Siswa datang dan pulang sekolah tepat waktu No item
11
Alternatif jawaban Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Jumlah
F
P (%)
23 5 0 0 28
82 18 0 0 100
Pada butir angket 11 dengan pernyataan “Saya datang dan pulang sekolah tepat waktu”, diperoleh data sebanyak 23 siswa atau setara dengan 82% siswa menjawab sering datang dan pulang sekolah tepat waktu, 5 siswa atau 18% siswa menjawab kadang-kadang, serta 0 siswa atau 0% siswa yang menjawab jarang dan tidak pernah. Hal ini mengasumsikan bahwa siswa disiplin waktu berangkat dan pulang sekolah, berdasarkan observasi hanya beberapa siswa yang kadangkadang datang terlambat atau pulang telat karena menunggu jemputan.
Gambar 4. 27. Siswa datang tepat waktu dan berbaris rapi sebelum masuk kelas
Kedisiplinan juga tampak pada saat siswa-siswi berbaris rapi sebelum masuk ke dalam kelas.
104
Tabel 4.15 Siswa berbaris rapi dan membaca doa sebelum memulai pelajaran No item
12
Alternatif jawaban Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Jumlah
F
P (%)
23 4 1 0 28
82 14 4 0 100
Sesuai dengan butir angket 12 dengan pernyataan “Saya berbaris rapi dan membaca doa sebelum memulai pelajaran”, diperoleh data sebanyak 23 siswa atau 82% siswa menjawab sering berbaris rapi dan membaca doa sebelum memulai pembelajaran, 4 siswa atau 14% siswa menjawab kadang-kadang, 1 siswa atau 4% siswa menjawab jarang, dan 0 siswa atau 0% siswa menjawab tidak pernah.
Gambar 4. 28. Siswa berbaris rapi sebelum masuk kelas
Berdasarkan observasi, diketahui bahwa guru kelas memimpin siswa untuk berbaris setiap pagi. Pukul 07.00 bel masuk sekolah berdering, siswa yang tengah berada di dalam kelas atau pun yang sedang bermain di lapangan langsung berbaris di depan kelas tanpa menunggu perintah guru. Mereka membagi ke dalam dua kelompok, satu baris laki-laki dan satu baris perempuan. Mereka berbaris dengan tertib, sesekali ada 1-2 siswa
105
yang mengobrol tapi langsung ditegur oleh guru kelas dan kembali berbaris dengan tertib.
Gambar 4. 29 Siswa melakukan HC (Habittual Curriculum) yaitu membaca doa sebelum belajar.
Setelah berbaris dan melakukan senam ringan bersama dengan guru kelas, siswa duduk di tempat mereka masing-masing untuk melaksanakan HC (Habbitual Curriculum), yaitu membaca hapalan doa-doa harian, surahsurah pendek, dan membaca Al-quran dengan metode tilawati hingga pukul 08.00. seluruh siswa mengikuti pembiasaan tersebut dengan tenang, guru menegur siswa jika ada siswa yang mulai tidak memperhatikan atau tidak ikut membaca hapalan doa-doa. Kedisiplinan siswa juga tampak dengan kegiatan salat dzuhur berjamaah yang setiap hari diikuti oleh siswa bersama dengan guru-guru dan kepala sekolah. Tabel 4.16 Siswa salat dzuhur berjamaah di sekolah No item
13
Alternatif jawaban Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Jumlah
F
P (%)
26 2 0 0 28
93 7 0 0 100
106
Pada butir angket 13 dengan pernyataan “Saya mengikuti salat dzuhur berjamaah di masjid sekolah tepat waktu”, diperoleh data sebanyak 26 siswa atau setara dengan 93% siswa menjawab sering mengikuti salat dzuhur berjamaah di sekolah, 2 siswa atau 7% siswa menjawab kadang-kadang, serta 0 siswa atau 0% siswa yang menjawab jarang dan tidak pernah. Berdasarkan observasi, peneliti menemukan kesesuaian dengan apa yang dinyatakan oleh siswa dalam angket. Setiap hari, siswa rutin melaksanakan salat dzuhur berjamaah di mesjid atas bimbingan dewan guru serta kepala sekolah.
Gambar. 4. 30 Siswa mengambil wudhu bersama dengan guru
Ada dua buah tempat wudhu yang diperuntukkan siswa laki-laki dan perempuan. Guru mengawasi siswa ketika mengambil wudhu agar mereka tidak bercanda serta agar guru dapat memastikan bahwa siswa telah berwudhu dengan benar.
107
Gambar 4. 31 Siswa-siswi bergantian mengambil air wudhu
Seluruh siswa berbaris dan bergantian mengambil air wudhu, guru melakukan pengawasan dan mengingatkan agar siswa menghemat penggunaan air. Air tidak boleh dibuang percuma, selain untuk berwudhu guru menegur siswa jika ada yang bermain air.
Gambar 4. 32 Siswa-siswi salat berjamaah dengan tertib
108
Gambar 4. 33 Salat berjamaah diimami oleh guru dan doa yang dipimpin oleh siswa secara bergantian
Selama salat berjamaah, peneliti tidak menemukan siswa yang tidak tertib atau bercanda selama salat berlangsung. Ketika selesai salat pun, siswa membaca dzikir dan doa bersama dengan tenang, setiap siswa ditugaskan secara bergantian untuk memimpin teman-teman yang lain berdoa. Salat berjamaah berjalan dengan khidmat dan tenang, di akhir guru mengajak siswa membuat barisan melingkar dan saling bersalaman.
Gambar 4. 34 Siswa dan guru bersalaman setelah salat
109
Kedisiplinan siswa juga tercermin dari upacara senin pagi yang dilaksanakan di halaman sekolah dengan tertib. Upacara dilaksanakan untuk menumbuhkan rasa nasionalisme, menghargai jasa para pahlawan, dan sebagai kegiatan dalam mendisiplinkan siswa.
Tabel 4.17 Siswa mengikuti upacara bendera dengan tertib No item
14
Alternatif jawaban Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Jumlah
F
P (%)
23 5 0 0 28
82 18 0 0 100
Pada butir angket 14 dengan pernyataan “Saya mengikuti upacara dengan tertib”, diperoleh data sebanyak 23 siswa atau setara dengan 82% siswa menjawab sering mengikuti upacara dengan tertib, 5 siswa atau 18% siswa menjawab kadang-kadang, serta 0 siswa atau 0% siswa yang menjawab jarang dan tidak pernah. Berdasarkan observasi, peneliti mengamati kegiatan upacara setiap hari senin pagi yang berjalan dengan tertib, hanya ada satu-dua siswa yang mengobrol, itu pun langsung mendapat teguran dari guru.
Gambar 4. 35 Upacara senin pagi berjalan dengan tertib
110
Ketika upacara berlangsung, siswa diwajibkan menggunakan pakaian seragam lengkap dengan topi dan dasi bagi laki-laki, serta jilbab berwarna putih bagi perempuan. Siswa tidak diperkenankan menggunakan sepatu selain hitam, baju kemeja dimasukkan ke dalam celama/rok.
Gambar 4. 36 Beberapa siswa menjadi petugas upacara
Aspek kedisiplinan siswa yang selanjutnya adalah disiplin saat jam istirahat. Siswa diperbolehkan makan hanya pada saat jam istirahat. Tabel 4.18 Siswa memakan bekal makanan pada jam istirahat No item
15
Alternatif jawaban Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Jumlah
F
P (%)
17 9 2 0 28
61 32 7 0 100
Pada butir angket 15 dengan pernyataan “Saya memakan bekal pada jam istirahat”, diperoleh data sebanyak 17 siswa atau setara dengan 61% siswa menjawab sering memakan bekal makanan pada jam istirahat, 9 siswa atau 32% siswa menjawab kadang-kadang, 2 siswa atau 7% menjawab jarang, serta 0 siswa atau 0% siswa menjawab tidak pernah.
111
Gambar 4. 37 Siswa dan guru mengantri untuk membeli makanan
Tidak semua siswa membawa bekal makan dari rumah, untuk itu di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta disediakan kantin yang bersih dan nyaman dengan banyak pilihan menu makanan. Kantin tersebut diperuntukkan siswa, guru, serta seluruh warga sekolah.
Gambar 4. 38 Siswa makan di kantin sekolah
112
Gambar 4. 39 Sebagian siswa membawa bekal makan dari rumah
Siswa
yang
membawa
bekal
makan
dari
rumah
dapat
menghabiskan makannya di dalam kelas, sebagian besar siswa memang membawa bekal makanan dan ketika istirahat mereka berada di dalam kelas.
Gambar 4. 40 Saat istirahat ada siswi yang memakan bekal sambil membaca
Siswa menghabiskan bekal makanan seraya mengobrol dengan teman atau bahkan ada pula yang sambil membaca komik dan buku bacaan lainnya yang mereka pinjam dari perpustakaan sekolah. Dalam mengerjakan tugas, siswa melakukannya dengan baik seperti yang tersaji dalam tabel berikut ini:
113
Tabel 4.19 Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan baik No item
16
Alternatif jawaban Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Jumlah
F
P (%)
24 4 0 0 28
86 14 0 0 100
Pada butir angket 16 dengan pernyataan “Saya mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan baik”, diperoleh data sebanyak 24 siswa atau setara dengan 86% siswa menjawab sering mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan baik, 4 siswa atau 14% siswa menjawab kadangkadang, serta 0 siswa atau 0% siswa yang menjawab jarang dan tidak pernah. Di sekolah, ada jadwal piket yang telah diatur oleh guru kelas. Tugas piket meliputi membersihkan papan tulis, memimpin doa, membuang sampah, dan lain-lain. pada siswa kelas 3 C, Tabel 4. 20 Siswa melaksanakan tugas piket kelas sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan No item
17
Alternatif jawaban Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Jumlah
F
P (%)
25 2 0 1 28
89 7 0 4 100
Pada butir angket 17 dengan pernyataan “Saya melaksanakan tugas piket kelas sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan”, diperoleh data
114
sebanyak 25 siswa atau setara dengan 89% siswa menjawab sering melaksanakan tugas piket kelas sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, 2 siswa atau 7% menjawab kadang-kadang, 1 siswa atau 4% menjawab jarang, serta 0 siswa atau 0% menjawab tidak pernah.
Gambar 4. 41 Siswa melaksanakan tugas piket
Peneliti menemukan kesesuaian antara pernyataan siswa dan keadaan yang sebenarnya. Di kelas, siswa yang mendapat tugas piket bertanggungjawab atas tugas-tugasnya di kelas. Pada gambar ada seorang siswa yang sedang menghapus papan tulis Selain pemberian tugas piket yang rutin dilaksanakan oleh siswa, guru juga rutin memberikan pekerjaan rumah terhadap siswa. Pada butir angket 18 dijelaskan tentang pernyataan siswa mengenai pengumpulan pekerjaan rumah sebagai berikut: Tabel 4.21 Siswa mengumpulkan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru tepat waktu. No item
18
Alternatif jawaban Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Jumlah
F
P (%)
20 7 1 0 28
71 25 4 0 100
115
Tabel berikut berisi tentang
pernyataan “Saya mengumpulkan
pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru tepat waktu”, diperoleh data sebanyak 20 siswa atau setara dengan 71% siswa menjawab sering mengumpulkan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru tepat waktu, 7 siswa atau 25% siswa menjawab kadang-kadang, 1 siswa atau 4% menjawab jarang, serta 0 siswa atau 0% menjawab tidak pernah. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, sebagian besar siswa mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik dan dikumpulkan pada saat pelajaran tersebut berlangsung, tapi masih ada siswa yang tidak tepat waktu dalam mengumpulkan tugas karena mengaku bukunya tertinggal di rumah. Di sekolah, ada peraturan mengenai penggunaan seragam setiap harinya. Siswa wajib menaati aturan tersebut, siswa tidak diperkenankan memakai seragam selain seragam yang telah ditentukan. Tabel 4.22 Siswa memakai seragam sekolah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan No item
19
Alternatif jawaban Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Jumlah
F
P (%)
28 0 0 0 28
100 0 0 0 100
Pada pernyataan “Saya memakai seragam sekolah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan”, diperoleh data sebanyak 28 siswa atau setara dengan 100% siswa menjawab sering memakai seragam sekolah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, serta 0 siswa atau 0% siswa yang menjawab kadang-kadang, jarang dan tidak pernah. Peneliti juga melihat bahwa seluruh siswa menggunakan seragam yang telah dijadwalkan oleh pihak sekolah, selama peneliti mengobservasi
116
memang tidak ditemukan siswa yang menggunakan seragam tidak sesuai jadwal. Selain peraturan menggunakan seragam sesuai dengan jadwal, pihak sekolah juga menentukan jadwal pelajaran, setiap siswa diwajibkan membawa buku pelajaran serta buku catatan dari rumah. Tabel 4.23 Siswa membawa buku sekolah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan No item
20
Alternatif jawaban Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Jumlah
F
P (%)
26 2 0 0 28
93 7 0 0 100
Tabel di atas menggambarkan pernyataan “Saya membawa buku sekolah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan”, diperoleh data sebanyak 26 siswa atau 93% siswa menjawab sering membawa buku sekolah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, 2 siswa atau 7% siswa menjawab kadang-kadang, serta 0 siswa atau 0% siswa yang menjawab jarang dan tidak pernah. Hal ini mengindikasikan bahwa hampir seluruh siswa memiliki disiplin yang tinggi dalam hal membawa buku pelajaran ke sekolah. Berdasarkan hasil angket dan observasi yang peneliti lakukan, peneliti dapat menarik simpulan bahwa karakter kedisiplinan siswa sudah cukup tinggi, siswa mematuhi aturan yang ada di sekolah dengan baik. Untuk selanjutnya, penanaman nilai-nilai karakter kedisiplinan harus tetap secara intensif dilakukan, sebab dalam membentuk karakter siswa menjadi disiplin bukan hal yang instan dilakukan, sehingga harus ada penanaman nilai yang berkelanjutan agar kedisiplinan siswa di sekolah terus terjaga.
117
c. Aspek Rasa Ingin Tahu Siswa Rasa ingin tahu merupakan perasaan yang seseorang untuk mengetahui lebih banyak dan lebih dalam tentang sesuatu hal secara lebih mendetai. Di sekolah, rasa ingin tahu siswa dapat terlihat dari sikap siswa yang sering bertanya pada guru tentang pelajaran, hal-hal yang mereka lihat di televisi, berita yang dilihat di koran, tentang pelajaran yang tidak dibahas di kelas, tentang perubahan lingkungan alam di sekolah, tentang perkembangan teknologi, senang membaca ensiklopedia untuk menambah pengetahuan dan mengakses buku elektronik untuk mencari pengetahuan. Tabel 4.24 Siswa bertanya pada guru tentang pelajaran yang belum dimengerti No item
21
Alternatif jawaban Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Jumlah
F
P (%)
15 11 2 0 28
54 39 7 0 100
Pada butir angket 21 dengan pernyataan “Saya bertanya pada guru tentang pelajaran yang belum saya mengerti”, diperoleh data sebanyak 15 siswa atau 54% siswa menjawab sering bertanya pada guru terhadap pelajaran yang belum dimengerti, 11 siswa atau 39% siswa menjawab kadang-kadang, 2 siswa atau 7% siswa menjawab jarang, serta 0 siswa atau 0% siswa menjawab tidak pernah. Hal ini sesuai dengan observasi yang dilakukan oleh peneliti, selama pembelajaran berlangsung, sebagian siswa di kelas lomba mengangkat tangan kanan untuk bertanya pada guru.
berlomba-
118
Gambar 4. 42 Siswa mengangkat tangan ketika akan bertanya pada guru
Rasa ingin tahu siswa juga dapat dilihat dari seringnya siswa bertanya mengenai hal-hal yang mereka lihat di televisi, namun dalam hal ini siswa masih kurang memliki rasa ingin tahu. Tabel. 4.25 Siswa bertanya pada guru tentang hal-hal yang didengar di televisi No item
22
Alternatif jawaban Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Jumlah
F
P (%)
1 21 5 1 28
4 75 18 4 100
Pada butir angket 22, dengan pernyataan “Saya bertanya pada guru hal-hal yang saya dengar dan lihat di televisi”, diperoleh data sebanyak 1 siswa atau setara dengan 4% siswa menjawab sering bertanya pada guru hal-hal yang mereka dengar dan lihat di televisi, 21 siswa atau 75% menjawab kadang-kadang, 5 siswa atau 18% siswa menjawab jarang, serta 1 siswa atau 4% siswa menjawab tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa hanya beberapa siswa yang gemar bertanya tentang hal-hal yang ada di televisi. Selain itu, peneliti juga ingin tahu bagaimana respon siswa mengenai pernyataan yang ada pada butir angket 23
119
Tabel 4.26 Siswa mengajukan pertanyaan pada guru tentang berita yang dilihat di koran No item
23
Alternatif jawaban Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Jumlah
F
P (%)
2 19 5 2 28
7 68 18 7 100
Tabel tersebut menyajikan hasil respon siswa mengenai pernyataan “Saya mengajukan pertanyaan pada guru tentang berita yang saya lihat di koran”, diperoleh data sebanyak 2 siswa atau setara dengan 7% siswa menjawab sering mengajukan pada guru tentang berita yang dilihat di koran, 19 siswa atau 68% siswa menjawab kadang-kadang, 5 siswa atau 18% siswa menjawab jarang, serta 2 siswa atau 7% siswa menjawab tidak pernah. Terkait dengan pelajaran di sekolah, telah dibahas bahwa sebagian siswa gemar bertanya pada guru, akan tetapi untuk pelajaran yang tidak dibahas di kelas, hanya sedikit siswa yang bertanya pada guru.
