Case Report Kasus Kegawat daruratan Dengue Shock Syndrome Nama Peserta : dr. Vincent Rooroh Nama Wahana : RSUD Noongan Topik : Dengue Shock Syndrome Tanggal (kasus) : 29 – 05 – 2015
No. RM :
Tanggal presentasi : 09 – 07 – 2015
Nama Pendamping : dr. Lidya Komedien
Tempat Presentasi : IGD RSUD Noongan Obyektif presentasi : Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi : Laki-laki, 79 tahun, keluhan utama sulit kencing. Tujuan : Mendiagnosis dan memberikan penatalaksanaan yang tepat pada pasien DSS Bahan bahasan :
Tinjauan pustaka
Cara membahas
Diskusi
Data pasien
Presentasi dan diskusi
Nama : An GN
Nama klinik : IGD RSUD Noongan
Riset
Pekerjaan :
Kasus
Audit
Email
Pos
No. Registrasi : Terdaftar sejak : 29-05-2015
Data utama untuk bahan diskusi : Diagnosis / gambaran klinis : Pasien datang ke RSUD Noongan dengan keluhan demam sejak 4 hari SMRS dirasakan terus menerus tidak membaik dengan obat penurun panas. Mual (+), muntah (+) 2x sejak kemarin ± 1/2 gelas, cairan (+), nafsu makan berkurang, lemas, batuk (-), pilek (-), kejang (-), mimisan (-), gusi berdarah (-), sesak nafas (-). Riwayat BAB : lancar, warna kuning kecoklatan, tidak mencret. Riwayat BAK : lancar, banyak, kuning jernih. 1. Riwayat pengobatan : Pasien sudah minum PCT, namun panas tidak turun. 2. Riwayat penyakit : Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Asma (-), Kejang demam (-), TBC (-), Alergi (-). 3. Riwayat keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang sakit serupa. Asma (-), Kejanng
demam (-), TBC (-), Alergi (-). Lain-lain : (PEMERIKSAAN FISIK, PEMERIKSAAN LABORATORIUM, dan TAMBAHAN YANG ADA, sesuai dengan FASILITAS WAHANA) o Airway: Clear, tidak ada sumbatan jalan nafas, pasien dapat berbicara bebas. o Breathing: RR: 30 x/menit, tidak tampak bantuan otot pernafasan. o Circulating: TD: 90/70 mmHg, nadi: 100 x/menit, regular, lemah. o Keadaan Umum : Tampak sakit sedang o Kesadaran : Compos mentis o Berat Badan : 38 kg o Tanda Vital : Tekanan darah : 90/70 mmHg Frekuensi nafas : 30x/ menit Nadi : 100x/ menit, kuat angkat Suhu : 38,5 oC o Pemeriksaan Generalis Kulit
: Tidakadakelainan, petekiae (+), turgor kulitbaik
Kepala
: Simetris -
Mata
: konjungtivaanemis -/-, skleraikterik -/-, oedempalpebra -/-
-
Pupil
: bulat, isokor, reflekscahayalangsung +/+, tidaklangsung +/+
-
Hidung : nafascupinghidung (-), epistaksis (-), serumen (-), sekret (-)
-
Telinga : sekret -/-, serumen -/-
-
Mulut
: T1/T1 non hiperemis, lidahkotor (-), faring non hiperemis
-
Bibir
: sianosis (-), bibirlembab
Leher
: Tidaktampakpembesaran KGB
Dada
: Bentukdada: normaldangeraksimetrissaatstatisdandinamis
Paru
: Inspeksi
Retraksi dada (-)
Palpasi
Stem fremitus kirisamadengankanan
Perkusi
Sonor di kedualapangparu
Auskultasi
Wheezing -/Ronkhi -/Vesikuler +/+
Jantung : Inspeksi
Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi
Ictus cordis teraba di linea mid clavicula sinistra V
Perkusi
Batas jantung normal
Auskultasi
Bunyi jantung 1 dan 2 normal Murmur (-) Gallop (-)
Abdomen : Inspeksi
Tampak datar, bekas operasi (-), massa (-)
Palpasi Perkusi
Supel. NT epigastrium (+), hepar dan lien tidak teraba membesar. Timpani, CVA -/-
Auskultasi
Bisingusus normal
Extremitas (lengan&tungkai) : Dingin pada seluruh tungkai, edema tidak ada pada tungkai Capillary Refill Time < 2s, Rumple Leed (+) PemeriksaanPenunjang : Hematologi : Tanggal 29-05 -2015 -
Hemoglobin : 10,5 g/dl Hematokrit : 31,8% Leukosit : 4.000 /ul Trombosit : 85.000 /ul Eritrosit : 4.250.000 MCV : 74,8 MCH : 24,7
MCHC : 33 Daftar Pustaka 1. Gibbons RV, Vaughn DW. Dengue: an escalating problem. BMJ 2002;324:1563-6 2. Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2012. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis , Ed II. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 3. Lestari K. Epidemiologi Dan Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Indonesia. Farmaka. Desember 2007; Vol. 5 No.3: hal . 12-29. 4. Malavinge G, Fernando S, Senevirante S. Dengue Viral Infection. Postgraduate Medical Journal. 2004;Vol 80:p. 588-601 5. Rani, A. Soegondo, S. dan Nasir, AU. (ed). Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Jakarta:Pusat Penerbitan IPD FKUI, 2006.p.137-8 6. Wills BA, Nguyen MD, Ha TL, Dong TH, Tran TN, Le T, et al. Comparison of three
