Bmbp

  • Uploaded by: Ainul mahbud
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bmbp as PDF for free.

More details

  • Words: 4,658
  • Pages: 12
Nama anggota: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Hibatul Wafiroh Q. A Julia Bin Rahimmaella Laras Yogorini Leni Nerma Pradika Martha Angela D. A M. Nur Abwa Nadya Putri Larasati Nathania Putri M. Nikadek Devina C. A Nishfu Lail

as as as as as as as as as as

Valak 1 Warga & Ajudan Ratu Ibu Wulan/ Ibu Tiri Bawang Putih Pangeran Valak 2 Ibu Peri Dukun Narator

Bawang Merah Bawang Putih Pada dahulu kala, tinggallah sebuah keluarga di sebuah desa. Mereka terdiri dari ayah, ibu, dan seorang gadis remaja dengan nama bawang putih. Mereka adalah sebuah keluarga yang hidup bahagia. Ayah bawang putih adalah seorang pedagang yang sukses mereka hidup dengan sangat rukun dan sentosa.

11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.

Putri Amel Putri Nofita Rani Indah Febrianti Rio Ferdianto Roudhotus Saadah Salsabila Risqita P. A Selfi Cholifatul A. Selvi Septi Heryana C.

as as as as as as as as as

Iklan Nenek Bawang Merah B. Sumarsono/ Ayah Bp Ajudan Ajudan Ibu Suci/ Ibu Kandung Ajudan Bibi

Bapak sumarsono pergi mandi dan berangkat ke pasar bersama istrinya untuk berdagang. Setelah mereka berangkat, tak lama dari itu ada seorang wanita dengan anaknya yang datang ke rumah Bawang Putih. Ibu Wulan

: (Tok! Tok! Tok!) ”Permisi?”

Bawang Putih : “Iya sebentar!” (sambil membuka pintu). “Iya?”

Pada suatu hari,ibu dan ayah bawang putih pergi kepasar untuk berdagang.

Ibu Wulan

kukuruyukk

Bawang Putih : “ Iya, saya anaknya. Ibu siapa?”

Ibu suci

: “Mas bangun! Sudah pagi.”

Ibu Wulan

: “Apa benar ini rumah Ibu Suci?

: “ Saya sepupunya ibumu, nak. Masa kamu lupa?”

B. sumarsono : “Haduhhhh...”(sambil menguap dan ngulet).

Bawang Putih : “Oh..., maaf Bu, saya lupa. Silahkan masuk!”

Ibu suci

Ibu Wulan

: “Ayo mas cepat! Bangun kita harus mempersiapkan dagangan” (sambil membangunkan suaminya).

: “Terima kasih. Ayo,Merah!” (sambil menarik tangan anaknya).

B. Sumarsono : ”Iya dek”

Bawang Merah : “ Iya, Ma.” (sambil berjalan masuk)

Bapak sumarsono pergi mandi dan berangkat ke pasar bersama istrinya untuk berdagang. Setelah mereka berangkat, tak lama dari itu

Bawang Putih : “ Silahkan duduk! Sebentar, saya ambilkan minum dulu, permisi!”

Bawang Putih : “Silahkan duduk! Sebentar, saya ambilkan minum dulu, permisi!”

Ibu Suci

: “ Iya, Mas. Saya sangat suka. Apapun yang Mas berikan, pasti saya meyukainya, Mas.”

Saat Bawang Putih pergi ke dapur, Ibu Wulan dan Bawang Merah melihat-lihat rumah Bawang Putih yang sangat mewah.

Bawang Putih : “ Loh, Ibu. Sudah datang?” (sahut Bawang Putih) Ibu Suci

Bawang Merah : “Iya, Ma. Ini bagus sekali, tidak seperti rumah kita yang dulu. Kita tinggal disini aja, Ma!”

: “ Iya barusan datang. Loh mbak Wulan? Sudah lama disini? Kapan datang? Saya tidak tahu kalau mbak mau kesini.” (sambil menghampiri Ibu Wulan di ruang tamu).

Ibu Wulan

: “ Enggak kok, masih sebentar.”

Ibu Wulan

Ibu Suci

: “ Tumben Mbak Wulan kesini? Apa ada sesuatu yang penting?”

Ibu Wulan

: “ Begini, Ci. Seminggu yang lalu, Mas Damar meninggal...”

Ibu Suci

: “ Hah?! Meninggal?! Kok saya tidak di kasih tahu, Mbak Wulan?”

Ibu Wulan

: “ Maaf kalau untuk itu. Mbak tidak sempat kesini atau kasih kabar. Mbak lagi bingung, susah mikirin hutang. Ternyata, setelah Mas Damar meninggal, ada orang yang menagih utang. Hingga kami harus menjual rumah kami. Kami bingung mau tinggal dimana lagi. Sampai akhirnya, saya ingat kalau kamu tinggal disini. Karena hanya kamu, satu-satunya kerabat saya yang saya ingat.”

