Portofolio Kasus Bedah Benign Prostat Hyperplasia Nama Peserta : dr. Vincent Rooroh Nama Wahana : RSUD Noongan Topik : Benign Prostat Hyperplasia Tanggal (kasus) : 05 – 05 – 2015
No. RM :
Tanggal presentasi : 09 – 07 – 2015
Nama Pendamping : dr. Lidya Komedien
Tempat Presentasi : IGD RSUD Noongan Obyektif presentasi : Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi : Laki-laki, 79 tahun, keluhan utama sulit kencing. Tujuan : Mendiagnosis dan memberikan penatalaksanaan yang tepat pada pasien BPH.
Bahan bahasan :
Tinjauan pustaka
Cara membahas
Diskusi
Data pasien
Riset
Presentasi dan diskusi
Nama : Tn.SW
Nama klinik : IGD RSUD Noongan
Kasus
Audit
Email
Pos
No. Registrasi :
Pekerjaan : Petani
Terdaftar sejak : 05-05-2015
Data utama untuk bahan diskusi : 1. Diagnosis / gambaran klinis : Laki-laki 79 tahun dengan keluhan tidak bisa kencing sejak 1 hari SMRS 2. Riwayat kesehatan / penyakit : Asma
: disangkal
Hipertensi
: disangkal
DM
: disangkal
Riwayat trauma regio perineum
: disangkal
Kencing keluar batu
: disangkal
Kencing keluar darah
: disangkal
3. Riwayat keluarga : A. Riwayat Keluarga Asma
: Disangkal
Hipertensi
: Disangkal
Jantung
: Disangkal
DM
: Disangkal
4. Lain-lain : (PEMERIKSAAN FISIK, PEMERIKSAAN LABORATORIUM, dan TAMBAHAN YANG ADA, sesuai dengan FASILITAS WAHANA) a. Pemeriksaan fisik Primary Survey A : Bebas, tidak ada sumbatan jalan nafas B : Spontan, frekuensi nafas 20x/menit, regular C : Akral hangat, frekuensi nadi 88x/menit D : GCS 15 Secondary Survey Status generalis Keadaan Umum :Baik Kesadaran
: Compos Mentis
Vital Sign
: TD : 120/80 mmhg N : 88 X / mnt
Kulit
S : 36,5 C P :20 X / mnt
: Dbn
Kepala : mesosephal Mata
:Conjunctiva anemis ( - ), sclera tidak ikterik
Telinga
: Sekret ( - )
Hidung
: Sekret ( - )
Mulut
: Lidah Kotor tidak ada, gigi karies tidak ada
Thorax Pulmo
: Inspeksi
: Retraksi ( - ), Ketinggalan gerak nafas ( - )
Palpasi
: Ketinggalan gerak nafas ( - )
Perkusi
: Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler, ronkhi ( - ), Wheezing (-/-) Jantung
: Inspeksi
: Ictus Cordis tak tampak
Palpasi
: Ictus Cordis teraba di SIC IV
Perkusi
: Redup
Auskultasi : Regular, bising ( - ) Abdomen
: Inspeksi
: Perut sejajar dada.
Palpasi
: Hepar / lien tidak teraba, NT ( - )
Perkusi
: Pekak alih ( - )
Auskultasi : Peristaltik baik Ekstremitas
: Akral hangat, Nadi kuat.
