BAB III METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yaitu mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan parameter dengan tahapan penelitian sebagai berikut: penyiapan hewan percobaan yaitu 24 ekor tikus jantan dan di aklimatisasi selama 14 hari, penginduksian 24 tikus jantan dengan NaCl 2,5 % metilprednisolon selama 14 hari per oral, pembagian 4 kelompok perlakuan terhadap tikus jantan
masing-masing kelompok terdiri dari 6 tikus jantan
meliputi kelompok kontrol negatif CMC Na 0,5%, EEBI 50, 100 dan 150 mg/kg BB, pemberian CMC Na 0,5% dan suspensi ekstrak etanol buah inggir-inggir (EEBI) dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, 150 mg/kg BB selama 7 hari per oral, pengambilan serum darah tikus jantan dan pengujian parameter biokimia terdiri dari; ALT, AST, ureum, kreatinin, total kolesterol, trigliserida, HDL, LDL, VLDL dan glukosa, kemudian dilakukan analisis data. Data hasil pengukuran aktivitas biokimia serum darah tikus dianalisis menggunakan one way ANOVA yang dilanjutkan uji Post Hoc Tukey HSD dengan program SPSS versi 17.0.
3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas laboratorium, alat-alat bedah laboratorium, alat cek glukosa dan kolesterol Easy Touch, botol,
batang pengaduk, cawan porselen, mortir dan stamfer, neraca
analitis (Boeco), timbangan tikus (Presica), spatula, sudip, pipet tetes, jarum suntik 1ml dan 3ml, oral sonde, restainer tikus.
Universitas Sumatera Utara
3.1.2 Bahan Bahan tumbuhan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak etanol buah inggir-inggir (Solanum sanitwongsei Craib.). Bahan kimia yang digunakan adalah CMC-Na (Merck), Natrium Klorida (Merck), aquades, tablet metilprednisolon (Dexa Medica).
3.2 Penyiapan sampel 3.3.1 Pengambilan dan pengolahan sampel Pengambilan dan pengolahan sampel telah dilakukan oleh Novia M. Marpaung (2016). Pada penelitian ini digunakan tumbuhan yang sama sehingga pengambilan dan pengolahan sampel tidak dilakukan kembali. Pengambilan sampel dilakukan secara purposif tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel diperoleh dari Desa Amborgang, Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara.
3.3 Hewan percobaan Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan dengan berat badan 150-230 gram sebanyak 24 ekor dengan kondisi sehat. Hewan diaklimatisasi selama 2 minggu dengan tujuan untuk menyeragamkan makanan dan hidupnya dengan kondisi yang serba sama sehingga dianggap memenuhi syarat penelitian.
Universitas Sumatera Utara
3.4 Penyiapan bahan uji Penyiapan bahan-bahan meliputi penyiapan suspensi CMC Na 0,5%, larutan NaCl 2,5%, suspensi metilprednisolon tablet, suspensi ekstrak etanol buah inggir-inggir. 3.4.1 Pembuatan suspensi CMC-Na 0,5% (b/v) Sebanyak 0,5 gram CMC Na ditaburkan ke dalam lumpang berisi air panas sebanyak 10 ml, lalu ditutup dan dibiarkan selama 15 menit hingga diperoleh massa yang transparan, kemudian digerus dan diencerkan dengan air suling hingga 100 ml (Ditjen POM RI, 1979). 3.4.2 Pembuatan larutan NaCl 2,5% (b/v) Sebanyak 2,5 gram NaCl dimasukkan ke dalam lumpang, lalu digerus hingga homogen. Tambahkan sebagian air suling sambil gerus hingga NaCl larut. Masukkan larutan ke dalam labu tentukur 100 ml, tambahkan air suling sampai garis tanda. 3.4.3 Pembuatan suspensi metilprednisolon tablet Timbang metilprednisolon sebanyak 10 mg (yang telah disetarakan dengan berat tablet). Masukkan ke dalam lumpang, lalu digerus hingga homogen. Ditambahkan pelan-pelan sebagian suspensi CMC Na kedalam lumpang, gerus hingga merata. Masukkan suspensi ke dalam labu entukur 10 ml, cukupkan kembali dengan suspensi CMC Na sampai garis tanda. 3.4.4 Pembuatan suspensi ekstrak etanol buah inggir-inggir Timbang sebanyak 0,05 gram EEBI untuk dosis 50 mg/kg BB, 0,1 gram EEBI untuk dosis 100 mg/kg BB, dan 0,15 gram EEBI untuk dosis 150 mg/kg BB dengan gelas arloji masing masing dosis. Kemudian masukkan ke dalam lumpang. Gerus hingga homogen. Lalu tambahkan suspensi CMC Na. Gerus kembali
Universitas Sumatera Utara
