Blok15.docx

  • Uploaded by: eggy fherdyansa
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Blok15.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,719
  • Pages: 13
Kelainan Kulit Berupa Bercak Coklat pada Kedua Lipatan Paha

Selfiani Siagian (102012187), Winaldi Sandimusti (102012207), Jessica de Queljoe (102013200), Aldo Muhammad Hamka (102013209), Irmayanti Emang (102014025), Gabriella Selara Pangarepo (102014085), Louis Hendri (102014097), Midellia Lintin (102014137), Jason Julio (102014213)

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No. 6 – Jakarta Barat 11510

Pendahuluan Tinea kruris adalah suatu penyakit dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan sekitar anus. Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsung seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas pada daerah genito-krural saja, atau meluas ke daerah sekitar anus daerah gluteus, dan perut bagian bawah, atau bagian tubuh yang lain. Kelainan kulit yang tampak pada sela paha merupakan lesi berbatas tegas. Peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah tengahnya. Efflorensi terdiri atas macam-macam bentuk primer dan sekunder (polimorfi). Bila penyakit ini menjadi menahun, dapat berupa bercak hitam disertai sedikit sisik. Erosi dan keluarnya cairan biasa disebabkan oleh garukan. Tinea kruris merupakan salah satu klinis yang sering dilihat di indonesia. Dermatofitosis merupakan mikosis superfisialis yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita, antara lain Tricophyton, Epidermophyton, dan Microsporum. Klasifikasi dermatofitosis berdasarkan lokalisasi kelainan pada badan, yaitu: tinea kapitis, tinea korporis, tinea favosa, tinea imbrikata, tinea kruris, tinea pedis, tinea unguium, dan tinea barbae. Anamnesis Anamnesis merupakan tahap awal dalam pemeriksaan untuk mengetahui riwayat penyakit dan menegakkan diagnosis. Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, teratur dan lengkap karena sebagian besar data yang diperlukan dari anamnesis untuk menegakkan diagnosis.1 Anamnesis yang baik terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat obstetri dan ginekologi (khusus wanita), riwayat penyakit

1

dalam keluarga, anamnesis susunan system dan anamnesis pribadi (meliputi keadaan sosial ekonomi, budaya, kebiasaan, obat-obatan, lingkungan).1Dan dalam kasus kali ini, anamnesis yang baik meliputi :1 







Keluhan Utama Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke dokter atau mencari pertolongan.Dalam menuliskan keluhan utama harus disertai dengan indikator waktu, berapa lama pasien mengalami hal tersebut. Riwayat Penyakit Sekarang Riwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terperinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang berobat.Dalam melakukan anamnesis, harus diusahakan mendapatkan data-data sebagai berikut : 1. Waktu dan lamanya keluhan berlangsung Dari kasus dikatakan bahwa gejala yang dialami sudah berlangsung selama 4 minggu. 2. Hubungannya dengan aktifitas Misalnya, apa saja yang dikerjakan pasien sepanjang hari. Namun kali dalam kasus tidak dijelaskan lebih lanjut. 3. Faktor risiko dan pencetus serangan, termasuk faktor-faktor yang memperberat atau meringankan serangan. Keluhan gatal muncul saat cuaca panas yang menyebabkan keadaan tubuhnya menjadi lembab. 4. Upaya yang telah dilakukan dan bagaimana hasilnya, jenis-jenis obat yang telah dikonsumsi oleh pasien; juga tindakan medik lain yang berhubungan dengan penyakit yang sedang diderita serta dampak setelahnya Pasien mengobati sendiri dengan hidrokortison, keluhan tidak membaik bahkan lesi meluas. 5. Manifestasi penyakit berupa hal-hal lain yang menyertai gejala penyakit, namun dalam kasus tidak disebutkan gejala lain pada tubuh selain gatal, bercak coklat. Riwayat Penyakit Dahulu Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakitnya sekarang. Riwayat Pribadi Riwayat pribadi meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan, dan kebiasaan.Perlu ditanyakan pula apakah pasien mengalami kesulitan dalam rutinitas sehari-hari seperti masalah ekonomi, pekerjaan, dan sebagainya.Kebiasaan pasien juga harus ditanyakan, seperti riwayat makanannya dan aktifitas kesehariannya, lingkungan tempat tinggal pasien, dan sebagainya.

