Catatan Di Untuk Prootonomi

  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Catatan Di Untuk Prootonomi as PDF for free.

More details

  • Words: 930
  • Pages: 3
03.06.2005 saya pernah ditelepon seorang bupati untuk mencarikan investor bagi daerahnya. mungkin dia tahu, saya sering berhubungan dengan investor asing. tentu saya bertanya, apa yang bisa "dijual" di daerahnya. "panas bumi," katanya. rabu, 04 mei 2005 bupati, vcd dan investasi catatan dahlan iskan saya pernah ditelepon seorang bupati untuk mencarikan investor bagi daerahnya. mungkin dia tahu, saya sering berhubungan dengan investor asing. tentu saya bertanya, apa yang bisa "dijual" di daerahnya. "panas bumi," katanya. kebetulan, saya punya hubungan di bidang itu. baik dengan salah satu negara di eropa maupun dengan tiongkok. maka, saya minta kepada sang bupati untuk menyiapkan bahan agar kalau relasi saya datang ke indoensia, bisa disajikan. "kalau perlu bikinkan dalam bentuk vcd," kata saya. sang bupati menyanggupinya. tibalah saatnya, ketika satu tim dari tiongkok datang. sang bupati juga datang dengan seorang stafnya. "saya sudah bawa vcd-nya," kata sang bupati. maka, saya sudah membayangkan, bahwa sang bupati akan dengan tangkas membuka laptopnya, memutar vcd-nya, dan menampilkan foto-foto, grafis serta hitungan-hitungan mengenai sumber panas bumi di daerahnya. harapan itu tidak berlebihan, karena begitulah yang sering saya temui di tiongkok. saya sering diundang ke suatu kabupaten untuk melihat presentasi dari staf kabupaten di situ. semua data, peta, denah, foto, dan hitungan-hitungan disajikan. tidak hanya penting, tapi juga menarik. tentu, mungkin dilebih-lebihkan. namun, begitulah promosi yang mereka gencarkan. kembali ke bupati kita tadi. saya tidak kaget ketika dia tidak membawa laptop. mungkin dia tahu, di kantor saya barang-barang seperti itu serba ada. bagi saya, cukuplah kalau dia membawa vcd-nya. maka, setelah kami siapkan laptop dan perangkatnya, tibalah saatnya sang bupati bersiap-siap presentasi. lalu memerintahkan stafnya untuk mulai menghidupkan vcd-nya. ketika layar mulai menyorotkan isi vcd itu, saya seperti dipatuk ular berbisa: kaget, lemas, tidak berdaya. isinya ternyata makalah mengenai panas bumi dalam bentuk kalimat-kalimat. sama sekali tidak ada bedanya dengan makalah yang difotokopi. hanya saja, kali ini makalah itu direkam di vcd. dan, sang bupati membaca vcd itu kata demi kata, seperti dia membaca makalah. beberapa menit, saya seperti tidak sadarkan diri. terpaku. mungkin, wajah saya tiba-tiba berwarna merah. atau justru putih. pandangan mata tenaga ahli dari luar negeri itu seperti menatap silau ke mata saya. sedang tatapan mata para investor seperti menusuk ke jantung saya. maka, saya seperti harus meraba-raba mencari pegangan. di saat ada "tsunami" seperti itu, tangan saya yang berada di atas meja seperti bergeser sendiri. ternyata, menyenggol teh china yang masih panas. geragapan. saya sadar. ini harus diatasi. saya cari kata-kata untuk menyetop pembacaan vcd.. eh.. makalah oleh sang bupati agar tidak diteruskan. sudah satu halaman selesai dia baca, belum ada satu angka pun yang disebut. semua berisi kalimat-kalimat yang tidak bermakna bagi pengusaha. "begini deh pak bupati, supaya padat, saya bacanya sendiri saja semuanya sampai habis, lalu akan saya sarikan dalam bahasa mandarin untuk mereka (investor, red)," kata saya. bupati setuju. lalu, kalimat-kalimat dalam vcd itu saya baca secara scanning karena panjangnya. sampai bahan itu habis saya baca, ternyata memang

tidak ada angka-angkanya sama sekali.

***

tentu dia bukan satu-satunya bupati yang seperti itu. lalu, apa yang diharap dari kepala daerah dengan wawasan seperti itu? kemajuan apa yang akan bisa diperoleh selama dia menjadi kepala daerah? tentu saya tidak bisa mencelanya. paling tidak, saya masih melihat bahwa sang bupati punya semangat yang tinggi untuk memberdayakan potensi daerahnya. tentu masih banyak juga bupati atau wali kota yang sangat berkelas. di jatim saja ada beberapa bupati yang menonjol yang patut dijadikan objek penelitian. sayang, jawa pos institut of pro-otonomi (jpip) belum merambah ke wilayah ini. misalnya saja ada bupati yang punya latar belakang birokrasi, yang juga menonjol seperti di sidoarjo. atau, ada juga yang berlatar belakang akademisi, yang juga moncer seperti wali kota blitar. atau, yang berlatar belakang wiraswasta yang juga terkenal seperti bupati lamongan. di luar itu, patut juga dicatat adanya bupati wanita yang tidak hanya cantik, tapi juga memperhatikan penataan kota dan desa secara rapi seperti tuban. bahkan, ada bupati yang hasil pembangunannya tidak menonjol, tapi tabungannya banyak seperti pasuruan. rupanya, bupati pasuruan memilih menempatkan dananya di tabungan saja daripada dibelanjakan, namun kurang efektif. pada saatnya, kalau tabungannya sudah besar dan bisa untuk mewujudkan cita-cita besar, barulah dana tersebut digunakan secara efektif. ***

kepala daerah, dalam satu sistem otonomi di suatu daerah, tetaplah menjadi pusat pusaran. terutama untuk tahap-tahap awal pembangunan demokrasi seperti sekarang ini, dan tahap-tahap awal rehabilitasi ekonomi setelah terjadinya krisis moneter yang parah. karena itu, saya berpendapat, peranan kepala daerah untuk lima tahun ke depan masih mencapai 80 persen dari keberhasilan pembangunan suatu daerah. dalam masa seperti ini, peranan kepala daerah masih sangat sentral. kelak, pelan-pelan, peranan kepala daerah akan turun menjadi 70 persen, lalu 60 persen, lalu 50 persen, dan akhirnya hanya akan sekitar 40 persen saja. kalau tahapan turun 10 persen itu terjadi tiap lima tahun, maka kita memang harus realistis: baru akan maju pada tahun 2018 nanti. yakni, ketika umur saya, insyaallah, "masih" 75 tahun-an. dalam posisi kepala daerah masih memegang peranan 80 persen dari kemajuan suatu daerah seperti ini, sungguh sia-sia kalau ternyata kepala daerahnya sendiri tidak menyadari keberadaannya itu. ini berarti, seorang kepala daerah tidak boleh raguragu (serba takut membuat keputusan), tidak boleh hanya ngomong-doang, tidak boleh bersandar pada "bupati atau wali kota bayangan" yang ada di belakangnya, dan tidak boleh larut oleh hiruk-pikuk pikiran staf dan lingkungan terdekatnya. karena peranan kepala daerah masih 80 persen dari keberhasilan suatu daerah, sudah

saatnya kepala daerah memang harus hebat. kelak, 20 tahun lagi, ketika peran kepala daerah tinggal 40 persen, boleh lah kita punya kepala daerah yang biasabiasa saja. tarakan, 3 mei 2005 untuk seminar: �pilkada, peran dan posisi strategis kepala daerah dalam bureaucratic reform�, di shangri-la surabaya, pagi ini.

Related Documents