Tak lama kemudian, ibu dan ayah Bawang Putih datang dengan membawa sebuah perhiasan baru yang indah. Ia belum menyadari dengan kedatangan tamu yang kerabat jauhnya.

Ibu Suci

: “ Saya turut berduka cita ya mbak atas meninggalnya Mas Damar. Kalau gitu, Mbak Wulan sama nak Merah tinggal disini saja.”

Ibu Suci

Ibu Wulan

: “Apa tidak merepotkan?”

Ibu Suci

: “ Tidak kok Mbak, sama sekali tidak merepotkan.”

Ibu Wulan

: “Gimana, Merah? Rumahnya bagus ya?”

: “Sabar kalau masalah itu. Mama sudah mempunyai rencana yang licik dan tajam. Setajam silet!” (Ibu Wulan & Bawang Merah tertawa jahat)

Tak lama kemudian, Bawang Putih kembali dengan membawa nampan yang berisi gelas di atasnya. Bawang Putih : “Silahkan diminum, te, kak!” Ibu Wulan dan Bawang Merah : “Iya, terimakasih.” Ibu Wulan

: “Emm... ngomong-ngomong orang tua kamu kemana?”

Bawang Putih : “Sedang pergi ke pasar, berdagang.” Ibu Wulan

: “Ohh...” (sambil menganggukkan kepala)

: “Terima kasih ya, Mas. Untuk perhiasannya.”

B. Sumarsono : “ Iya, Dek. Sama-sama. Gimana, kamu suka apa tidak dengan pemberian dari, Mas?”

Ibu Wulan

: “ Ya sudah kalau begitu, terima kasih banyak ya. Kalian baik sekali. Saya jadi tidak enak.”

berduka dengan meninggalnya ibu tercinta. Keesokan harinya, keluarga Bawang Putih masih dalam suasana berduka.

Ibu Suci

: “ Oh, tidak apa-apa, Mbak. Mari saya antar ke kamar Mbak.(sambil berjalan menuju kamar) Maaf ya mbak, kamar kosongnya cuma satu, jadi Mbak sama Merah terpaksa satu kamar. Apa Mbak tidak keberatan?”

Bawang Putih : “Ayah, kenapa ibu harus meninggalkan kita secepat ini, Ayah?”

: “ Oh.. tidak apa-apa. Mbak tidak keberatan kok. Ya kan, Merah?”

Bawang Putih : “ Ya sudah, Ayah. Kalau ini memang sudah mejadi kehendak-Nya, putih akan mencoba mengikhlaskannya.”

Ibu Wulan

Bawang Merah : “ Iya kok, tan. Tidak apa-apa.” Ibu Suci

: “ Oh ya sudah, mari saya antar.”

Pagi harinya, Ibu Wulan membantu memasak untuk makan pagi. Ibu Wulan sengaja membantu membuatkan teh untuk Ibu Suci. Teh tersebut dicampur dengan racun agar Ibu Suci cepat meninggal. Ibu Wulan

B. Sumarsono : “Ini sudah menjadi kehendak Yang Maha Kuasa, anakku.”

Semenjak Ibu Bawang Putih meninggal, Ibu Bawang Merah melakukan semua pekerjaan rumah. Ibu Bawang Merah sering membuatkan makanan untuk Bawang Putih dan ayahnya membantu Bawang Putih bersih-bersih rumah, dan juga menemani Bawang Putih dan ayahnya untuk berbagi lewat obrolan. Ibu Wulan

: “Bawang Putih, ini saya masakkan makanan untuk kamu.” (berlagak seperti malaikat yang suci)

: Hahaha... Mampus kamu, cepat mati saja sana. Biar aku bisa menguasai harta kalian. Hahaha... (dalam hati dan tersenyum sinis sambil memasukkan campuran obat tersebut).

Bawang Putih : “Iya, terimakasih banyak tante sudah memasakkan makanan untuk Bawang Putih. Kebetulan saya belum makan dari tadi.”

Ibu Wulan

: “ Selamat Pagi, silahkan di makan!”

Ibu Wulan

Ibu Suci

: “ Iya, terima kasih. Jadi merepotkan, Mbak.”

Ibu Wulan

: “ Santai saja , malah saya yang merasa merepotkan kamu.”

B. Sumarsono : “ Terimakasih ya, kamu sudah baik kepada kami.” (sambil mengedipkan mata).

Ibu Suci

: “ Tidak, Mbak.”

Ibu Wulan

Saat Ibu Suci minum teh buatan Ibu Wulan, tiba-tiba Ibu Suci langsung kejang-kejang dan akhirnya meninggal. Bawang Putih sangat

: “Iya, sama-sama. Ibu cuma tidak ingin melihat kamu kurang makan. Ya sudah, nanti kamu makan ya rendang buatan tante ini.” (sambil tersenyum manis).

: “ Iya sama-sama, Mas.” (membalas kedipan mata).

Kedekatan Ayah Bawang Putih dengan Ibu Bawang Merah yang dirasanya sangat baik hati, membuat Ayah Bawang Putih kepikiran untuk menikahi

menikahi Ibu Bawang Merah. Dengan meminta pertimbangan Bawang Putih, kemudian Ayah Bawang Putih menikahi Ibu Bawang Merah.