2



Perlu ditanyakan juga riwayat hubungan seks pasien.Jika terdapat kecurigaan pada penyakit menular seksual, yang hanya bisa menular dengan kontak langsung, maka riwayat seks pasien adalah penting untuk diketahui dan ditanyakan. Riwayat Keluarga Riwayat keluarga juga penting dalam anamnesis karena beberapa penyakit disebabkan oleh genetik sehingga kecurigaan akan penyakit menahun keluarga juga wajib ditanyakan. Dalam kasus ini, tidak dijelaskan lebih lanjut.

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik mempunyai nilai yang sangat penting untuk memperkuat temuantemuan dalam anamnesis. Karena dari pemeriksaan fisik dan anamnesis yang baik, dokter dapat menegakkan diagnosis. Pemeriksaan terbagi menjadi 2, yaitu pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Secara garis besar, pemeriksaan fisik terbagi menjadi 2, yaitu Inspeksi (LOOK) dan Palpasi (FEEL).1,2

Inspeksi (LOOK) Inspeksi adalah mengamati daerah yang sakit yang menjadi keluhan utama dari pasien. Pada inspeksi kulit, harus dilakukan di bawah pencahayaan yang baik. Secara umum hal yang harus diperhatikan adalah :2 

  

Warna Apakah warna kulitnya normal, atau sianosis (biru), ikterus (kuning), karotenemia, terdapat perubahan melanin menjadi hiperpigmentasi atau hipopigmentasi, atau eritema (kemerahan). Kelembaban Apakah kulit pasien lembap, kering, atau berminyak. Temperatur Apakah suhu kulit pasien dingin atau hangat. Tekstur Apakah kulit pasien licin atau kasar.

Jika terdapat lesi pada kulit, maka yang harus diperhatikan:   

Lokasi dan distribusi anatomisnya Apakah lokasi lesinya merata, atau terlokalisasi, simetris atau acak. Susunan dan bentuknya Apakah lesinya berbentuk linear, berkumpul, atau dermatomal. Tipe

3



Bagaimanakah tipe lesinya?Apakah berupa makula, papula, pustula, bula, skuama, tumor, crusta, dll. Warna Bagaimana warna lesi tersebut, apakah merah, putih, cokelat, lembayung muda, dll.

Palpasi (FEEL) Palpasi adalah dengan meraba kulit yang terdapat lesi ataupun gejala penyakit kulit lainnya dan daerah disekitar kulit tersebut. Palpasi penting untuk merasakan jika terdapat penebalan kulit, ataupun untuk mengetes apakah terdapat rasa sakit apabila lesi ditekan, atau malah penderita tidak merasakan apa-apa saat ditekan.2 Lakukanlah palpasi dan inspeksi di semua area kulit yang terdapat lesi dan gejala penyakit kulit. Namun apabila takut dapat menular, pemeriksa dapat menggunakan sarung tangan agar tetap aman.

Pemeriksaan Penunjang 

Pemeriksaan Langsung

Sediaan dari bahan kerokan (kulit, rambut dan kuku) dengan larutan KOH 10% atau pewamaan Gram. Dengan pemeriksaan mikroskopis akan terlihat elemen jamur dalam bentuk hifa panjang, spora dan artrospora.2 