fluid solutions for resuscitation in dengue shock syndrome. N Engl J Med 2005; 353:877–89 7. World Health Organization. Dengue hemorrhage fever. Fact sheet No. 331. 2013.Available at: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs331/en/. 8. World Health Organization. Dengue, dengue haemorrhagic fever and dengue shock syndrome in the context of the integrated management of childhood illness. Departmentof Child and Adolescent Health and Development. WHO/FCH/CAH/05.13. Geneva,2005. 9. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan RI. Profil pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. Jakarta, 2007 10. Kusriastuti R. Kebijaksanaan Penanggulangan Demam Berdarah Dengue Di Indonesia. Jakarta: Depkes R.I; 2005. HasilPembelajaran : 1. Diagnosis Dengue Shock Syndrome 2. Penatalaksanaan Dengue Shock Syndrome 3. Edukasi dan pencegahan penyakit Dengue Shock Syndrome
I. ANAMNESA (AUTOANAMNESA) Keluhan Utama: demam sejak 4 hari SMRS. Demam terus menerus tidak membaik dengan obat penurun panas. Mual (+), muntah (+) 2x sejak kemarin ± 1/2 gelas, cairan (+), nafsu makan berkurang, lemas. Batuk (-), pilek (-), kejang (-), mimisan (-), gusi berdarah (-), sesak nafas (-). Riwayat BAB & BAK normal.
II.
RESUME Anak laki-laki, umur 12 tahun datang ke RSUD Noongan diantar orang tuanya dengan keluhan panas 4 hari, tidak turun dengan pemberian obat panas
III. DIAGNOSE An GN, 12 tahun, DSS
IV. PENANGANAN IVFD RL makro drips guyur PCT 3x500 Oralit ad libitum Cek hematokrit dan trombosit serial
V.
FOLLOW UP RUANGAN
30 Mei 2015 S : demam (-) sakit kepala (-) O : T: 90/60
N: 68x/m
R: 20x/m
S: 36,8
Kepala
: Conj. anemis (-) skelra ikterik (-) pernapasan cuping hidung (-)
Thoraks
: Simetris, retraksi (-) cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen
: datar, lemas, bising usus (+) N. hepar dan lien tidak teraba
Extremitas
: hangat, edema (-) capillary refill time < 2 detik, sianosis (-)
A : DHF grade I P : IVFD RL 30 gtt/m PCT 3x500mg Oralit ad libitum Observasi vital sign per 6 jam Cek trombosit per 8 jam
30 Mei 2015 17.30 Hasil lab: PCV 34,5% 30 Mei 2015 22.00 : Tensi 70/50 Pro :
Trombosit 72.800
Nadi 68x/m pulsasi lemah
IVFD RL 2 line guyur Observasi vital sign Oralit sch 6x1 Advis rujuk RS Kandou (keluarga menolak)
31 Mei 2015 S : demam (-) sakit kepala (-) lemah badan (+) O : T: 85/60
N: 74x/m
R: 20x/m
S: 36,4
Kepala
: Conj. anemis (-) skelra ikterik (-) pernapasan cuping hidung (-)
Thoraks
: Simetris, retraksi (-) cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen
: datar, lemas, bising usus (+) N. hepar dan lien tidak teraba
Extremitas
: dingin, edema (-) capillary refill time < 2 detik, sianosis (-)
A : DHF grade III P : IVFD RL 30 gtt/m + RL 14 gtt/m PCT 3x500mg Oralit 6x1 sch Observasi vital sign per 6 jam Cek trombosit per 8 jam
31 Mei 2015 06.00 Hasil lab: PCV 35,5%
Trombosit 74.600
31 Mei 2015 14.00 Hasil lab: PCV 33,8%
Trombosit 75.200
31 Mei 2015 22.00 Hasil lab: PCV 36,3%
Trombosit 79.800
1 Juni 2015 S : demam (-) sakit kepala (-) O : T: 100/60 N: 70x/m
R: 20x/m
S: 36,5
Kepala
: Conj. anemis (-) skelra ikterik (-) pernapasan cuping hidung (-)
Thoraks
: Simetris, retraksi (-) cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen
: datar, lemas, bising usus (+) N. hepar dan lien tidak teraba
Extremitas
: hangat, edema (-) capillary refill time < 2 detik, sianosis (-)
A : DHF P : IVFD RL 20 gtt/m + 20 gtt/m PCT 3x500mg k/p Oralit ad libitum Observasi vital sign per 6 jam Cek trombosit per 12 jam
1 Juni 2015 06.00 Hasil lab: PCV 36,5%
Trombosit 92.000
1 Juni 2015 18.00 Hasil lab: PCV 37,2%
Trombosit 98.400
2 Juni 2015 S : demam (+) sakit kepala (-) O : T: 100/60 N: 76x/m
R: 18x/m
S: 38,0
Kepala
: Conj. anemis (-) skelra ikterik (-) pernapasan cuping hidung (-)
Thoraks
