Bengkel-las-fix.docx

  • Uploaded by: FauzanFazaAziz
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bengkel-las-fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,868
  • Pages: 40
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan

kesehatan

kerja

bagi

seorang

tenaga

kerja,sangat

diperlukan,karena hal tersebut sangat mempengaruhi dalam melakukan proses produksi suatu pekerjaan, keselamatankesehatan kerja itu harus diperhatikan oleh setiap tenaga kerja agar proses produksi dalam pekerjaan dapat bejalan dengan aman dan baik (Suma’mur ,1998). Menurut International Labor Organization (ILO) setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan kerja akibat hubungan pekerjaan sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian akibat hubungan kerja. Masyarakat pekerjadi di Indonesia mengalamai peningkatan terus dari tahun ketahun.pada tahun 1995 jumlah pekerja sekita 88.5 juta dan meningkatkan pada tahun 2012 pekerja di Indonesia berjumlah 100.316.000 (ILO,2013). Jumlah penduduk Indonesia tahun 2003 sebesar 216.948.400.orang, jumlahpenduduk usia kerja 152.649.981 orang. Angkata keja 100.316.007 orang, yang terbagi dalam beberapa lapangan usaha utama atau jenis industri utama yaitu industri pengolahan 11,80%. Kecelakaan industri adalah kejadian kecelakaan yang tejadi di tempatkerja khusus di lingkungannya industri. Jumlah angkatan kerja diperkirakan sebesar 121,9 juta pada Agustus 2014. Jumlah angkatan kerja tahun 2012 dan 2013 (Agustus) hampir sama, sedangkan dari tahun 2013 ke tahun 2014 angkatan kerja di Indonesia naik 1,7 juta. Sama halnya dengan jumlah

bekerja, tahun 2012 dan 2013 (Agustus) hampir sama. Jumlah yang bekerja tahun 2013 dan 2014 naik 1,8 juta (data pofil K3 Indonesia). Provinsi dengan jumlah kasus kecelakaan akibat kerja tertinggi pada tahun 2011 adalah Provinsi Banten, Kalimantan Tengah dan Jawa Timur; Tahun 2012 adalah Provinsi Jambi, Maluku dan Sulawesi Tengah; Tahun 2013 adalah Provinsi Aceh, Sulawesi Utara dan Jambi; tahun 2014 adalah Provinsi Sulawesi Selatan, Riau dan Bali. Aceh semakin hari angka kecelakaan akibat kerja semakain bejalankekiri sampai tahun 2017 menurut data profilkesehatan aceh , data Aceh dengan jumlahkecelakaan keja hanya sekita 125 orang di tahun 2017 (Profil kesehatan Aceh 2017). Kecelakaan kerja bersifat tidak menguntungkan, tidak dapat diramal, tidak dapat dihindari sehingga tidak dapat diantisipasi dan interaksinya tidak disengaja. Berdasarkan penyebabnya, terjadinya kecelakaan kerja dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu langsung dan tidak langsung. Adapun sebab kecelakaan tidak langsung terdiri dari faktor lingkungan(zat kimia yang tidak aman, kondisi fisik dan mekanik) dan faktor manusia(lebih dari 80%). Bagi seorang welder (tukang las) pada pengelasan las listrik, keselamatan kesehatan kerja sangat diperlukan, oleh karena itu setiap welder harus memperhatikan tata cara yang benar dalam melakukan proses pengelasan, agar keselamatan kesehatan kerja dapat terwujud dilingkungan pekerjaan. Oleh karena itu keselamatan kesehatan kerja didalam proses pengelasan las listrik sangat diperlukan (Arif Susanto 2011).

1.2 Permasalahan Menurut latar belakang yang telah dipaparkan diatas, diktakan bahwa kejadian kecelakaan kerja masih menjadi permasalah yang sanagan besar bagi kita yaitu di bidang kesehatan, banyak faktor- faktor yang mempengaruhinya, baik dari faktor external maupun internalnya, contohnya pekerja industri yaitu pekerja bengkel las. Dari latar belakang di atas dapat disimpulkan bahwa rumusan maslahnya adalah bagaimana menganalisidan mengidentifikasi Kesehatan dan keselamatan Kerja yang baik dan benar khusunya pada pekerja benkel las PT. Puput Tekhnik Di Jalan Air Bersih Kota Lhokseumawe. 1.3.Tujuan Umum Tujuan umum dari laporan kegiatan iniadalah untuk melihat dan menganalisis kesehatan pekerja di khusunya pada pekerja benkel las PT. Puput Tekhnik Di Jalan Air Bersih Kota Lhokseumawe. 1.4 Tujuan Khusus 1. Untuk melihat karaktristik individu pada pekerja bengkel las PT. Puput Tekhnik di jalan air bersih Kota Lhokseumawe. 2. Untuk mengidentifikasi dan menganalisi kejadian dan kecelakaan akibat pekerjaan pada pada pekerja bengkel las PT. Puput Tekhnik di Jalan Air Bersih Kota Lhokseumawe.