Tabel 4.27 Siswa mengajukan pertanyaan pada guru tentang pelajaran yang tidak dibahas di kelas No item
24
Alternatif jawaban Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Jumlah
F
P (%)
8 13 6 1 28
29 46 21 4 100
120
Pada butir angket 24 dengan pernyataan “Saya mengajukan pertanyaan pada guru tentang pelajaran yang tidak dibahas di kelas”, diperoleh data sebanyak 8 siswa atau setara dengan 29% siswa menjawab sering mengajukan pertanyaan pada guru tentang pelajaran yang tidak dibahas di kelas, 13 siswa atau 46% siswa menjawab kadang-kadang, 6 siswa atau 21% siswa menjawab jarang, serta 1 siswa atau 4% siswa menjawab tidak pernah. Simpulannya siswa tidak sering bertanya tentang pelajaran lain selain materi yang mereka pelajari di kelas. Tabel 4. 28 Siswa senang bertanya pada guru tentang perubahan lingkungan alam di sekolah No item
25
Alternatif jawaban Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Jumlah
F
P (%)
14 10 4 0 28
50 36 14 0 100
Pada butir angket 25 dengan pernyataan “Saya senang bertanya pada guru tentang perubahan lingkungan alam di sekolah”, diperoleh data sebanyak 14 siswa atau setara dengan 50% siswa menjawab sering bertanya pada guru tentang perubahan lingkungan alam di sekolah, 10 siswa atau 36% siswa menjawab kadang-kadang, 4 siswa atau 14% siswa menjawab jarang, serta 0 siswa atau 0% siswa menjawab tidak pernah. Tabel 4. 29 Siswa senang bertanya pada guru tentang perkembangan teknologi saat ini No item
26
Alternatif jawaban Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
F
P (%)
17 8 3 0
61 29 11 0
121
Jumlah
28
100
Pada butir angket 26 dengan pernyataan “Saya senang bertanya pada guru tentang perkembangan teknologi saat ini” diperoleh data sebanyak 17 siswa atau setara dengan 61% siswa menjawab sering bertanya pada guru tentang perkembangan teknologi saat ini, 8 siswa atau 29% menjawab kadang-kadang, 3 siswa atau 11% siswa menjawab jarang, serta 0 siswa atau 0% siswa menjawab tidak pernah. Rasa ingin tahu siswa juga dapat terlihat dari kesukaan siswa membaca, baik itu buku-buku pelajaran sekolah, buku cerita, atau pun membaca buku elektronik.
Tabel 4. 30 Siswa senang membaca ensiklopedia untuk menambah pengetahuan No item
27
Alternatif jawaban Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Jumlah
F
P (%)
14 11 3 0 28
50 39 11 0 100
Pada butir angket 27 dengan pernyataan “Saya senang membaca ensiklopedia untuk menambah pengetahuan”, diperoleh data sebanyak 14 siswa atau setara dengan 50% siswa sering membaca ensiklopedia untuk menambah pengetahuan, 11 siswa atau 39% siswa menjawab kadangkadang, 3 siswa atau 11% siswa menjawab jarang, serta 0 siswa atau 0% siswa menjawab tidak pernah.
122
Tabel 4. 31 Siswa mengakses buku elektronik melalui internet di perpustakaan sekolah untuk mencari pengetahuan baru No item
28
Alternatif jawaban Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Jumlah
F
P (%)
14 9 4 1 28
50 32 14 4 100
Pada butir angket 28 dengan pernyataan “Saya mengakses buku elektronik melalui internet di perpustakaan sekolah untuk mencari pengetahuan baru” diperoleh data sebanyak 14 siswa atau setara dengan 50% siswa sering mengakses buku elektronik melalui internet di perpustakaan sekolah untuk mencari pengetahuan baru, 9 siswa atau 32% siswa menjawab kadang-kadang, 4 siswa atau 14% siswa menjawab jarang, serta 1 siswa atau 4% siswa menjawab tidak pernah. Tabel 4. 32 Siswa senang membaca buku cerita untuk mengetahui hal-hal baru No item
29
Alternatif jawaban Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Jumlah
F
P (%)
19 8 1 0 28
68 29 4 0 100
Pada butir angket 29 dengan pernyataan “Saya senang membaca buku-buku cerita untuk mengetahui hal-hal baru”, diperoleh data sebanyak 19 siswa atau setara dengan 68% siswa menjawab sering membaca buku cerita anak-anak untuk mengetahui hal-hal baru, 8 siswa atau 29% siswa menjawab kadang-kadang, 1 siswa atau 4% siswa menjawab jarang, serta 0 siswa atau 0% siswa menjawab tidak pernah.
123
Berdasarkan
observasi,
peneliti
menemukan
bahwa
siswa
membaca buku tidak hanya saat kegiatan GLMP berlangsung, di luar pembiasaan itu siswa rajin membaca buku di perpustakaan atau di ruang kelas saat istirahat berlangsung.
Gambar 4. 43 siswa membaca buku di perpustakaan
Kegemaran membaca siswa sebagai wujud dari rasa ingin tahu juga terlihat dari kesukaan siswa membaca tulisan-tulisan di mading kelas. Tabel 4.33 Siswa suka membaca tulisan-tulisan yang ada di mading kelas No item
30
Alternatif jawaban Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Jumlah
F
P (%)
18 7 1 2 28
64 25 0 7 100
Pada butir angket 30 dengan pernyataan “Saya suka membaca tulisan-tulisan yang ada di mading kelas”, diperoleh data sebanyak 18 siswa atau setara dengan 64% siswa menjawab sering membaca tulisan-tulisan yang ada di mading kelas, 7 siswa atau 25% siswa menjawab kadang-kadang, 1 siswa atau 4% siswa menjawab jarang, serta 2 siswa atau 7% siswa menjawab tidak pernah.
124
Berdasarkan respon dari beberapa pernyataan mengenai rasa ingin tahu siswa, peneliti dapat menyimpulkan bahwa rasa ingin tahu siswa MI Pembangunan UIN Jakarta khususnya di kelas rendah mulai terbentuk, terutama terlihat dari kesukaan siswa terhadap membaca dan bertanya pada guru tentang pelajaran yang belum mereka pahami di kelas.
4. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam merancang sebuah program kegiatan tentunya telah melalui berbagai persiapan perencanaan, namun berjalannya program yang dicanangkan tidak terlepas dari berbagai faktor yang dapat mendukung atau menghambat pelaksanaan program tersebut. Budaya literasi di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta, terutama yang dibudayakan di kelas rendah juga tidak terlepas dari faktor-faktor yang dapat mendukung atau menghambat. Faktor-faktor yang dapat mendukung dan menghambat budaya literasi yang dikemas dalam Gerakan Literasi Madrasah Pembangunan (GLMP) yaitu: a. Faktor Pendukung Salah satu faktor yang mendukung ketercapaian tujuan budaya literasi sekolah bersal dari orang tua, sebab orang tua siswa memiliki peran dalam hal pengadaan sumber buku. Kerjasama yang baik antara sekolah dan orang tua penting dilakukan sebab dalam membiasakan membaca siswa perlu adanya kesamaan pembiasaan dari orang tua serta pihak sekolah. Dalam pengadaan sumber buku, orang tua siswa menjadi salah satu sumber pengadaan buku-buku bacaan anak. Keterlibatan orang tua berfungsi sebagai filter dalam pemilihan buku-buku yang layak bagi anak, selain itu juga agar terjalinnya kerjasama yang baik dalam memperoleh tujuan yang sama yaitu membentuk karakter siswa menjadi lebih baik.
125
“Buku kami dapat dari tiga sumber, pertama kami beli, entah dari pameran, toko buku, dll. Kedua dari alumni, tiap tahun ada surat edaran untuk orang tua untuk menyumbang buku. Itu menjadi syarat pengambilan ijazah salah satunya adalah bebas pustaka dan keuangan, bebas pustaka maksudnya menyumbangkan satu buku untuk perpustakaan, tapi tahun terbit bukunya tidak boleh yang terlalu lama. Misalnya untuk 2016 harus buku yang maksimal terbitan 2015. Yang ketiga sumbangan lembaga. Kami membuat proposal, belum lama kami kirim ke Asia foundation, dari sana kami dapat banyak buku bagus.”38 Hal ini sejalan dengan yang peneliti temukan saat observasi, di perpustakaan terdapat banyak koleksi buku yang salah satunya bersumber dari orang tua siswa.
Gambar 4. 44 koleksi perpustakaan yang lengkap
38
Samingan, Hasil wawancara dengan Kepala Perpustakaan sekaligus Ketua Literasi di MI Pembangunan UIN Jakarta, 10 April 2017 pukul 11.01 WIB.
126
Gambar 4. 45Koleksi buku cerita paling banyak ditemukan.
Buku-buku cerita di perpustakaan MI Pembangunan UIN Jakarta umumnya berasal dari siswa yang telah lulus. Setiap tahunnya buku-buku bacaan siswa terus beregenerasi dengan bukubuku baru sehingga siswa dapat membaca buku-buku cerita yang sesuai dengan perkembangan zaman. Selain buku-buku yang ada di perpustakaan, orang tua siswa juga mendukung pengadaan buku untuk pojok/sudut baca di setiap kelas. Sebelumnya orang tua siswa memang dihimbau untuk membawa buku-buku bacaan yang sesuai dengan usia anak. “Buku dari orang tua atas persetujuan komite, direktur, kepala sekolah, lalu launching. Setelah launching, ketika disuruh membawa buku untuk di kelas, orang tua membawakan buku-buku yang pas untuk anak-anak. Kalau tidak salah ada sekitar 1670 judul buku yang terkumpul saat itu”39
39
Samingan, Hasil wawancara dengan Kepala Perpustakaan sekaligus Ketua Literasi di MI Pembangunan UIN Jakarta, 10 April 2017 pukul 11.01 WIB.
127
Gambar 4. 46 Buku bacaan di pojok baca kelas
Berdasarkan berbagai data yang peneliti dapatkan, peneliti menyimpulkan bahwa orang tua siswa merupakan faktor pendukung budaya literasi yang ada di MI Pembangunan UIN Jakarta. orang tua memiliki kepedulian terhadap peningkatan minat baca anak dengan menyumbangkan buku-buku bacaan. Dengan terjalinnya kerjasama antara sekolah dengan orang tua siswa yang saling bersinergi, diharapkan dapat terwujudnya budaya sekolah yang kaya literasi.
b. Faktor Penghambat Selain faktor yang mendukung terlaksananya budaya literasi di MI Pembangunan, juga terdapat faktor yang justru menghambat. Tidak bisa dipungkiri, masalah keterbatasan waktu menjadi kendala yang utama yang dirasakan oleh guru-guru dalam mengimplementasikan budaya literasi di sekolah. Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan, kepala sekolah
serta
kepala
perpustakaan
menyatakan
bahwa
permasalahan utama yang dihadapi adalah waktu dan adanya kemauan dari guru. “Dari segi waktu, guru juga. Apakah bisa
128
membagi waktu dengan baik. Jadi hanyalah masalah waktu dan guru saja.”40 Senada
dengan
pernyataan
dari
guru,
kepala
MI
Pembangunan UIN Jakarta juga mengatakan demikian. “Secara prinsip sudah baik, tapi dalam perjalanannya hampir semua program terjadi pasang surut, fluktuatif untuk gerakan ini. Nah untuk itu adanya evaluasi agar dapat sesuai dengan harapan awalnya. Di lapangan terjadi pasang surut semangat.”41 Tak jauh berbeda dengan apa yang dikatakan oleh kepala sekolah dan kepala perpustakaan, wakil kepala sekolah bidang kurikulum pun mengatakan hal serupa, yaitu tentang kurangnya waktu yang dirasakan oleh guru. Bedanya, beliau juga berpendapat bahwa sumber masalah tidak terletak hanya pada guru saja, tapi perlu adanya pengontrolan dari pihak perpustakaan agar GLMP yang telah dilaksanakan berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuannya. “Hanya kurang kontrol dari perpustakaan jadi kurang maksimal saja, mungkin bisa dikirim satu orang dari perpustakaan untuk melakukan pengontrolan. Selain itu juga ada yang mengatakan bahwa adanya kendala waktu, jam belajar mereka menjadi terpotong, karena untuk memunculkan mood anak belajar kan butuh waktu, tapi hanya sedikit yang mengeluhkan seperti itu, kegiatan tetap berjalan, guru dapat mensiasati waktu saja”42 Sementara itu, faktor penghambat atau kendala yang ditemukan oleh guru di kelas 1 MI lebih kepada belum meratanya kemampuan membaca siswa, hal itu membuat guru agak kesulitan dalam mengimplementasikan budaya literasi. 40
Afifah Hidayati, Hasil wawancara dengan wali kelas 3 G MI Pembangunan UIN Jakarta, 11 April 2017 pukul 09.00 WIB. 41 Yon Sugiono, Hasil wawancara dengan Kepala MI Pembangunan UIN Jakarta, 11 April 2017 pukul 07.39 WIB. 42 Putri Aula Pertiwi, Hasil wawancara dengan Wakil Kepala MI Pembangunan UIN Jakarta bidang kurikulum, 12 April 2017 pukul 08.27 WIB.
129
“Ada separuh anak yang belum bisa membaca, kedua terkait dengan pembagian waktu, karena di sini juga banyak kegiatan seperti tilawati dan habbitual curriculum yang dari dulu dilaksanakan. Ketika pelaksanaannya, anak juga ada yang jarang masuk jadi ketinggalan dengan teman-teman yang lain.”43 Kendala yang ditemukan di kelas 1 yang lainnya tidak jauh berbeda dengan kelas 1 pada paralel kelas yang lain. “Kendalanya mungkin ada anak yang belum bisa membaca. Jadi saya menekankan agar mereka dapat membaca dengan lancar. Apalagi ini kurikulum 2013, banyak menyita waktu.” 44 Kendala dalam mengkondisikan siswa di kelas juga menjadi faktor yang dapat menghambat kegiatan GLMP berlangsung, terlebih pembiasaan membaca yang dilaksanakan di kelas rendah di mana siswa berada dalam rentang usia 7-9 tahun, yang menurut teori perkembangannya masih dalam masa aktif bermain. “Tentunya ada kendala yang dihadapi, gaya baca anak beda-beda, ada yang senang baca sambil tiduran, atau duduk di bawah. Sepertinya kurang ruangan yang cukup, kalaupun bangku anak-anak digeser ke pinggir untuk membaca di tengah-tengah, nanti akan merapihkan bangku. Harusnya di perpustakaan saja. Agar anak-anak nyaman.”45 Selain itu, beberapa siswa juga sibuk bercengkrama dan tidak membaca. “Ada pastinya, ketika baca cerita ada siswa yang ngobrol, ada yang tidak mau membaca, dan lain-lain.”46 43
Mumu Munawi, Hasil wawancara dengan wali kelas 1 G MI Pembangunan UIN Jakarta, 12 April 2017 pukul 14.00 WIB. 44 Cici, Hasil wawancara dengan wali kelas 1 H MI Pembangunan UIN Jakarta, 12 April 2017 pukul 15.12 WIB. 45 Sarmadan Noor Daulay, Hasil wawancara dengan wali kelas 2 G MI Pembangunan UIN Jakarta, 10 April 2017 pukul 14.33 WIB. 46 Asikah, Hasil wawancara dengan wali kelas 2 H MI Pembangunan UIN Jakarta, 10 April 2017 pukul 14.14 WIB.
130
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti dapatkan terkait dengan
kendala-kendala
yang
ditemukan
dalam
mengimplementasikan budaya literasi di MI Pembangunan UIN Jakarta khususnya di kelas rendah, maka peneliti menyimpulkan bahwa kendala yang ditemukan adalah sebagai berikut: a. Keterbatasan waktu pembiasaan membaca yang memotong dari pelajaran lain, terkadang guru merasa kesulitan dalam mengorganisir waktu jika menggunakan jadwal yang telah ditetapkan oleh perpustakaan. b. Kurangnya kontrol sehingga tidak ada laporan yang terangkum selama pelaksanaan GLMP c. Kepedulian terhadap pengarsipan kegiatan membaca GLMP ke dalam jurnal yang masih kurang sehingga, pembiasaan membaca yang dilakukan sudah baik namun tidak ada bukti tertulis untuk dilaporkan. d. Di kelas 1 MI, sebagian siswa belum lancar membaca sehingga pembiasaan membaca hanya dapat dilakukan pada sebagian siswa yang sudah lancar membaca. Untuk siswa yang belum lancar membaca masih harus belajar membaca oleh guru kelas. e. Kesulitan dalam pengkondisian siswa di kelas rendah, saat kegiatan membaca guru harus memiliki waktu untuk mengatur kondisi siswa terlebih dahulu, kelas yang ramai, siswa yang mengobrol, bercanda, dan lain-lain. f. Kurang nyamannya ruang kelas jika dipakai untuk pembiasaan membaca GLMP, agar lebih kondusif guru ingin membaca bersama siswa dengan duduk melingkar di lantai, namun guru masih kesulitan jika harus mengatur siswa menggeser-geser kursi dan meja setiap waktu.
