Chernobyl Tonggak Bersejarah An Pltn

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Chernobyl Tonggak Bersejarah An Pltn as PDF for free.

More details

  • Words: 1,001
  • Pages: 4
Chernobyl, Tonggak Bersejarah Pengembangan PLTN Noor Cholis* 26 April 1986, uji coba tidak resmi yang dilakukan ketika reaktor beroperasi sementara sistem pendingin tidak berfungsi itu menyebabkan reaktor IV Chernobyl meledak dan terbakar. Dua hari setelah kecelakaan barulah rezim Soviet mengakui kecelakaan fatal itu. Enam hari helikopter-helikopter militer hilir mudik menjatuhkan boron, batu kapur, pasir, tanah liat dan timbal untuk memadamkan api. Keterangan pejabat Soviet tentang kecelakaan Chernobyl dan pencemaran yang ditimbulkan baru dikeluarkan berbulan-bulan kemudian untuk lima juta rakyat Belarus, Rusia dan Ukraina yang diduga menjadi korban pencemaran akibat kecelakaan itu. Kelambanan otoritas Soviet ini menimbulkan ketidakpercayaan mendalam dan meluas terhadap berbagai keterangan dari pihak berwenang dunia. Hingga kini. Kerusakan lingkungan dan kesehatan yang timbul terus diperdebatkan, menghalangi diskusi serius tentang energi nuklir. Bencana itu sendiri membebani para pendukung energi nuklir dengan tugas tidak menarik: meyakinkan khalayak tentang manfaat energi nuklir dan menepis berbagai mitos yang menyelimutinya. Dalam sekejap, opini publik di banyak negara mengerucut menentang PLTN. Media dan kaum intelektual berperan besar dalam mengawetkan opini ini, seperti dalam contohcontoh berikut. Kecenderungan inheren televisi untuk mendistorsi terlihat paling jelas dalam hal Chernobyl, misalnya ini: Eloknya pemandangan alam “tak tercemar” sebelum bencana Chernobyl terpampang. Tiba-tiba wajah-wajah bermasker berkelebatan, sirene tanda bahaya meraung, alat pengukur Geiger berkeletik. Dibantu musik latar menakutkan, kontaminasi tak kasatmata radiasi misterius dan berbahaya mengundang kesan mencekam. Potret anak penderita leukimia dan bayi terlahir cacat memenuhi layar. Malapetaka seperti di atas bisa terjadi di mana saja, kilang nuklir tidak lebih berbahaya daripada kompleks pabrik kimia. Ingat tragedi Bhopal? 20.000 orang, perkiraan konservatif, meninggal karena kebocoran metil isosianat di kilang pestisida Union Carbide Bhopal, India. Sebagian yang selamat menderita sakit paru-paru dan menjadi buta. Ini bencana industrial terburuk di dunia. Tetapi ketika Chernobyl dibicarakan, tayangan televisi di atas itulah yang meninggalkan efek visual terpatri. Jika disuruh memilih tinggal di dekat kilang nuklir atau petrokimia, pasti lebih banyak yang memilih lokasi terakhir, walaupun kalau meledak bisa menghabisi nyawa orang

sekota. Dua puluh dua tahun berlalu, Chernobyl masih diselimuti kebohongan antinuklir dan ketakutan berlebihan. Indonesia, yang masih berangan-angan punya PLTN, sama sekali tidak kebal dari propaganda demikian. Kalangan paling terpelajarnya sekalipun. Dalam berbagai argumentasi menentang pengembangan PLTN bumbu Chernobyl jamak dijadikan penyedap. Misalnya ini: “Ironisnya, di beberapa negara maju seperti Belanda dan Jerman, Swedia, Spanyol dan lainnya kebijakan nuklirnya adalah menghentikan pertambahan jumlah reaktor nuklir, menutup sebagian dan mencari energi alternatif. Alasannya adalah teknologi nuklir sangat berbahaya bagi lingkungan apabila terjadi kecelakaan seperti trauma mereka terhadap kecelakaan Chernobyl.” Yang lebih ironis, si penulis tidak menyebutkan bahwa penutupan reaktor di Swedia dan Jerman lebih terkait dengan krisis air yang sangat diperlukan dalam jumlah besar untuk mendinginkan reaktor. Yang ditutup adalah reaktor-reaktor jenis boros air ini. Kebijakan menghapus PLTN di Swedia dan Jerman itu menimbulkan problem dalam mencari sumber energi yang memenuhi tujuan lingkungan hidup sedunia mengurangi emisi CO2, karena kedua negera itu ternyata tidak mendapati pengganti ramah lingkungan bagi kilang nuklir mereka yang masih ada. Untuk memenuhi

kebutuhannya,

Jerman

membeli

listrik

dari

Perancis.