hingga merata. Tuangkan suspensi yang terbentuk ke dalam labu tentukur 10 ml. Tambahkan kembali suspensi CMC Na sampai garis tanda. 3.4.5 Perlakuan induksi 24 ekor tikus putih jantan dengan berat sekitar 150 – 230 gram yang telah diaklimatisasi, diinduksi dengan NaCl 2,5% dan metilprednisolon secara oral. Proses induksi dilakukan selama 14 hari. 3.4.6 Pemberian suspensi ekstrak etanol buah inggir-inggir Sebanyak 24 ekor tikus putih jantan yang telah diinduksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon
selama 14 hari per oral dibagi menjadi 4 kelompok. tiap
kelompok terdiri dari 6 ekor tikus putih jantan. Lalu diberikan perlakuan secara oral selama 7 hari. Hewan dikelompokkan sebagai berikut: a. kelompok I: kontrol. hewan uji diberikan suspensi Na CMC 0,5% sekali ........................sehari selama 7 hari berturut-turut diberikan secara oral. b. kelompok II: hewan uji diberikan EEBI dosis 50 mg/kg BB sekali sehari .........................selama 7 hari berturut-turut diberikan secara oral. c. kelompok III: hewan uji diberikan EEBI dosis 100 mg/kg BB sekali sehari ..........................selama 7 hari berturut-turut diberikan secara oral. d. kelompok IV: hewan uji diberikan EEBI dosis 150 mg/kg BB sekali sehari ..........................selama 7 hari berturut-turut diberikan secara oral.
3.5 Pemeriksaan faal hati 3.5.1 AST Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI dosis 50,100 dan 150 mg/kg BB. tikus didislokasi di leher kemudian dibedah dan darah diambil menggunakan jarum suntik langsung
Universitas Sumatera Utara
dari jantung tikus sebanyak 2 ml, setelah itu dimasukkan ke dalam microtube dan didiamkan ± 20 menit. Darah disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 20 menit untuk mendapatkan serum darah tikus. Pemeriksaan fungsi hati dilakukan dengan menghitung kadar aktivitas AST yang dikerjakan oleh Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara. 3.5.2 ALT Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI dosis 50,100 dan 150 mg/kg BB. tikus didislokasi di leher kemudian dibedah dan darah diambil menggunakan jarum suntik langsung dari jantung tikus sebanyak 2 ml, setelah itu dimasukkan ke dalam microtube dan didiamkan ± 20 menit. Darah disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 20 menit untuk mendapatkan serum darah tikus. Pemeriksaan fungsi hati dilakukan dengan menghitung kadar aktivitas ALT yang dikerjakan oleh Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara.
3.6 Pemeriksaan faal ginjal 3.6.1 Ureum dan kreatinin Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI dosis 50,100 dan 150 mg/kg BB. tikus didislokasi di leher kemudian dibedah dan darah diambil menggunakan jarum suntik langsung dari jantung tikus sebanyak 2 mL, setelah itu dimasukkan ke dalam microtube dan didiamkan ± 20 menit. Darah disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 20 menit untuk mendapatkan serum darah tikus. Pemeriksaan fungsi ginjal dilakukan dengan mengukur ureum dan kreatinin yang dikerjakan oleh Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
3.7 Pemeriksaan profil lipid 3.7.1 Total kolesterol, trigliserida, HDL, LDL dan VLDL Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI dosis 50,100 dan 150 mg/kg BB. Pemeriksaan Profil lipid dilakukan dengan menghitung total kolesterol dengan pengambilan darah pada vena ekor tikus lalu diperiksa menggunakan alat Easy Touch denga strip Kolesterol. LDL dan VLDL dihitung menggunakan rumus (Fridewald, et al., 2001) yaitu LDL = Total kolesterol – (HDL + 1/5 Trigliserida dan VLDL = Trigliserida/5, serum darah tikus dimasukkuan di mikrotube untuk pengukuran trigliserida dan HDL yang dikerjakan oleh Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara.
3.8 Pemeriksaan profil gula darah 3.8.1 Glukosa darah Pengambilan darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI dosis 50,100 dan 150 mg/kg BB. Kadar glukosa darah tikus percobaan dianalisis dengan metode biosensor glukose oksidase, menggunakan alat Easy Touch. Darah diambil melalui ujung ekor tikus yang sebelumnya dibersihkan dengan alkohol 70%, diurut perlahan-lahan kemudian ujung ekor ditusuk dengan jarum kecil (Kerato, et al., 2006). Darah yang keluar kemudian disentuhkan pada strip gluko meter. Kadar glukosa darah akan terbaca di layar Easy Touch setelah 11 detik dan kadar glukosa darah dinyatakan dalam mg/dL.
