Benign Hiperplasia Prostat (bph).pdf

  • Uploaded by: finlindaramadani
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Benign Hiperplasia Prostat (bph).pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 1,130
  • Pages: 24
FARMAKOTERAPI
 Benign Hiperplasia Prostat (BPH) Oleh : Dita Ayulia D.S. M.Sc.,Apt.

Anatomi Prostat Prostat adalah bagian dari sistem reproduksi pria, berfungsi memproduksi cairan semen, yang berguna sebagai transport sperma Terletak dibawah kandung kemih, ditengahnya terdapat urethra, saluran yang mengalirkan urin dari kandung kemih keluar melalui penis. Kelenjar prostat terdiri atas 3 jaringan : epitel atau glandular, stromal atau otot polos dan kapsul. Jaringan stromal dan kapsul ditempeli dengan reseptor adrenergik
 Prostat normal pada pria dewasa berukuran 15-20 cc

PENGERTIAN BPH Merupakan neoplasma jinak yang paling umum pada orang Amerika dan terjadi sebagai hasil dari pertumbuhan prostat yang dikendalikan oleh androgen

Penyebab • Sebab yang pasti belum diketahui • Faktor yang berperanan :
 - Sifat jaringan : berasal dari sinus urogenital yang berpotensi proliferasi
 - Hormonal : meningkatnya Dihidrotestosteron (DHT)

- Usia ! balans hormonal berubah

Beberapa hipotesa penyebab • Dihidrotestosteron

enzim

5 alfa reduktase "

DHT " + Androgen

reseptor Proliferasi sel prostat

Patofisiologi

Patofisiologi Pembesaran dari prostat mengakibatkan urethra pars prostatika menyempit dan menekan dasar dari kandung kemih.

Penyempitan ini dapat menghambat keluarnya urine.

Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesika.

Perubahan struktur ini oleh penderita dirasakan sebagai keluhan/gejala LUTS.

Kontraksi yang terus menerus ini menyebabkan perubahan anatomi kandung kemih

Untuk dapat mengeluarkan urin, kandung kemih harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu.

Patofisiologi • LUTS (Lower Urinary Tract Symptoms) adalah istilah umum untuk menjelaskan berbagai gejala berkemih yang dikaitkan dengan BPH. • Keluhan pasien BPH berupa LUTS terdiri atas gejala obstruksi (yang terjadi ketika faktor dinamik dan/atau faktor statik mengurangi pengosongan kandung kemih) maupun iritasi (hasil dari obstruktif yang sudah berjalan lama pada leher kandung kemih). •

Obstruksi yang disebabkan oleh BPH disebabkan oleh adanya pelebaran prostat yang menyumbat urethra posterior (karena faktor statis) dan peningkatan tonus (kontraksi) otot polos prostat (karena aktivasi reseptor alfa1 adrenergik) dan leher kandung kemih (karena faktor dinamis).

Manifestasi klinis LUTS Obstruktif :

Iritatif

• Hesitansi

•Urgensi

• Pancaran melemah

•Frekuensi

• Intermittensi

•Disuria

• Terminal Dribbling • Terasa ada sisa

Lower Urinary Tract Symptoms
 (LUTS)

Manifestasi Klinis

Diagnosa • Pengujian Fisik (Tanda dan gejala BPH) • Pengukuran objektif pengosongan kandung kemih (kecepatan urinari, volume urin sisa) • Uji laboratorium (Prostat specifik agent (PSA),BUN dan Cr Sr)

Diagnosa •





Salah satu pemandu yang tepat untuk mengarahkan dan menentukan adanya gejala serta untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan akibat pembesaran prostat dibuatlah sistem skoring yang secara subjektif dapat diisi dan dihitung sendiri oleh pasien. Sistem yang dianjurkan oleh WHO ini adalah International Prostate Symptom Score (IPSS). Skor ini juga berguna untuk menilai dan memantau keadaan pasien BPH Analisis gejala ini terdiri atas tujuh pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan LUTS yang masing-masing memiliki nilai 0 hingga 5 dengan total maksimum 35 (lihat lampiran kuesioner IPSS yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia) dan satu pertanyaan mengenai kualitas hidup (quality of life atau QoL) yang terdiri atas tujuh kemungkinan jawaban. LUTS dibagi atas ringan (IPSS 0-7), sedang (IPSS 8-19) atau berat (IPSS 20-35) tergantung pada banyaknya gejala yang mengganggu kualitas hidup dan aktivitas penderita. Dengan memakai piranti skoring IPSS dapat ditentukan kapan seseorang pasien memerlukan terapi. Sebagai patokan jika skoring > 7 berarti pasien perlu mendapatkan terapi medikamentosa atau terapi lain.