Perancis

mengoperasikan PLTN sejak 1974 dan kini mengandalkan sekitar 80 persen pasokan listriknya dari situ. Listrik Perancis nyaris yang paling murah dan udaranya bisa jadi yang terbersih di Eropa. Persentase Lituania dalam memanfaatkan energi muklir hampir sebesar Perancis. Finlandia mulai melirik tenaga nuklir. Penutupan reaktor Sellafield adalah topik favorit politisi Irlandia, tetapi Irlandia membeli listrik dari PLTN Inggris. Tidak ada perlunya menegaskan bahwa dramatisasi Chernobyl digalang kelompok tertentu untuk menjegal PLTN. Itu cuma cara kerja pasar bebas memenuhi hasrat populer akan berita-berita dramatis tentang bencana, gagasan keliru tentang subjek sensitif—kanker dan radiasi, misalnya—dan gagasan menyesatkan tentang kaitan antara pembangkit tenaga nuklir dan bom nuklir. Dalam konteks Indonesia, tidak ada pelunya menduga bahwa para intelektual anti-PLTN punya agenda tertentu, misalnya menghalangi negara berpenduduk Muslim terbesar ini menguasai teknologi nuklir. Pada umumnya mereka orang terpelajar, tulus, dan bermotivasi tinggi

2

memikirkan masalah kemanusiaan. Hanya saja, seperti umumnya kita, mereka bisa keliru. Harus diakui, kalangan pendukung energi nuklir gagal menyebarkan pemahaman utuh tentang PLTN. Ini yang penting. Chernobyl juga bisa dijadikan pijakan untuk melakukan pembenahan dalam pembelajaran publik, misalnya dengan mengatakan bahwa itulah bencana terbesar dalam sejarah pembangkit nuklir sipil. Grigori Medvedev, bekas petinggi PLTN Chernobyl, mengatakan bahwa dirinya sudah mengingatkan kemungkinan kecelakaan Chernobyl, peringatannya diabaikan. Artinya, kecelakaan itu sungguh bisa dihindari sebetulnya. PLTN di dunia ini bukan cuma Chernobyl, yang tidak memiliki sistem keamanan semestinya dan kemampuan mengontrol penyebaran radiasi, dua hal yang umumnya dipunyai reaktor nuklir. Sekitar 16 persen kebutuhan dunia dipasok oleh reaktor-reaktor nuklir yang menghindarkan produksi sekitar 2 miliar ton karbon dioksida. Ada 400-an lebih PLTN beroperasi di bumi yang sama-sama kita tinggali ini, dan akan bertambah karena Cina membangun 27 PLTN baru, sedangkan India— sudah punya 15 PLTN aktif—sedang membangun delapan lagi. Dibanding bentukbentuk lain produksi energi, catatan keselamatan reaktor nuklir tidak tertandingi. Karena dikritik kanan kiri, tentu akan makin aman lagi. Kendati demikian keliru besar mengatakan bahwa PLTN 100 persen aman. Apa pun bisa mengalami kecelakaan. Sehingga pertanyaan “Apakah ada jaminan 200 persen bahwa PLTN tidak akan mengalami kecelakaan?” tidak perlu diladeni mengingat kondisi riil planet kita. Kita hidup di atas planet magma berkulit tipis yang menyimpan banyak silo misil berhulu ledak nuklir yang mebuat bom atom Hiroshima dan Nagasaki bagai petasan. Kapal selam berbahan bakar nuklir pengangkut peluru kendali nuklir lalu lalang di kedalaman laut kita. Vivere coloso? Apa boleh buat. Barangkali kearifan penduduk Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah-DIY menarik untuk dipelajarai. Mereka tahu bahayanya menghuni gunung paling aktif di dunia itu, mereka banyak memetik manfaat dari si hiperaktif, mereka tahu cara mengatasi amarah gunung andalan Mataram itu. Jadi jangan suruh mereka pindah, buang-buang energi. Mikhail Gorbachev, dua puluh tahun setelah malapetaka bikinan Kremlin itu, mengatakan, “Boleh jadi Chernobyl adalah penyebab sesungguhnya Uni Soviet ambruk lima tahun kemudian. Tak pelak bencana Chernobyl ini adalah sebuah titik balik sejarah ... sistem yang kita kenal ini sudah tidak bisa dilanjutkan lagi.” Layak 3

direnungkan. *Penulis adalah penerjemah novel Il Postino (Antonio Skarmeta), akubaca Jakarta;

Sejarah Uang (Jack Weatherford), Bentang Yogyakarta; Kamus

Khazar (Milorad Pavic) Serambi, Jakarta; juga menulis “Berhala Holocau$t: Pertarungan Sengit antara Zionis dan Revisionis”.

4

Related Documents

Chernobyl
April 2020 19
Tonggak 12
May 2020 20
Tonggak Duabelas
October 2019 25
Chernobyl Disaster
May 2020 19
Chernobyl Disaster
June 2020 15