Beberapa menit kemudian, Ayah Bawang Putih berjalan perlahan menghampiri penghulu.

B. Sumarsono : “Bawang Putih, andai saja ayah menikah dengan Ibu Bawang Merah, apa kamu setuju, nak? Ayah harap kamu setuju, sebab ayah masih muda dan membutuhkan seseorang yang bisa merawat ayah. Kebetulan ayah sudah memanggil Ibu Bawang Merah kesini. Dek, kemarilah! “ (memanggil Ibu Bawang Merah).

B. Sumarsono : “Maaf, Pak. Saya telat.” (tertunduk)

Bawang Putih : “Aku hanya ikut kemuan ayah. Kalau ayah memang menginginkannya, kenapa aku harus menghalanginya? Lagian Tante Wulan orangnya baik hati.”

Penghulu

: “Maaf, maaf, kamu niat nikah atau tidak? Kalau tidak biar saya saja yang nikah..”

Ibu Wulan

: ”Ekhm...” (berjalan dari kejauhan)

Penghulu

: “Baiklah, silahkan segera duduk. Berhubung kedua mempelai sudah lengkap dengan para walinya, maka acara akad nikah ini saya buka dengan ucapan basmalah, Bismillahirrohmanirrohim. Saya nikahkan, ananda Ayah Bawang Putih dengan Ibunda Bawang Merah binti Bawang Bombai dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas 1000 gram dibayar tunai.”

B. Sumarson

: ”Saya terima nikahnya, Ibunda Bawang Merah binti Bawang Bombai dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.”

Penghulu

: ”Bagaimana para saksi? Sah?”

Saksi

: ”Sah!!!” (musik pernikahan)

B. Sumarsono : “Baiklah, Nak kalau begitu. Terimakasih karena kamu sudah mengizinkannya. Lalu bagaimana denganmu, Bawang Merah? Apakah kamu setuju?” Bawang Merah : “Aku juga setuju, Mama setuju juga, kan?” Ibu Wulan

: “Ooo.. ya jelas Mama mau, eh maksudnya saya setuju dengan niatan Mas untuk menikahi saya.”

B . Sumarsomo : “Kalau begitu kita segerakan saja pernikahan ini ya, dek? Bagaimana kalau 2 hari lagi?” Ibu Wulan

: “Baiklah, saya setuju Mas. Kalau begitu saya pamit ke kamar dulu ya, Mas.”

*IKLAN* (orang membawa papan berisi “keesokan harinya”) Penghulu

: “Ini pengantinnya kemana? Kenapa yang duduk disini hanya saya saja?” (kebingungan sebab mempelai belum juga hadir).

Pada malam harinya, seusai pesta pernikahan. Ibu Wulan meminta izin untuk keluar sebentar. Ia pergi ke dukun utuk meminta ramuan yang akan diberikan kepada Ayah Bawang Putih. Tok! Tok! Tok! Ibu Wulan

: “Permisi, mbah.”

Mbah Dukun

: “ Iya. Silahkan masuk! Silahkan duduk. Ada perlu apa?”

Ibu Wulan

: ”Begini, mbah. Saya mau minta ramuan untuk membunuh seseorang. Apa ada mbah?”

B.Sumarsono

: ”Baiklah dek”(mendekati ibu wulan)

Ibu Wulan

: ”Biar saya bukakan jasnya, pasti mas kegerahan”

Mbah Dukun

: ”Iya, sebentar saya ambilkan air dan saya beri jampijampi dulu.” (lagu mbah dukun)

Mbah Dukun

: ”Ini, sudah saya bacakan. Kamu tinggal berikan minuman ini kepada seseorang yang akan kamu bunuh.”

B.Sumarsono

: ”Dek,minuman apa yang kau berikan, kenapa badanku rasanya sakit semua?” (menahan rasa sakit)

Ibu Wulan

: ”Iya, mbah. Terimakasih. Ya sudah mbah saya permisi dulu.” (sambil memberikan segepok duit)

Ibu Wulan

: ”Itu tadi hanya minuman untuk menguatkan badan kamu mas, bukan apa-apa”

Sepulang dari rumah mbah dukun, ibu wulan segera memberikan minuman yang telah tercampur dengan ramuan dari mbah dukun kepada suaminya.

Sesaat setelah bercakap cakap layaknya pengantin baru, tiba tiba saja Ayah Bawang Putih merasa ada yag tidak beres dan merasa kesakitan.

B. Sumarsono : (kesakitan dan terbaring lemah) Ibu Wulan

B. Sumarsono : “Dek, kemarilah duduk disini!” Ibu Wulan

: “Iya mas sebentar. Ini saya buatkan minuman spesial untuk mas” (mendekat dan memberikan minuman tersebut)

: (panik dan memanggil bawang merah danbawang putih) “Bawang merah..Bawang putih... kemarilah ayah kalian sekarang sakit!!”