Pembiakan

Tujuan pemeriksaan cara ini untuk mengetahui spesies jamur penyebab, dilakukan bila perlu. Bahan sediaan kerokan kulit ditanam dalam agar Sabouroud dekstrose; untuk mencegah pertumbuhan bakteri dapat ditambahkan antimikroba ke dalam media tersebut. Perbenihan didiamkan pada suhu 24 - 30°C. Pembacaan dilakukan dalam waktu 1 - 3 minggu. Koloni yang tumbuh diperhatikan mengenai wama, bentuk, permukaan dan ada atau tidaknya hifa.2 Working Diagnosis Dari hasil anamnesis yang telah dilakukan serta pemeriksaan fisik dan penunjang didapat pasien ini di diagnosis dengan penyakit tinea cruris yang disebabkan oleh suatu jamur. Diagnosis kerja dari tinea kruris yaitu ditemukannya lesi yang berbatas tegas di daerah inguinal atau lipat paha, daerah perineum, dan sekitar anus. Lesi dapat berupa eritema disertai gatal yang hebat. Sebagai diagnosis pasti dapat dilakukan pemeriksaan sediaan langsung kerokan kulit yang

4

bermasalah dengan KOH 10% dan dilihat dengan mikroskop, akan menunjukkan hasil postif terinfeksi tinea kruris bila ditemukan adanya hifa dan spora. Jamur penyebab dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan ini. Differential Diagnosis Kandidiasis Inguinal Kandidiasis merupakan suatu penyakit kulit akut atau subakut, disebabkan jamur Candida albicans yang menyerang kulit, subkutan, kuku, selaput lendir, dan alat dalam. Penyakit ini dapat menyerang segala umur, baik pria maupun wanita, banyak terdapat pada daerah tropis dengan kelembapan udara yang tinggi. Lebih banyak pada musim hujan, sehubungan dengan daerah-daerah yang tergenang air. Terutama menyerang pekerja kebun, tukang cuci, dan petani. Faktor keturunan dengan adanya riwayat DM mempermudah berkembangnya Candida albicans.3 Faktor predisposisi lain seperti pemakaian antibiotik yang lama, obesitas,gangguan vaskularisasi, hiperhidrosis dan lain-lain. Pada kulit, tempat predileksinya yaitu bokong sekitar anus, lipat ketiak, lipat paha, bawah payudara, sekitar pusar, garis-garis kaki dan tangan. Gejala yang sering dikeluhkan adalah gatal hebat disertai rasa panas seperti terbakar, dan terkadang nyeri bila ada infeksi sekunder. Pada pemeriksaan ditemukan daerah yang eritematosa, basah, erosif, dan bersisik. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel dan pustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah yang erosif, dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer.3 Pada keadaan kronik, terdapat daerah-daerah likenifikasi, hiperpigmentasi, hiperkeratosis dan terkadang berfisura. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan dengan cara :   

kerokan kulit dengan KOH 10%, akan ditemukan sel-sel ragi biakan pada media Saboroud, terdapat koloni coklat mengkilat dan permukaan basah (koloni ragi) fermentasi gula, fruktosa dan glukosa positif

Gambar 1.Status Lokalis Kandidiasis.

5

Intertrigo (Dermatitis Intertriginosa / DI) Intertrigo merupakan istilah umum untuk kelainan kulit didaerah lipatan/intertriginosa, yang dapat berupa inflamasimaupun infeksi bakteri atau jamur. Sebagai faktorpredisposisi ialah keringat/kelembaban, kegemukan,gesekan antar 2 permukaan kulit dan oklusi.Dalam kondisi seperti ini, mudah sekali terjadisuperinfeksi oleh Candida albicans, yang ditandai oleheritema berwarna merah-gelap, dapat disertai papul-papuleritematosa di sekitarnya (lesi satelit). Psoriasis Intertriginosa (psoriasis inversa, psoriasis fleksural) Psoriasis adalah penyakit kulit autoimun, kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, tebal berlapis-lapis dan transparan seperti mika. Penyakit ini disertai dengan fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Köbner. Tempat predileksi psoriasis adalah pada scalp, perbatasan daerah scalp dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor, terutama siku dan lutut, dan daerah lumbosakral.3 Pada psoriasis intertriginosa, tempat predileksinya adalah pada daerah fleksor dan lipatan, seperti mamae, perut, aksila, genitokrural, dan bokong. Lesinya berupa plak eritematosa dan maserasi kulit di lipatan, dapat disertai dengan lesi satelit. Pemeriksaan pembantu yang dilakukan bertujuan menganalisis penyebab psoriasis seperti pemeriksaan darah rutin, kimia darah, gula darah kolesterol dan asam urat. Pengobatan yang diberikan simtomatis, seperti kortikosteroid, metotreksat, DDS, preparat ter, dan antralin.3