1.5 Manfaat 1.5.1 ManfaatTeoritis Manfaat teoritis pada penelitian ini adalah: 1. Sebagai tambahan keilmuan tentang kesehatan dan keselamatan dalam bekerja. 2. Sebagai tambahan keilmuan tentang kesehatan, keamanan dan keselamatan di masyarakat. Sebagai pengetahuan tentang bahaya paparan zat-zat berbahaya pada petugas pada pada pekerja benkel las PT. Puput Tekhnik di Jalan Air Bersih Kota Lhokseumawe. 3.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi di perpustakaan Fakultas Kedokteran Universita Malikussaleh.

1.5.2

Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi mengenai

pentingnya bahaya kecelakaan akibat kerja dan kesehatan serta keamanan kerja pada pekerja bengkel las PT. Puput Tekhnik Jalan Air Bersih, Kota Lhokseumawae , sehingga dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan dalam upaya promotif dan sosialisasi tentang bahaya akibat kecelakaan kerja.

BAB II HASIL KUNJUNGAN

2.1

Informasi Umum Mengenai Perusahaan. Bengkel las yang pada saat ini kami tinjau ialah bengkel las “Puput

Teknik”. Bengkel las puput teknik ini beralamat di jalan air bersih kota lhokseumawe. Bengkel las ini tidak hanya berdiri sendiri, ada beberapa bengkel las lain yang berdiri di sekitar bengkel nya. Bengkel las “Puput teknik” ini sudah berdiri sekitar 15 tahun yang lalu tepatnya pada awal tahun 2002. Bengkel las ini merupakan dimiliki oleh Bapak Ibrahim yang pada saat pengerjaan dan pengontrolannya di jaga oleh kandung nya yang juga bekerja di bengkel las tersebut. Bengkel las ini memiliki bangunan yang cukup sederhana dengan dikelilingin oleh deretan rumah rumah warga di sekelilingnya. Bengkel las ini beroperasi dari mulai senin hingga minggu dan mulai beroperasi dari jam 09-00 wib hingga 18.00 tetapi terkadang jika borongan banyak sampai malam, namun pada hari minggu pengoprasional tidak begitu optimal seperti hari lainnya. Bengkel las puput teknik menerima berbagai macam pesanan seperti las pagar, jendela, besi, jerjak , pintu dan segala jenis rupanya. Sistem pengerjaan barang pada bengkel las ini merupakan sistem borongan bukan sistem harian. Pengerjaan walau dibuka setiap hari senin-minggu namun bekerja optima jika ada borongan barang yang masuk ke bengkel nya.

Untuk tenaga operasionalnya pada bengkel las puput teknik ialah sekitar 8 orang dengan keahlian yang hampir sama semuanya. Untuk besar gaji yang dibayarkan cukup diatas Upah Minimum regional yaitu sebesar ± Rp 3000000 2.2

Sanitasi Industri Perusahaan Kebersihan dan sanitasi pada perusahaan ini tergolong kurang baik, meski

ada disediakan oleh pemilik bengkel bilik kamar mandi yang terbuka dengan sumber air nya sumur bor dan bangunan biliknya yang terbuat dari seng yang tidak permanan dan tidak terdapat atap sehingga tampak terbuka meski di tutupin oleh seng. Sanitasi limbah pada hasil pengeloalaan yang tidak digunakan lagi juga tidak dikelola dengan baik. Banyak serpihan besi besi yang berserakan baik besi yang baru maupun besi yang sudah lama atau berkarat yang dapat membahayakan siapa saja. Pembuangan ke tempat sampah pun sekitar 1 mingguan namun tidak secara rutin dibuang sehingga limbah besi yang tidak digunakan pun berserakan dan tertumpuk di belakang bengkel las nya. Selain limbah hasil pengelolaan besi nya, juga terdapat berbagai sampah sisa makanan dan botol botol yang berserakan disekeliling tempat bengkel lasnya. Sampah yang berserakan hasil pengamatan merupakann sampah yang dibiarkan begitu saja tanpa ada kebersihan atau pengangkutan untuk di bawa ke tempat sampah.