: Simetris, retraksi (-) cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen
: datar, lemas, bising usus (+) N. hepar dan lien tidak teraba
Extremitas
: hangat, edema (-) capillary refill time < 2 detik, sianosis (-)
A : DHF P : Aff infus PCT 3x500mg k/p Oralit ad libitum Observasi vital sign per 12 jam Cek trombosit per 24 jam
2 Juni 2015 06.00 Hasil lab: PCV 33,8%
Trombosit 128.000
3 Juni 2015 S : demam (-) sakit kepala (-) O : T: 100/60 N: 74x/m
R: 20x/m
S: 36,3
Kepala
: Conj. anemis (-) skelra ikterik (-) pernapasan cuping hidung (-)
Thoraks
: Simetris, retraksi (-) cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen
: datar, lemas, bising usus (+) N. hepar dan lien tidak teraba
Extremitas
: hangat, edema (-) capillary refill time < 2 detik, sianosis (-)
A : Post DHF P : PCT 3x500mg k/p Oralit ad libitum Rawat Jalan
DISKUSI Diagnosis DBD dapat ditegakkan secara klinis dan laboratoris. Berdasarkan kriteria WHO 1997, diagnosis DBD secara klinis dapat ditegakkan bila semua hal di bawah ini terpenuhi: 1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari biasanya bifasik. 2. Terdapat minimal 1 manifestasi perdarahan berikut: uji bendung positif; petekiae, ekimosis, atau purpura; perdarahan mukosa; hematemesis, dan melena. 3. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ ml). 4. Terdapat minimal 1 tanda kebocoran plasma sebagai berikut:
Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar.
Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya.
Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites, hipoproteinemia, dan hiponatremia.
Terdapat 4 derajat spectrum klinis DBD (WHO, 1997), yaitu: •
Derajat 1: Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan adalah uji torniquet.
•
Derajat 2: Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan lain.
•
Derajat 3: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut kulit dingin dan lembab, tampak gelisah.
•
Derajat 4: Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.
Sedangkan menurut WHO 2009, berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan/atau darah lengkap dan hematokrit, diagnosis DBD ditegakkan dengan melihat fase penyakit (febris, kritis, atau penyembuhan), menentukan adanya warning signs, hidrasi, dan status hemodinamik pasien, serta apakahpasien memerlukan perawatan intensif Warning signs meliputi:
Klinis: nyeri abdomen, muntah persisten, akumulasi cairan, perdarahan mukosa, pembesaran hati >2 cm
Laboratorium: peningkatan Ht dengan penurunan trombosit.
Pada penderita DSS (DBD Grade III dan IV) anak-anak
1. Cairan Cairan yang diberikanbisaberupa : Kristaloid : • Ringer Laktat • 5 % Dextrose di dalamlarutan Ringer Laktat • 5 % Dextrose di dalamlarutan Ringer asetat • 5 % Dextrose di dalamlarutansetengah normal garamfaali, dan • 5 % Dextrose di dalamlarutan normal garamfaali.
Koloidal : • Plasma expander denganberatmolekulrendah (Dextran 40) • Plasma. 1. RL / D 5 % dalam RL / D 5 % dalam Ringer Asetat / larutan normal garamfaali --->diberikan 10 –20 ml/kg BB/ 1 jam. 2. Padakasus yang berat (grade IV) dapatdiberikan bolus 10 ml/kg BB (1 x atau 2 x). 3. Jika renjatan berlangsung terus (HCT tinggi) diberikan larutan koloidal (Dextran atau Plasma) sejumlah 10 – 20 ml/kg BB/ 1 jam.
2. Tranfusi darah Diberikan pada :
Kasus dengan renjatan yang sangat berat atau renjatan yang berkelanjutan.
Gejala perdarahan yang nyata, misal : hematemesis dan melena.
Pemberian darah dapat diulang sesuai dengan jumlah yang dikeluarkan.
3. Oksigen
4. Koreksi asidosis Natrium bicarbonat dapatdiberikan 1 – 2 mEq/kgBB, diberikan dengan kecepatan 1 mEq/menit atau jumlah Nabic dapat dihitung dengan rumus : KebutuhanNabic : 0,5 x BB x Defisit HCO3- atau 0,3 x BB x Base defisit 5. Koreksi kelainan-kelainan yang terjadi 6. Kortikosteroid Penggunaannya masih kontroversial pada pengobatan DSS.Bisa diberikan dengan dosis :
Hidrokortison 6 – 8 mg/kgBB/ 6 – 8 jam i.v.
Methyl prednisolon 30 mg/kgBB/harii.v.
Dexamethazon 1 – 2 mg/kgBBsebagaidosisawal, kemudian 1 mg/kgBB/harii.v.