Universitas Sumatera Utara
3.9 Analisis statistik Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS 17.0. Data hasil penelitian ditentukan homogenitas dan normalitasnya untuk menentukan analisis statistik yang digunakan. Data dianalisis menggunakan uji One Way ANOVA untuk menentukan perbedaan rata-rata di antara kelompok dengan uji Post Hoc Tukey untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Bahan baku ekstrak Pada penelitiaan ini digunakan ekstrak etanol buah inggir-inggir yang sama dengan esktrak yang digunakan Novia M. Marpaung (2016) pada penelitian yang berjudul uji efek antihiperurisemia ekstrak etanol buah inggir-inggir (Solanum sanitwongsei Craib.) pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus L.) Oleh karena itu, identifikasi, skrining fitokimia sampel dan karakterisasi tidak dilakukan lagi. Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan LIPI Bogor, menunjukkan bahwa tumbuhan yang diteliti adalah Solanum sanitwongsei Craib. EEBI disimpan di dalam lemari pendingin dalam wadah tertutup rapat sehingga EEBI terhindar dari kontaminasi zat-zat asing. Penyimpanan di dalam lemari pendingin bertujuan untuk mencegah tumbuhnya jamur sehingga mencegah ekstrak agar tidak terkena sinar matahari langsung. Secara organoleptik, EEBI yang disimpan tidak ada ditumbuhi kapang dan jamur. Ekstrak etanol buah inggiringgir yang digunakan berwarna hijau kekuningan, berbau khas dan rasa pahit.
4.2 Hasil Uji Parameter Biokimia. 4.2.1 Hasil Pengukuran AST dan ALT Pengukuran aktivitas AST lakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI
dosis 50, 100, 150 mg/kg BB. Hasil
pengukuran dapat dilihat secara rinci pada Gambar 4.1
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1 Grafik aktivitas AST tikus jantan yang diinduksi NaCl 2,5% dan metil prenisolon.
Hasil induksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon selama 14 hari secara oral menyebabkan mayoritas sel hepatosit mengalami degenerasi hidropik. Degenerasi hidropik yang terjadi disebabkan oleh hidrasi ion natrium akibat permeabilitas di dinding sel yang terganggu akibat mekanisme toksisitas, selain itu terjadi gangguan pada metabolisme energi didalam sel, terutama mekanisme transport aktif pada Na+ akibat hepatosit tidak mampu memompa ion natrium keluar sel. Jumlah ion natrium yang berlebih menyebabkan influks organel sitoplasma seperti retikulum endoplasma dapat diubah menjadi kantong-kantong berisi air (Price dan Wilson, 1984) dalam (Wulandari, dkk., 2007). Nilai aktivitas AST pada kontrol negatif yaitu 313 U/L, dimana nilai aktivitas AST tikus jantan normal 70-400 U/L (Gad, 1990). Enzim AST ini dapat dijumpai juga di jantung, otot skelet, dan ginjal. Bila jaringan tersebut mengalami kerusakan akut maka kadarnya dalam serum meningkat. Berdasarkan pengamatan rata-rata aktivitas AST, terjadi penurunan kadar aktivitas AST setelah pemberian
Universitas Sumatera Utara
EEBI 150 mg/kg BB bila dibandingkan dengan 2 kelompok dosis lainnya dengan nilai 332,33 U/L. Hasil
pengujian statistika dengan analisa Tukey One Way
Anova menunjukkan bahwa EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penurunan aktivitas AST (p>0.05). Penurunan AST dan ALT disebabkan oleh kandungan flavonoid dan saponin yang terdapat di dalam buah inggir-inggir. Flavonoid berperan sebagai antioksidan alami karena di dalam flavonoid terdapat kandungan kuersetin yang kerjanya untuk menghambat lipid peroksidase dengan cara memblok enzim xantin. Selain itu, dengan meningkatkan absorbsi dari vitamin C dapat melindungi mekanisme pertahanan antioksidan. Kandungan saponin dalam buah inggir-inggir kemungkinan juga akan berdampak pada penurunan kadar AST dan ALT (Sawi dan Sleem, 2010). Karena hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan (Kinjo, et al., 1999) yang menyebutkan kandungan yang terdapat pada saponin yaitu
bisdesmosyl
saponin
yang
didalamnya
terdapat
asam oleanolic-
glukoronat dan asam oleanolic-glucoside menunjukkan tingkat hepatoprotektor yang efektif dengan ditandai dengan perbaikan hati yaitu penurunan kadar AST ALT. Menurut (Dufour, 2000), bahwa hasil laboratorium pengukuran AST dan ALT dapat dipengaruhi beberapa hal yaitu : a. Waktu pengambilan sampel darah Pengambilan sampel yang paling baik adalah siang hari, sedangkan pada sore hari kadar AST dan ALT cenderung meningkat dan pada malam hari cenderung lebih rendah.