Eritrasma Inguinal Eritrasma ialah penyakit yang menyerang stratum korneum kulit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium minitussismum.Penyakit ini ditandai dengan adanya lesi berupa eritema dan skuama halus terutama di daerah ketiak dan lipat paha.3 Lesi kulit dapat berukuran sebesar miliar sampai plakat. Lesi dapat terlihat merah kecoklatan tergantung area lesi dan warna kulit penderita. Beberapa penulis beranggapan ada hubungan erat antra eritrasma dan DM. Penyakit ini terutama menyerang orang dewasa dan dianggap tidak begitu menular.3Pemeriksaan pembantu terdiri atas :  

Pemeriksaan dengan lampu wood, lesi terlihat berfluoresensi merah membara (coral red) Kerokan kulit dengan KOH 10%, terlihat batang pendek halus, bercabang, berdiameter 1 u atau kurang, mudah putus sebagai bentuk basil kecil atau difteroid.

6

Etiologi Sinonim tinea kruris yaitu eczema marginatum, jockey itch, ringworm of the groin. Penyebab utama dari tinea cruris ini sering kali epidermophython fluccosum, trichopyhton rubrum, dan trichophyton mentagrophytes. Penyakit ini lebih sering terkena laki – laki dari pada wanita dan kebanyakan pada orang dewasa. Maserasi dan oklusi kulit lipat paha menyebabkan peningkatan suhu dan kelembaban kulit yang akan memudahkan infeksi. Tinea kruris biasanya timbul akibat penjalaran infeksi dari bagian tubuh lain. Jangkitan juga dapat terjadi melalui sentuhan langsung dengan individu yang terinfeksi atau tidak langsung melalui benda yang mengandung jamur, misalnya tuala, tempat tidur hotel dan lain-lain.3 Morfologi jamur penyebab : a. Epidermophython Fluccosum Mempunyai makrokonidia berbentuk gada berdinidng tebal dan terdirin atas 2-4 sel dan tersusun pada satu konidiofora.beberapa makrokonidia ini tersusun pada satu konidiofor mempunyai bentuk hifa yang lebar, biasanya mikrokonidia tidak ditemukan.pada gambaran mikroskopis bentuk hifa lebar, dan tersusun pada satu konidiofora. Mikrokonidia biasanya tidak ditemukan dan hal ini menyebabkan penyakit pada kelainan kulit contohnya pada tinea korporis,tinea cruris dan tinea pedis.4 b. Trichophyton Rubrum Jamur ini membentuk banyak mikrokonidia.Mikrokonidianya kecil, berdinding tipis dan berbentuk lonjong, Mikrokonidia ini terletakpada konidiofora yang pendek, dan tersusun secara satu persatu pada sisi hifa. Makrokonidia berbentuk sebagai pensil dan terdiri atas beberapa sel.4 c. Trichophyton Mentagrophytes Bersifat antropofilik gambaran mikroskopis makrokonidia seperti tricophyton rubrum, mikrokonidia kecil berbentuk bulat dan membentuk banyak hifa spiral menyebabkan kelainan pada rambut, kulit seperti penyakit tinea kapitis,tinea korporis, tinea cruris dan tinea pedis. Dengan corn meal agar atau potato dextrose agar maka tricphyton bewarna merah sedangkan trichopyon mentagrophytes tidak bewarna merah.4 Epidemilogi Tinea cruris dapat ditemui diseluruh dunia dan paling banyak di daerah tropis. Angka kejadian lebih sering pada orang dewasa, terutama laki-laki dibandingkan perempuan. Tidak ada kematian yang berhubungan dengan tinea cruris. Jamur ini sering terjadi pada orang yang kurang memperhatikan kebersihan diri atau lingkungan sekitar yang kotor dan lembab.3,5