STATUS LOKALIS Regio costo vertebre
Inspeksi: bulging (-) Palpasi: balotemen (-) Regio Suprapubik Inspeksi: Bulging (+) Palpasi : Nyeri tekan (+) Perkusi: Redup Regio genetalia eksterna Inspeksi: benjolan daerah inguinal (-), benjolan di scrotum (-), OUE tak tampak kelainan Palpasi: nyeri takan (-), masa (-)
Laboratorium Laboratorium tanggal 5 Mei 2015 : Darah Rutin : WBC: 5,7
MCHC: 34,7
PCT: 0,04%
RBC : 4,36
PLT: 121%
MPV: 3,5L
HGB :12,7
LY: 25,3
PDW: 19,0H
HCT : 36,6
MO: 4,4
Gol. Darah: B
MCV: 83,9
GR: 70,3
CT: 4’00
MCH: 29,1
RDW: 13,7
BT: 2’00
Kimia Darah : kreatinin: 172 GDS Urea
: 110 : 9,37
Daftar pustaka : 1. Umbas, R. 1995. Patofisiologi dan Patogenesis Pembesaran Prostat Jinak. Yayasan penerbit IDI, Jakarta ; 1-5 2. Rahardjo, J. 1996. Prostat Hipertropi.Dalam :Kumpulan Ilmu Bedah. Binarupa aksara, Jakarta ; 161-70 3. Mansjoer A, Suprahaita, Wardhani. 2000. Pembesaran Prostat Jinak. Dalam: Kapita selekta Kedokteran. Media Aesculapius, Jakarta ; 329-34 4. Mulyono, A. 1995. Pengobatan BPH Pada Masa Kini.Dalam :Pembesaran Prostat Jinak. Yayasan penerbit IDI, Jakarta ; 40-48. 5. Sjafei, M. 1995. Diagnosis Pembesaran Prostat Jinak.Dalam :Pembesaran Prostat Jinak. Yayasan Penerbit IDI, Jakarta ; 6-17 6. Sjamsuhidajat R, De Jong W. 1997. Tumor Prostat. Dalam: Buku ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 1997; 1058-64. Hasil pembelajaran : Definisi BPH Klasifikasi BPH Penentuan derajat BPH Tata laksana BPH
I.
ANAMNESA (AUTOANAMNESA) Keluhan Utama Tidak bisa kencing Riwayat penyakit sekarang Sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh sulit kencing, kencing hanya menetes sedikit – sedikit.Penderita juga mengeluh kencing tidak lampias, mengedan, dan apabila ingin kencing tidak bisa ditahan. Sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit penderita mengeluh tidak bisa kencing dan terasa sakit sekali. Sebelumnya kurang lebih 2 tahun sebelum masuk rumah sakit, penderita mulai mengeluh sering mengejan saat kencing, kencing kurang kuat, dan pancarannya kurang jauh.Bila siang hari bisa lebih dari 5 kali kencing dan pada malam hari penderita sering terbangun untuk kencing (bisa 3-4 kali semalam).Penderita juga sering mengeluh nyeri saat kencing.Penderita sudah berobat ke dokter, oleh dokter penderita diberi obat dan dipasang kateter, jika kateter dilepas pasien mengeluh tidak bisa kencing lagi dan terasa sakit sekali.
II.
RESUME Penderita laki-laki umur 79 tahun, datang dengan keluhan tidak bisa kencing sekitar 2 hari.Pada anamnesis lebih lanjut ditemukan tandatanda prostatismus.
III.
DIAGNOSE Tn SW, 79 tahun, retensi urin ec BPH
IV.
TINDAKAN Dipasang kateter
DISKUSI A. Anatomi
Definisi Benign Prostat hyperplasia (BPH) adalah hiperplasia kelenjar periuretralyang mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah. Ada juga yang menyatakan defenisi BPH adalah jika berat prostat 20 gram.(4,6) Etiologi Ada 3 teori terjadinya kelainan patologis prostat, yaitu: (1,2) 1. Teori Dihydro Testosteron (DHT). Sejak diketemukannya sindrom defisiensi 5-reduktase dimana kelainan ini tidak dapat merubah testoteron menjdai dehidrotestoteron (DHT), sehingga pada saat berusia dewasa kelenjar prostat tidak dapat diraba.Hal ini disimpulkan DHT memegang peranan penting pada pertumbuhan prostat. 2. Teori Reawakening Jaringan kembali seperti pada masa tingkat embriologik, sehingga jaringan periuretral dapat tumbuh lebih cepat dari jaringan sekitarnya. 3. Teori Berkurangnya Kematian Sel Sel stem adalah sel yang terletak pada dasar hirarki dan dapat memperbaharui diri sendiri serta tidak tergantung pada androgen. Berikutnya adalah sel amplifying yang berasal dari sel stem. Proliferasi sel amplifaying dianggap akan menghasilkan amplifikasi mayoritas daiantara sel-sel prostat. Ketidak tergantungan terhadap androgen dari kedua jenis sel ini dibuktikan dengan tetap terdapatnya kedua sel ini dalam jumlah yang sama walaupun sumber androgen sudah ditiadakan untuk jangka waktu lama. Namun dem,ekian, sel transit yang berasal dari sel amplifaying secara mutlak tergantung pada androgen. Dengan adanya androgen maka sel-
