Cara menyembelih ayam yang benar menurut agama islam MUI Sosialisasikan Penyembelihan Ayam Secara Syar’i Oleh : KURNIAWAN SAPUTRA E1C014001
Setelah mengeluarkan “fatwa muslim wajib mengkomsumsi hewan sembelih secara syar’i (halal)” beberapa waktu lalu, kini Majlis Ulama Indonesia (MUI) Kota Dumai terus berupaya untuk mensosialisasikannya, terutama kepada pedagang ayam potong. “Kami sudah mensosialisasikannya kepada pedagang dengan mengirimkan surat imbauan agar melaksanakan penyembelihan sesuai syariat Islam. Selain itu, juga disosialisasikan kepada masyarakat muslim secara umum melalui Masjid-Masjid tentang pentingnya mengkomsumsi hewan yang disembelih secara syar’i,” kata Ustadz Lukman Syarif, MA, Ketua MUI Kota Dumai, ketika dihubungi dumaizone.com, Selasa (8/5). Menurutnya, selain meningkatkan kesadaran para pedagang ayam potong agar tidak menyembelih secara mematahkan leher ayamnya, pihaknyanya juga merasa sangat penting menumbuhkan kesadaran masyarakat muslim untuk tidak membeli dan tidak mengkonsumsi ayam potong yang tidak disembelih secara halal. Pihaknya juga berencana akan memberikan pelatihan kepada pedagang ayam potong tentang tata cara penyembelihan ayam secara syar’i. Namun, pihaknya akan melihat berbagai kondisi yang ada terlebih
dahulu, terutama kondisi keuangan dan waktu yang tepat. Akan tetapi, bila pedagang ayam potong secara pribadi minta belajar tata cara penyembelihan ayam secara halal tersebut, pihaknya akan menyambut baik keinginan itu. Sebagaimana diberitakan sebelumnya, fatwa MUI Dumai itu dikeluarkan menyikapi pertanyaan masyarakat tentang penyembelihan ayam menurut syariat Islam, yang disampaikan kepada pihaknya. Karena itu, setelah membaca dan meneliti Al-Qur’an, hadis nabawi dan pandangan para ulama yang mu’tabar, serta memperhatikan secara teliti dan seksama tentang praktik penyembelihan hewan di beberapa tempat, MUI menyampaikan ketentuan penyembelihan hewan, yaitu: Pertama, penyembelih hewan adalah seorang Muslim yang sholeh atau taat dan dalam keadaan suci, karena sembelihan seorang Muslim yang tidak suci atau seorang Fasik adalah Makruh hukumnya. Kedua, berniat ibadah dan membaca basmalah atau Bismillahirrahmanirrohim, serta Allahu Akbar. Ketiga, membaca Sholawat atas Nabi Muhammad SAW. Keempat, menyembelih dengan lembut dan penuh kasih sayang, tidak menyakiti ataupun menyiksa hewan yang disembelih, seperti mencekik ataupun mematahkan lehernya. Kelima, sembelihan mestilah memutuskan ketiga-tiga urat saluran; 1. pernafasan, 2. Makanan 3. Darah. Keenam, menghadap Kiblat, bukan menghadap langit atau hadap lainnya. Menurut Ustadz Lukman, apabila ketentuan di atas tidak terpenuhi secara sempurna, baik oleh sebab ketidaktahuan ataupun kesengajaan maka hewan sembelihan tadi adalah sangat-sangat diragukan kehalalannya. Makanya MUI Kota Dumai mengimbau seluruh elemen ummat untuk bersikap bijaksana dalam memilih atau mengkonsusmsi hewan sembelihan, karena apa yang dimakan akan menjadi darah dan darah akan berubah menjadi daging dan daging pula akan menjadi tulang. Sesungguhnya tubuh yang dipenuhi dengan yang makanan haram sulit untuk dibawa beribadah, serta jauh dari rasa khusuk dalam sholat. Rasulullah SAW mengingatkan kita semua bahwa: Apa saja yang tumbuh dari yang haram, maka nerakalah tempat yang paling layak baginya. “Tinggalkanlah hal-hal yang meragukan hukumnya kepada hal-hal yang lebih meyakinkan, karena hidup adalah akidah dan ibadah, maka setiap Muslim wajib menjadikan setiap segmen dalam hidupnya adalah ibadah tulus dan ikhlas kepada Allah swt yang telah menentukan dan menjelaskan segala hukumhukumnya, dengan jelas dan mudah untuk difahami,” ujarnya. Dia menegaskan, sesungguhnya setiap yang Allah nyatakan halal adalah sesuatu yang benar-benar bermanfaat untuk kita semua dan apa yang Allah tetapkan sebagai sesuatu yang haram, maka adalah karena hal itu memang benar-benar buruk dan membawa petaka bagi kita.
