China dan ASEAN Torehkan Sejarah Vientiane, Kompas - ASEAN dan China telah menorehkan sejarah baru. Dua kubu itu sepakat menandatangani perjanjian perdagangan yang membuka jalan bagi terbentuknya kawasan perdagangan bebas terbesar (FTA) di dunia. Dimulai pada 2005, dua kubu sepakat untuk mulai menurunkan hambatan tarif dan non-tarif atas sejumlah produk. Antara ASEAN dan China juga tercapai kesepakatan tersendiri yang berisikan rencana perbaikan pembangunan jalan dari daratan China hingga ke Singapura. Semua itu dinilai sebagai awal dari terbentuknya blok perdagangan seperti Uni Eropa dan Amerika Utara. Para pemimpin ASEAN-China menyaksikan penandatangan perjanjian perdagangan yang dilakukan oleh para menteri perdagangan di Vientiane, Laos, Senin (29/11) sebagaimana dilaporkan oleh wartawan Kompas Rakaryan Sukarjaputra dan Suhartono. "Rangkaian perjanjian yang ditandatangani hari ini memperlihatkan ASEAN-China telah mencapai sebuah tahapan baru," kata Wen kepada wartawan. "Hal itu memperlihatkan bahwa hubungan kita kini mulai memasuki periode kerja sama yang menyeluruh." Kesepakatan di bidang perdagangan membuat ASEAN-China menuju free trade area (FTA) terbesar di dunia pada 2010 dari segi jumlah penduduk. Dari segi nilai produk domestik bruto (PDB), posisi ASEAN-China masih kalah dari Kawasan Perdagangan Bebas Amerika Utara (North America Free Trade Area/NAFTA) dan juga kalah dari Uni Eropa (UE). Dari sisi omzet perdagangan ASEAN-China juga masih kalah dari NAFTA dan UE sebagaimana terlihat di tabel. Akan tetapi ASEAN-China berada pada wilayah yang paling dinamis di dunia dari segi pertumbuhan ekonomi, serta terus menyedot sejumlah investasi global. Bukan mustahil suatu saat ASEAN-China menjadi lokasi perekonomian terbesar di dunia. Potensi itu akan meningkat dan berada di depan mata karena ASEANChina
berada di Asia yang memiliki Jepang, Korea Selatan dan India. Semua negara itu sedang mengarah pada pengintegrasian ekonomi yang juga sedang diupayakan. Jika bisa terwujud, dari segi perekonomian, Asia dengan sejumlah lokomotifnya akan mengambil alih posisi Amerika Utara dan UE dalam percaturan ekonomi global. Hal itu dinilai berpotensi untuk menjadikan Amerika Utara dan UE sebagai rekan yang setara dalam perundingan soal perdagangan. Tindakan awal Perjanjian perdagangan ASEAN-China, pada tahap awal mencakup kesepakatan untuk meliberalisasikan hambatan tarif dan non-tarif atas sejumlah produk. Di dalamnya juga ada kesepakatan membentuk mekanisme untuk menyelesaikan sengketa dagang. Perjanjian perdagangan itu merupakan komponen awal dari perjanjian perdagangan komprehensif yang direncanakan akan diwujudkan pada 2010. Itu artinya, pada 2010, perjanjian itu akan mencakup liberalisasi di bidang jasa seperti bidang keuangan, turisme dan lainnya. "ASEAN adalah mitra dagang penting bagi China dan demikian pula sebaliknya," kata Menkeu China Jin Renqing. "Perekonomian kami memiliki ciri yang saling melengkapi. Adalah penting bagi kedua pihak untuk meningkatkan kerja sama lebih lanjut," kata Jin. Langkah ASEAN-China itu dikatakan sebagai lebih maju ketimbang upaya serupa yang dilakukan ASEAN dengan Korea Selatan dan Jepang. Negosiasi perdagangan bebas ASEAN dengan Korea Selatan dan Jepang diperkirakan baru akan dimulai tahun depan. Negosiasi soal perdagangan antara ASEAN dengan India juga sudah mulai digelindingkan. Perjanjian ASEAN-China akan meningkatkan peran China sebagai mesin pertumbuhan utama bagi ASEAN karena China dahaga akan bahan baku, barang jadi dan komponen buatan ASEAN. Jubir Kemlu China Liu Jianchao kepada wartawan mengatakan bahwa negara termiskin di ASEAN kemungkinan enggan memasuki perjanjian itu karena
khawatir akan tenggelam oleh dominasi China. "Mereka agak khawatir, jadi kita harus memiliki kebijakan yang fleksibel," kata Liu. "Kemungkinan ada sejumlah kelonggaran bagi negara-negara seperti Myanmar, Vietnam, Kamboja dan Laos." Perdagangan ASEAN-China meningkat 28 persen per tahun dan pada 2003 mencapai omzet 78,2 miliar dollar AS namun pada 2004 omzet perdagangan itu akan melewati angka 100 miliar dollar AS. Anggota ASEAN telah menekankan agar melihat kawasan Asia sebagai sandaran bagi pertumbuhan. "Kita tidak bisa tergantung pada Barat saja," kata Presiden Filipina Gloria Arroyo. Non-ekonomi China juga menyatakan siap untuk menandatangani Protokol Perjanjian Zona Bebas Nuklir Asia Tenggara dan akan bekerja sama untuk mendorong negara-negara pemilik senjata nuklir lain untuk menandatangani protokol serupa. Juga disepakati mengenai tata aturan untuk para pihak di Laut China Selatan untuk memelihara stabilitas kawasan dan mendorong kerja sama di Laut China Selatan. Antara ASEAN-China juga ada rencana pembangunan jalan kereta api dari Kunming ke Yangon dan Myitikyina, meningkatkan kondisi jalan dari Provinsi Yunnan di China ke Vietnam, dan jalan kereta api yang menghubungkan China dengan Vietnam. Selain itu, juga akan dipelajari kemungkinan membangun jaringan kereta api yang menghubungkan China ke Laos dan Myanmar. Studi juga akan dilakukan terhadap jaringan kereta api yang masih terputus antara Phnom Penh dan Loc Ninh, dan bagian yang masih terputus di Kamboja, yang merupakan bagian dari jaringan kereta api Singapura-Kunming. Liberalisasi di ASEAN Juga di Vientiane, di antara sesama ASEAN sendiri telah lahir perjanjian tersendiri. Isinya, enam negara paling maju ASEAN setuju mempercepat
penciptaan zona perdagangan bebas ASEAN. Brunai, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand akan mengurangi tarif atas sejumlah produk pada 2007, tiga tahun lebih cepat dari rencana. Produk yang diliberalisasikan itu adalah produk kayu, otomotif, karet, tekstil dan pakaian jadi, pertanian, elektronik, e-ASEAN, perawatan kesehatan, perikanan, penerbangan udara dan turisme. Empat negara ASEAN lainnya -- Myanmar, Kamboja, Laos dan Vietnam -baru akan melakukan hal serupa pada 2012. Pertemuan 10 negara ASEAN kemarin juga menghasilkan empat dokumen, yakni soal keamanan, sosial budaya, deklarasi melawan perdagangan manusia (khususnya perempuan dan anak-anak), dan pengesahan atas Vientiane Action Programme (VAP/Program Aksi Vientiane) 2004-2010.*