Universitas Sumatera Utara
b. Spesimen penyimpanan Sampel akan lebih stabil jika disimpan dalam lemari es tetapi tingkat kestabilan sampel hanya dapat bertahan 24 jam dan akan cenderung meningkat setelah 24 jam. c. Hemolisis Jika sampai terjadi hemolisis maka pengukuran sampel akan cenderung meningkat dan tergantung dari cara pengambilan sampel. Pengukuran aktivitas ALT dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB. Hasil pengukuran dapat dilihat secara rinci pada Gambar 4.2
Gambar 4.2 Grafik aktivitas ALT tikus jantan yang diinduksi NaCl 2,5% dan ...................... metilprenisolon Hasil induksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon selama 14 hari secara oral menyebabkan mayoritas sel hepatosit mengalami degenerasi hidropik. Degenerasi hidropik yang terjadi disebabkan oleh hidrasi ion natrium akibat permeabilitas di dinding sel yang terganggu akibat mekanisme toksisitas (Price dan Wilson, 1984) dalam (Wulandari, dkk., 2007). Akumulasi ion natrium mengakibatkan nilai
Universitas Sumatera Utara
osmosis plasma sel meningkat, keadaan ini menyebabkan air disekitar hepatosit masuk ke dalam hepatosit sehingga terjadi pembengkakan sel dan organel sel. Bila kondisi ini terjadi maka akan mengakibatkan kerusakan struktur serta penurunan fungsi organel tersebut (Prihanto, 2015). Nilai aktivitas ALT pada kelompok kontrol negatif yaitu 210 U/L, dimana nilai normal aktivitas ALT pada tikus jantan 25-200 U/L (Gad, 1990). Berdasarkan pengamatan rata-rata aktivitas ALT, terjadi penurunan kadar aktivitas ALT setelah pemberian EEBI 150 mg/kg BB dengan nilai 168,33 U/L. Hasil pengujian statistika dengan analisa Tukey One Way Anova menunjukkan bahwa EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penurunan ALT (p>0,05). 4.2.2 Hasil Pengukuran Ureum dan Kreatinin Pengukuran ureum dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB. Hasil pengukuran dapat dilihat secara rinci pada Gambar 4.3
Gambar 4.3 Grafik ureum tikus jantan yang diinduksi dengan NaCl 2,5% dan metilprednisolon
Universitas Sumatera Utara
Hasil induksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon selama 14 hari secara oral menyebabkan kadar ureum pada kelompok kontrol negatif 36,4 mg/dL. Kadar ureum normal untuk tikus adalah 15-21 mg/dL (Malole dan Pramono, 1989). Kadar ureum dalam serum darah suatu individu hewan dapat dipengaruhi dua faktor.
Pertama pengaruh patologis individu, contohnya para penderita gagal
ginjal akut, maupun kronis, penderita gagal jantung dan individu yang mengalami kekurangan elektrolit dan cairan tubuh. Kedua, perlakuan pada hewan, contohnya pada pemberian pakan. Kenaikan kadar ureum dalam darah sebagai akibat dari kerusakan ginjal hanya apabila disertai hasil pemeriksaan urin dan diperkuat dengan tanda klinis yang mendukung penentuan diagnosa (Kramer, et al., 2004). Rata-rata kadar ureum pada kelompok kontrol negatif sangat tinggi dikarenakan kelompok ini diberikan induksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon sehingga terjadi gagal ginjal akut mengakibatkan kadar ureum meningkat. Salah satu penyebab meningkatnya kadar ureum adalah radikal bebas. Radikal bebas merupakan mekanisme nefrotoksik dari NaCl, antioksidan dapat melindungi dari nefrotoksik radikal bebas dan penginduksi stress oksidatif dalam ginjal. Peningkatan radikal bebas akan menyebabkan terjadinya kematian sel. Hal ini akan menyebabkan penyumbatan sehingga kadar ureum tidak dapat dikeluarkan dengan baik (Michael, 2013). Berdasarkan pengamatan rata-rata ureum, terjadi penurunan kadar ureum setelah pemberian EEBI 150 mg/kg BB bila dibandingkan dengan 2 kelompok dosis lainnya dengan nilai 35,45mg/dL. Hasil pengujian statistika dengan analisa Tukey One Way Anova menunjukkan bahwa EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penurunan ureum (p>0.05),
Universitas Sumatera Utara
dalam menurunkan kadar ureum diduga berdasarkan aktivitas antioksidan. Seperti yang dipaparkan dalam hasil skrining fitokimia ekstrak etanol buah inggir-inggir mengandung flavonoid, alkaloid, polifenol, tanin, saponin dan triterpenoid. Senyawa flavonoid, polifenol dan tanin diduga kuat merupakan senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antioksidan. Pengukuran kreatinin dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB. Hasil pengukuran dapat dilihat secara rinci pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Grafik kreatinin tikus jantan yang diinduksi NaCl 2,5% dan ................. .....metilprednisolon. Hasil induksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon selama 14 hari secara oral menyebabkan kadar kreatinin pada kelompok kontrol negatif 0,48 mg/dL. Kadar kreatinin normal untuk tikus adalah 0,2 – 0,8 mg/dL (Malole dan Pramono, 1989). Rata-rata kadar kreatinin pada kelompok kontrol negatif adalah 0,48 mg/dL yang berarti rata-rata kadar kreatinin pada kelompok ini masih dalam rentang normal. Buah inggir-inggir memiliki senyawa bioaktif antioksidan dan polifenol.