131
C. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki kekurangan karena keterbatasan peneliti. Penelitian ini hanya berfokus pada budaya literasi di kelas rendah saja karena terlalu banyak Paralel kelas di setiap tingkatannya, sehingga tidak meneliti budaya literasi yang ada di kelas tinggi. Selain itu, penelitian hanya dilakukan di kelas rendah karena penelitian ini dilakukan menjelang akhir semester sehingga siswa kelas 6 sedang sibuk melaksanakan Ujian Sekolah dan Ujian Nasional.
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan Budaya literasi di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta yang diberi nama GLMP atau singkatan dari Gerakan Literasi Madrasah Pembangunan telah diimplementasikan dengan kegiatan membaca siswa yang dilestarikan di setiap kelas pada tahap pembiasaan. Orang tua siswa mendukung terlaksananya budaya literasi di MI Pembangunan UIN Jakarta dengan menghadirkan buku-buku bacaan yang sesuai dengan perkembangan usia anak. Kendala yang ditemukan dalam mengimplementasikan budaya literasi yaitu kurangnya waktu yang dimiliki oleh guru karena jadwal membaca memotong dari jam pelajaran, kurangnya pengawasan sehingga laporan pelaksanaan GLMP tidak terangkum dengan baik, serta permasalahan khusus yang dihadapi di kelas 1 MI adalah masih banyak siswa yang belum lancar membaca sehingga guru masih kesulitan dalam menerapkan GLMP. Pembentukan karakter siswa di sekolah terlihat dari tingkah laku siswa setiap hari, nilai-nilai kejujuran tampak pada saat siswa mengerjakan tugas, ulangan, mengakui kesalahan, dan lain-lain. Nilai-nilai karakter disiplin siswa kelas rendah MI Pembangunan Jakarta telah terbentuk dengan baik, kedisiplinan siswa tampak dalam hal berpakaian, ketepatan waktu, mengerjakan pekerjaan rumah, dan lain-lain. Nilai-nilai karakter rasa ingin tahu siswa tercermin dari kebiasaan siswa bertanya pada guru mengenai pelajaran, hal-hal yang mereka baca, dan lain-lain. Secara umum, karakter siswa kelas rendah MI Pembangunan UIN Jakarta cukup baik, namun masih harus ditingkatkan lagi.
B. Rekomendasi Gerakan Literasi Madrasah Pembangunan yang telah dilaksanakan pada tahap pembiasaan ini hendaknya berlanjut sampai tahap pengembangan dengan melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan sebelumnya. Kendala-kendala yang ditemukan sebaiknya menjadi titik awal dalam proses evaluasi yang
132
133
menjadikan kegiatan tersebut menjadi lebih baik lagi, sehingga tercapainya tujuan budaya literasi dalam pembentukan karakter siswa ke arah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA Almerico, Gina M. 2014. Building character through literacy with children’s literature, Research in Higher Education Journal Volume 26 – October, 2014, diakses pada 13 Desember 2016 pukul 23.29, H.2 Alwasilah, Chaedar. 2012. Pokoknya Rekayasa Literasi. Bandung: PT Kiblat Buku Utama AM, Sardiman. 2017. Pendidikan Karakter dan Peran Pemerintah. dalam http://www.infodiknas.com/pendidikan-karakter-dan-peranpemerintah.html, diakses pada 01 Januari 2017 pukul 23.21 Anwar, Muhammad Jafar dan Muhammad A, Salam As. 2015. Membumikan Pendidikan Karakter; Implementasi Pendidikan Berbobot Nilai dan Moral. Jakarta: Suri Tatu’uw Derlina Sabani and Satria Mihardi. 2015.
Improved Characters and Student
Learning Outcomes Through Development of Character Education Based General Physics Learning Model, (Journal of Education and Practice, Vol.6, No.21, 2015) Efendi, Anwar. 2008. Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Perspektif. Yogyakarta: Tiara Wacana, Faizah, Dewi Utama, dkk. 2016. Panduan Gerakan literasi di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. diakses pada 01 januari 2017 pukul 23.34 Fauziati,
Endang.
Gerakan
Literasi
Sekolah
untuk
Perubahan.
(http://berita.suaramerdeka.com/), diakses pada 07 Januari 2017 pukul 08.00 Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Impementasi. Bandung : ALFABETA Kalarensi Naibaho. 2016. Menciptakan Generasi Literat Melalui Perpustakaan. Kamaruddin, SA. 2012. Character Education and Students Social Behavior. (Journal of Education and Learning, 2012). Vol.6 (4) Lickona, Thoma. 2013. Character Matters. Jakarta: Bumi Aksara
135
Listyarti, Retno. 2012. Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif. Jakarta: Esensi Masri, R Sareb Putra. 2008. Menumbuhkan Minat Baca Sejak Dini. Jakarta: PT. Indeks Matta, Muhammad Anis. 2003. Membentuk Karakter Cara Islami. Jakarta: AlI’tishom Cahaya Umat Mushthafa, M. 2013. Sekolah dalam Himpitan Google dan Bimbel. Yogyakarta: LkiS Naim, Ngainun. 2012. Character Building. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Narwanti, Sri. 2011. Pendidikan Karakter Pengintegrasian 18 Nilai Dalam Mata Pelajaran. Yogyakarta: Familia, 2011 Permatasari, Ane. 2015. Membangun Kualitas Bangsa dengan Literasi. Prosiding Seminar
Nasional
Bulan
Bahasa
UNIB
2015,
hlm.
http://repository.unib.ac.id/11120/1/15-Ane%20Permatasari.pdf,
148, diakses
pada 05 Januari 2017 pukul 03.00 Putra, Nusa & Hendarman. 2013. Metode Riset Campur Sari. Jakarta: Pt. Indeks Salahudin, Anas dan Irwanto Alkrienciehie. 2013. Pendidikan Karakter; Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya Bangsa. Bandung: Pustaka Setia Saleh, Akh. Muwafik. 2012.
Membangun Karakter dengan Hati Nurani;
Pendidikan Karakter untuk Generasi Bangsa. Jakarta: Erlangga Sub Direktorat Statistik Politik dan Keamanan. 2016. Statistik Kriminalitas 2016. Jakarta: Badan Pusat Statistik Nasional Sudrajat, A. Suryana. 2013. Menegakkan Moralitas; Menafsirkan Pemikiran Tryana Sjam’un. Jakarta: Gramata Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta Sulhan, Najib. 2011. Panduan Praktis; Pengembangan Karakter dan Budaya Bangsa. Surabaya: Jaring Pena Sulhan, Najib. 2011. Pengembangan Karakter dan Budaya Bangsa. Surabaya: Jaring Pena
136
Syarbini. 2013. Pendidikan Karakter. Jakarta: Prima Pustaka Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Tilaar, H. A. R. 2005. Manifesto Pendidikan Nasional; Tinjauan dari Perspektif Postmodernisme dan Studi Kultural. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara Ulum, M. Miftahul. 2016. Konsep Pendidikan Anak Menurut Al-Ghazali dan Relevansinya dengan Arah dan Tujuan Pendikan Nasional di Indonesia, http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/tadib/article/download/592/529, hlm. 328 diakses pada tanggal 16 Desember 2016 pukul 01.01 WIB Wafiqni, Nafia & Asep Ediana Latip. 2015. Psikologi Perkembangan Anak Usia MI/SD. Jakarta: UIN PRESS Wati, Elia. 2008. Terampil Berbicara. Jakarta: Sinar Grafika Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter Usia Dini (Strategi Membangun Karakter di Usia Emas), Yogyakarta: Pustaka Pelajar Widodo, Slamet., Gio M. Johan, dan Dyoty A. V. Ghasya. 2015. Membangun Kelas Literat Berbasis Pendidikan Lingkungan Hidup Untuk Melatihkan Kemampuan
Literasi
Siswa
di
Sekolah
Dasar.
(http://journal.umsida.ac.id/files/8Gio.pdf), diakses pada 04 Januari 2017 pukul 04.00 Yusuf, Syamsu dan Nani. M sugandhi. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group
LAMPIRAN
138
Lampiran 1
139
Lampiran 2
140 Lampiran 3
141 Lampiran 4
142
Lampiran 5
143
144
Lampiran 6 PEDOMAN OBSERVASI Dalam pengamatan (observasi) yang dilakukan adalah mengamati Implementasi Budaya Literasi di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta dengan cara di checklist (√) dan aspek yang diamati meliputi: A. Tujuan : Untuk memperoleh informasi dan data mengenai implementasi Budaya Literasi di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta. B. Aspek yang diamati: No
Indikator
belum
Sudah √
1 Ada kegiatan 15 menit membaca:
Keterangan Kegiatan membaca yang dilakukan adalah membaca dalam hati. Setiap siswa dan guru membaca masing-
a. Membaca nyaring
masing satu buah buku.
b. Membaca dalam hati √
2 Kegiatan 15 menit membaca dilakukan setiap hari (di awal, tengah, atau menjelang akhir pelajaran).
Kegiatan membaca dilakukan setiap hari, di awal pelajarn, tengah, atau akhir. Ada pula yang melaksanakannya di pelajaran bahasa Indonesia.
145
√
3
Setiap kelas memiliki jurnal baca, dicatat setiap buku
Buku yang dibacakan kepada atau dibaca
yang ada di kelas oleh guru kelas. Akan tetapi, hal ini
oleh peserta didik dicatat judul dan nama
tidak berjalan dengan semestinya, ditemukan bahwa
pengarangnya dalam catatan harian.
guruyang tidak mengisi jurnal membaca, selain itu ditemukan alasan bahwa pihak perpustakaan kurang melakukan pengontrolan. √
4 Guru, kepala sekolah,dan tenaga
membaca setiap hari, kegiatan tersebut juga diikuti
kependidikan lain terlibat dalam kegiatan
oleh segenap guru, kepala sekolah, dan tenaga
15 menit dengan membacakan buku atau
kependidikan, hal ini bertujuan agar dapat memberi
ikut membaca dalam hati.
contoh kepada siswa. √
5 Ada perpustakaan sekolah atau ruangan
banyak. Buku bacaan mencakup dongeng, cerita
pelajaran.
rakyat, novel anak, komik, dll. √
Ada Sudut Baca Kelas di tiap kelas dengan
Terdapat sebuah perpustakaan dengan fasilitas yang lengkap dan buku-buku bacaan non pelajaran yang
khusus untuk menyimpan buku non-
6
Tidak hanya siswa yang melakukan pembiasaan
Setiap kelas memiliki sudut baca yang terdapat buku-
146
koleksi buku nonpelajaran.
buku non pelajaran di sana. Buku berasal dari siswa, setiap siswa membawa satu buku dari rumah untuk dibaca, setelah selesai siswa akan bertukar bacaan dengan teman sampai semua buku yang ada di kelas selesai dibaca. √
7 Ada poster-poster kampanye membaca di
Terdapat poster-poster yang dipajang di sekitar area sekolah. Poster berisi motivasi agar siswa gemar
kelas, koridor, dan area lain di sekolah.
membaca, menghemat air, membuang sampah pada tempatnya, menghemat air, dll. √
8 Ada bahan kaya teks di tiap kelas
Setiap kelas memiliki bahan kaya teks yang ditempel pada dinding kelas dan mading (majalah dinding). Mading berisi hasil karya tulis siswa berupa puisi, cerita pendek, komik anak, dll.
√
9 Kebun sekolah, kantin, dan UKS menjadi lingkungan yang kaya literasi. Terdapat poster-poster tentang pembiasaan hidup sehat, kebersihan, dan keindahan di kebun sekolah, kantin, dan UKS. Makanan di
Banyak poster yang ditempel di lingkungan sekolah, terutama tentang pembiasaan hidup sehat. Selain itu, ditemukan kantin dengan fasilitas yang baik, kebersihan yang terjaga, dan diolah dengan baik.
147
kantin sekolah diolah dengan bersih dan sehat. √
10 Sekolah berupaya untuk melibatkan public (orang tua, alumni, dan elemen masyarakat lain) untuk mengembangkan kegiatan literasi sekolah.
Sekolah melibatkan orangtua siswa untuk mengembangkan kegiatan literasi sekolah, diantaranya dalam hal pengadaan buku-buku di kelas serta untuk dapat bekerja sama membentuk siswa gemar membaca, karena semestinya memang ada kesamaan tujuan dan pembiasaan membaca, baik di rumah maupun di sekolah.
148
Lampiran 7 PEDOMAN OBSERVASI Dalam pengamatan (observasi) yang dilakukan adalah mengamati Pembentukan Karakter di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta dengan menuliskan deskripsi terhadap karakter siswa yang diamati, aspek yang diamati meliputi: A. Tujuan : Untuk memperoleh informasi dan data mengenai Pembentukan Karakter Siswa Kelas Rendah di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta. B. Aspek yang diamati: No Karakter 1
Jujur
Deskripsi Perilaku yang didasarkan pada
Indikator
Keterangan
1. Tidak meniru jawaban Seluruh siswa mengerjakan tugas yang
upaya menjadikan dirinya sebagai
teman
(mencontek) diberikan
guru
orang yang selalu dapat dipercaya
ketika ulangan ataupun kemampuan
dalam perkataan, tindakan, dan
mengerjakan tugas di peneliti tidak menemukan siswa yang
pekerjaan.
kelas
mereka
sesuai
dengan
masing-masing,
melakukan kecurangan seperti meniru jawaban milik teman, dll.
149
2. Mengatakan
dengan
Ditemukan
sesuatu
selalu mengatakan hal-hal yang
yang telah terjadi atau
sebenarnya, mereka jarang atau
sesuatu
yang
bahkan tidak pernah mengatakan
dialaminya dengan apa
kebohongan pada teman ataupun
adanya
guru.
sesungguhnya
3. Mau bercerita tentang kesulitan menerima
dan
mau
pendapat
temannya
bahwa
siswa-siswi
Sebagian siswa sering bercerita tentang
kesulitan
yang
mereka
hadapi di sekolah, namun beberapa siswa yang lain masih kurang terbuka terhadap apa yang mereka rasakan dan alami.
4. Mau
menyatakan
Sebagian
siswa
menyatakan
tentang
ketidaknyamanan di kelas, misalnya
ketidaknyamanan
ketika merasa terganggu oleh teman
suasana belajar di kelas
di dalam kelas, dll.
150
5. Menjawab pertanyaan
Siswa
dengan
jujur
menjawab
guru tentang sesuatu
pertanyaan guru sesuai dengan apa
berdasarkan
yang
pengetahuan
ditemukan siswa yang menjawab
mereka
ketahui,
tidak
pertanyaan guru dengan asal. 2
Disiplin
Tindakan yang menunjukkan
1. Datang ke sekolah dan
perilaku tertib dan patuh pada
pulang
berbagai ketentuan dan peraturan.
waktu
sekolah
tepat
Peneliti menemukan bahwa hampir semua siswa datang sebelum bel masuk berbunyi, yakni pada pukul 07.00. siswa juga pulang pada waktu yang telah ditentukan.
1. Patuh pada tata tertib dan aturan sekolah
Kepatuhan siswa tercermin dari sikap mereka ketika berbaris rapi sebelum masuk ke dalam kelas, mereka berbaris dengan dipimpin oleh guru kelas, lalu berdoa sebelum memulai pelajaran. Saat upacara bendera setiap hari senin, siswa juga terlihat
tertib,
hanya
ditemukan
beberapa siswa yang bercanda atau
151
mengobrol.
2. Mengerjakan
setiap
tugas yang diberikan
Tugas yang diberikan oleh guru dikerjakan dengan baik oleh siswa, begitu pula dengan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru, siswa mengerjakan
pekerjaan
rumah
dengan baik, hanya satu-dua siswa yang terkadang lupa membawa buku pr. 3. Mengumpulkan
tugas
tepat waktu
Tugas-tugas yang diberikan oleh guru dikerjakan dengan baik oleh siswa
dan
dikumpulkan
sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan oleh guru. 4. Memakai seragam sesuai
Siswa
memakai
seragam
sesuai
jadwal
yang
telah
dengan ketentuan yang
dengan
berlaku
ditentukan, hanya saja ditemukan
152
ada siswa yang sering memakai jaket di dalam kelas, namun guru sering menegur jika melihat. 5. Membawa perlengkapan belajar
sesuai
dengan
mata pelajaran
Siswa
membawa
perlengkapan
sesuai dengan mata pelajaran. Yang dibawa
siswa
meliputi
buku
pelajaran dan alat tulis. 3
Rasa
sikap dan tindakan yang selalu
1. Bertanya kepada guru
Jika ada yang belum siswa mengerti,
Ingin
berupaya untuk mengetahui lebih
dan teman tentang materi
biasanya mereka mengangkat tangan
Tahu
mendalam dan meluas dari
pelajaran
untuk bertanya pada guru.
sesuatu yang dipelajarinnya, dilihat, dan didengar.