Bawang merah dan Bawang putih berlarian menuju ayah dan ibunya berada.

B. Sumarsono : ”Minuman apa ini?”

Bawang Putih : ”Ibu! Ayah kenapa bisa sakit seperti ini???”

Ibu Wulan

Ibu Wulan

B.Sumarsono

: (dengan tersenyum) “Ini hanya minuman kuat biasa saja, bukankah mas sudah tua, mas pasti sangat membutuhkan minuman ini.” : ”Wah...kamu sangat perhatian, dek. Baiklah akan saya minum.”

Setelah beberapa saat meminum ramuan itu, Ibu Wulan merayu suaminya. Ibu Wulan

:”kemarilah! Kita kan pegantin baru,tidak baik jauh jauh seperti ini.”

: ”Ibu juga nggak tahu kenapa, mungkin ayahmu punya peyakit serius”(dengan wajah panik)

B. Sumarsono : (terbaring lemah dan batuk terus menerus) ”Bawang putih sepertinya ayah sudah tidak kuat lagi.” Bawang Putih : “Ayah,putih mohon sama ayah, jangan tinggalin putih yah! Putih akan sama siapa lagi? Putih belum menikah dan putih gamau sampai harus ditinggal ayah,putih mohon yah?”

B. Sumarsono : “Maafkan ayah nak. Jika ayah pergi kamu baik baik saja ya, kan ada ibumu dan kakakmu yang akan mengurus serta menjagamu. Kamu hormati dan turuti semua perintah ibu dan kakakmu, nak”

Ibu Wulan

Bawang Putih : ”Iya,putih akan turuti semua perintah ibu juga perintah kakak, putih sayang ayah” (menangis tersedu)

Bawang Putih : ”Ya, putih mengerti”(melangkahkan kaki)

B. Sumarsono : ”Dek,aku titip putih ya tolong jagain putih,dan aku mohon adek bisa anggap seperti anak sendiri” Ibu Wulan

: ”Iya baik mas. Mas jangan tinggalkan kami”

Bawang Merah : “Ayah...kenapa ayah secepat ini meninggalkan merah,merah baru saja merasakan punya ayah lagi....ayahhhh....”(menangis dan memeluk ayahnya). *IKLAN* Sejak saat itu Bawang Merah dan ibunya semakin leluasa bertindak semena mena terhadap bawang putih. Bawang putih merasa menjadi seperti buruh bagi mereka berdua. Ibu Wulan

: ”Akhirnya aku bisa menyingkirkan ayah bawang putih yang tua bangka itu. Mulai sekarang tak ada satupun orang dikampung ini yang bisa menandingi kekayaan dan kekayaan saya hahahahaha....”

Bawang merah : “Hahahahahah”(ikut tertawa) Ibu Wulan

: “Diam kamu! Cukup ibu yang tertawa.” (mengatur dengan menunjuk semua sudut rumah sembari mengipasngipaskan kipas yang dibawanya).

: ”Bawang putih nanti kamu harus bangun sebelum adzan subuh. Kamu harus persiapkan air mandi dan sarapan untuk ibu dan bawang merah. Terus kamu harus memberi makan ternak, dan mencuci baju disungai, paham?”

Bawang Merah : (dengan wajah sombong dan mendorong bawang putih kelantai) ”Heh putih! Sekarang ayahmu sudah mati, kamu harus nurut sama aku dan ibu, kamu harusnya bersyukur aku dan ibu masih sudi buat merawatmu.” Bawang Putih : (tersungkur danmenahan rasa sakit) ”Iya kak, aku mengerti tapi kenapa perlakuan kakak dan ibu sekarang jadi berbeda” Bawang Merah : (wajah kesal) “Kenapa? kenapa banyak tanya, ya kamu. Kesel aku jadinya lihat wajah kamu yang sok kecantikan wajah kamu gak seberapa dibanding aku jangan sok polos deh. Muak aku lihat wajah kamu”.(bergegas meninggalkan bawang putih) Bawang Putih : (menangis tersedu) “Ayaah....Putih kangen ayah, putih selalu menuruti apapun Keinginan ibu dan kakak tetapi putih tidak pernah diperlakukan layaknya anak dan saudara. Putih kangen ayah.” (menangis tersedu) Meskipun diperlakukan seperti seorang pembantu, namun Bawang Putih selalu mengerjakan perintah Ibu Bawang Merah. Dia berharap suatu saat ibu tirinya itu bisa mencintainya seperti anak kandungnya sendiri. Pada pagi itu, seperti biasa Bawang Putih membawa timba berisi pakaian yang akan dicucinya di sungai. Sambil bernyanyi kecil Putih