Universitas Sumatera Utara
Kuersetin merupakan senyawa flavonoid yang terdapat pada buah inggir-inggir. Kuersetin secara signifikan dapat menghambat produksi TNF-α dan ekspresi gen. Ekstrak etanol buah inggir-inggir mengandung polifenol yang kemungkinan juga dapat menghambat produksi TNF-α pada sel tubulus sehingga tidak terjadi
cedera
dan kematian pada sel tubulus. Hal ini akan mengakibatkan
kadar kreatinin tidak akan meningkat atau tetap pada kadar normal. Kreatinin merupakan metabolit kreatin yang di ekskresikan seluruhnya kedalam urin melalui filtrasi glomerulus. Peningkatan kadar kreatinin dalam darah dan jumlah kreatinin dalam urin dapat digunakan untuk memperkirakan laju filtrasi glomerulus (Kramer, et al., 2004). Berdasarkan hasil rataan kadar kreatinin pada kelompok kontrol negatif 0,48 mg/dL dan meningkat setelah perlakuan EEBI 50 mg/kg BB menjadi 0,52 mg/dL. Begitu juga untuk kelompok EEBI 100 mg/kg BB dan EEBI 150 mg/kg BB mengalami kenaikan setelah perlakuan dengan nilai 0,62 mg/dL dan 0,64 mg/dL jadi dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol buah inggir-inggir tidak mampu menurunkan nilai kreatinin. Hasil pengujian statistika dengan analisa Tukey One Way Anova menunjukkan bahwa EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penurunan kreatinin (p>0,05). 4.2.3 Hasil Pengukuran Total Kolesterol, Trigliserida, HDL, LDL dan VLDL Pengukuran total kolesterol dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB. Hasil pengukuran dapat dilihat secara rinci pada Gambar 4.5
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.5 Grafik total kolesterol tikus jantan yang diinduksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon. Hasil induksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon selama 14 hari secara oral menyebabkan nilai total kolesterol pada kelompok kontrol negatif 287 mg/dL. Tikus jantan memiliki kadar kolesterol total normal dengan nilai 90 -170 mg/dL (Gad, 1990). Dimana induksi NaCl menyebabkan sel hepatosit mengalami degenerasi parenkimatosa, degenerasi hidropik dan nekrosis. Kerusakan ini kemungkinan terjadi karena proses metabolisme yang tidak normal. Organ hati merupakan pusat biosintesis dan degradasi kolesterol tubuh, apabila proses metabolisme tidak berjalan normal maka meningkatnya laju biosintesis kolesterol dan menurunkan sekresi kolesterol melalui cairan empedu sehingga kolesterol meningkat. Salah satu fungsi hati adalah organ eksresi yang mengeluarkan cairan empedu kembali ke hepar sebelum disekresi, penumpukan atau peningkatan zat toksik dalam hati memungkinkan timbulnya efek toksik seperti degenerasi parenkimatosa, degenerasi hidropik, dan nekrosis pada hepar normal (Donatis IO, 2001).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pengamatan kadar total kolesterol rata-rata, terjadi penurunan kadar total kolesterol setelah pemberian EEBI dosis 50mg/kg BB, 100 mg/kg BB dan 150 mg/kg BB bila dibandingkan terhadap kontrol negatif. Kelompok perlakuan yang terjadi penurunan paling optimal pada kelompok EEBI 150 mg/kg BB dengan nilai 144 mg/dL. Hasil pengujian statistika dengan analisa Tukey One Way Anova menunjukkan bahwa EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penuruan kadar kolesterol total (p<0.05). Oleh karena itu, EEBI 150 mg/kg BB memberikan efek penurunan kadar kolesterol total cukup optimal dibandingkan dengan kedua dosis lainnya. Senyawa aktif yang diduga berperan dalam menurunkan total kolesterol darah adalah flavonoid. Flavonoid dan tanin dapat menghambat enzim HMG-CoA reduktase yang berperan mensintesis kolesterol. Terhambatnya HMG-CoA reduktase akan menurunkan sintesis kolesterol di hati sehingga menurunkan sintesis Apo B dan meningkatkan reseptor LDL pada permukaan hati. Kemudian kolesterol dalam darah dapat ditarik ke hati sehingga menurunkan kolesterol LDL dan VLDL. Selain itu tanin berefek menghambat enzim lipase pankreas sehingga penyerapan kolesterol oleh hati terhambat dan sekresi kolesterol melalui feses meningkat (Rahastuti, et al., 2011) Tanin juga dapat menghambat enzim AcylCoA Cholesterol Acyl Transferase (ACAT) yang berperan dalam esterifikasi kolesterol sehingga menghambat kolesterol ester membentuk kilomikron dan VLDL. Menurunnya kadar Apo B menyebabkan pembentukan kilomikron, LDL dan VLDL terganggu yang menyebabkan trigliserida tidak terbentuk sehingga ukuran partikel LDL besar (Rahastuti, et al., 2011).