1. Bertanya kepada guru tentang
sesuatu
yang
didengar dari radio atau
Tidak banyak siswa yang bertanya tentang hal-hal yang mereka dengar di radio atau televisi.
televisi
2. Bertanya
tentang
Tidak banyak siswa yang bertanya
berbagai peristiwa yang
tentang hal-hal yang mereka baca di
dibaca dari media cetak
majalah atau koran.
153
3. Bertanya tentang sesuatu yang
terkait
dengan
materi pelajaran tetapi di
Biasanya, siswa bertanya perihal gambar-gambar
yang
mereka
temukan di buku-buku
luar yang dibahas di kelas
4. Bertanya
tentang
Siswa
jarang
bertanya
perihal
beberapa peristiwa alam,
peristiwa alam ataupun teknologi yang
sosial, budaya, ekonomi,
semakin
politik,
mencari tahu sendiri melalui gawai
dan
teknologi
yang baru didengar
5. Membaca buku di luar buku pelajaran
maju,
biasanya
mereka
yang mereka punya di rumah.
Siswa sering membaca buku non pelajaran,
hal
itu
terbukti
dari
seringnya mereka membawa dan membaca
buku
cerita
di
jam
istirahat, serta mereka sering ke perpustakaan untuk membaca atau
154
meminjam buku-buku cerita.
6. Membaca sumber di luar
Hampir
semua
siswa
gemar
buku teks tetapi tidak
membaca buku cerita di sela-sela
terkait dengan pelajaran
istirahat atau pulang sekolah. Buku yang dibaca adalah dongeng, cerita rakyat, komik, dan cerita anak
155
Lampiran 8 ANGKET PENELITIAN “Budaya Literasi dalam Pembentukan Karakter Siswa (Analisis Deskriptif pada Siswa Kelas Rendah Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta).” Nama
:
No. Absen
:
Kelas
:
Petunjuk
: Jawablah dengan jujur dan teliti dengan memberi tanda (√) pada jawaban yang tersedia!
No
Pernyataan
Jawaban Sering
Kadangkadang
1
Saya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan kemampuan saya sendiri
2
Saya mengerjakan soal ulangan tanpa bertanya pada teman
3
Saya mengatakan sesuatu yang sebenarnya, baik terhadap teman ataupun guru
4
Saya mengakui kesalahan yang saya lakukan terhadap teman atau guru
5
Saya melaporkan pada guru jika menemukan uang di sekolah
6
Saya bercerita yang sebenarnya terhadap teman dan guru ketika memiliki masalah
Jarang
Tidak Pernah
156
7
Saya berterus terang ketika merasakan suasana yang kurang nyaman di kelas
8
Saya mengatakan pada guru jika merasa terganggu di kelas
9
Saya menjawab soal ulangan sesuai dengan yang diketahui oleh saya
10
Saya menjawab pertanyaan guru berdasarkan yang telah dipelajari oleh saya
11
Saya datang dan pulang sekolah tepat waktu
12
Saya berbaris rapi dan membaca doa sebelum memulai pelajaran
13
Saya mengikuti salat dzuhur berjamaah di masjid sekolah tepat waktu
14
Saya mengikuti upacara bendera dengan tertib
15
Saya memakan bekal makanan pada jam istirahat
16
Saya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan baik
17
Saya melaksanakan tugas piket kelas sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
18
Saya mengumpulkan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru tepat waktu
19
Saya memakai seragam sekolah
157
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan 20
Saya membawa buku sekolah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
21
Saya bertanya pada guru tentang pelajaran yang belum saya mengerti
22
Saya bertanya pada guru hal-hal yang saya dengar di televisi
23
Saya mengajukan pertanyaan pada guru tentang berita yang saya lihat di koran
24
Saya mengajukan pertanyaan pada guru tentang pelajaran yang tidak dibahas di kelas
25
Saya senang bertanya pada guru tentang perubahan lingkungan alam di sekolah
26
Saya senang bertanya pada guru tentang perkembangan teknologi saat ini
27
Saya senang membaca ensiklopedia untuk menambah pengetahuan
28
Saya mengakses buku elektronik melalui internet di perpustakaan sekolah untuk mencari pengetahuan baru
29
Saya senang membaca buku-buku cerita untuk mengetahui hal-hal baru
30
Saya suka membaca tulisan-tulisan yang ada di mading kelas
158
Lampiran 9 HASIL ANGKET Pembentukan Karakter Siswa Jumlah Respon Siswa (28 siswa kelas 3 No
C)
Angket Sering
Kadangkadang
Presentase Respon Siswa Jarang
Tidak Pernah
Sering
Kadangkadang
Jarang
Tidak Pernah
Saya mengerjakan tugas yang 1
diberikan oleh guru dengan
25
2
0
1
89%
7%
0%
4%
26
2
0
0
93%
7%
0%
0%
19
9
0
0
68%
32%
0%
0%
20
8
0
0
71%
29%
0%
0%
kemampuan saya sendiri 2
Saya mengerjakan soal ulangan tanpa bertanya pada teman Saya mengatakan sesuatu yang
3
sebenarnya, baik terhadap teman ataupun guru
4
Saya mengakui kesalahan yang saya lakukan terhadap teman atau guru
159
5
Saya melaporkan pada guru jika menemukan uang di sekolah
27
1
0
0
96%
4%
0%
0%
18
10
0
0
64%
36%
0%
0%
16
12
0
0
57%
43%
0%
0%
15
10
2
1
54%
36%
7%
4%
28
0
0
0
100%
0%
0%
0%
24
4
0
0
86%
14%
0%
0%
23
5
0
0
82%
18%
0%
0%
23
4
1
0
82%
14%
4%
0%
Saya bercerita yang sebenarnya 6
terhadap teman dan guru ketika memiliki masalah
7
8
9
Saya berterus terang ketika merasakan suasana yang kurang nyaman di kelas Saya mengatakan pada guru jika merasa terganggu di kelas Saya menjawab soal ulangan sesuai yang diketahui oleh saya Saya menjawab pertanyaan guru
10
berdasarkan yang telah dipelajarai oleh saya
11
12
Saya datang dan pulang sekolah tepat waktu Saya berbaris rapi dan membaca doa sebelum memulai pelajaran
160
Saya mengikuti salat dzuhur 13
berjamaah di masjid sekolah tepat
26
2
0
0
93%
7%
0%
0%
23
5
0
0
82%
18%
0%
0%
17
9
2
0
61%
32%
7%
0%
24
4
0
0
86%
14%
0%
0%
25
2
1
0
89%
7%
4%
0%
20
7
1
0
71%
25%
4%
0%
28
0
0
0
100%
0%
0%
0%
26
2
0
0
93%
7%
0%
0%
waktu 14
15
16
Saya mengikuti upacara bendera dengan tertib Saya memakan bekal makanan pada jam istirahat Saya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan baik Saya melaksanakan tugas piket kelas
17
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
18
19
20
Saya mengumpulkan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru tepat waktu saya memakai seragam sekolah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan Saya membawa buku sekolah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
161
21
22
Saya bertanya pada guru tentang pelajaran yang belum saya mengerti Saya bertanya pada guru hal-hal yang saya dengar dan lihat di televisi
15
11
2
0
54%
39%
7%
0%
1
21
5
1
4%
75%
18%
4%
2
19
5
2
7%
68%
18%
7%
8
13
6
1
29%
46%
21%
4%
14
10
4
0
50%
36%
14%
0%
17
8
3
0
61%
29%
11%
0%
14
11
3
0
50%
39%
11%
0%
Saya mengajukan pertanyaan pada 23
guru tentang berita yang saya lihat di koran Saya mengajukan pertanyaan pada
24
guru tentang pelajaran yang tidak dibahas di kelas Saya senang bertanya pada guru
25
tentang perubahan lingkungan alam di sekolah Saya senang bertanya pada guru
26
tentang perkembangan teknologi saat ini
27
Saya senang membaca ensiklopedia untuk menambah pengetahuan
162
Saya mengakses buku elektronik 28
melalui internet di perpustakaan sekolah untuk mencari pengetahuan
14
9
4
1
50%
32%
14%
4%
19
8
1
0
68%
29%
4%
0%
18
7
1
2
64%
25%
4%
7%
baru 29
30
Saya senang membaca buku-buku cerita untuk mengetahui hal-hal baru Saya suka membaca tulisan-tulisan yang ada di mading kelas
163
Angket Karakter Siswa 120%
100% 89%
100%
96%
93%
100% 93%
86%
82% 82%
86%
82%
93%
89%
80% Presentase
68%
71%
75%
71% 64% 57%
60%
68%
61%
61%
54%
54%
43% 40% 32%
68%
36%
50% 46%
39%
36%
32%
29%
25%
20%
14%
18%
14%
18%
14%
50% 50% 39%
36% 29% 18% 18%
64%
29%
32%
29%
21% 14%
11% 11%
25%
14%
7% 7% 7% 7% 7% 7% 7% 7% 7%7% 7% 4% 4% 4% 4% 4% 4% 4%4% 4% 4% 4% 4% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 1
2
3
4
5
6
7
Presentase Respon Siswa
8
9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 nomor butir angket
Presentase Respon Siswa
Presentase Respon Siswa
Presentase Respon Siswa
164
Hasil analisis data angket pembentukan karakter siswa 1. Pada butir angket 1 dengan pernyataan “Saya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan kemampuan saya sendiri”, diperoleh data sebanyak 25 siswa atau setara dengan 89% siswa menjawab sering mengerjakan tugas dengan kemampuan sendiri, 2 siswa atau 7% siswa menjawab kadang-kadang, 0 jarang, 1 siswa atau setara dengan 4% siswa menjawab tidak pernah. 2. Pada butir angket 2, dengan pernyataan “Saya mengerjakan soal ulangan tanpa bertanya pada teman”, diperoleh data sebesar 26 siswa atau setara dengan 93% siswa menjawab sering mengerjakan soal ulangan tanpa bantuan teman, 2 siswa atau 7% siswa menjawab kadang-kadang, serta 0 siswa atau 0% siswa yang menjawab jarang dan tidak pernah. 3. Pada butir angket 3 dengan pernyataan “Saya mengatakan sesuatu yang sebenarnya, baik terhadap teman ataupun guru”, diperoleh data sebanyak 19 siswa atau setara dengan 68% siswa menjawab sering mengatakan sesuatu yang sebenarnya terhadap teman dan guru, 9 siswa atau 32% siswa menjawab kadang-kadang, serta 0 siswa atau 0% siswa yang menjawab jarang dan tidak pernah. 4. Pada butir angket 4 dengan pernyataan “Saya mengakui kesalahan yang saya lakukan terhadap teman atau guru”, diperoleh data sebanyak 20 siswa atau setara dengan 71% siswa menjawab sering mengakui kesalahan terhadap teman dan guru, 8 siswa atau 29% siswa menjawab kadangkadang, serta 0 siswa atau 0% siswa yang menjawab jarang dan tidak pernah. 5. Pada butir angket 5 dengan pernyataan “Saya melaporkan pada guru jika menemukan uang di sekolah”, diperoleh data sebanyak 27 siswa atau setara dengan 96% siswa menjawab sering mengatakan pada guru jika menemukan uang di sekolah, 1 siswa atau 4% siswa menjawab kadangkadang, serta 0 siswa atau 0% siswa yang menjawab jarang dan tidak pernah.