menyusuri jalan setapak dipinggir hutan kecil yang biasa dilaluinya. Setibanya disungai, Bawang Putih segera mencuci semua pakaian kotor milik ibu dan kakak tirinya yang dibawanya. Merasa terlalu keasyikan, Bawang Putih tidak menyadari bahwa salah satu baju ibu tirinya hanyut terbawa arus. Lebih parahnya lagi baju yang hanyut itu merupakan baju kesayangan Ibu tirinya. Saat menyadari hal itu, Bawang Putih mencoba menyusuri sungai untuk menemukan baju itu. Bawang Putih : “Aku harus menemukan baju ibu, karena itu adalah baju kesayangannya. Jika tidak, ibu pasti akan sangat marah sama aku.” Setelah berusaha mencarinya dengan menyusuri sungai, Bawang Putih tetap tidak bisa menemukannya. Lalu ibu peri pun datang untuk membantu Bawang Putih. Ibu Peri : ”Hai, gadis cantik. Kenapa kamu bersedih?” Bawang Putih : ”Hah! Ibu Peri! Baju ibuku hanyut di sungai. Jika ibu tahu pasti ibu akan marah padaku.” Ibu Peri : ”Baiklah aku akan membantu, bukalah GPS mu!” Bawang Putih : ”Tapi aku tidak punya kuota, ibu peri.” Ibu Peri : (clingggg...) “Aku sudah mengisi kuotamu.” Bawang Putih : ”Wahh!! Apa benar?! Terimakasih ibu peri!” Di tengah perjalanan, Bawang Putih bertemu dengan seorang wanita paruhbaya dan menanyakan sesuatu kepada rang tersebut. Bawang Putih : “Bi..bi..bi..!” Bibi : “Ya, ada apa nak? Bawang Putih : “Mau nanya bi, apakah bibi melihat baju merah hanyut terseret arus lewat sini? Saya harus menemukan baju itu bi, dan harus segera membawanya pulang.” Bibi : “Iya nak saya tau, jika dari sini kamu harus lurus lalu belok kiri. Kalau kamu mengejarnya kamu harus cepatcepat! Mungkin kamu bisa menemukan baju itu.” Bawang Putih : “Oh begitu Baiklah bi, terima kasih banyak ya, bi!”

Bibi : “Iya, sama sama nak.” Hari sudah beranjak gelap, Bawang putih masih terus menyusuri aliran sungai berharap baju milik ibu tirinya segera ditemukan, namun suasana menjadi semakin mencekam, suara serigala (backsund serigala) seolah menyelimuti dan mendekati. Bawang Putih nampak gelisah dan merasa resah. Tiba-tiba dari kejauhan dia melihat dua bayangan wanita dengan wajah yang menyeramkan. Valak 1 : ”Ada cewek tuh.” (dengan mendekat dan ingin menakuti, backsound suara valak) Valak 2 : ”Ayo kita ganggu dia.” Valak 1 dan 2 mendekat dan ingin menakuti dari berbagai penjuru (back sound suara valak) , Bawang putih merasa ketakutan dan akhirnya dia mencoba untuk lari berharap valak itu pergi dan ia bisa bergegas mencari kembali baju ibu tirinya tersebut. Valak 1 dan 2 berjoged ria, hingga akhirnya ada seorang warga yang mendekat karena mendengar suara kegaduhan. Warga : “Astaghfirullah... kalian valak tak berduit kalau ingin dugem sana dibioskop!” Valak 1 dan 2 : “Maaf, bu. Bukan bioskop tapi club.” Warga : “Wahai syaiton..lebih baik kalian pergi Wargapun itupun mengusir hantu tersebut dengan tongkat kayu yang dibawanya. Warga bergegas pergi dari hutan tersebut. *IKLAN* Nenek : “Kamu siapa nak? Kenapa kamu malam-malam begini keluyuran ditengah hutan?” Bawang Putih : “Saya Bawang Putih, nek. Tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang hilang dibawah Arus sungai dan sekarang kemalaman,apa nenek tau bajunya?” Nenek : ”tadi baju itu tersangkut didepan rumahku. Sayang, padahal aku menyukai baju itu, baiklah aku akan

mengembalikannya sama kamu, tapi kamu harus menemani nenek disini selama seminggu karena sudah lama nenek tidak ngobrol sama siapapun, . bagaimana apa kamu setuju?” Bawang Putih : “Baiklah nek kalau begitu, saya akan menemani nenek selama satu minggu, asalkan Nenek tidak jenuh sama aku”. *IKLAN* Nenek : “Nak, sudah satu minggu kamu tinggal di gubuk nenek dan nenek senang sekali karena kamu anak yang sangat rajin dan berbakti. Karena itu,sesuai janji nenek sebelumnya kamu boleh membawa pulang baju ibu kamu, dan satu lagi kamu boleh memilih salah satu dari labu kuning ini sebagai hadiah dari nenek.” Bawang Putih : “Jangan nek, nenek tidak usah memberiku hadiah”. Nenek : “Sudahlah, ambil saja Bawang Putih.” Bawang Putih : “Yasudah, kelau begitu Putih memilih yang kecil, nek.” Nenek : “Kenapa kamu memilih yang kecil nak kenapa tidak yang besar, jumbo, super jumbo dan ekstra jumbo?” (dengan menunjukkan beragam ukuran dan bentuk, ekspresi yang centil dan menggoda muncul musik cita citata perawan atau janda sembari berjogedria) Bawang Putih : “Kalau yang besar, saya takut tidak kuat membawanya, nek. Nenek itu pun tersenyum lebar ” (sambil melambaikan tangan dengan energi dan mengedip-kedipkan mata dengan cepat). Ibu : “Kemana si bawang putih ini, sudah satu minggu tidak pulang. Dasar anak nakal.” (dengan ekspresi kesal dan marah).