Universitas Sumatera Utara
Kandungan alkaloid memiliki efek menghambat aktivitas enzim lipase, sehingga dapat menghambat pemecahan lemak menjadi molekul-molekul lemak yang lebih kecil. Hal ini mengakibatkan terjadinya pengurangan jumlah lemak yang dapat diabsorbsi sehingga konsetransi trigliserida dalam usus menurun yang menyebabkan peningkatan ukuran partikel LDL (Olivera, et al., 2007 dan Rahastuti, et al., 2011) Pengukuran trigliserida dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB. Hasil pengukuran dapat dilihat secara rinci pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Grafik trigliserida tikus jantan yang diinduksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon. Hasil induksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon selama 14 hari secara oral menyebabkan trigliserida tikus pada kelompok kontrol negatif 109,22 mg/dL. Kadar trigliserida tikus jantan normal adalah 60–160 mg/dL (Gad, 1990). Berdasarkan pengamatan kadar trigliserida rata-rata, terjadi penurunan trigliserida setelah pemberian EEBI dengan tiga variasi dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB dan 150 mg/kg BB.
Hasil pengujian statistika dengan analisa
Universitas Sumatera Utara
Tukey One Way Anova menunjukkan bahwa tidak terjadi pengaruh secara signifikan EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB (p>0.05) dalam menurunkan trigliserida, tetapi 150 mg/kg BB memberikan efek penurunan kadar trigliserida cukup optimal dibandingkan dengan kedua dosis lainnya dengan nilai 82,62 mg/dL. Senyawa aktif yang diduga berperan dalam menurunkan trigliserida adalah tanin. Tanin juga dapat menghambat enzim AcylCoA Cholesterol Acyl Transferase (ACAT) yang berperan dalam esterifikasi kolesterol sehingga menghambat penggabungan kolesterol ester membentuk kilomikron dan VLDL. Menurunnya kadar Apo B menyebabkan pembentukan kilomikron, LDL dan VLDL terganggu yang menyebabkan trigliserida tidak terbentuk sehingga ukuran partikel LDL besar (Rahastuti, et al., 2011). Kandungan alkaloid memiliki efek menghambat aktivitas enzim lipase, sehingga dapat menghambat pemecahan lemak menjadi molekul-molekul lemak yang lebih kecil. Hal ini mengakibatkan terjadinya pengurangan jumlah lemak yang dapat diabsorbsi sehingga konsetransi trigliserida dalam usus menurun yang menyebabkan peningkatan ukuran partikel LDL (Olivera, et al., 2007 dan Rahastuti, et al., 2011) Pengukuran HDL dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB. Hasil pengukuran dapat dilihat secara rinci pada Gambar 4.7
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.7 Grafik HDL tikus jantan yang diinduksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon. Hasil induksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon selama 14 hari secara oral menyebabkan HDL tikus
pada kelompok kontrol negatif 53 mg/dL. Kadar
kolesterol HDL plasma darah tikus yang normal yaitu ≥35 mg/dL (Hartoyo dkk., 2008). Keadaan hiperkolesterolemia pada hewan terjadi jika kadar kolesterol total dalam darah melebihi normal. Peningkatan kadar LDL dan penurunan kadar HDL dikarenakan adanya aktivitas radikal bebas dari NaCl yang menyebabkan adanya kerusakan oksidatif pada beberapa jaringan. Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah menyebabkan VLDL membentuk LDL, akibatnya LDL
dalam darah
meningkat membuat HDL tertekan dan tidak bisa membuang kelebihan kolesterol yang ada dalam darah, sehingga keadaan HDL menurun (Sargowo, 2001). Berdasarkan pengamatan kadar HDL rata-rata, terjadi peningkatan HDL setelah pemberian EEBI dengan tiga variasi dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB dan 150 mg/kg BB.