165
6. Pada butir angket 6 dengan pernyataan “Saya bercerita yang sebenarnya terhadap teman dan guru ketika memiliki masalah”, diperoleh data sebanyak 18 siswa atau setara dengan 64% menjawab sering bercerita yang sebenarnya terhadap teman dan guru ketika memiliki masalah, 10 siswa atau 36% siswa menjawab kadang-kadang, serta 0 siswa atau 0% siswa yang menjawab jarang dan tidak pernah. 7. Pada butir angket 7 dengan pernyataan “Saya berterus terang ketika merasakan suasana yang kurang nyaman di kelas”, diperoleh data sebesar 16 siswa atau setara dengan 57% siswa menjawab sering berterus terang ketika merasakan kurang nyaman di kelas, 12 siswa atau 43% siswa menjawab kadang-kadang, serta serta 0 siswa atau 0% siswa yang menjawab jarang dan tidak pernah. 8. Pada butir angket 8 dengan pernyataan “Saya mengatakan pada guru jika merasa terganggu di kelas”, diperoleh data sebesar 15 siswa atau setara dengan 54% siswa menjawab sering mengatakan pada guru jika merasa terganggu di kelas, 10 siswa atau 36% siswa menjawab kadang-kadang, 2 siswa atau 7% siswa menjawab jarang, serta 1 siswa atau 4% siswa mejawab tidak pernah. 9. Pada butir angket 9 dengan pernyataan “Saya menjawab soal ulangan sesuai yang diketahui oleh saya”, diperoleh data sebanyak 28 siswa atau setara dengan 100% siswa menjawab sering menjawab soal ulangan sesuai dengan yang mereka ketahui, serta serta 0 siswa atau 0% siswa yang menjawab kadang-kadang, jarang dan tidak pernah. 10. Pada butir angket 10 dengan pernyataan “Saya menjawab pertanyaan guru berdasarkan yang telah dipelajari oleh saya”, diperoleh data sebesar 24 siswa atau setara dengan 86% siswa menjawab sering 4 siswa atau 14% menjawab kadang-kadang, serta 0 siswa atau 0% siswa yang menjawab jarang dan tidak pernah. 11. Pada butir angket 11 dengan pernyataan “Saya datang dan pulang sekolah tepat waktu”, diperoleh data sebanyak 23 siswa atau setara dengan 82% siswa menjawab sering datang dan pulang sekolah tepat waktu, 5 siswa
166
atau 18% siswa menjawab kadang-kadang, serta 0 siswa atau 0% siswa yang menjawab jarang dan tidak pernah. 12. Pada butir angket 12 dengan pernyataan “Saya berbaris rapi dan membaca doa sebelum memulai pelajaran”, diperoleh data sebanyak 23 siswa atau 82% siswa menjawab sering berbaris rapi dan membaca doa sebelum memulai pembelajaran, 4 siswa atau 14% siswa menjawab kadang-kadang, 1 siswa atau 4% siswa menjawab jarang, dan 0 siswa atau 0% siswa menjawab tidak pernah. 13. Pada butir angket 13 dengan pernyataan “Saya mengikuti salat dzuhurberjamaah di masjid sekolah tepat waktu”, diperoleh data sebanyak 26 siswa atau setara dengan 93% siswa menjawab sering mengikuti salat dzuhur berjamaah di sekolah, 2 siswa atau 7% siswa menjawab kadangkadang, serta 0 siswa atau 0% siswa yang menjawab jarang dan tidak pernah. 14. Pada butir angket 14 dengan pernyataan “Saya mengikuti upacara dengan tertib”, diperoleh data sebanyak 23 siswa atau setara dengan 82% siswa menjawab sering mengikuti upacara dengan tertib, 5 siswa atau 18% siswa menjawab kadang-kadang, serta 0 siswa atau 0% siswa yang menjawab jarang dan tidak pernah. 15. Pada butir angket 15 dengan pernyataan “Saya memakan bekal pada jam istirahat”, diperoleh data sebanyak 17 siswa atau setara dengan 61% siswa menjawab sering memakan bekal makanan pada jam istirahat, 9 siswa atau 32% siswa menjawab kadang-kadang, 2 siswa atau 7% menjawab jarang, serta 0 siswa atau 0% siswa menjawab tidak pernah. 16. Pada butir angket 16 dengan pernyataan “Saya mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan baik”, diperoleh data sebanyak 24 siswa atau setara dengan 86% siswa menjawab sering menherjakan tugas yang diberikan guru dengan baik, 4 siswa atau 14% siswa menjawab kadang-kadang, serta 0 siswa atau 0% siswa yang menjawab jarang dan tidak pernah. 17. Pada butir angket 17 dengan pernyataan “Saya melaksanakan tugas piket kelas sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan”, diperoleh data
167
sebanyak 25 siswa atau setara dengan 89% siswa menjawab sering melaksanakan tugas piket kelas sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, 2 siswa atau 7% menjawab kadang-kadang, 1 siswa atau 4% menjawab jarang, serta 0 siswa atau 0% menjawab tidak pernah. 18. Pada butir angket 18 dengan pernyataan “Saya mengumpulkan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru tepat waktu”, diperoleh data sebanyak 20 siswa atau setara dengan 71% siswa menjawab sering mengumpulkan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru tepat waktu, 7 siswa atau 25% siswa menjawab kadang-kadang, 1 siswa atau 4% menjawab jarang, serta 0 siswa atau 0% menjawab tidak pernah. 19. Pada butir angket 19 dengan pernyataan “Saya memakai seragam sekolah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan”, diperoleh data sebanyak 28 siswa atau setara dengan 100% siswa menjawab sering memakai seragam sekolah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, serta 0 siswa atau 0% siswa yang menjawab kadang-kadang, jarang dan tidak pernah. 20. Pada butir angket 20 dengan pernyataan “Saya membawa buku sekolah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan”, diperoleh data sebanyak 26 siswa atau 93%siswa menjawab sering membawa buku sekolah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, 2 siswa atau 7% siswa menjawab kadang-kadang, serta 0 siswa atau 0% siswa yang menjawab jarang dan tidak pernah. 21. Pada butir angket 21 dengan pernyataan “Saya bertanya pada guru tentang pelajaran yang belum saya mengerti”, diperoleh data sebanyak 15 siswa atau 54% siswa menjawab sering bertanya pada guru terhadap pelajaran yang belum dimengerti, 11 siswa atau 39% siswa menjawab kadangkadang, 2 siswa atau 7% siswa menjawab jarang, serta 0 siswa atau 0% siswa menjawab tidak pernah. 22. Pada butir angket 22, dengan pernyataan “Saya bertanya pada guru hal-hal yang saya dengar dan lihat di televisi”, diperoleh data sebanyak 1 siswa atau setara dengan 4% siswa menjawab sering bertanya pada guru hal-hal yang mereka dengar dan lihat di televisi, 21 siswa atau 75% menjawab
168
kadang-kadang, 5 siswa atau 18% siswa menjawab jarang, serta 1 siswa atau 4% siswa menjawab tidak pernah. 23. Pada butir angket 23 dengan pernyataan “Saya mengajukan pertanyaan pada guru tentang berita yang saya lihat di koran”, diperoleh data sebanyak 2 siswa atau setara dengan 7% siswa menjawab sering mengajukan pada guru tentang berita yang dilihat di koran, 19 siswa atau 68% siswa menjawab kadang-kadang, 5 siswa atau 18% siswa menjawab jarang, serta 2 siswa atau 7% siswa menjawab tidak pernah. 24. Pada butir angket 24 dengan pernyataan “Saya mengajukan pertanyaan pada guru tentang pelajaran yang tidak dibahas di kelas”, diperoleh data sebanyak 8 siswa atau setara dengan 29% siswa menjawab sering mengajukan pertanyaan pada guru tentang pelajaran yang tidak dibahas di kelas, 13 siswa atau 46% siswa menjawab kadang-kadang, 6 siswa atau 21% siswa menjawab jarang, serta 1 siswa atau 4% siswa menjawab tidak pernah. 25. Pada butir angket 25 dengan pernyataan “Saya senang bertanya pada guru tentang perubahan lingkungan alam di sekolah”, diperoleh data sebanyak 14 siswa atau setara dengan 50% siswa menjawab sering bertanya pada guru tentang perubahan lingkungan alam di sekolah, 10 siswa atau 36% siswa menjawab kadang-kadang, 4 siswa atau 14% siswa menjawab jarang, serta 0 siswa atau 0% siswa menjawab tidak pernah. 26. Pada butir angket 26 dengan pernyataan “Saya senang bertanya pada guru tentang perkembangan teknologi saat ini” diperoleh data sebanyak 17 siswa atau setara dengan 61% siswa menjawab sering bertanya pada guru tentang perkembangan teknologi saat ini, 8 siswa atau 29% menjawab kadang-kadang, 3 siswa atau 11% siswa menjawab jarang, serta 0 siswa atau 0% siswa menjawab tidak pernah. 27. Pada butir angket 27 dengan pernyataan “Saya senang membaca ensiklopedia untuk menambah pengetahuan”, diperoleh data sebanyak 14 siswa atau setara dengan 50% siswa sering membaca ensiklopedia untuk menambah pengetahuan, 11 siswa atau 39% siswa menjawab kadang-
169
kadang, 3 siswa atau 11% siswa menjawab jarang, serta 0 siswa atau 0% siswa menjawab tidak pernah. 28. Pada butir angket 28 dengan pernyataan “Saya mengakses buku elektronik melalui internet di perpustakaan sekolah untuk mencari pengetahuan baru” diperoleh data sebanyak 14 siswa atau setara dengan 50% siswa sering mengakses buku elektronik melalui internet di perpustakaan sekolah untuk mencari pengetahuan baru, 9 siswa atau 32% siswa menjawab kadangkadang, 4 siswa atau 14% siswa menjawab jarang, serta 1 siswa atau 14% siswa menjawab tidak pernah. 29. Pada butir angket 29 dengan pernyataan “Saya senang membaca bukubuku cerita untuk mengetahui hal-hal baru”, diperoleh data sebanyak 19 siswa atau setara dengan 68% siswa menjawab sering membaca buku cerita anak-anak untuk mengetahui hal-hal baru, 8 siswa atau 29% siswa menjawab kadang-kadang, 1 siswa atau 4% siswa menjawab jarang, serta 0 siswa atau 0% siswa menjawab tidak pernah. 30. Pada butir angket 30 dengan pernyataan “Saya suka membaca tulisantulisan yang ada di mading kelas”, diperoleh data sebanyak 18 siswa atau setara dengan 64% siswa menjawab sering membaca tulisan-tulisan yang ada di mading kelas, 7 siswa atau 25% siswa menjawab kadang-kadang, 1 siswa atau 4% siswa menjawab jarang, serta 2 siswa atau 7% siswa menjawab tidak pernah.
170
Lampiran 10 PEDOMAN WAWANCARA Wawancara Kepala Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta 1. Apa yang bapak pahami mengenai literasi? 2. Apakah Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta membudayakan literasi dalam keseharian siswa di sekolah? 3. Sejak kapan budaya literasi diimplementasikan dalam keseharian siswa di sekolah? 4. Apa sebenarnya tujuan atau target yang hendak dicapai oleh pihak sekolah dalam menggagas budaya literasi? 5. Budaya literasi seperti apakah yang digalakkan oleh pihak sekolah? 6. Bagaimana pelaksanaan reading habbit yang merupakan salah satu upaya dalam membudayakan literasi? 7. Siapa yang pertama kali mencetuskan untuk membudayakan literasi di sekolah? 8. Apakah selama ini pelaksanaan reading habbit yang merupakan salah satu upaya dalam membudayakan literasi telah berjalan sesuai dengan tujuan awal? 9. Apakah ada kendala yang ditemukan oleh para guru dalam membiasakan reading habbit di sekolah? 10. Selain melalui reading habbit, adakah hal lain yang bapak lakukan untuk mendukung budaya literasi?
171
Lampiran 11 PEDOMAN WAWANCARA Wawancara Kepala Perpustakaan/ Ketua Literasi MI Pembangunan UIN Jakarta 1. Apa yang bapak/ibu pahami mengenai literasi? 2. Apakah Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta membudayakan literasi dalam keseharian siswa di sekolah? 3. Sejak kapan budaya literasi diimplementasikan dalam keseharian siswa di sekolah? 4. Apa sebenarnya tujuan atau target yang hendak dicapai oleh pihak sekolah dalam menggagas budaya literasi? 5. Budaya literasi seperti apakah yang digalakkan oleh pihak sekolah? 6. Bagaimana pelaksanaan reading habbit yang merupakan salah satu upaya dalam membudayakan literasi? 7. Apakah ada program atau kegiatan yang digagas oleh pihak perpustakaan yang mendukung tercapainya budaya literasi? 8. Fasilitas apa saja yang tersedia di perpustakaan dalam mendukung budaya literasi? 9. Bagaimana minat siswa terhadap buku-buku bacaan yang ada di perpustakaan? 10. Adakah kendala yang ditemukan dalam membudayakan literasi di sekolah?
172
Lampiran 12 PEDOMAN WAWANCARA Wawancara Guru Kelas Rendah MI Pembangunan UIN Jakarta 1. Apa yang bapak/ibu pahami mengenai literasi? 2. Apakah Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta membudayakan literasi dalam keseharian siswa di sekolah? 3. Sejak kapan budaya literasi diimplementasikan dalam keseharian siswa di sekolah? 4. Apa sebenarnya tujuan atau target yang hendak dicapai oleh pihak sekolah dalam menggagas budaya literasi? 5. Budaya literasi seperti apakah yang digalakkan oleh pihak sekolah? 6. Bagaimana pelaksanaan reading habbit yang merupakan salah satu upaya dalam membudayakan literasi? 7. Bagaimana alokasi waktu pelaksanaan reading habbit di sekolah? 8. Adakah kendala yang ditemui selama mengimplementasikan reading habbit di sekolah? 9. Apakah ada kriteria tertentu dalam menentukan buku-buku seperti apa yang digunakan dalam pelaksanaan reading habbit? 10. Selain melalui reading habbit, adakah hal lain yang bapak/ibu lakukan untuk membudayakan literasi?
173
Lampiran 13 PEDOMAN WAWANCARA Wawancara Siswa MI Pembangunan UIN Jakarta 1. Apakah di sekolah ini terdapat kegiatan reading habbit? 2. Apakah guru kelasmu rutin melakukan kegiatan reading habbit tersebut? 3. Seperti apa pelaksanaan reading habbit di kelasmu? 4. Buku-buku bacaan seperti apa yang ada di kelasmu? 5. Kapan biasanya gurumu mengajak untuk membaca buku bersama? 6. Berapa lama waktu yang diberikan gurumu dalam pembiasaan membaca tersebut? 7. Apakah kamu senang dengan kegiatan reading habbit tersebut? 8. Sudah berapa banyak buku bacaan yang kamu baca selama pelaksanaan reading habbit? 9. Apakah gurumu sering mengajakmu untuk belajar di perpustakaan? 10. Apakah di perpustakaan terdapat buku-buku bacaan selain buku pelajaran?
174
Lampiran 14 TRANSKRIP WAWANCARA Kepala Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Nama Responden : Yon Sugiono, S.Pd Tempat : Kantor Kepala MI Pembangunan UIN Jakarta Hari/Tanggal : Selasa, 11 April 2017 1. Apa yang dimaksud dengan Literasi? Literasi bukan sekedar mengarahkan anak agar suka membaca, tapi lebih luas bagaimana seorang pelajar punya kemampuan untuk belajar secara baik. Makanya literasi bukan hanya membaca, tapi dalam berbagai bidang ilmu. Itu yang menjadi pengertian luas dari literasi. Kalau misalnya liteasi yang belakangan digerakkan yaitu bagaimana anak punya minat baca yang begiitu tinggi. Minat baca menjadi kata kunci, karena membaca adalah kunci dari segala ilmu, dari membaca mempunyai ilmu maka bisa membuka jendela dunia. pengertian awal berawal dari literasi yautu membiasakan anak agar memiliki minat baca yang tinggi, tapi proses akhirnya bukan hanya itu tapi bagaimana mengarahkan anak agar punya literasi yang luas, bagaimana cara belajar yang baik terhadap ilmu pengetahuan, mulai dari membaca, menulis, bahkan sekarang dikembangkan sebuah program yang diluncurkan oleh kementerian agama, yaitu literasi al quran. Baru, yang melengkapi literasi secara umum, sekarang sedang digalakkan, mengarah bagaimana anak punya keterampilan menulis al quran untuk melengkapi keterampilan anak daalam membaca, anak diharapkan mampu terbiasa menulis ayat suci al quran. Ketika dilakukan bersama-sama, insyaallah pemahaman siswa terhadap pengetahuan menjadi lengkap. Jadi literasi memahamkan anak dalam berbagai bisang secara komprehensif, jauh anak memahami semua mata pelajaran.
175
2. Apakah
Madrasah
Ibtidaiyah
Pembangunan
UIN
Jakarta
membudayakan literasi dalam keseharian siswa di sekolah? Literasi di MI Pembangunan sebelumnya sebelum ada gerakan ini kita sudah berliterasi. Misalnya kita melaksanakan HC (Habbitual Curriculum)
di
mana
literasi
itu
berkembang.
Dikembagkan
pembiasaan, mulai dai membaca, memahami, mempraktekan, kedua program waktu khusus reading hours, membaca dalam waktu yang ditentukan. 10-15 menit, serentak di seluruh kelas. Ada waktu di jadwal pelakaran yang ada di reading hour. Penguatan itu diharapkan ada pojok baca, menghimpun kesadaran anak membawa buku dari rumah, bukunya beda-beda dan dibaca secara bergantian. Dalam satu putaran, ketika ada 28 judul buku dalam satu kelas. Target satu buku dua hari, 56 hari selesai, idealnya satu semester dua kali putaran. Termasuk dalam gerakan literasi dengan menghadirkan nuansa di mana dihidupkannya mading, papan-papan yang dipajang, mendorong budaya literasi, walaupun kita tahu bahwa yang utama adalah perpustakaan paling representatif. Itu faktor yang paling menentukan terjadinya
budaya
literasi
yang
kita
sedang
bangun
di
MI
Pembangunan. 3. Bagaimana jika guru dan siswa ingin belajar di perpus? Ada mekanisme untuk laporan, perputakaan sebagaimana yang kita tahu adalah jantungnya pendidikan, sebagai sarana efektif menjadi sumber kegiatan pembelajaran yang bisa dilakukan di perpus. Selain datang ke sana untuk baca, juga ada kegiatan pembelajaran yang dilakukan di sana. Banyaknya paralel membuat guru dan siswa jika ingin belajar di sana harus membuat jadwal terlebih dahulu. Dalam satu hari mulai dari jam pertama sampai jam terakhir terjadwal secara rapih sehingga tidak terjadi bentrok antar kelas, agar tidak ribut dan ramai. Di perpustakaan terdapat jadwal kunjungan belajar, nanti bisa dilihat sebagai bukti fisik.
176
4. Apakah tujuan dari budaya literasi yang diterapkan di MI Pembangunan UIN Jakarta Tujuan akhir sebenarnya adalah pada terwujudnya karakterkarakter yang sangat banyak. Kita bisa melihat dari pengelompokan karakter, terutama yang ingin dicapai adalah karakter ketekunan, minat baca, kerajinan, disiplin, dan yang lainnya yang berkaitan dengan budaya literasi ini. Kegiatan yang kita laksanakan mengarah pada karakter baik siswa. 5. Siapa yang pertama kali mencetuskan untuk membudayakan literasi di MI Pembangunan UIN Jakarta? Pertama kepala sekolah yang merespon kegiatan positif ini. Selanjutnya dikelola dengan yang paling dekat dengan hal ini yaitu kepala perpustakaan. Fungsi kepala sekolah menjadi support yang dianjurkan dari kementerian. 6. Apakah ada keterlibatan dari pihak komite? Komite memberikan support dalam semua kegiatan yang dilakukan oleh pihak madrasah. Komite mempunyai andil yang signifikan dalam gerakan literasi, seperti edaran dan anjuran untuk orangtua siswa. Mereka punya peran yang besar dalam kegiatan literasi di madrasah. 7. Apakah program pembudayaan literasi di MI Pembangunan sudah berjalan dengan baik? Secara prinsip sudah baik, tapi dalam perjalanannya hampir semua program terjadi pasang surut, fluktuatif untuk gerakan ini. Nah untuk itu adanya evaluasi agar dapat sesuai dengan harapan awalnya. Di lapangan terjadi pasang surut semangat. 8. Apakah terdapat kendala selama implementasi budaya literasi? Yang paling besar adalah arahan dari pihak guru. Anak akan menuruti apa yang diperintahkan oleh guru saat kita sedang membentuk karakter itu. kedua keterbatasan bahan yang ada di kelas, ada juga anak yang tidak membawa bukunya. Alasan waktu bukan alasan utama
177
tapi juga menjadi penyebab karena padatnya kegiatan yang ada di Madrasah Pembangunan.
178
Lampiran 15 TRANSKRIP WAWANCARA Wakil Kepala Madrasah Pembangunan UIN Jakarta Bidang Kurikulum Nama Responden : Putri Aula Pertiwi Tempat : Kantor Kepala MI Pembangunan Hari/Tanggal : Rabu, 12 April 2017 1. Apa yang ibu pahami tentang literasi? Budaya untuk membiasakan siswa dan membentuk perilaku siswa untuk akrab membaca. Kita sendiri bahkan siswa jika rajin membaca akan menambah pengetahuan. 2. Bagaimana pelaksanaan budaya literasi di MI Pembangunan UIN Jakarta? Dari perpustakaan diatur, setiap 10-15 menit setiap harinya siswa membaca buku dengan buku bacaan yang siswa baca, ditaruh di perpustakaan kelas. Berjalan dari bulan mei sampai saat ini, namun akhir-akhir ini kurang adanya kontrol dari perpustakaan, jadi saya lihat jadi kurang maksimal. Untuk membaca sendiri, siswa bersama guru tetap memiliki waktu membaca, di luar jadwal dari perpustakaan. 3. Apa tujuan dari kegiatan ini? Wawasan siswa dan membentuk karakter siswa, tapi tergantung bacaannya. Literasi kan salah satu cara, jika ditekuni bisa membentuk karakter siswa, tapi jika tidak dibiasakan, karakter siswa bisa terbentuk dari pengaruh lainnya.