sel ini akan berproliferasi menghasilkan pertumbuhan prostat yang normal. Denagn demikian, jika sel ini ditiadakan akan berakibat terjadinya involusi prostat walaupun sel stem dan amplifaying tetap ada. Gejala dan Tanda Boyarsky dkk (1977) membagi gejala BPH menjadi: (3) a. Gejala obstruktif yang berupa :
perubahan ukuran dan kekuatan pancaran air kemih
kadang-kadang ada interupsi pancaran/miksi terputus (intermittency)
menetes pada akhir miksi ( terminal dribling)
harus menunggu pada permulaan miksi(hesistency)
rasa belum puas sehabis miksi
b. Gejala iritatif :
nokturia
frekuensi miksi bertambah ( Frequency)
miksi sulit ditahan (urgensi)
nyeri pada waktu miksi (disuria)
Diagnosis Diagnosa BPH berdasarkan anamnesa pada penderita ini ditemukan gejala-gejala prostatismus baik gejala obstruktif (pancaran kurang jauh, mengejan saat kencing, rasa tidak puas sehabis kencing) maupun gejala iritatif (seringmiksi/frekuensi,
terbangun untuk miksi pada malam hari/nokturia, perasaan ingin miksi yang sangat mendesak/urgensi dan disuria). Dari pemeriksaan fisik, apabila sudah terjadi kelainan pada traktus urinarius bagian atas kadang-kadang ginjal dapat teraba dan apabila sudah terjadi pielonefritis akan disertai sakit pinggang dan nyeri ketok pada pinggang. Vesika urinaria dapat teraba apabila sudah terjadi retensi total.Daerah inguinal harus diperhatikan untuk mengetahui adanya hernia.Genitalia eksterna harus diperiksa untuk melihat adanya kemungkinan lain yang dapat menyebabkan gangguan miksi.(3) Pada penderita ini tidak ditemukan tanda-tanda kelainan pada traktusurinarius bagian atas, daerah inguinal dan genitalia eksterna.
Pemeriksaan
colok
dubur
merupakan
pemeriksaan
yang
sangat
penting.
BPH
biasanya
dapat
diraba
sebagai benjolan yang kenyal di dinding depan rektum dengan batas atas yang dapat diraba dan kalau sudah besar sekali batas atas tidak dapat diraba. Apabila batas atas masih dapat diraba biasanya berat prostat diperkirakan kurang dari 60 gram.(1,3) Pemeriksaan radiologis yang dapat menunjang diagnosa BPH antara lain BNO, IVP, sistogram retrograde, USG, CT Scan dan MRI. Pemeriksaan penunjang lainnya adalah ureflowmetri.(1) B. Penatalaksanan Penatalaksanaan Secara klinis BPH dibagi menjadi 4 grade yaitu: 1. Grade I belum memerlukan tindakan operatif, pengobatan secara konservatif. 2. Grade II sudah ada indikasi operasi TURP 3. Grade III dapat dilakukan open prostatektomi 4. Bila sudah terjadi retensi total maka dipasang kateter terlebih dahulu atau dilakukan schistostomi setelah itu baru dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk melengkapi diagnosa kemudian dilakukan terapi definitif, dapat berupa TURP
ataupun open prostatektomi.(2) Indikasi absolut lainnya untuk terapi bedah adalah hematuria, tanda penurunan fungsi ginjal, ISK berulang, tanda obstruksi berat seperti divertikel, hidroureter, hidronefrosis dan ada batu saluran kemih.(3) Pengobatan BPH melalui jalan pembedahan, bertujuan mengangkat keseluruhan kelenjar prostat yang dianggap sebagai sebab segala keluhan dan gejala yang terjadi. Operasi terbuka dapat ditempuh melalui beberapa cara, yaitu: (2,5) 1. Route transvesikal, yaitu dengan membuka vesika dan prostat dinukleasi dari dalam vesika. Keuntungannya dapat sekaligus untuk mengangkat batu vesika atau diverkulektomi apabila ada divertikel yang cukup besar. Kerugiannya harus membuka vesika sehingga perlu memakai kateter lebih lama sampai luka pada dinding vesika sembuh. 2. Route retropubik menurut Terence Millin, yaitu dengan membuka kapsel prostat tanpa membuka vesika kemudian prostat dienukleasi dari retropubik. Keunggulannya tanpa membuka vesika sehingga pemasangan kateter tidak usah selama bila membuka vesika. Kerugiannya tidak dapat dipakai kalau diperlukan tindakan lain yang harus dikerjakan dari dalam vesika. Cara
bedah
terbuka
umumnya
memerlukan
masa
perawatan
di
RS
yang
lama, beberapa komplikasinya antara lain : perdarahan, infeksi, fistula kekulit/rektum, inkontinensia, striktur, impotensi.