Hasil pengujian statistika dengan analisa Tukey One Way
Anova menunjukkan bahwa tidak terjadi pengaruh secara signifikan EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB (p>0.05) dalam meningkatkan HDL, tetapi 150 mg/kg
Universitas Sumatera Utara
BB memberikan efek peningkatan kadar HDL cukup optimal dibandingkan dengan kedua dosis lainnya dengan nilai 83,66 mg/dL. Peningkatan HDL akan berpengaruh positif terhadap pencegahan terjadinya aterosklerosis, karena banyak penelitian yang membuktikan bahwa meningkatnya HDL akan menurunkan morbiditas penyakit jantung koroner. HDL mampu menyerap kolesterol bebas dari dinding pembuluh darah maupun dari jaringan kemudian dibawa ke hati dan diubah menjadi kolesterol ester dengan bantuan LCAT (lecithin cholesterol acylTransferase) (Dominiczak, 2005). Pengukuran LDL dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan. Hasil pengukuran dapat dilihat secara rinci pada Gambar 4.8
Gambar 4.8 Grafik LDL tikus jantan yang diinduksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon. Hasil induksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon selama 14 hari secara oral menyebabkan LDL tikus pada kelompok kontrol negatif 208,66 mg/dL. Nilai normal LDL pada tikus jantan adalah 7-27,2 mg/dL (Herwiyarirasanta, 2010). Keadaan hiperkolesterolemia pada hewan terjadi jika kadar kolesterol total dalam darah melebihi normal. Peningkatan kadar LDL dikarenakan adanya aktivitas
Universitas Sumatera Utara
radikal bebas dari NaCl yang menyebabkan adanya kerusakan oksidatif pada beberapa jaringan. Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah menyebabkan VLDL membentuk LDL, akibatnya LDL dalam darah dalam darah meningkat membuat HDL tertekan dan tidak bisa membuang kelebihan kolesterol yang ada dalam darah, sehingga keadaan HDL menurun. Hiperkolesterol mengakibatkan adanya gangguan metabolisme lipoprotein, yang meliputi peningkatan kadar LDL serta penurunan HDL (Sargowo, 2001). Setelah diterapi EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB selama 7 hari, terlihat adanya penurunan kadar LDL. Penurunan kadar LDL untuk kelompok EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB berturut-turut adalah 122,47 mg/dL, 83,47 mg/dL dan 43,81 mg/dL. Jadi pada penelitian ini, dapat dikatakan bahwa terapi EEBI dapat menurunkan kadar LDL. Hasil pengujian statistika dengan analisa Tukey One Way Anova menunjukkan bahwa EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penurunan kadar LDL (p<0.05). Penelitian ini menunjukkan bahwa terapi EEBI dengan dosis 150 mg/kg BB menunjukkan dosis yang paling baik untuk
menurunkan kadar LDL karena
ekstrak etanol buah inggir-inggir akan meningkatkan sekresi asam empedu yang akan meningkatkan metabolisme lemak, akibatnya kelebihan lemak akan dikeluarkan melalui usus besar dalam bentuk feses. Lemak yang dibuang akan menurunkan kadar kolesterol dalam darah, dan pembentukkan LDL juga tidak akan berlebih. Kerja antioksidan dalam ekstrak etanol buah inggir-inggir berfungsi untuk mengurangi aktivitas LDL oksidasi yang terjadi akibat penimbunan kolesterol dalam darah. Antioksidan dalam ekstrak etanol buah inggir-inggir juga dapat meningkatkan HDL dalam darah dengan cara
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan mRNA Apo A1 hati yang berperan untuk menginisiasi sintesis Apo A1, Apo A1 juga dapat menekan perbanyakan LDL sehingga tidak terjadi LDL oksidasi (Brown, 2003). Pengukuran VLDL dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB. Hasil pengukuran dapat dilihat secara rinci pada Gambar 4.9