7

Patofisiologi Tinea kruris adalah penyakit infeksi berjangkit yang dapat ditularkan melalui pakaian atau bahan yang dipakai yang terkontaminasi, seperti tuala, bantal, atau oleh autoinokulasi dari reservoir dari tangan atau kaki (tinea manum, tinea pedis, tinea unguium). Agen penyebab ini menghasilkan keratinasi enzim yang bersifat toksin, yang membenarkan invasi ke dalam lapisan sel tanduk pada epidermis. Respon imun badan akan menghalang invasi lebih dalam. Menyebabkan mangsa merasa gatal atau sedikit panas di tempat tersebut akibat timbulnya peradangan dan iritasi. Faktor risiko infeksi awal atau kekambuhan adalah memakai pakaian ketat atau basah. Peluh yang berlebihan di kawasan tertentu. Cara penularan jamur dapat secara langsung maupun tidak langsung. Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang, atau tanah. Penularan tidak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, pakaian, dan debu. Agen penyebabjuga dapat ditularkan melalui kontaminasi dengan pakaian, handuk atau sprei penderita atau autoinokulasi dari tinea pedis, tinea inguium, dan tinea manum. Jamur ini menghasilkan keratinase yang mencerna keratin, sehingga dapat memudahkan invasi ke stratum korneum. Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya didalam jaringan keratin yang mati. Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi ke jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi peradangan. Pertumbuhannya dengan pola radial di stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit dengan batas yang jelas dan meninggi (ringworm). Reaksi kulit semula berbentuk papula yang berkembang menjadi suatu reaksi peradangan. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya kelainan di kulit adalah : a. Faktor virulensi dari dermatofita Virulensi ini bergantung pada afinitas jamur apakah jamur antropofilik, zoofilik, geofilik. Selain afinitas ini massing-masing jamur berbeda pula satu dengan yang lain dalam hal afinitas terhadap manusia maupun bagian-bagian dari tubuh misalnya: Trichopyhton rubrum jarang menyerang rambut, Epidermophython fluccosum paling sering menyerang liapt paha bagian dalam b. Faktor trauma Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil lebih susah untuk terserang jamur. c. Faktor suhu dan kelembapan Kedua faktor ini jelas sangat berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada lokalisasi atau lokal, dimana banyak keringat seperti pada lipat paha, sela-sela jari paling sering terserang penyakit jamur. d. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur dimana terlihat insiden penyakit jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah sering ditemukan daripada golongan ekonomi yang baik e. Faktor umur dan jenis kelamin

8

Manisfestasi Klinik a. Lokalisasi  Regio inguinal bilateral, simetris. Meluas ke peritoneum, sekitar anus, intergluteal sampai ke glutea. Dapat pula meluas ke suprapubic dan abdomen bagian bawah.5 b. Efloresensi  Adanya macula eritematosa nummular sampai geografis, berbatas tegas dengan tepi lebih aktif terdiri dari papula atau pustula. Jika kronik makula menjadi hiperpigmentasi dengan skuama di atasnya.5 .

Penatalaksanaan Medikamentosa a. Preparat antijamur topikal Preparat dibawah ini diaplikasikan dua kali sehari pada daerah yang terkena. Hasil optimal akan terlihat setelah 4 minggu, termasuk 1 minggu setelah lesi hilang. Diaplikasikan kurang lebih 3 cm di luar tepi lesi. Agen topikal ini sebanding, hanya dibedakan dari segi biaya, dasar, pembawa, dan aktivitas antijamur.6 Imidazol Antijamur golongan imidazol memiliki spectrum yang luas. Terdiri dari beberapa preparat, antara lain mikonazol, klotrimazol, dan ketokonazol. 