Beberapa saat kemudian bawang putih muncul dan Bawang Putih segera menyerahkan baju merah miliki ibu tirinya itu. BawangPutih : “Ibu, ini baju ibu sudah aku temukan.”(Dengan wajah yang bahagia) Ibu : “Mana? Loh kok baju saya jadi kusut dan sobek seperti ini. Kamu bodoh sekali ini baju kesayangan saya.” (Mendorong Bawang putih hingga tersungkur) BawangPutih : “Maaf Bu,tapi putih sudah berusaha keras hingga baju ini bisa putih temukan. Putih hanya ingin membuat ibu senang.” Ibu : “Baju sobek dan tak layak pakai seperti ini, gembel pun enggan buat memakainya. Kamu memang tak becus mengerjakan apapun! (Marahbesar) (Terdengar suara ribut, Bawang merah pun datang menghampiri) Bawang Merah : “Duh ada apasi bu pagi-pagi sudah teriak-teriak ganggu merah aja.” Ibu : “uuuh maaf sayang! (membelai rambut bawang merah) ibu kesal pada si bawang putih ini, kerja apa pun dia ga becus baju kesayangan ibu sampai jadi sobek seperti ini.” (Menunjukkan baju) Bawang Merah : (mengambil baju ibunya) “Yaampun ibu ini kan baju mahal, ibu bayar baju ini kredit pula 2 tahun baru lunas. Bawang putih memang keterlaluan kamu (Mendorong dan menjambak rambutnya). Bawang Putih : “Aduh ka sakit, maafin bawang putih. Putih tidak sengaja. Baju itu tadinya hanyut terbawa sungai. (Merengek dan memohon). Bawang merah : “Sakit-sakit (semakin menjambak rambut putih)nih yah gara-gara kamu tidur aku jadi kurang puas, baju ibu jadi rusak kayak gini. Jijik aku ke kamu” (melepaskan jambak kannya dan mengibaskan rambut). Bawang merah : “Yuk mah kita tinggalin aja si putih bodoh ini. Jijik banget aku lihat wajahnya. (merah bersama ibunya pergi

meninggalkan bawang putih di ruangan itu) Setelah itu, Bawang Putih pun pergi ke dapur untuk membelah labu kuning yang di dapatnya, betapa terkejutnya Bawang Putih ketika labu yang terbelah itu ternyata berisi emas permata yang sangat banyak sekali. Bawang Putih : “Haaah...emas.(berteriak kegirangan), aku dapat emas permata.” Bawang Merah dan ibunya pun langsung merebut emas dan Permata tersebut dari Bawang Putih. Bawang Merah : “He.., kamu dapat emas dan permata ini darimana? Kok bisa-bisanya dapat emas permata sebanyak ini?” (merampas emas yang dibawa bawang putih) Ibu : “Dapat dari mana kamu, Putih? jangan-jangan kamu maling? Oh atau diam-diam kamu simpan harta warisan ayah kamu itu” (melotot). Bawang Putih : “Emas itu aku dapat dari...”(menjawab dengan gugup dan penuh rasa takut.) Bawang Merah : “Darimana? Ayo ngomong kamu! (Menjenggung kepala putih) Bawang Putih : “Tidak ibu, ibu dan kakak salah paham terhadapku kemarin aku sedang mencari baju ibu yang hanyut terbawa arus yang kemudian kemalaman terus aku menginap di rumah seorang nenek yang gubuknya berada pinggir sungai, dan aku disuruh untuk menemaninya selama satu minggu. Setelah itu, aku diberi hadiah ini yang ternyata berupa emas permata setelah aku belah. Usai mendengar cerita Bawang Putih, Bawang Merah pun berencana untuk melakukan hal yang sama, tapi kali ini Bawang Merah yang berniat melakukannya. Ibu : “Bawang Merah, kamu harus melakukan apa yang dilakukan oleh anak malang ini. Pakaianmu harus lusuh dan kamu harus mau untuk nyuci di sungai.

