e-HR Hilangkan Komunikasi dalam Perusahaan? Makin berkembangnya sistem pengembangan dan pengelolaan HR berbasis elektronik menyisakan kekhawatiran sejumlah kalangan profesional HR. Kalau semuanya sudah serba otomatis lewat jaringan komputer, bagaimana "nasib" komunikasi antara atasan dengan bawahan serta antarkaryawan? Itulah salah satu isu yang mengemuka dalam "Breakfast Meeting" yang diadakan oleh IBM Indonesia di Hotel Shangri-la, Jakarta, Kamis (29/3/07). Mengambil tema "The Strategis Role of HR", forum tersebut menampilkan pembicara utama President Director IBM Indonesia Betti Alisjahbana. Betti menjawab kekhawatiran yang tercermin dari pertanyaan peserta diskusi itu dengan mencontohkan praktik yang telah dilakukan di perusahaan yang dipimpinnya sendiri. "Di IBM ada dana khusus untuk apa yang kami sebut connection fun," ujar dia seraya menjelaskan bahwa empat kali dalam setahun, karyawan masing-masing unit diajak pergi ke restauran atau karaoke untuk "bersenang-senang". "Itu untuk unit level. Sedangkan untuk level perusahaan, kita ada quarterly meeting. Jadi, selain komunikasi secara sistem, kita tetap tidak menghilangkan yang face to face," tambah dia. Menurut Betti, komunikasi tatap muka langsung diperlukan untuk mengimbangi eHR, baik itu e-learning, HR management system, intranet, maupun internet dan email. "Perusahaan perlu melembagakan dan memfasilitasinya." Lebih jauh, Betti secara umum mengingatkan kembali bahwa peran HR di era yang memerlukan inovasi seperti saat ini perlu ditinjau kembali. Apapun inovasi yang hendak dilakukan oleh perusahaan, baik itu dalam model bisnis, produk maupun operasional, HR harus memastikan keterlibatannya. "Tantangan HR adalah bagaimana mencari SDM yang bisa mendukung inovasi itu. Dalam hal ini, HR harus punya plan, butuh SDM seperti apa, untuk posisi apa," papar dia seraya menambahkan, setelah tahu peran pentingnya, HR juga harus mengenali kendala-kendala yang umumnya menghambat peran mereka. Betti mencatat, kendala itu biasanya berkaitan dengan ketersediaan data yang kurang memadai hingga kesulitan dalam mengukur keberhasilan karyawan. Di samping, pekerjaan administratif HR yang menumpuk juga merupakan kendala tersendiri. Atau, pada perusahaan tertentu, HR belum diposisikan di tempat yang strategis.