Skor IPSS ( International Prostate Symptom Score )

Kategori BPH

Tujuan Terapi 1. Mengembalikan kualitas hidup pasien 2. Mencegah terjadinya komplikasi serius seperti gagal ginjal akut, IU Overflow, kekambuhan UTI, gagal ginjal kronik

Terapi Farmakologi Terapi farmakologi dibega menjadi 3 tipe : • Golongan obat yang merelaksasi otot polos prostat (mengurangi gejala dari faktor dinamis) ! Golongan alfa1-adrenergik antagonis • Golongan obat yang menghambat efek testosteron pada pembesaran prostat (mengurangi efek yang dihasilkan dari faktor statis) ! Golongan 5alfa-redukatse inhibitor • Kombinasi keduanya

Alfa-adrenergik antagonis Mekanisme kerja : Memblok reseptor alfa1 adrenergik didalam jaringan stromal prostatik sehingga tidak terjadi peningkatan tonus (kontraksi) otot polus prostat

Mekanisme kerja : Memblok reseptor alfa1a adrenergik didalam prostat sehingga tidak terjadi peningkatan tonus (kontraksi) otot polus prostat

5alfa-reduktase inhibitor Nama obat

Dosis harian

Mekanisme kerja

Finasterid

5 mg oral per hari

Memblok enzim 5alfa reduktase untuk mengubah testosteron menjadi DHT

Bikalutamid

50 mg oral per hari

Memblok DHT pada reseptor intraselulernya (res. Androgen)

Flutamid

100-250 mg oral 3x per Memblok pituitari mengeluarkan hari hormon luteinizing 7,5 mg Im per bulan 22,5 mg IM setiap 3 bulan

Nafarelin

400 mikrogram sc perhari

Magestrol asetat 40-150 mg oral 3x per hari

Memblok pituitari mengeluarkan hormon luteinizing dan memblok reseptor adrenergik

Tata laksana Terapi Farmakologi

Watchful Waiting Pasien perlu diberi tahu : • Jangan banyak minum kopi setelah makan malam • Kurangi konsumsi makanan/minuman yang menyebabkan iritasi pada kandung kemih (kopi/cokelat) • Batasi penggunaan obat-obat influenza yang mengandung fenilpropanolamin • Jangan menahan kencing terlalu lama • Penanganan konstipasi Pasien diminta untuk datang kontrol berkala (3-6 bulan) untuk menilai perubahan keluhan yang dirasakan, menilai IPSS dan volume residu urin

Pemilihan Terapi Jika memungkinkan terapi awal diberikan obat tunggal, bisanya golongan alfa-1adrenergik antagonis, yang memilki efek lebih cepat dan lebih efektif dibandingkan 5alfa-reduktase inhibitor

Alfa-1-adrenergik antagonis efektif mengurangi gejala LUTS karena pelebaran prostat, pasien yang tidak ada perubahan PSA pada hasil uji laboratorium dan memilki efek samping terhadap disfungsi seksual lebih kecil dibandingkan 5alfareduktase inhibitor

Pada pasien dengan resiko komplikasi, khususnya pasien dengan pembesaran prostat > 40 g dan peningkatan PSA > 1,4 ng/ mL, maka kombinasi terapi lebih memerikan keuntungan dibandingkan terapi tunggal

Golongan 5alfa-reduktase inhibitor merupakan pilihan pertama jika pasien dengan pembesaran prostat >40 g yang tidak toleran terhadap efek samping pada kardiovaskular akibat alfa1-adrenergik antagonis

Intervensi Pembedahan

Standar gold untuk terapi pasien dengan gejala BPH sedang atau parah dan untuk semua pasien dengan komplikasi BPH dilakukan prostatectomy juga secara transuretra atau suprapubically

Prostatectomy tidak efektif untuk penghilangan gejala BPH iritatif, pasien mungkin memberikan respon terhadap senyawa antikolinergik oral seperti oksibutinin atau Lhisiamin

Monitoring terapi • Pemeriksaan rutin dilakukan 3-6 bulanEvaluasi berupa hasil terapeutik primer yaitu pemulihan aliran urinari yang cukup tanpa menyebabkan efek samping • Penilaian kualitas hidup pasien dengan isntrumen • Pengukuran objektif pengosongan kandung kemih (pengukuran volume urin residual dan kecepatan aliran urin) setelah 6-12 bulan terapi dengan finasterid/lebih cepat dengan terapi alfa-adrenergik antagonis • Monitoring rutin Sr Cr dan urinalisis • Melakukan pengukuran PSA setiap tahun (pasien dengan terapi finasterid dilakukan monitroing setelah 6 bulan dan target terapi adalah penurunan PSA hingga 50%)

Kasus • Lakilaki (45 tahun) seorang supir, 1 minggu belakangan mengeluh sering ingin buang air kecil (>5x dalam sehari) dan sering tidak bisa menahan untuk BAK, tetapi BAK terputus-putus dan sering tidak tuntas ketika BAK, gejala nocturia juga sering terjadi 1-2x. Setelah kedokter dilakukan assesment dengan instrumen IPSS 15 dan dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil PSA 2 ng per mL, Sr Cr 2 mg per dl, Hb 12 gr per dL, rata-rata aliran urin 8 mL per s dan volume urin residu/ 45 mL. Oleh dokter pasien diresepkan prazosin 5 mg 2 x sehari.

Related Documents


More Documents from "username"