Bom Syahadah Dan Legalitas Syariatnya

  • Uploaded by: Zamzam
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bom Syahadah Dan Legalitas Syariatnya as PDF for free.

More details

  • Words: 1,137
  • Pages: 3
Bom Syahadah dan Legalitas Syariatnya Sebagian masyarakat mengira aksi bom syahadah merupakan aksi bunuh diri, sehingga bertentangan dengan syariat Islam. Namun para ulama justru menggolongkannya sebagai jihad fii sabilillah. Pelakunya insya Allah mati syahid. Upaya utusan khusus Amerika, Anthony Zinni belumlah selesai. Kesepakatan genjatan senjata antara Otoritas Palestina dan Israel juga baru disepakati. Namun lagi-lagi bom syahadah kembali mengguncang wilayah hijau Israel. Sebuah bom syahadah yang dibawa seorang mujahid Palestina meledak pada sebuah bus umum yang melintas di daerah Afula, dekat Ummul Fahm akhir bulan lalu (20/3). Aksi tersebut menewaskan tujuh orang Israel empat di antaranya tentara dan mencederai 30 orang lainnya. Bom syahadah ini adalah aksi `kamikaze' kesekian dari serentetan aksi serupa yang dilakukan mujahidin Palestina, sebagai pembalasan atas kebrutalan Zionis Israel yang membantai ratusan warga selama bulan Maret ini. Berbagai reaksi keras Israel bermunculan. PM Ariel Sharon kembali mengutuk Arafat dan menuduhnya tidak melakukan apapun guna menghentikan `aksi kekerasan' ini. Avidgdor Lieberman, anggota kabinet yang mengundurkan diri, juga mengutuk Shimon Peres dan menyebutkan sebagai `orang gila' karena mendukung kontak diplomatik dengan Palestina. Ia mengecam bahwa konsesi yang diberikan Sharon kepada Arafat telah menjadi penyebab peledakan tersebut. Selama 18 bulan konfrontasi antara pihak melawan mujahidin intifadhah Al-Aqsha, pihak Israel telah kehilangan 340 nyawa akibat aksi bom syahadah. Korban terbanyak dari aksi bom syahadah adalah pemboman yang dilakukan oleh Said Hasan Hoteri di Tel Aviv pada tahun lalu (02/06/01) yang menelan 22 korban tewas dan 70 luka-luka. Korban kedua terbanyak didapat dari aksi bom syahadah yang dilakukan oleh Izzuddin Al-Mishri di Jerusalem (09/08/01) yang merenggut 15 nyawa dan 100 orang —luka-luka. Ternyata aksi bom syahadah telah menimbulkan jumlah korban yang tergolong signifikan dalam perjalanan sejarah negeri penjajah tersebut. Dalam perang urat syaraf, aksi itu juga telah menimbulkan cekaman ketakutan yang luar biasa di kalangan Israel penjajah. Fatwa Ulama Dalam bahasa jurnalistik media Barat yang juga kerap diadopsi wartawan di negeri ini aksi bom syahadah disebut sebagai aksi bom bunuh diri (suicide bomb), sebuah terminologi yang mungkin dikira sebagian orang melanggar syariat Islam. Benarkah demikian? Untuk lebih jauh meninjau pendapat apakah bom merupakan aksi bunuh diri, perlu untuk mengedepankan beberapa pendapat ulama sekitar persoalan ini. Dengan menyebutkan beberapa di antaranya Muhammad bin al Hasan as Syaibani, murid Abu Hanifahrahimahullah. Ia mengatakan bahwa, "Bila seseorang melancarkan serangan terhadap seribu kaum musyrik, maka hal tersebut tidak menjadi masalah bila akan selamat atau menyebabkan malapetaka besar bagi musuh." Ibn Taimiyah berpendapat senada dalam kitabnya Fatawa tentang memerangi kaum Tatar. Berdasarkan dalil dari riwayat Shahih Muslim dari Nabi SAW tentang kisah Ashhabul Ukhdud. Cerita itu mengkisahkan seorang anak laki-laki (ghulam) memerintahkan untuk membunuh dirinya, demi kemenangan agama (yang diyakininya)