Mikonazol Mikonazol menghambat aktivitas jamur Tricophyton, Epidermohyton, dan Microsporum, Candida dan Malassezia furfur.Mekanisme kerja obat ini belum diketahui sepenuhnya.Mikonazol masuk ke dalam sel jamur dan menyebabkan kerusakan dinding sel sehingga permeabilitas terhadap berbagai zat intrasel meningkat.Kemudian terjadi gangguan sintesis asam nukleat atau penimbunan peroksida dalam sel jamur yang akan menyebabkan kerusakan. Obat yang sudah menembus lapisan tanduk kulit dan akanmenetap sampai 4 hari. Obat ini diindikasikan untuk dermatofitosis, tinea versikolor, dan kandidiasis mukokutan.6 Obat ini tersedia dalam bentuk krim 2% dan bedak tabur yang dipakai 2 kali sehari selama 2-4 minggu.Krim 2% untuk penggunaan intravaginal diberikan sekali sehari pada malam hari selama 7 hari.Gel 2% tersedia untuk kandidiasis.Mikonazol tidak boleh dibubuhkan pada mata.Efek samping dari obat ini berupa iritasi, rasa terbakar, dan maserasi.Penggunaan pada kehamilan trimester pertama sebaiknya dihindari. Klotrimazol Klotrimazol mempunyai efek antijamur dan antibakteri dengan mekanisme kerja mirip mikonazol dan secara topikal digunakan untuk pengobatan tinea pedis, kruris, dan

9

korporis yang disebabkan oleh Tricophyton rubrum, Tricophyton mentagrophytes, Epidermohyton floccosum, dan Microsporum canis, dan untuk tinea versikolor. Juga untuk infeksi kulit dan vulvovaginitis yang disebabkan oleh Candida albicans. Obat ini tersedia dalam bentuk krim dan larutan dengan kadar 1% untuk dioleskan dua kali sehari. Pada pemakaian topikal dapat terjadi rasa terbakar, eritema, edema, gatal, dan urtikaria.6 Tolnaftat Tolnaftat adalah suatu tiokarbamat yang efektif untuk sebagian besar dermatofitosis tapi tidak untuk candida. Tersedia dalam bentuk krim, gel, bubuk, cairan aerosol, atau larutan topikal dengan kadar 1%. Digunakan 2-3 kali sehari. Rasa gatal akan hilang dalam waktu 24-72 jam. Asam benzoat dan asam salisilat Kombinasi asam benzoat dan asam salisilat dalam perbandingan 2:1 (biasanya 6% dan 3%) ini dikenal sebagai salep Whitfield. Di Indonesia terkenal dengan salep kulit 88. Asam benzoat memberikan efek fungistatik sedangkan asam salisilat memberikan efek keratolitik. Karena asam benzoat hanya bersifat fungistatik maka penyembuhan baru tercapai setelah lapisan tanduk yang menderita terkelupas seluruhnya, sehingga pemakaian obat ini membutuhkan waktu beberapa minggu sampai bulanan. Salep ini banyak digunakan pengobatan tinea pedis, dan kadang-kadang juga untuk tinea kapitis.6 Dapat terjadi iritasi ringan pada tempat pemakaian, juga ada keluhan kurang menyenangkan dari pemakainya karena salep ini berlemak. Asam undesilenat Asam undesilenat merupakan cairan kuning dengan bau khas yang tajam. Dosis biasa dari asam ini hanya menimbulkan efek fungistatik tetapi dalam dosis tinggi dan pemakaian yang lama dapat memberikan efek fungisidal. Obat ini aktif terhadap Tricophyton, Epidermohyton, dan Microsporum. Obat ini tersedia dalam bentuk salep campuran mengandung 5% asam undesilenat dan 20% seng undesilenat. Dalam hal ini seng berperan untuk menekan luasnya peradangan.6 Haloprogin Haloprogin merupakan suatu antijamur sintetik, berbentuk kristal putih kekuningan, sukar larut dalam air tetapi larut dalam alcohol. Obat ini bersifat fungisidal terhadap Tricophyton, Epidermohyton, dan Microsporum, dan Malassezia furfur. Haloprogin tersedia dalam bentuk krim dan larutan dengan kadar 1%.6 Siklopiroks olamin Obat ini merupakan antijamur topikal berspektrum luas. Penggunaan kliniknya ialah untuk dermatofitosis, kandidiasis, dan tinea versikolor. Siklopiroks olamin tersedia dalam bentuk krim 1% yang dioleskan pada lesi 2 kali sehari. Reaksi iritatif dapat terjadi walaupun jarang.6