Gambar 4.9 Grafik VLDL tikus jantan yang diinduksi NaCl 2,5% dan ...metilprednisolon. Hasil induksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon selama 14 hari secara oral menyebabkan VLDL tikus pada kelompok kontrol negatif 21,83 mg/dL. Berdasarkan pengamatan VLDL rata-rata, terjadi penurunan VLDL setelah pemberian EEBI dengan tiga variasi dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB dan 150 mg/kg BB. Hasil pengujian statistika dengan analisa Tukey One Way Anova menunjukkan bahwa tidak terjadi pengaruh secara signifikan EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB (p>0.05). Senyawa aktif yang diduga berperan dalam menurunkan VLDL darah adalah adalah flavonoid. Flavonoid dan tanin dapat menghambat enzim HMG-
Universitas Sumatera Utara
CoA reduktase yang berperan mensintesis kolesterol. Terhambatnya HMG-CoA reduktase akan menurunkan sintesis kolesterol di hati sehingga menurunkan sintesis Apo B dan meningkatkan reseptor LDL pada permukaan hati. Kemudian kolesterol dalam darah dapat ditarik ke hati sehingga menurunkan kolesterol LDL dan VLDL. Selain itu tanin berefek menghambat enzim lipase pankreas sehingga penyerapan kolesterol oleh hati terhambat dan sekresi kolesterol melalui feses meningkat (Rahastuti, et al., 2011). 4.2.4 Hasil Glukosa Darah Pengukuran glukosa darah dilakukan pada hari ke-22, 24 jam setelah pemberian Na CMC 0,5% dan EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB. Hasil pengukuran dapat dilihat secara rinci pada Gambar 4.10
Gambar 4.10 Grafik glukosa tikus jantan yang diinduksi NaCl 2,5% dan ....metilprednisolon. Hasil induksi NaCl 2,5% dan metilprednisolon selama 14 secara oral menyebabkan masuknya senyawa radikal bebas kedalam tubuh membuat stress oksidatif pada tikus dan meningkatkan kadar glukosa darah puasa dengan nilai
Universitas Sumatera Utara
158,50 mg/dL. Kadar glukosa tikus jantan normal adalah 80-160 mg/dL (Gad, 1990). Berdasarkan pengamatan penurunan kadar glukosa rata-rata, terjadi penurunan kadar glukosa setelah pemberian EEBI dosis 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB dan 150 mg/kg berturut-turut dengan nilai 143,67 mg/dL, 136 mg/dL dan 124,67 mg/dL. Kelompok penurunan yang optimal pada kelompok EEBI 150 mg/kg BB dengan nilai 124,67 mg/dL. Hasil pengujian statistika dengan analisa Tukey One Way Anova menunjukkan bahwa EEBI dosis 50, 100, 150 mg/kg BB memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penurunan glukosa (p<0.05). Oleh karena itu, EEBI 150 mg/kg BB memberikan efek penurunan kadar glukosa cukup optimal dibandingkan dengan kedua dosis lainnya. Mengkonsumsi secara teratur buah inggir-inggir dapat menurunkan kadar glukosa darah pada penderita diabetes (Fabellar, 1998). Efek penurunan kadar glukosa darah tikus dari pemberian ekstrak etanol buah inggir-inggir disebabkan oleh adanya senyawa flavonoid sebagai antioksidan yang
mampu
mengikat
radikal bebas sehingga dapat mengurangi stress oksidatif akibat kadar glukosa darah yang tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian (Ramadhani, 2008) dan (Astrian, 2009), bahwa stress oksidatif dapat menurunkan jumlah transporter glukosa (GLUT) sehingga menyebabkan peningkatan resistensi insulin, dan mengganggu sekresi insulin karena terjadi kerusakan sel β pankreas. Tanin terbukti meningkatkan penyerapan glukosa pada jaringan adiposit tikus (Hayashi, et al., 2002).
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis statisik, pemberian ekstrak etanol buah inggiringgir (Solanum sanitwongsei Craib.) dosis 150 mg/kg BB mampu menurunkan total kolesterol= 144 mg/dL, LDL=43,81 mg/dL dan glukosa=124,67 mg/dL dan berbeda signifikan dengan kontrol negatif (p<0,05) dan tidak mampu menurunkan AST, ALT, ureum, kreatinin, trigliserida, VLDL dan tidak mampu meningkatkan HDL secara signifikan (p>0,05). Dapat disimpulkan bahwa EEBI dosis 150 mg/kg BB merupakan dosis optimal dalam menurunkan resiko penyakit kardiovaskular.
5.2 Saran Disarankan untuk peneliti selanjutnya dilakukan uji efek ekstrak etanol buah inggir-inggir terhadap parameter biokimia manusia.
Universitas Sumatera Utara