(5)
TURP (Transurethral Resection of the Prostate) masih merupakan standar emas. Indikasi TURP adalah gejala-gejala sedang sampai berat,
volume
prostat
kurang
dari
90
gram
dan
pasien
cukup
sehat
untuk
dioperasi.
Komplikasi
jangka
pendek adalah perdarahan, infeksi, hiponatremia atau retensi karena bekuan darah. Komplikasi jangka panjang adalah striktur uretra, ejakulasi retrograde atau impotensi.(3) Jenis terapi lainnya adalah: (3,5) 1. observasi (watchfull waiting) biasanya dilakukan pada penderita dengan keluhan ringan (skor Madsen Iversen <9). Nasehat
yang diberikan adalah mengurangi minum setelah makan malam
untuk
mengurangi
nokturia, menghindari
obat-obat
dekongestan (parasimpatolitik), mengurangi minum kopi dan dilarang minum alkohol. Setiap 3 bulan dilakukan kontrol keluhan (sistem skor), sisa kencing dan pemeriksaan colok dubur. 2. terapi medikamentosa: a. penghambat enzim 5 alfa reduktase 1) finastride: 5 mg/hari selama 3-6 bulan mempunyai efek penurunan volume prostat. 2) episteride: 80 mg/hari selama 3-6 bulan mempunyai efek penurunan volume prostat. b. penghambat alfa adrenergik: 1) prazosin (short acting): 2 mg/hari selama 2-4 minggu mempunyai efek merelaksasi otot polos kelenjar prostat. 2) doxazosin (long acting): 4 mg/hari selama 2-4 minggu mempunyai efek merelaksasi otot polos kelenjar prostat. 3) alfuzosin (short acting): 7,5 mg/hari selama 2-4 minggu mempunyai efek merelaksasi otot polos kelenjar prostat. 4) terazosin (long acting): 5 mg/hari selama 2-4 minggu mempunyai efek merelaksasi otot polos kelenjar prostat. 5) tamsulosin (long acting): 0,4 mg/hari selama 2-4 minggu mempunyai efek merelaksasi otot polos kelenjar prostat. c. fitoterapi: Pengobatan fitoterapi yang ada di Indonesia antara lain eviprostat. Substansinya misalnya Pygeum africanum, Saw palmetto, Serenoa repeus.Efeknya diharapkan terjadi setelah pemberian selama 1 - 2 bulan. 3. terapi invasive minimal a. Transuretral microwave thermotherapy (TUMT). Hanya dapat dilakukan di rumah sakit besar. Dilakukan pemanasan prostat dengan gelombang mikro yang disalurkan ke kelenjar prostat melalui suatu tranducer yang diletakkan di uretra pars prostatica.
b. Dilatasi balon transuretral (TUBD) c. High intensity focused ultrasound d. Ablasi jarum transurethral (TUNA) e. Stent prostat
G. Prognosis Untuk Prognosis BPH ini adalah Pembedahan tidak mengobati penyebab BPH, maka biasanya penyakit ini akan timbul kembali 810 tahun kemudian.(3)
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO Pada hari ini tanggal 9 Juli 2015 telah dipresentasikan portofolio oleh : Nama Peserta
: dr. Vincent Rooroh
Dengan judul / topik : Benign Prostat Hyperplasia
No.
Nama pendamping
: dr. Lidya Komedien
Nama wahana
: RSUD Noongan Nama peserta presentasi
No.
1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
Tanda tangan
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya. Pendamping
( dr. Lidya Komedien )
HALAMAN PENGESAHAN
Diajukan Oleh:
dr. Vincent Rooroh
Telah dipresentasikan dan disetujui presentasi portofolio:
Benign Prostat Hyperplasia
Hari/Tanggal : Kamis 09 Juli 2015 Tempat
: IGD RSUD Noongan
Disahkan Oleh:
Pembimbing,
dr. Lidya Komedien
Presentasi Kasus dan Portofolio
KASUS BEDAH BENIGN PROSTAT HYPERPLASIA
Oleh: Dr. Vincent Rooroh
Pendamping: Dr. Lidya Komedien
Wahana: RSUD NOONGAN