10

Terbinafin Terbinafin merupakan suatu derivate alilamin sintetik dengan struktur mirip naftitin. Obat ini digunakan secara topikal untuk dermatofitosis. Terbinafin topikal tersedia dalam bentuk krim 1% dan gel 1%. Terbinafin topikal digunakan untuk pengobatan tinea kruris dan korporis yang diberikan 1-2 kali sehari selama 1-2 minggu.6 b. Preparat antijamur sistemik Digunakan untuk infeksi dari kulit yang mengalami keratinisasi: hanya digunakan jika lesi semakin meluas dan gagal merespon terhadap pengobatan topikal. Biasanya dibutuhkan untuk pengobatan tinea capitis dan tinea unguium, tinea yang mengalami inflamasi dan tinea pedis yang tipe hiperkeratosis-moccasin. Griseofulvin Griseofulvin diisolasi dari Penicillium griseofulvum dierckx. Griseofulvin efektif terhadap berbagai jenis jamur dermatofit seperti Tricophyton, Epidermohyton, dan Microsporum. Preparat ini dimetabolisme di hati dan metabolit utamanya adalah 6-metilgriseofulvin. Waktu paruhnya kira-kira 24 jam. Obat ini akan dikumpulkan dalam sel pembentuk keratin, lalu muncul bersama sel yang baru berdiferensiasi, terikat kuat dengan keratin sehingga sel baru ini akan resisten terhadap serangan jamur. Keratin yang telah mengandung jamur akan terkelupas dan diganti oleh sel yang normal.6 Efek samping yang berat jarang timbul akibat pemakaian griseofulvin. Namun dapat juga timbul leukopenia, granulositopenia, sakit kepala, atralgia, neuritis perifer, demam, pandangan kabur, insomnia, berkurangnya fungis motorik, pusing, sinkop, rasa kering pada mulut, mual, muntah, diare, flatulensi, albuminuria, silinderuria. Pada kulit dapat terjadi urtikaria, reaksi fotosensitivitas, eritema multiforme, vesikula dan erupsi menyerupai morbili. Di Indonesia, griseofulvin mikrokristal tersedia dalam bentuk tablet berisi 125 dan 500 mg dan tablet yang mengandung partikel ultramikrokristal tersedia dalam takaran 330 mg.Untuk anak, griseofulvin diberikan 5-15 mg/kgBB/hari sedangkan untuk dewasa 500-1000 mg/hari dalam dosis tunggal. Griseofulvin diberikan selama 2-3 minggu. Bila dosis tunggal tidak dapat ditoleransi, maka dibagi dalam beberapa dosis. Ketokonazol Ketokonazol merupakan turunan imidazol sintetik dengan struktur mirip mikonazol dan klotrimazol. Obat ini meurpakan antijamur sistemik per oral yang penyerapannya bervariasi antar individu. Obat ini menghasilkan kadar plasma yang cukup untuk menekan aktivitas berbagai jenis jamur. Penyerapan melalui saluran cerna akan berkurang pada pasien dengan pH lambung yang tinggi, pada pemberian bersama antagonis H2 atau bersama antasida. Pengaruh makanan tidak begitu nyata terhadap penyerapan ketokonazol.6