Bawang Merah : ”Ih ibu apaan sih ogah aku nyuci di sungai. Lagian mana pantas aku berpakaian lusuh aku kan canti aku gak mau pokoknya titik.” Ibu : “Heh Merah aku ini ibumu kamu harus menuruti apapun perintah ibu, lagian ini berkaitan dengan emas, kita bisa jadi juragan emas di kampung ini dan jadi orang terkaya (dengan wajah yang sumringah) Bawang Merah : “Ok, aku mau, tapi emas itu harus dibagi rata.” Ibu : “Baiklah sekarang segera kamu bergegas ambil cucian yang kotor dan pergi ke sungai.” Merah pun menuruti perintah ibunya, dan berjalan menuju sungai sesampainya di sungai, Merah pun secara sengaja menghanyutkan bajunya ke sungai, setelah itu dia lantas menuju rumah nenek tersebut. Bawang Merah : “Wah bajunya hanyut (pura-pura panik dan mengejar) Bawang Merah : “Duh gatel badanku, mana panas lagi. Ini nenek tua yang diceritain si putih kok gak kelihatan-kelihatan batang hidungnya. (menyusuri jalan setapak tersebut) Bawang Merah : (Menyusuri jalan) “Eh itu ada nenek-nenek, mungkin nenek itu yang dimaksud si bawang putih. (menghampiri nenek-nenek tersebut). Bawang Merah : “Nek, nek... nenek lihat baju yang hanyut, tidak?” Nenek : “Nenek tau, tapi kamu harus menemaniku selama sehari semalam di sini baru setelah itu nenek akan kasih tau keberadaan bajumu, bagaimana?” Bawang Merah : “Ya, baiklah nek. (dengan wajah yang penuh keterpaksaan) Selama satu hari satu malam lamanya Bawang Merah selalu bermalas-malasan, jika ada yang dikerjakan pasti hasilnya tidak sesuai keinginan nenek itu karena dikerjakan dengan malas-malasan. Akhirnya nenek membolehkan Bawang Merah untuk pulang.

Nenek

: “Bawang Merah, waktumu untuk menemani nenek sudah habis, kamu boleh pulang”. Bawang Merah : “Bukannya mestinya nenek memberiku labu sebagai hadiah karena sudah mau menemani nenek selama satu minggu?” Nenek : “Oh, ya nenek lupa sekali... Ayo kemari dan silahkan kamu memilih salah satu dari labu itu.” Bawang Merah pun mengambil yang besar, dan langsung pergi meninggalkan gubuk nenek itu. Bawang Merah : “Huh.. akhirnya tujuanku tercapai, tidak sia-sia aku sampai harus bermalam di gubuk reod seperti itu. Ketika sampai di rumah, Bawang Merah segera menemui ibunya dan dengan gembira memperlihatkan labu yang dibawanya. Karena takut Bawang Putih akan minta bagian, mereka menyuruh Bawang Putih untuk pergi ke sungai yang tidak jauh dari rumahnya. Bawang Merah : “Ibu aku dapat apa yang ibu minta yey! Tapi (berbisik dan menyampaikan bahwa bawang putih tidak boleh tahu apalagi mengambil bagian emasnya). Ibu : “Heh Bawang Putih mentang-mentang si merah sudah menyelesaikan tugas mencuci kamu malah enak malasmalasan baju kotor di belakang sudah banyak, sana kamu pergi ke sungai cuci baju-baju yang kotor. Bawang Putih : “Iya, bu saya akan cuci kan tapi, bukannya ibu selalu kecewa setiap kali Putih mencucikan baju ibu?”. Ibu : “Oh, jadi sekarang kamu berani melawan saya!? (menjewer telinga bawang putih) Bawang Putih : “Baiklah bu aku akan pergi, tolong lepaskan telinga putih bu sakit. Kemudian Bawang Putih bergegas pergi. Hingga Bawang Putih pergi, mereka membelah labu tersebut, namun Bawang Merah : “Ayo bu kita buka merah sudah tidak sabar.

Ibu

: “Ayonak...” Saat dibuka ternyata isi dari labu tersebut adalah hewan hewan yang menyeramkan.dan saah satu hewan tersebut menggigit kaki bawang merah dan ibunya, yang akhirnya bawang merah beserta ibunya meninggal tanpa sepengetahuan bawang putih. Dilain tempat, ditempat bawang putih mencuci tak jauh dari sungai tersebut, ada seseorang yang meihat bawang putih sedang mencuci. Pangeran Pengawal 1 Pengawal 2

: “siapa gadis itu?” (dengan wajah heran didalam hati) : "itu bawang putih pangeran" : "dia anak gadis dikampung ini"

Bawang putih pun merasa sedang diawasi seseorang. Ia tampak gelisah tetapi bawang putih tetap melanjutkan mencuci pakaian. Hari sudah petang, bawang putih segera pulang. Ditengah perjalanan bawang putih bertemu dengan seorang pria yang tampan dan mempesona. Bawang putih sangat gerogi dan ia langsung berlari. Pangeran

: “ hey!hey!hey! hey kenapa kamu kalau nonton dangdut sukanya bilang buka titik jos” Bawang Putih : “iya?kamu manggil saya?” Pangeran

: “ini,pakaian mu terjatuh!” (sambil memberikan)

Bawang putih : “iya,terima kasih. Maaf saya buru buru permisi” (sambil berjalan meninggalkan pangeran) Pangeran

: “eh..eh.,. tunggu dulu! Apakah perlu saya antar?” *IKLAN*

Bawang Putih : “ oh, tidak perlu pak!” Pangeran

: “hmm... maaf ya saya bukan bapak-bapak,panggil saja kakek sekalian!”