“Maka tepuklah dada dan tanyalah selera, apakah ridho Allah yang kita damba atau murkanya yang kita minta,” ucap dia. Dinas Pertanian (Diptan) Subdin Kehewanan dan Peternakan bersama Majelis Ulama Indonesia pada Selasa (18/11) menggelar pelatihan bagi 17 penjagal ayam yang ada di Balikpapan. Kegiatan pelatihan yang dilangsungkan di sekretariat sementara MUI yakni Badan Amil Zakat (BAZ) tersebut merupakan tindak lanjut hasil inspeksi mendadak (sidak) yang dilakukan saat Ramadan lalu. Dari hasil sidak diketahui jika sejumlah penjagal tidak memahami cara memotong ayam berdasarkan syariat Islam. Dalam pelatihan sehari itulah, penjagal diberikan pemahaman soal cara yang benar memotong ayam baik dari sisi kesehatan maupun syariat Islam. “Cara memotong ayam haruslah HAUS, singkatan dari Halal, Aman, Utuh, Sehat,“ ujar Kasi Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet), Drh Noorlenawati. Dia menjelaskan, Halal adalah tidak bersentuhan dengan barang atau zat yang diharamkan, semisal kandang babi. Aman, tidak membahayakan seperti mengandung kotoran yakni debu, bulu, rambut dan pecahan gelas. Juga secara biologi tidak mengandung virus, bakteri dan parasit. Dari segi kimia tidak mengandung pestisida, logam berat dan racun. Utuh artinya murni. Tidak dikurangi atau ditambahi zat apapun. “Sehat, si ayam dalam kondisi baik, tanpa pewarna, daging dan pori-pori bulu putih bersih, agak mengkilap, dan tidak berbau. Dada dan paha kenyal. Pembuluh darah dileher dan sayap bersih tidak terdapat darah. Jadi kalau ada yang suntik ayam, itu salah pak. Air itu ada kumannya dan daging jadi lekas busuk,“ papar Noorlenawati. Lebih jauh, wanita berjilbab ini menuturkan, Rumah Pemotongan Ayam (RPA), seyogianya dilengkapi sarana membersihkan pisau, berisi larutan desinfektan, lodofor atau air panas. Untuk penjagal berakal sehat jasmani dan rohani. Syarat lainnya antara lain baju bersih, mengenakan tutup kepala, serta mencuci tangan. “Hal penting segera potong ayam, bulu disingkirkan dan tidak boleh meniup daging (daging disuntik, Red),“ tegasnya. Sementara itu, Ketua Komisi Fatwa MUI Kota Balikpapan Djailani Mawardi yang didaulat sebagai pembicara, lebih menekankan kepada rukun dan sunah penyembelihan. Dirinya menyampaikan, ada lima rukun penyembelihan dan empat sunah dalam menyembelih (selengkapnya lihat boks, Red). “Seorang pedagang akan mendapat pahala apabila cara jual belinya sesuai dengan ketentuan Islam, bahkan rasulullah SAW. Demikian halnya dengan para penjagal, mereka akan mendapat nilai ibadah dari