11

Setelah pemberian per oral, obat ini ditemukan dalam urin, kelenjar lemak, liur, juga pada kulit yang mengalami infeksi, tendo, cairan sinovial, dan cairan vaginal. Sebagian besar obat ini mengalami metabolisme lintas pertama. Sebagian besar ketokonazol diekskresikan bersama cairan empedu ke lumen usus dan hanya sebagian kecil saja yang dikeluarkan bersama urin, semuanya dalam bentuk metabolit yang tidak aktif. Efek sampingnya antara lain mual, muntah, sakit kepala, vertigo, nyeri epigastrik, fotofobia, pruritus, parestesia, gusi berdarah, erupsi kulit, dan trombositopenia. Dosis yang dianjurkan pada dewasa adalah satu kali 200-400 mg sehari selama 1 bulan.6 Non – Medikamentosa Untuk mengurangi reinfeksi, dapat digunakan bedak antijamur dan sabun benzoil peroksida. Usahkan selalu menjaga kebersihan dan kelembapan kulit.Krim, losion, salep, minyak untuk melembabkan kulitMenghindari faktor pemicu seperti iritan/alergen, stress, makanan. Menghilangkan kebiasaan menggaruk. Prognosis Penyakit ini baik dengan diagnosis dan terapi yang tepat asalkan kelembapan dan kebersihan kulit selalu dijaga. Jika terapi dan pengobatan yang dilakukan bagus tetapi rekuren dapat terjadi jika pasien tidak menjaga kebersihan dan hygiene tempat yang terkena infeksi jamur itu dengan baik antaranya dengan memastikan sentiasa kering, mengelakkan memakai pakaian ketat, meletakkan bedak anti jamur selepas mandi dan memastikan tempat tersebut setiasa kering untuk mengelakkan jamur tumbuh. Komplikasi  

Tinea cruris dapat mengalami infeksi sekunder oleh candida atau bakteri lain. Area tersebut dapat menjadi likenifikasi dan hiperpigmentasi pada infeksi jamur yang kronis. Kesalahan pengobatan tinea kruris dengan steroid topikal dapat menyebabkan perburukan penyakit. Walaupun pasien dapat menyadari gejala yang mereda, tapi infeksi dapat berlanjut dan menyebar.

Pencegahan Mandi dua kali sehari. Cuci pangkal paha dengan bersih, pastikan benar-benar kering. Ganti pakaian setiap hari. Jangan berbagi handuk dengan orang lain. Cucilah handuk dengan sering.Jauhkan handuk sendiri ketika memiliki infeksi kulit jamur untuk mengurangi kesempatan menularkan jamur ke orang lain. Kesimpulan Tinea kruris merupakan penyakit yang disebabkan jamur golongan dermatofita, yaitu Tricophytonrubrum, Tricophyton mentagrophytes, atau Epidermophyton floccosum. Penyakit ini

12

mengenai paha atas bagian tengah, daerah inguinal, pubis, perineum, dan daerah perianal. Penyakit ini lebih banyak diderita oleh laki-laki daripada perempuan. Faktor predisposisinya antara lain keadaan yang hangat, lembap, pakaian ketat yang dikenakan oleh laki-laki, obesitas, dan pemakaian kronis glukokortikoid topikal. Penatalaksanaan terhadap tinea kruris adalah dengan pemberian obat topikal seperti mikonazol atau klotrimazol selama kurang lebih 4 minggu. Prognosis penyakit ini baik asalkan kebersihan dan kelembapan kulit selalu dijaga. Daftar Pustaka 1. 2. 3.

4. 5. 6.

Moore KL, Agur AMR. Anatomi klinis dasar. Jakarta: Hipokrates. 2002.h.289,313, 315, 318. Gleadle J. At a glance, anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga. 2007.h.40-1. Mulyati, K. Pudji, Susilo, J. Dermatofitosis. Dalam: Sutanto, I., Ismid, I. S., Sjarifuddin, P.K., Sungkar, S., editor. Buku ajar parasitologi kedokteran. Edisi keempat. Jakarta: FK UI; 2008.h.319-25. Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S., editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi kelima. Cetakan ketiga. Jakarta: FK UI; 2008.h.34, 92-4, 129-47, 189-91, 334-5. Siregar, R.S. Atlas berwarna saripati penyakit kulit. Edisi kedua. Cetakan pertama. Jakarta: EGC; 2005.h.29-57. Setiabudy, R. Bahry, B. Obat jamur. Dalam: Gunawan, S.G., Setiabudy, R., Nafrialdi, Elysabeth. Farmakologi dan terapi.Edisi kelima. Jakarta: FK UI ; 2009.h.574-5, 579-82.

13

More Documents from "eggy fherdyansa"

Blok15.docx
December 2019 7
Epidemiologi.pptx
May 2020 2
Tugas Pak Eko 2
June 2020 9