179
4. Pembentukan karakter seperti apa yang diharapkan dari budaya literasi ini? Pembentukan karakter sebenarnya masih banyak melibatkan guru, perilaku, akhlak, mengucapkan salam, membuang sampah pada tempatnya, itu masih perlu bimbingan guru. 5. Apa saja kendala yang ditemukan? Hanya kurang kontrol dari perpustakaan jadi kurang maksimal saja, mungkin bisa dikirim satu orang dari perpustakaan untuk melakukan pengontrolan. Selain itu juga ada yang mengatakan bahwa adanya kendala waktu, jam belajar mereka menjadi terpotong, karena untuk memunculkan mood anak belajar kan butuh waktu, tapi hanya sedikit yang mengeluhkan seperti itu, kegiatan tetap berjalan, guru dapat mensiasati waktu saja. 6. Seperti apa kriteria buku yang boleh dibaca? Tidak boleh komik, mengandung unsur sara atau kekerasan. Yang diperbolahkan dongeng, hikmah, yang membawa ke hal-hal yang positif. 7. Apakah ada kegiatan lain yang mendukung budaya literasi di MI Pembangunan? Peran
perpustakaan,
memberi
hadiah
terbanyak, pengunjung terajin, dan lain-lain.
terhadap
pembaca
180
Lampiran 16 TRANSKRIP WAWANCARA Kepala Perpustakaan Madrasah Pembangunan UIN Jakarta Nama Responden : Samingan Tempat : Ruang Perpustakaan Hari/Tanggal : 10 April 2017 1. Apa yang bapak ketahui tentang Literasi? Literasi itu yang mendorong memotivasi peserta didik atau siapapun untuk membaca. Membaca itu harus dibudayakan, baik dari institusi, kemendikbud, sekolah. Semoga dengan agerkan ini semua menjadi terpacu untuk meningkatkan budaya baca, karena selama ini berdasarkan penelitian yang dilakukan pleh UNESCO, sangat miris melihat minat baca di Indonesia rendah, yaitu urutan kedua terakhir dari 61 negara. 2. Sejak kapan literasi di MI Pembangunan dibudayakan? Resminya 23 mei 2016, itu tanggal launchingnya. Sebelum itu sebetulnya kami sudah membudayakan literasi, tapi namanya bukan Gerakan Literasi Madrasah Pembangunan (GLMP) melainkan reading hours. Masing-masing unit menyediakan waktu 15 menit per minggu untuk membaca, malah untuk di tingkat Madrasah Aliyah (MA) bisa 40 menit karena waktunya diambil di jam awal, satu hari diambil jam tengahnya untuk itu. 3. Bagaimana implementasi budaya literasi di MI Pembangunan? Sebelum launching gerakan literasi, kami sudah sepakat untuk menyediakan waktu 15 menit dalam waktu seminggu sekali untuk membaca, tapi tidak ditentukan harinya, semuanya tergantung gurunya, diserahan kepada masing-masing guru kelas untuk mengaturnya. Setelah launching, saat itu kami mengundang kanwil, koordinator gerakan literasi kanwil, sekaligus meluncurkan dua novel karya siswa
181
tingkat Madrasah Tsanawiyah (Mts), buku tersebut diperkenalkan ke publik dan baru diterbitkan. Acara tersebut turut mengundang novelis yang banyak menghasilkan karya novel untuk sharing agar motivasi anak tumbuh, kebetulan beliau juga merupakan alumni sekolah ini. Di sini juga ada salah seorang guru menulis 13 buku novel, yaitu Pak Muttaqin, yang saat ini mengajar di tingkat Mts. 4. Apa tujuan dari budaya literasi di MI Pembangunan? Tujuannya agar membangkitkan minat baca, sekaligus menjawab tantangan bangsa, berdasarkan UNESCO terhadap rendahnya minat baca di Indonesia. Target dari gerakan literasi di sini yaitu idealnyana satu anak bawa 1 buku, setelah selesai diceklis dalam jurnal, setelah itu buku yang telah dibaca ditukar dengan teman yang lain sehingga dalam satu waktu tertentu bisa selesai, jadi kira-kira satu bulan selesai. Namun sebenarnya ada kendala, dari guru yang sepertinya belum terpanggil untuk kegiatan ini, dirugikan jamnya terpakai, padahal hakikatnya itu bagian dari pembelajaran. Belakangan ada teori baru dari edu yang konsultan kurikulum itu, bahwa literasi bukan lagi dijadwal tapi kewajiban guru menyediakan waktu untuk membaca. Di perpus juga menyediakan buku-buku, jadi siswa bisa ke sini untuk membaca atau meinjam buku. 5. Apakah di perpustakaan terdapat buku selain buku pelajaran? Iya, justru minat anak-anak itu terhadap bacaan non pelajaran, seperti anak Mts lebih menyukai novel, kalau di tingkat MI menyukai KKPK (kecil-kecil punya karya) terbitan mizan yang paling menjadi incaran anak-anak. Di perpustakaan kami menerapkan sistem reward. Jadi setiap satu semester direkap siapa yang paling banyak meminjam buku, lalu diumumkan di upacara, siswa mendapat hadiah buku, guru juga yang paling banyak berkunjung dan meminjam buku mendapatkan hadiah buku. InsyaAllah dengan fasilitas perpus yang nyaman, dingin, lesehan, dapat meningkatkan minat anak yang cukup tinggi terhadap membaca.
182
6. Apakah terdapat sarana lain yang mendukung budaya literasi di MI Pembangunan? Komputer di sini kami fasilitasi dengan akses internet untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Biasanya siswa menggunakan untuk mencari arti kata yang sulit atau untuk membaca e-book, tetapi tidak boleh digunakan untuk bermain. 7. Bagaimana jika guru ingin mengajak siswa untuk belajar di sini? Apakah harus laporan terlebih dahulu? Idealnya
sesuai
dengan
jadwal,
sebelum
menggunakan
perpustakaan sebagai sarana belajar guru harus konfirmasi dulu. Jangan sampai semua anak berada di sini, lalu daya tampungnya tidak memenuhi. Ada guru yang tertib, tapi ada juga yang masuk-masuk saja tana laporan terlebih dahulu. Ada guru yang mengarahkan dari kelas sepatu diletakkan di rak, tapi ada juga yang tidak mengarahkan. Tapi kami selalu mengarahkan dan memberi masukan agar kedepannya lebih baik lagi. 8. Apakah terdapat perbedaan budaya literasi di Madrasah Ibtidaiyah di kelas rendah dan tinggi? Di kelas rendah terpantau oleh konsosrsium, tapi masing-masing dikembalikan ke gurunya lagi. Banyak guru yang menolak karena sedang mengajar terpotong untuk membaca. Karena ada guru yang memprotes, ketika jam pelajarannya jamnya terpotong untuk 15 menit untuk membaca, belum lagi jika terlambat, akan terpotong lagi, jadi nanti masing-masing guru diberi tanggung jawab, yang terpenting ada rekaman bukti guru telah membiasakan membaca di kelas, ada buktinya gitu. Di perpustakaan juga ada datanya. 9. Apakah guru dan siswa rajin mengunjungi perpustakaan? Rata-rata rajin kok, secara klasikal pak Mutaqqilah hampir setiap hari menggunakan perpustakaan, membawa anak-anak didiknya ke sini, ya memang ada keterkaitan karena beliau mengajar bahasa indonesia. Kalau pelajaran matematika jarang, ipa masih sering ke sini.
183
Tergantung karakter pelajarannya saja. Kalau saya sendiri mengajar bahasa indonesia, jadi sering kesini karena saya mengakses kamus, bahan bacaan, koran, meringkas buku, dan lain-lain. 10. Untuk Gerakan Literasi sendiri, apakah ada laporannya? Ya ada, diserahkan ke saya, di kelas 6 sudah bagus laporannya. Kalau di kelas rendah belum saya pantau, kelas rendah dilimpahkan ke guru kelas, guru bertanggung jawab. 11. Apakah terdapat kendala dalam mengimplementasikan budaya literasi? Ada, masing-masing ketika program ini, meski didiskusikan, masing unit beda respon. Di Madrasah Aliyah, jam terlalu padat, maka diserahkan ke guru Bahasa Indonesia, tapi karena ternyata materinya juga padat, jadi kurang maksimal. Di tsanawiyah, map jurnal tidak sampai ke guru, nah ini perlu didiskusikan lagi. 12. Sejauh ini apakah ada keterlibatan dari orang tua? Ada, terutama dalam hal pembinaan buku bacaan, ketika launching ada permintaan sumbangan buku, orang tua antusias dalam memberikan buku ke anak-anaknya. Kalau tidak salah ada sekitar 670 judul buku yang terkumpul saat itu. 13. Apakah terdapat persetujuan dari komite? Dari orangtua atas persetujuan komite, direktur, kepala sekolah, lalu launching. Setelah launching, ketika disuruh membawa buku untuk di kelas, orang tua membawakan buku-buku yang pas untuk anak-anak. 14. Yang saya dengar, alumni dari sekolah ini wajib menyumbang buku, benarkah begitu? Ya, benar. Sebenarnya kan sumber pengadaan buku ada tiga: 1) Beli, pameran, toko buku, dll 2) Alumni, tiap tahun, ada surat edaran untuk orangtua untuk menyumbang buku. Itu menjadi syarat pengambilan ijazah salah satunya adalah bebas pustaka dan keuangan, bebas pustaka maksudnya menyumbangkan satu buku untuk perpustakaan, tapi
184
tahun terbit bukunya tidak boleh yang terlalu lama. Misalnya untuk 2016 harus buku yang maksimal terbitan 2015. 3) Sumbangan lembaga. Kami membuat proposal, belum lama kami kirim ke asia foundation, dari sana kami apat banyak buku bagus. Selain menerima juga menyalurkan, buku-buku yang kurang diminati anak, kirim ke lembaga lain, untuk bakti sosial, dan lain-lain. Jadi kami berusaha agar buku-buku masih bisa bermanfaat.
185
Lampiran 17 TRANSKRIP WAWANCARA Guru Madrasah Pembangunan UIN Jakarta Nama Responden : Afifah (Guru kelas 3 MI) Tempat : Ruang Guru Hari/Tanggal : Selasa, 11 April 2017 1. Apa yang ibu ketahui tentang literasi? Hobi membaca, tapi bukan sekedar baca, tapi juga dipahami. Bukan sekedar komik, tapi bisa ditiru, diambil nilai moralnya. 2. Bagaimana pelaksanaan budaya literasi di MI Pembangunan? Ada waktu membaca di sela-sela belajar, misalnya 10 menit. Dulu terjadwal, sekarang disesuaikan waktunya dengan guru. Kalo saya fleksibel saja, misalnya sudah selesai pembelajaran baru kita samasama baca. 3. Berasal dari mana buku-buku yang siswa baca? Anak-anak bawa satu atau dua dari rumah, diletakan di pojok baca. Buku cerita anak-anak. 4. Kapan budaya literasi di MI Pembangunan mulai diterapkan? Semester lalu mulainya, sudah hampir setahun. Dari kepala perpustakaan yang memberi himbauan untuk wali kelas. Untuk meningkatkan minat baca anak-anak. Apalagi sekarang anak-anak lebih sibuk dengan gadgednya. Tapi anak-anak di sini suka membaca, sering ke perpus. 5. Apakah budaya literasi dapat mempengaruhi pembentukan karakter siswa? Tergantung yang dibaca, kalau komik-komik biasa tidak terlalu berpengaruh. Kecuali buku-buku yang ada teladan-teladannya. Jadi tergantung yang dibaca saja.
186
6. Apakah ibu menemukan kendala saat mengimplementasikan budaya literasi di MI Pembangunan? Dari segi waktu, guru juga. Apakah bisa membagi waktu dengan baik. Jadi hanyalah masalah waktu dan guru saja 7. Apakah kegiatan ini tertulis dalam laporan? Sekarang belum secara formal. Pernah ada list yang diberikan perpustakaan, waktu itu diisi tapi tidak rutin karena tidak dikembalikan, ditanyakan, tidak diperiksa. Ini ada di saya laporannya. 8. Apakah ada keterlibatan orangtua dalam kegiatan ini? Belum menyeluruh. Paling pemberian buku ketika anak-anak mereka lulus dari sini. Seharusnya perlu keterlibatan orangtua, agar ada masukan-masukan. 9. Apakah guru mendukung budaya literasi dengan pengadaan mading? Ada, hasil karya seperti puisi, dan lain-lain, diketik nanti ditempel agar yang lain bisa baca. Tergantung guru sebenarnya, apakah mau mengajak siswa untuk berkarya tulis atau tidak.
187
Lampiran 18 TRANSKRIP WAWANCARA Guru Madrasah Pembangunan UIN Jakarta Nama Responden : Mutaqqilah (guru kelas 3 MI) Tempat : Ruang Guru Hari/Tanggal : Selasa, 11 April 2017 1. Apa yang bapak pahami tentang literasi? Anak
itu
memahami
membaca,
banyak
membaca.
Bisa
menuliskannya kembali gagasan dalam bacaan. Pertama menulis dari bacaan, lalu menulis sendiri. 2. Bagaimana pelaksanaannya? Sebelum mulai belajar. Di semua pelajaran bisa, tapi utamanya bahasa indonesia. Saya sering mengajak anak-anak ke perpustakaan, untuk mencari arti kata, membaca, atau apapun. 3. Apa tujuan kegiatan ini? Bisa memahami, menuliskan kembali, mengidentifikasi. 4. Apakah dapat mempengaruhi karakter siswa? Sangat mempengaruhi. Karena sesuatu yang belum mereka tahu menjadi tahu. Biasanya dalam cerita-cerita yang menarik. Misalnya pitung, mereka jadi tahu bagaimana perjuangan pitung dalam berjuang melawan penjajah, sikap-sikap mereka bisa terbentuk, mereka tidak meniru sikap kesewenang-wenangan penjajah. Saya sering bercerita, misalnya abu nawas, pitung, dll. 5. Bagaimana karakter siswa di MI Pembangunan? Tergantung lingkungan, utamanya orangtua dan guru. Mereka patuh terhadap guru, hanya perlu ketegasan dan contoh saja. 6. Apakah ada kendala dalam mengimplementasikan budaya literasi di MI Pembangunan?
188
Banyak, diantaranya anak-anak energik. Mereka baca kita harus beri perintah untuk membaca. Konsekuensinya guru harus memberikan pertanyaan, walaupun tidak semuanya 75% patuh. 7. Apa yang dilakukan untuk meningkatkan literasi selain membaca? Mendengarkan
cerita,
berdiskusi
dengan
tema
tertentu,
pembuatan mading kelas. Saya juga suka menempel karya anak misalnya puisi, lalu ditempel. Selain itu ada kegiatan bulan bahasa, itu bisa mendukung terciptanya budaya literasi yang menyeluruh.