ketika meminta kepada algojo-algojo raja agar membaca: "Bismillah Rabbi Ghulam" (Dengan nama Allah, Tuhannya anak laki-laki ini) saat melemparkan panah ke arahnya. Ibn Taimiyah melanjutkan: Oleh karena itu para Imam yang empat memperbolehkan seorang muslim menyerbu sendirian dalam kubu pasukan musuh, walaupun kemungkinan besar mereka akan membunuhnya. Jika memang di situ ada kemaslahatan bagi kaum muslimin. Imam As-Suyuthi berpendapat, tidak ada masalah bagi Muslim menyerang musuh yang berkekuatan besar dan tidak masalah juga bila tetap bersabar. Dan ini berseberangan dengan mereka yang mengatakan bahwa hal tersebut masuk dalam kategori mencampakkan diri dalam at-tahlukah (kebinasaan). Bahkan hal tersebut merupakan wujud dari jihad di jalan Allah. (Lihat lebih detil dalam buku Al-'Amaliyyah alIstisyhadiyyah fi al-Mizan al-Fiqhi operasi syahadah ditinjau dari kaca mata fiqh karya Nawaf Hail at Takurni, Darul Fikr, Cet.II, 1997). Para ulama khalaf (penerus ulama salaf) juga mendukung operasi syahadah ini dan mengkategorikannya sebagai bentuk jihad fi sabilillah, seperti fatwa Syaikh Nashiruddin al-Albani, "Operasi-operasi syahadah yang terjadi dewasa ini ada yang boleh dan ada yang tidak. Adapun yang dibolehkan bila hal itu berlaku di dalam sistem Islam dan jihad Islam yang berdasarkan pada hukum Islam. Dan di antara hukum Islam ini adalah bahwa seorang prajurit tidak boleh bergerak kecuali dengan perintah pimpinannya." Dr.Wahbah Az-Zuhaili, Dekan Jurusan Fikih dan Ushulnya di Fakultas Syariah Universitas Damaskus mengatakan, operasi syahadah yang dilakukan terhadap Yahudi dengan izin pimpinannya dengan tujuan menjatuhkan kerugian di pihak musuh adalah dibolehkan. Karena operasi seperti yang terjadi dewasa ini menjadi bagian dari keharusan syariah. Dr. Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi, Dekan Jurusan Akidah dan Agama di Fakultas Syariah Universitas Damaskus mengatakan, operasi ini 100% disyariatkan oleh Islam, bila operasi itu dilancarkan dengan maksud menimbulkan malapetaka di pihak musuh. Ulama asal Mesir, Dr. Yusuf Al-Qaradhawi mengungkap fatwa serupa. "Saya ingin katakan di sini bahwa operasi-operasi ini adalah termasuk cara yang paling jitu dalam jihad fisabilillah dan ia termasuk bentuk teror yang diisyaratkan dalam Al Qur'an dalam sebuah firman Allah Ta'ala (QS. Al-Anfal: 60)." Qaradhawi juga mengatakan bahwa bila hukum jihad di satu negara sudah pada fase wajib `ain, maka wanita harus berjihad bahu membahu dengan kaum laki karena wanita dapat saja mengeksekusi sesuatu operasi secara sukses di mana kaum pria tidak dapat dilakukan oleh kaum pria, (lihat http://www.palestina-info.com, 20/3/2002). Rekannya sesama ulama Mesir dari Al-Azhar, Dr. Jalal Yusuf As-Syaraqi berpendapat, orang-orang Yahudi di Israel telah meninggalkan negeri asli mereka untuk menduduki Palestina. Mereka datang untuk menjadi penduduk Israel dan menjadi bala tentaranya. Pemerintah Israel menanamkan pada diri setiap penduduknya secara umum bahwa mereka adalah tentara yang siap untuk memerangi kaum Muslim. Karena itu operasi syahadah layak dilancarkan kepada penduduk Israel. Dan itu merupakan satu izzah dan kehormatan umat Islam, insya Allah. (Al-Mujtama', No.1483, 5/1/2002) Menurut Dr. Fathi Yakan, dalam tulisannya di majalah Al-Mujtamaa' No.1465 (2531/8/2001), bertajuk "Operasi-operasi Syahadah antara Syariah dan Optimisme", ia mengatakan bahwa perbedaan antara operasi syahadah dengan bunuh diri adalah

sebagaimana perbedaan antara yang halal dan yang haram. Dan perjalanan keduanya sangat bertolak belakang, ada yang menuju surga dan ada yang ke neraka. Bunuh diri menurut Dr. Fathi Yakan adalah upaya mencari jalan pintas oleh sebab kondisi hidup yang depresif dan ingkar terhadap apa yang datang dari Allah. Dan hal ini merupakan pelanggaran yang jelas terhadap ajaran-Nya. Adapun operasi syahadah adalah pengorbanan dengan jiwa di jalan Allah dengan mengesampingkan kemewahan hidup duniawi dan berzuhud, sebagai wujud dari menurut terminologi Fathi ketamakan pada akhirat dan apa yang ada di sisi Allah seperti terungkap di dalam surat Asy-Syura ayat 36: "Maka sesuatu apapun yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia; dan yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakal." Dr. Fathi juga mengelaborasi bahwa bunuh diri adalah jiwa pengecut dan keputusasaan dari rahmat Allah (QS. Yusuf: 87) serta menantang ketentuan Allah dan takdir-Nya. Adapun operasi syahadah adalah puncak respons terhadap perintah Allah dalam menghadapi musuh-musuh-Nya dan melawan para auliyaa as-syaithan dengan persenjataan apapun, sebagaimana Allah berfirman di dalam Al Qur'an: "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya." (QS. Al-Anfaal: 60). Allahu a'lam bishawab.• (Ahmad Dumyathi Bashori)

Related Documents

Sumber Dan Legalitas
October 2019 30
Legalitas Email.docx
November 2019 21
Mutiara Syahadah.
May 2020 28
Bom
May 2020 40
Bom
May 2020 32

More Documents from ""