yang mereka kerjakan itu. Karena melayani kepentingan masyarakat atau ummat dengan syarat memenuhi ketentuan syariat Islam,” ujarnya meniru salah satu Firman Allah SWT. Sebaliknya, jika mengabaikan dan melawan ketentuan syariat, lanjutnya, akan mereka para penjagal akan gagal dari ibadah bahkan menjadi Maksiat (Durhaka kepada Allah SWT) dosa dan akan mendapatkan laknat. Djailani Mawardi juga mengingatkan, untuk pemotongan tenggorokan dan kerongkongan, itu tidak boleh dua kali. Namun untuk pemotongan urat nadi itu diperbolehkan. Satu lagi pembicara dari Komisi Fatwa MUI H Nashirul Haq Lc MA. Dirinya membeberkan, ada anggapan bahwa bangkai ayam itu sah dikonsumsi. Dengan dalih menjadi mubazir, dan mubazir adalah kawannya setan. Padahal, lanjutnya, mengonsumsi bangkai ayam (ayam mati sendiri tanpa dipotong) itu adalah tidak sah. Alasan kuat, bangkai mendatangkan penyakit karena terkandung mubarok didalamnya. “Penyembelihan belum sempurna, kemudian meninggalkan dengan alasan yang kuat, jika tempo waktu singkat hitungan beberapa menit kemudian dilanjutkan, itu boleh dilakukan. Namun, jika ditinggal hingga mencapai satu jam, itu sama saja sudah menyiksa hewan dan tidak diperbolehkan,“ ulasnya seraya menambahkan anggapan itu oleh sebagian ulama mengatakan penyembelihan belum sempurna, sehingga tidak layak lagi untuk dilanjutkan. Masih di tempat yang sama Sekretaris MUI Drs H M Jailani menjelaskan, penjagal yang ikut pelatihan tidak pulang dengan tangan kosong. Para penjagal ayam itu, akan mendapatkan sertifikat dan badge. Juga baju seragam yang menunjukan bahwa mereka adalah penjagal ayam potong yang resmi dan telah mendapatkan sertifikat dari MUI. “Sertifikat dan badge sedang kami proses. Tadi mereka sudah kami foto. Kira-kira satu minggu lah sertifikat dan badge nama itu bisa diambil,“ imbuh Jailani. (*) Proses/prosedur menyembelih: 1. Doa Bismillahi Allahu Akbar 2. Memutuskan jalan nafas, jalan makanan, jalan darah dengan sekali gerakan, tanpa mengangkat pisau dari leher dan tidak langsung memisahkan kepala. 3. Pisau dibersihkan setiap lima menit atau saat pisau kotor. 4. Celupkan kedalam air panas pada suhu 70-80 derajat. Biarkan 1-2 menit. Ini merupakan proses memanaskan kulit agar bulu ayam mudah dicabut. 5. Setelah cabut bulu, potong kepala, leher, ceker dan keluarkan jeroan 6. Pencucian cepat, air bersih dan tidak terlalu dingin. Pencucian dilakukan dengan menyemprot karkas
dengan keras. Sumber: Diptan Balikpapan Rukun Penyembelihan: 1. Harus beragama Islam. 2. Menyebut Nama Allah yaitu dengan membaca Bismillahi Allahu Akbar. 3. Hewan yang disembelih halal dimakan. 4. Menggunakan alat (pisau, parang, dsb). 5. Pelaksanaan penyembelihan memutuskan kerongkongan dan tenggorokan dan memutuskan urat tempat saluran makan dan minum. Sumber: MUI Balikpapan Sunah-sunah Menyembelih: 1. Menyelembih dengan pisau tajam. 2. Menghadapkan hewan yang disembelih ke arah kiblat. 3. Orang yang menyembelih menghadap arah kiblat. 4. membaca sholawat kepada nabi Muhammad SAW Sumber: MUI Balikpapan