189
Lampiran 19 TRANSKRIP WAWANCARA Guru Madrasah Pembangunan UIN Jakarta Nama Responden : Siti Mahsusiatin (guru kelas 3 MI) Tempat : Ruang Guru Hari/Tanggal : Rabu, 12 April 2017 1. Apa yang ibu pahami tentang literasi? Anak-anak dibiasakan untuk membaca buku, mencintai buku, agar pengetahuannya luas. Reading hour di dalam kelas, lebih baik di perpustakaan karena bukunya lebih banyak. 2. Kapan budaya literasi diterapkan di MI Pembangunan? Ya sejak bulan januari, sudah hampir satu tahun 3. Kapan pelaksanaan budaya literasi di MI Pembangunan? Pelajaran apapun, setiap hari, anak-anak membaca. 4. Buku bacaan seperti apakah yang dibaca siswa setiap harinya? Buku cerita yang mengadung nilai-nilai kebaikan 5. Apakah budaya literasi yang diterapkan berpengaruh pada karakter siswa? Sangat berpengaruh, yang jelas mereka lebih hapal terhadap pelajaran. Dari sikap juga, membentuk siswa menjadi lebih baik. 6. Bagaimana karakter siswa di kelas? Anak-anak disiplin, namun harus diingatkan. Anak-anak memiliki kecenderungan untuk bermain, maka guru harus tegas dalam mengkondisikan. 7. Bagaimana dengan karakter kejujuran, disiplin, dan rasa ingin tahu siswa? Ya sebenarnya sudah baik, hanya perlu dinasihati saja, misalnya suka ada yang melepas sepatu di kelas. Tapi jarang kok mereka
190
melanggar. Yang penting anak-anak senang belajar. Tidak apa-apa terlambat, kadang ada anak yang sakit, lalu tetap ingin ke sekolah, sudah lumaya siang mereka datang, tidak apa-apa/ kalau masalah kejujuran saya sangat perhatian, saya bisa menyobek ulangan mereka jika menyontek. Tapi selama ini tidak pernah ada yang menyontek. Di kelas, anak-anak rasa ingin tahunya tinggi, ada beberapa yang diam. Mereka sering bertanya, untuk pelajaran yang sulit, hal-hal yang belum mereka ketahui, dan lain-lain. 8. Apakah ada yang ibu lakukan untuk mendukung budaya literasi di MI Pembangunan? Ya paling dengan pembuatan mading kelas, anak-anak bisa buat, nulis, gantian membaca
191
Lampiran 20
TRANSKRIP WAWANCARA Guru Madrasah Pembangunan UIN Jakarta Nama Responden : Azizah, S.Pd Tempat : Ruang Guru Hari/Tanggal : Rabu, 12 April 2017 1. Apakah yang ibu pahami mengenai literasi? Ya yang saya tahu itu membaca, menulis, dan lain-lain. 2. Apakah MI Pembangunan UIN Jakarta melaksanakan budaya literasi? Iya, kalo dulu disebut reading habbit, pembiasaan membaca gitu, kalo sekarang namanya GLMP katanya. Gerakan Literasi Madrasah Pembangunan 3. Sejak kapan budaya literasi diterapkan di MI Pembangunan? Sejak bulan januari 4. Apa tujuan dari budaya literasi di MI Pembangunan? Tujuannya agar siswa suka baca, kan sekarang anak-anak sering main gadgednya gitu 5. Apakah budaya literasi berpengaruh terhadap pembentukan karakter siswa? Iya dong, kan kalo siswa sering baca buku, tapi bukunya yang ada nilai moralnya loh. Itu bisa membuat karakter siswa menjadi lebih baik. 6. Bagaimana pelaksanaan budaya literasi di MI Pembangunan? Pelaksanaannya itu membiasakan siswa untuk membaca, di awal pelajaran, tengah, kadang akhir juga. Anak-anak baca buku yang ada di kelas, buku cerita gitu. 7. Dari mana sumber pengadaan buku-buku cerita tersebut?
192
Siswa yang bawa, waktu itu dikasih surat edaran isinya menghimbau untuk orangtua siswa bawa buku cerita buat anaknya baca di sekolah. 8. Apakah terdapat kendala dalam mengimplementasikan budaya literasi di MI Pembangunan? Ya ada pasti, waktunya sih ya, susah buat mengkondisikan siswa baca 15 menit, abis itu waktunya selesai eh ada yang masih baca. 9. Apakah ada hal lain yang guru lakukan untuk mendukung budaya literasi di MI Pembangunan? Paling guru harus menjadi contoh untuk siswa, kalo mau siswanya suka baca ya gurunya juga harus baca.
193
Lampiran 21
TRANSKRIP WAWANCARA Guru Madrasah Pembangunan UIN Jakarta Nama Responden : Asikah Tempat : Ruang Kelas Hari/Tanggal : Senin, 10 April 2017 1. Apa yang ibu ketahui tentang literasi? Ya, membaca, menulis, dan lain-lain 2. Apakah di MI Pembangunan masih membudayakan literasi? Ya, masih 3. Seperti apa pembiasaan budaya literasi di MI Pembangunan? Budaya baca, anak-anak membaca buku. Kalau di sini ada yang rajin, ada yang tidak mau baca. Si kalyca rajin, Dinara juga, Nayla juga rajin. 4. Apakah kegiatan tersebut terjadwal dengan baik? Kemarin- kemarin ada dan terjadwal, tapi sekarang dengan sendirinya berjalan. 5. Kapan pelaksanaan pembiasaan membaca tersebut? Alhamdulillah, Setiap hari, ya walaupun buku di sini sudah sering dibaca, jadi kan bosan ya, akhirnya mereka pinjam di perpustakaan. 6. Berapa lama durasi waktu yang dibutuhkan dalam membiasakan siswa membaca? Beberapa menit dibiasakan untuk baca, serentak dari kelas 1-6, bahkan sampai Mts dan Ma. 7. Apa tujuan dari budaya literasi di MI Pembangunan?
194
Supaya anak rajin baca, mau baca buku. 8. Menurut ibu apakah dengan pembiasaan membaca, karakternya anak bisa terbentuk? Bisa, disiplin bisa. Bisa terbantu kok, sering baca jadi ada kemajuannya dikit. 9. Bagaimana pelaksanaan budaya literasi di kelas yang ibu ajarkan? Saya sering membacakan cerita ketika pelajaran bahasa indonesia, atau ketika selesai solat. Di waktu-waktu senggang kitamanfaatkan untuk membaca, 10. Apakah ada kendala dalam pembiasaan tersebut? Ada pastinya, ketika dibacakan cerita ada siswa yang ngobrol, ada yang tidak mau . 11. Dari mana buku-buku bacaan siswa berasal? Mereka bawa sendri, waktu itu ada surat edarannya, dari rumah mereka bawa. 12. Apakah jenis bukunya ditentukan? Bebas, komik boleh, buku pelajaran boleh. Pokoknya yang mendukung mereka suka membaca 13. Bagaimana agar ibu mengetahui bahwa mereka telah membaca? Diperhatikan, lalu ditanya , kalau tidak bisa jawab berarti belum baca.
195
Lampiran 22
TRANSKRIP WAWANCARA Guru Madrasah Pembangunan UIN Jakarta Nama Responden : Sarmadan Noor Daulay Tempat : Ruang Kelas Hari/Tanggal : Senin, 10 April 2017 1. Apa yang bapak pahami tentang literasi? Yang saya pahami mengenai literasi adalah membiasakan diri untuk membaca 2. Bagaimana implementasi budaya literasi di MI Pembangunan? Awalnya anak-anak diajak untuk membawa satu buku cerita. Satu kelas 29 anak, 29 buku cerita. Mereka membaca buku certa yang mereka baca dulu sampai selesai. Nanti kalo sudah selesai mereka bertukar buku dengan temannya yang sama-sama sudah selesai. Kalau misalkan belum selesai juga, maka ia bisa bawa buku cerita yang baru dari rumah 3. Sejak kapan gerakan literasi dilaksanakan? Ketika ada program literasi, tidak tahu di kelas lain apakah masih melaksanakan, tapi kalau saya sih masih. 4. Kapan waktu pelaksanaannya? Setiap jam pelajaran. Kalau saya setiap pelajaran bahasa indonesia, setiap hari senin, selasa, dan rabu. 5. Dalam pelaksanaannya, apakah mereka membaca buku masing-masing atau bapak membacakan cerita? Mereka baca masing-masing saja, saya tidak membacakan. Karena kan untuk pembiasaan membaca, bukan menyimak. 6. Apa tujuan dari kegiatan tersebut?
196
Tujuannya agar membiasakan anak membaca, anak-anak kan awalnya kurang minat membaca, sekarang minat bacanya bertambah 7. Bagaimana alokasi waktu untuk budaya literasi? Biasanya 5-10 menit. Tidak ideal sebenarnya, harusnya setengah jam. Kalo dipaksakan nanti pelajaran bahasa indonesia bagaimana? Nanti waktunya habis. 8. Apakah kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan budaya literasi? Tentunya ada kendala yang dihadapi, gaya baca anak beda-beda, ada yang senang baca sambil tiduran, atau duduk di bawah. Sepertinya kurang ruangan yang cukup, kalaupun bangku anak-anak digeser ke pinggir untuk membaca di tengah-tengah, nanti akan merapihkan bangku. Harusnya di perpustakaan saja. Agar anak-anak nyaman. 9. Selama ini apakah bapak sering mengajak anak-anak ke perpustakaan? Jarang. Kalau istirahat mereka ke sana sendiri untuk pinjam buku. 10. Selain pembiasaan membaca di kelas, adakah yang bapak lakukan untuk membudayakan literasi? Selama ini sih motivasi anak, kalau memberi contoh bahwa dengan pembelajaran membaca kita dapat banyak pengetahuan. Saya cerita tentang suatu negara, saya belum tahu negara itu, malah anak-anak yang pernah ke sana membenarkan. Minimal motivasi anak. 11. Apakah bapak sering menugasi siswa membuat mading dalam mendukung budaya literasi? Mading jarang sih, paling dokumen keluarga, tugas anak-anak saja.
197
Lampiran 23
TRANSKRIP WAWANCARA Guru Madrasah Pembangunan UIN Jakarta Nama Responden : Ria Tempat : Ruang Guru Hari/Tanggal : Selasa, 11 April 2017 1. Apa yang ibu pahami tentang literasi? Saat anak-anak diberi kesempatan untuk membaca buku-buku yang ada untuk menumbuhkan minat baca anak-anak. 2. Bagaimana implementasi budaya literasi di MI Pembangunan? Masih dilaksanakan, saya biasanya mengajak mereka membaca di akhir pelajaran. Di kelas ada perpustakaan kelas atau pojok baca. Bukubukunya dari siswa, mereka masing-masing bawa minimal satu buku, dan mereka bawa banyak buku. 3. Apakah budaya literasi berpengaruh terhadap karakter siswa? Berpengaruh sekali, biasanya mereka bertanya apa maksudnya, benar atau salah. Jadi guru bisa menjelaskan lagi, mengarahkan lagi tentang yang baik dan yang tidak. 4. Apakah ada ketentuan buku yang dibaca? Buku cerita, tapi yang tidak bermasalah. Bukan buku yang terlalu dewasa, tidak mengandung unsur sara, dan harusnya yang menambah ilmu pengetahuan. Dongeng tuh bagus, banyak manfaatnya, bisa diambil pedoman hidupnya. Saya tidak melarang komik, selama itu baik, baus juga asalkan tidak pornografi. 5. Apa saja kendala yang ditemukan dalam mengimplementasikan budaya literasi?
198
Tidak ada, sejauh ini anak-anak malah menjadi lebih tertib, ketika mereka membaca menjadi lebih tenang di kelas. 6. Apakah terdapat mading kelas dalam mendukung budaya literasi? Awalnya kosong, lalu lama-lama diisi hasil karya seperti karya seni, juga puisi, poster, anak-anak buat sendiri.
199
Lampiran 24
TRANSKRIP WAWANCARA Guru Madrasah Pembangunan UIN Jakarta Nama Responden : Syukri Tempat : Ruang Kelas Hari/Tanggal : Rabu, 12 April 2017 1. Apa yang bapak pahami tentang literasi? Kegiatan membaca dan menulis 2. Bagaimana implementasi budaya literasi di MI Pembangunan? Di sini kurang maksimal karena harusnya terekam, tapi selama ini tidak dilaporkan. Buku-bukunya anak-anak bawa dari rumah, lalu dibaca secara bergantian. 3. Apa tujuan dari budaya literasi? Pembiasaan anak-anak untuk membaca, agar perpustakaan juga ramai. 4. Apa kendala yang ditemukan ketika mengimplementasikan budaya literasi? Yang rajin membaca itu-itu saja, tapi di sini cukup seimbang. Di sini Kevan sudah dua tahun berturut-turut mendapatkan hadiah karena menjadi pembaca dan peminjam terbanyak di perpustakaan. 5. Apakah ada kriteria buku bacaan untuk siswa? Buku-buku cerita anak, boleh juga komik, ada juga buku yang berkaitan dengan pelajaran, seperti komik sains 6. Selain itu, apakah ada pembiasaan lain agar meningkatkan literasi siswa? Di samping membaca saya membiasakan anak-anak untuk menulis, misalnya setelah kunjungan belajar di luar, seperti belum lama ini ke taman safari, saya mengajak siswa untuk menulis cerita mereka
200
Lampiran 25
TRANSKRIP WAWANCARA Guru Madrasah Pembangunan UIN Jakarta Nama Responden : Mumu Tempat : Ruang Kelas Hari/Tanggal : Rabu, 12 April 2017 1. Apa yang bapak ketahui tentang literasi? Program meningkatkan minat baca di bidang pendidikan 2. Bagaimana implementasi budaya literasi di MI Pembangunan? Setiap wali kelas diberi rekapan nilai terkait dengan jadwal membaca yang telah diatur oleh kepala perpustakaan. Membaca dilakukan di dalam kelas, bukunya masing-masing bawa dari rumah, setiap selesai satu buku bergantian dengan temannya. Targetnya satu bulan selesai. 3. Apa tujuan dari budaya literasi? Membaca merupakan jendela ilmu, bagaimana mungkin wawasan anak terbuka jika jarang membaca buku. 4. Apakah budaya literasi berpengaruh pada karakter siswa? Sangat berpengaruh, karena dengan pengetahuan dan wawasan yang mereka miliki akan membuat karakter anak berubah, meskipun presentasenya kecil, selain dari pengearuh guru. 5. Apa kendala yang ditemukan dalam megimplementasikan budaya literasi? Ada separuh anak yang belum bisa membaca, kedua terkait dengan pembagian waktu, karena di sini juga banyak kegiatan seperti tilawati dan habbitual curruculum yang dari dulu dilaksanakan. Ketika,
201
anak juga ada yang jarang masuk jadi ketinggalan dengan teman-teman yang lain. 6. Apakah terdapat kriteria terhadap buku bacaan siswa? Buku cerita anak-anak. Komik boleh, tapi jika anjuran atau yang berisi karakter baik anak.
202
Lampiran 26
TRANSKRIP WAWANCARA Guru Madrasah Pembangunan UIN Jakarta Nama Responden : Cici Tempat : Ruang Kelas Hari/Tanggal : Rabu, 12 April 2017 1. Bagaimana implementasi budaya literasi di MI Pembanggunan? Dulu terjadwal dengan baik, tapi karena keterbatasan waktu maka sekarang saya balik jadwalnya. Literasi kan kapan saja bisa dilakukan sebenarnya, maka seringnya saya membiasakan mereka membaca di akhir pembelajaran agar bisa terpakai dengan efektif waktunya. 2. Apakah budaya literasi berpengaruh terhadap karakter anak? Berpengaruh, anak-anak suka meniru apa yang mereka telah baca. 3. Apakah ibu menemukan kendala dalam mengimplementasikan budaya literasi? Kendalanya mungkin ada anak yang belum bisa membaca. Jadi saya menekankan agar mereka dapat membaca dengan lancar. Apalagi ini kurikulum 2013, banyak menyita waktu. 4. Apakah ada kriteria terhadap buku yang akan dibaca siswa? Bebas saja, tetapi bukunya harus yang islami 5. Apakah ada kegiatan lain yang mendukung tercapainya budaya literasi? Anak-anak menulis cerita, itu saja. Karena masih kelas satu jadi ditekankan di aspek membacanya saja.
203
Lampiran 27
TRANSKRIP WAWANCARA Guru Madrasah Pembangunan UIN Jakarta Nama Responden : Siswa-siswi Kelas 3 C Tempat : Ruang Kelas Hari/Tanggal : Rabu, 12 April 2017 no
Pertanyaan
1
Apakah di sekolah ini terdapat
Iya, ada
kegiatan reading habbit?
Masih kok
Baca buku di kelas iya bu
Iya baca buku gitu
Ada, baca ya?
rutin
Tiap hari
melakukan kegiatan reading habbit
Tiap pagi
tersebut?
Enggak pagi, kadang siang sih
Iya
2
Apakah
guru
kelasmu
Jawaban
bacanya
kadang
pagi,
siang, tapi tiap hari 3
Seperti apa pelaksanaan reading
Disuruh baca sama bu guru
habbit di kelasmu?
Kita di kelas baca buku cerita semuanya
Bukunya yang di pojok baca disuruh ambil, abis itu kita baca
Ya gitu, kita disuruh baca buku cerita ganti-gantian, bu guru juga baca sih
204
4
Buku-buku bacaan seperti apa
Buku cerita anak-anak
yang ada di kelasmu?
Buku kecil-kecil punya karya boleh
Dongeng bu, tapi ada komik juga
Macem-macem
bukunya,
buku-buku cerita kebanyakan 5
Kapan biasanya gurumu mengajak
Sebelum belajar
untuk membaca buku bersama?
Iya abis baris, baca doa, terus baca buku
Sebelum
pelajaran,
kadang-kadang
pas
tapi mau
istirahat sih
6
Kapan aja bu
Berapa lama waktu yang diberikan
Sebentar sih bu
gurumu
Nggak ngitungin
Kayaknya lima belas menitan
Iya bu lima belas menit
Seneng kan baca buku
Senang soalnya bukunya buku
dalam
pembiasaan
membaca tersebut?
7
Apakah
kamu
senang
dengan
kegiatan reading habbit tersebut?
cerita
8
Senang bu
Iya bu senang
Sudah berapa banyak buku bacaan
Nggak tau, banyak
yang
Kayaknya hampir semua buku
kamu
baca
selama
pelaksanaan reading habbit?
9
Apakah mengajakmu
gurumu untuk
di kelas
sering belajar
di
Rata-rata udah baca
Kan gantian bu bacanya
Iya suka kalo pelajaran bahasa Indonesia
205
Kadang-kadang
Nggak setiap pelajaran
Seringnya kalo pulang sekolah
Apakah di perpustakaan terdapat
Iya banyak
buku-buku bacaan selain buku
Buku cerita ada, komik banyak
pelajaran?