Bawang putih : “Hah....!!” Pangeran

: “ya tidaklah,bercanda hehehe. Sebenarnya... aku itu..”

Valak 1&valak 2 : “hihihihihi” Bawang putih : “aduh..suara apa itu!!” Pangeran

: (hmm pasti itu si valak!Dasar!) “cepat lari!itu pasti iblis jahat!Ayo cepat!!” (sambil menarik tangan Bawang putih)

Sesampainya dirumah Bawang putih, ia berterima kasih kepada Pangeran. Bawan putih

: “terima kasih!”

Pangeran

: “iya sama-sama”

Saat Bawang putih memasuki rumahnya, dia terkejut melihat Bawang merah dan ibu tirinya tergeletak dilantai dalam keadaan tidak bernyawa. Keesokan harinya, setelah pemakaman Bawang merah dan ibu tirinya, Bawang putih mencoba untuk mengikhlaskan kepergian mereka dan berjanji kepada dirinya sendiri untuk bangkit dari keterpurukannya. Bawang Putih : “ Ibu,kakak..kenapa kalian tinggalkan aku,padahal kalian satu-satunya keluarga yang aku miliki walaupun kalian jahat sama aku, aku tetap menyayangi kalian” Dari kejadian tersebut, Bawang putih merasa kesepian, tetapi pangeran selalu menemani bawang putih.Mereka semakin akrab. Mereka sering bertemu dan sampai akhirnya mereka menjalin sebuah hubungan. Pada suatu hari, Pangeran berniat baik untuk mengenalkan Bawang putih ke ibunda ratu.Pangeran membawa Bawang putih ke istana.

Bawang putih : “iya kamu baik sekali, nama kamu siapa?”

Pangeran

: “ibunds, engkau dimana?

Pangeran

Ibunda

: “iya anakku, ibunda disini!”

: “emm...pengen tau aja apa pengen tau banget?”

Pangeran mengajak bawang putih ketempat ibunda berada.

Bawang putih : “ih kok gitu, aku kan tanya aja!” Pangeran

: “ okay...ngga-ngga Cuma bercanda! Kamu bisa panggil aku pangeran”

Bawang Putih : “okay,pangeran. Saya bawang putih” (sambil menjabat tangan) Pangeran

: “Sudah,kamu masuk dulu sana! Sudah malam ini!”

Bawang Putih : “ iya pangeran. Saya masuk dulu, permisi!” Pangeran

Ibunda

: “ada apa anakku? Siapa gadis cantik ini?” (Bawang Putih tersenyum malu)

Pangeran

: “ emm... begini bun, ini yang sering aku ceritain ke bunda”

Ibunda

: “Ooh... jadi ini kekasihmu?”

Pangeran

: “hehehe... iya ibunda”

Ibunda

: “okay, nama kamu putih kan? Jadikapan kalian akan menikah?”

: (menarik tangan bawnag putih) “eh... selamat malam!”

Bawang putih : (tersenyum malu,lalu menarik tangannya dan lari kedalam rumah)

Bawang Putih dan Pangeran Kaget (HA!!) Ibunda

: “ kenapa kalian kaget?kalian pasti akan menikah kan?”

Pangeran

: ( pura-purabingung) hmmm (lagu sabyan) “Bagaimana kalau 2 minggu kedepan?”

Bawag putih

: “kenapa cepat sekali?”

Pangeran

: “Sudah tidak apa-apa, aku sudah menyiapkannya dari lama.Nanti kamu tinggal coba gaunnya”

Bawang putih : “emm... gimana ya...?” (sambil menimbang) Ibunda

: “sudah setuju saja, ibuda sudah cepat cepat ingin punya cucu”

Pangeran

: “loh..bunda jauh banget udah mikirin cucu hehehe, iya segera bun. Besok biar Bawang putih aku antar gaunnya”

Ibunda

: “okay, gimana Bawang putih mau ga?”

Bawang Putih : “ Kalau begitu,saya setuju ibunda ratu” Ibunda

: “loh panggilnya kok masih ibunda ratu? Panggil ibunda saja!”

Bawang putih : “hehehe iya, maaf bunda” Ibunda

: “nah, begitu lebih baik!” *IKLAN* Hingga suatu hari, pangeran dan Bawang putih menikah.

Penghulu : “saya nikahkan pangeran bin khusaini dengan bawang putih binti sumarsono dengan seperangkat alat sholat,serta 1000 berlian dibayar kredit!” Semua

: “HAH!”

Penghulu

: "hehehehe bercanda, maaf saya ulangi!”

Penghulu

: “saya nikahkan pangeran bin khusaini dengan bawang putih binti sumarsono dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas 24 karat serta 1000 berlian dibayar tunai!”

Pangeran : “saya terima nikahnya bawang putih binti sumarsono dengan mas kawin tersebut dibayar tunai” Penghulu

: “bagaimana para saksi?syah?”

Semua

: “SYAH!!”

~ENDING~

Related Documents

Bmbp
October 2019 22

More Documents from "Ainul mahbud"