Ada buku cerita anak, novel,
perpustakaan?
10
dongeng bu
Banyakan buku ceritanya kok bu
206
Lampiran 28
Catatan Lapangan 01 Pembiasaan Membaca Tanggal
: 10 April 2017
Waktu
: 06.30
Tempat
: Ruang Kelas 3 C
Suasana kelas 3 C MI Pembangunan UIN Jakarta tampak ramai sebelum guru kelas datang. Siswa tampak sibuk mengobrol, berlari-larian di dalam kelas, serta beberapa siswi yang mengobrol membentuk kelompok. Ketika guru kelas sudah tiba bersamaan dengan bel yang berdering pukul 07.00, seluruh siswa berhamburan ke depan kelas untuk berbaris. Mereka membagi ke dalam dua barisan, sebelah kiri barisan perempuan dan sebelah kanan barisan laki-laki. Tanpa komando lagi, mereka segera memperbaiki barisan sesuai dengan ukuran tinggi badan. Siswa yang merasa lebih tinggi pindah ke belakang, sementara siswa yang bertubuh lebih rendah pindah ke depan. Guru kelas mengucapkan salam, siswa menjawab dengan serentak. Selanjutnya guru memimpin siswa untuk melakukan senam ringan bersama. Seluruh siswa mengikuti gerakan guru, namun sesekali siswa ada yang bercanda dan langsung ditegur oleh guru. Selesai senam, guru mengajak mereka membaca doa sebelum mauk kelas, disusul kemudian guru memeriksa kuku siswa dan siswa masuk kelas satu per satu. Di dalam kelas, siswa langsung mengeluarkan buku monitor ibadah yang merupakan habbitual curriculum MI Pembangunan UIN Jakarta. di dalamnya terdapat doa-doa pilihan untuk dibaca dan dihapalkan bersama.
207
Pukul 07.45, pembiasaan membaca doa dan surah pilihan telah seselai, guru mengajak siswa untuk membaca buku bersama-sama. Di pojok kelas terdapat meja berwarna cokelat yang berisi tumpukan buku-buku bacaan siswa. Buku-buku terdiri dari buku cerita dongeng, cerita rakyat, cerita para nabi, ensiklopedia, serta komik sains. Siswa mengambil satu per satu buku tanpa saling berebut, ternyata mereka mengambil buku bacaan yang merupakan kelanjutan dari buku yang kemarin mereka baca. Selain siswa, guru juga membaca buku, kegiatan tersebut berlangsung selama kurang lebih lima belas menit. Pukul 08.00 bel berdering, pelajaran pertama akan segera dimulai, seluruh siswa mengembalikan buku bacaan ke pojok baca dan menyimpannya dengan rapih. Kemudian mereka kembali ke tempat duduk masing-masing untuk belajar.
208
Catatan Lapangan 02 Pembiasaan Membaca Tanggal
: 18 April 2017
Waktu
: 09. 00
Tempat
: Ruang Kelas 3 C
Seusai pelajaran tahfidz Al-quran, masih ada waktu sekitar lima belas menit yang tersisa sebelum bel istirahat berbunyi. Guru mengajak siswa untuk membaca buku untuk mengisi waktu luang sebab pada saat pelajaran tadi hanya menyetorkan hapalan saja. Siswa segera mengambil bahan bacaan yang ada di pojok baca untuk kemudian mereka baca di tempat duduk masing-masing. Di saat pembiasaan membaca tersebut, suasana kelas menjadi hening, tidak ada seorang siswa pun yang bercanda atau mengobrol. Peneliti memperhatikan suasana kelas, ada banyak tulian yang ditempel di dinding kelas. Di sebelah depan di dekat papan tulis ada tulisan mengenai peraturan kelas, hapalan doa-doa harian yang harus dibaca senin-jumat, daftar piket, daftar mata pelajaran dan struktur organisasi kelas. Di belakang, ada sebuah mading (majalah dinding) kelas yang dipenuhi oleh hasil karya siswa. Hasil karya siswa yang dipajang berupa gambar-gambar dengan gradasi warna yang indah, ada pula puisi-puisi yang siswa buat sendiri, ada cerita pendek, serta artikel-artikel tentang pengetahuan. Di sebelah kiri kelas ada beberapa buah poster yang berisi seruan atau ajakan untuk hemat energi, rajin membaca, perintah salat, dan lain-lain. Bel sekolah berdering, lalu ada pemberitahuan waktu istirahat. Guru kelas menyudahi waktu membaca, lalu mengucapkan salam kepada siswa. Siswa langsung bergegas meninggalkan kelas. Mereka terburu-buru meletakkan buku
209
bacaan di pojok baca. Peneliti menemukan buku-buku bacaan yang ditumpuk dengan tidak rapih, bahkan ada 1-2 buku yang tidak dirawat dengan baik, halaman sampulnya terlipat dan sobek.
210
Catatan Lapangan 03 Kegiatan Belajar Mengajar Tanggal
: 12 April 2017
Waktu
: 11. 00 WIB
Tempat
: Ruang Kelas 3 C
Sebelum melakukan observasi terlebih dahulu peneliti meminta izin kepada guru yang saat itu mengajar karena saat itu bukan pelajaran yang diampu oleh guru kelas. Ketika peneliti datang, siswa baru saja akan memulai pelajaran IPS dengan ibu guru Y. Ibu guru Y mengizinkan peneliti untuk masuk dan memberikan tempat duduk di pojok kelas. Guru Y terlebih dahulu menyapa siswa dengan ramah, menanyakan kabar siswa, dan menanyakan materi pelajaran yang siswa pelajari sebelumnya. guru Y menggunakan microphone kecil yang dikaitkan di antara telinganya agar suaranya dapat lebih terdengar oleh siswa sampai ke bangku paling belakang. Pelajaran di mulai, materi pelajaran yang disampaikan adalah mengenai alat tukar yaitu uang, macam-macam uang (kartal dan giral), bank, dan pemanfaatan uang dalam kehidupan sehari-hari. Gaya mengajar guru Y yang menyenangkan membuat siswa semangat belajar, sebagian siswa mengangkat tangan untuk mengajukan pertanyaan dengan antusias. Guru Y dengan sabar menjawab pertanyaan siswa satu per satu. Rasa ingin tahu siswa tinggi terhadap materi pelajaran tinggi, tidak ada siswa yang melamun atau pun sibuk bermain dan mengobrol. Semua siswa memperhatikan guru Y, mencatat hal-hal penting yang guru Y katakan, serta menjawab petanyaan yang diajukan pada siswa.
211
Catatan Lapangan 04 Kegiatan Belajar Mengajar Tanggal
: 13 April 2017
Waktu
: 09. 00
Tempat
: Ruang Kelas 3 C
Hari itu siswa kelas 3 C sedang mempelajari mata pelajaran Fiqih mengenai salat witir bersama guru S. Di awal pembelajaran guru menanyakan tentang materi pelajaran sebelumnya dan bertanya tentang pemahaman siswa mengenai pelajaran yang telah dipelajari tersebut. Beberapa siswa sibuk menjawab pertanyaan dari guru meskipun ada beberapa siswa yang tampak melamun dan tidak memperhatikan. Setelah itu guru S kembali menjelaskan materi pelajaran mengenai salat witir. Siswa menyimak penjelasan dari guru. Guru memberikan tugas setelah memberikan penjelasan pada siswa, tugas tersebut ditulis oleh guru di papan tulis untuk disalin ke dalam buku tulis oleh siswa. Seluruh siswa mencatat tugas yang diberikan, sebagian siswa lebih cepat melakukan pencatatan, sementara sebagian lainnya lebih lambat dalam menulis. Peneliti memperhatikan bahwa selama mengerjakan tugas siswa duduk di tempatnya masing-masing, mereka mengerjakan tugas sesuai dengan kemampuan sendiri tanpa ada yang menoleh dan menyalin jawaban temannya. Siswa mengerjakan tugas dengan jujur, ketika siswa menemukan kesulitan siswa memilih untuk mengajukan pertanyaan pada guru.
212
Catatan Lapangan 05 Kunjungan ke Perpustakaan Tanggal
: 10 April 2017
Waktu
: 10. 00 WIB
Tempat
: Perpustakaan MI Pembangunan UIN Jakarta
Perpustakaan menjadi tempat sentral yang mengawali lahirnya budaya literasi di MI Pembangunan UIN Jakarta, oleh sebab itu keberadaan perpustakaan begitu penting di sekolah tersebut. Peneliti mencoba mencari tahu aktivitas yang dapat ditemukan di sana dan berencana untuk menemui kepala perpustakaan sekaligus ketua literasi di MP UIN Jakarta. Pepustakaan terlihat rapih, di samping pintu masuk terdapat rak sepatu besar untuk siswa menyimpan sepatunya sebelum masuk ke dalam perpustakaan. Di bagian dalam perpustakaan, ratusan buku tertata rapih dan dikelompokkan menurut jenis bukunya. Koleksi terbanyak ada di rak bertuliskan buku cerita yang termasuk dongeng, cerita rakyat dan keteladanan kisah nabi. Selain buku cerita, terdapat koleksi buku-buku pelajaran yang lengkap, surat kabar, novel-novel, dan sebagainya. Fasilitas yang ada di perpustakaan cukup lengkap, terdapat meja-meja bundar yang digunakan untuk tempat membaca, rak-rak buku yang unik, hiasanhiasan dinding, serta AC yang membuat perpustakaan menjadi nyaman. Perpustakaan juga telah dilengkapi dengan ruang multimedia yang menyediakan beberapa unit komputer yang dapat digunakan siswa untuk mencari arti kata dalam kamus digital, mengunduh buku-buku elektronik, dan untuk menjelajah internet, tentunya yang berhubungan dengan pengetahuan.komputer sengaja dirancang dengan tidak dapat mengakses ke laman yang tidak baik yang dapat merusak karakter baik siswa.
213
Di perpustakaan, peneliti melihat banyak siswa yang sedang membaca buku di sana. Jam istirahat di setiap jenjang kelas memang berbeda, sehingga siswa tidak terlalu memadati perpustakaan. Selain itu peneliti juga melihat ada sekelopok siswa yang sedang mengerjakan tugas, mereka sedang ada jam pelajaran, namun guru mereka membawa siswanya ke perpustakaan sebagai sarana belajar. Siswa yang peneliti temui diberi tugas bahasa Indonesia, yaitu mencari kosa kata dalam buku yang belum mereka pahami artinya. Perpustakaan sebagai tempat membaca buku ternyata dapat menjadi sarana belajar yang efektif bagi siswa, pihak sekolah mengizinkan setiap guru untuk membawa siswanya belajar di perpustakaan dengan syarat harus melalui mekanisme pelaporan terhadap pihak perpustakaan. Untuk meminjam buku di perpustakaan, peneliti memperhatikan bahwa siswa harus menggunakan Kartu Pelajar, begitu pula dengan guru yang harus menggunakan kartu Identitas sebagai guru di MI Pembangunan UIN Jakarta. setiap akhir semester, pihak perpustakaan akan manghimpun data jumlah peminjam buku dan pengunjung dengan intensitas kunjungan yang paling sering untuk diberikan hadiah buku saat upacara bendera berlangsung. Peneliti
menyimpulkan
bahwa
perpustakaan
sangat
terlaksananya budaya literasi di MI Pembangunan UIN Jakarta.
mendukung
214
Catatan Lapangan 06 Upacara Senin Pagi Tanggal
: 17 April 2017
Waktu
: 07. 00
Tempat
: Lapangan MI Pembangunan UIN Jakarta
Senin pagi MI Pembangunan Jakarta secara rutin melaksanakan apel pengibaran bendera merah-putih. Paralel kelas yang terlalu banyak membuat lapangan upacara tidak mencukupi jumlah siswa dari kelas 1-6 MI. Oleh sebab itu, peserta upacara dibagi ke dalam dua bagian, kelompok I untuk kelas 1, 3, dan 5, sementara kelompok II terdiri dari kelas 2, 4, dan 6 MI. Kedua kelompok bergantian melaksanakan upacara satu minggu sekali. Hari itu, peneliti mengamati siswa-siswi kelas 3 C yang tengah melaksanakan upacara. Mereka berbaris rapih di lapangan sesuai dengan urutan kelas. Kelas 3 C dibagi ke dalam dua barisan, satu baris perempuan dan satu baris laki-laki. Mereka berbaris dengan menyesuaikan tinggi badan, siswa yang lebih tinggi berada di barisan belakang. Saat upacara berlangsung, suasana hening, tidak ada suara selain suara dari petugas upacara. Seluruh siswa memakai pakaian yang rapih, yaitu seragam putihputih, jilbab putih untuk perempuan, menggunakan topi, sabuk, dan dasi. Siswa yang tidak melengkapi atribut upacara mendapat teguran dari guru.
215
Catatan Lapangan 07 Salat Dzuhur Berjamaah Tanggal
: 12 April 2017
Waktu
: 12.00 WIB
Tempat
: Masjid Sekolah
Setiap hari senin hingga kamis, siswa-siswi MI Pembangunan UIN Jakarta rutin melaksanan salat dzuhur berjamaah, khusus di hari jumat salat dzuhur berjamaah diganti dengan salat jumat bersama. Salat dzuhur berjamaah dilaksanakan masjid sekolah dan dipandu oelh guru-guru MI Pembangunan UIN Jakarta. Ketika bel istirahat kedua berdering, tanpa komando lagi dari guru, siswasiswi segera menuju ke masjid sekolah. Mereka mengambil air wudhu secara bergantian. Di tempat wudhu, sudah ada beberapa guru yang bergantian mengawasi siswa agar siswa tidak bercanda saat berwudhu dan agar siswa dapat dengan benar melaksanakan tata cara berwudhu. Selesai berwudhu, siswa-siswi kelas rendah menempati masjid di lantai bawah, sementara untuk siswa-siswi kelas tinggi menempati masjid lantai atas. Di kedua lantai masjid terdapat guru-guru MI Pembangunan UIN Jakarta. Suara adzan terdengar, berasal dari seorang siswa yang secara bergantian setiap harinya. Salat dipimpin oleh guru dan diikuti dengan tertib oleh semua siswa dan siswi. Pelaksanaan salat berjamaah berjalan dengan tertib, tidak ada siswa yang bercanda saat salat. Di akhir salat, ada pembacaan doa dan dzikir yang dipimpin oleh masing-masing perwakilan secara bergantian. Selesai salat, dzikir, dan doa, semua siswa-siswi beserta guru membuat lingkaran dan bersalaman secara bergantian.
216
Catatan Lapangan 08 Istirahat Tanggal
: 12 April 2017
Waktu
: 10.30 WIB
Tempat
: Kelas 3 C
Istirahat di MI
Pembangunan UIN Jakarta terbagi dalam dua waktu.
Istirahat pertama siswa diperbolehkan untuk memakan bekal makanan yang mereka bawa atau jajan di kantin sekolah. Siswa juga diperbolehkan mengunjungi perpustakaan untuk membaca buku atau bermain di lapangan sekolah. Ketika istirahat, siswa diperbolehkan berada di dalam atau luar kelas. Jika berada di dalam kelas untuk memakan bekal, siswa wajib menjaga kebersihan kelas, meja, dan kursi. Di depan kelas juga telah disediakan tempat sampah serta keran air yang bisa digunakan untuk wudu atau pun mencuci tangan sebelum dan sesudah makan. Jam istirahat kedua bertepatan dengan waktu salat dzuhur. Pada istirahat kali ini, sebelum siswa bermain atau makan, terlebih dahulu mereka mengganti sepatu mereka dengan sandal yang ada di pojok kelas. Siswa juga diharuskan memakai peci/kopiah, semsntara siswi membawa mukena. Kedua perangkat tersebut tidak dibawa dari rumah, namun siswa telah menyimpannya di loker sekolah. Mereka mengambil wudhu dan salat berjamaah di masjid dengan tertib. Setelah salat, siswa-siswi diperbolehkan untuk makan di kantin, jajan, dan lain sebagainya.
217 Lampiran 29
218
219
220
221
222
223
224
225
226
BIODATA PENULIS
Chitra Sari Nilalohita, lahir di Bogor pada 28 Desember 1994.
Kegemarannya
adalah
mengikuti
kegiatan
kerelawanan, membaca buku dan menulis. Beberapa tulisannya seperti cerita pendek dan artikel
pernah
dimuat di website/media online. Dalam kesehariannya, penulis aktif mengajar di lembaga pendidikan, bimbingan belajar, dan les privat untuk anak usia Sekolah Dasar. Sebelumnya, penulis juga pernah mengajar di Playgroup, Taman Pendidikan al-Quran (TPA), serta Taman Kanak-kanak (TK). Kecintaan penulis terhadap pendidikan dan anak-anak membuat penulis bercita-cita untuk terus mengabdi pada dunia pendidikan.