2.3

Alur Produksi, Layout Dan Kapasitas Produksi Untuk alur, layout dan kapasitas merupakan suatu hal yang penting. Untuk

alur produksinya itu sendiri, mekanisme alurnya ialah berbagai macam tergantung ketersediaan barang dan waktu yang diinginkan pelanggan. Biasanya produksinya tersebut di buat dari pembuatan pengelolaan hingga pemasangan nya juga dilakukan oleh bengkel las tersebut. Untuk alurnya pertamanya pendaftaran ke kasir untuk menanyakan kesediaan bengkel, kemudian jika sudah sepakat lalu dilakukan pengerjaan sesuai tempo waktu yang diinginkan, setelah selesai lalu dilakukan pemasangan dan tahap akhirnya transaksi. Untuk layout dan kapasitas produksinya tergantung dari kesanggupan dan kemampuaan operasional nya. Karena sistem yang digunakan merupakan sistem borongan bukan harian. Jadi jika ada barang pengerjaanya dilakukan. Untuk khusus layout nya, bengkel las ini tidak baik terletak di tengah” area masyarakat karena dapat mengganggu kesehatan warga sekitarnya. Jarak daerah rumah warga dan sekitarnya hanya berjarak 5 meter saja. 2.4

Identifikasi Resiko

2.5

Program kesehatan dan keselamatan kerja perusahaan Setelah 15 tahun beroperasi bengkel las “Puput teknik” hingga saat ini

belum ada penyediaan program kesehatan yang dilakukan, baik program pencegahan, pengobatan, hingga perlindungan diri dari bahaya pekerjaanya. Namun ujarnya pernah ada disediakan kotak P3K di lokasi bengkel, namun pada saat pengecekan kotak p3k sudah tidak ada lagi. Pekerja juga tidak dibekali asuransi atau perlindungan diri apabila terjadi kecelakaan atau penyakit yang ditimbulkan dari pekerjaanya. Apabila ada terdapat pekerja yang mengalami kecelakaan kerja baik skala besar dan kecil penangannya di bawa ke rumah sakit terdekat dengan biaya dan pengobatan individu. 2.6

Data data tentang program kesehatan kerja Pemantauan dan survey yang telah kami lakukan di bengek las puput

teknik tersebut terdapat berbagai permasalahan kesehatan yang ada. Terutama permasalahan kesehatan telinga. Identifikasi pun dilakukan ke masing masing pekerja dengan cara vital sign dan anamnesis singkat. Didapatkan data sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.

6. Dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan pakerja banyak mengeluhkan persolaan kesehatan telinga mereka yang terkadang berdengung. Intensitas bunyi suara las yang tinggi sering mengganggu kesehatan telinga mereka. Namun tak jarang ada beberapa pula yang mengganggap bunyinya tersebut sudah menjadi kebiasaan sehingga sudah biasa di dengar. 2.7

Data Tentang Program Keselamatan Kerja Hasil pemantauan kami di lapangan menyatakan bahwa penggunaan alat

pelindungi diri yang petugas gunakan cukup minim sebagai operasionalnya. Alat pelindungi diri yang pekerja gunakan seperti : 1. Kaca mata yang tidak sesuai 2. Tidak menggunakan sepatu boat hanya sendal tertutup. 3. Tidak menggunakan helmet 4. Penerangan minim. 5. Tidak menggunakan earplug 6. Tidak menggunakan sarung tangan 7. Tidak menggunakan masker. 2.8

Data Data Tentang Program Lingkungan Kerja Dan Penanganan Limbah Penanganan limbah dan kebersihan lingkungan kerja dikatakan kurang.

Karena masih banyak terdapat sampah berserakan, dan dibiarkan begitu saja. Untuk pengangkutan sampah itu sendiri dilakukan setiap minggunya namun tidak

rutin dilakukan setiap saat. Belum ada program khusus yang dilakukan dalam program lingkungan kerja namun saat ini hanya penanganan limbah yang dilakukan untuk mengurangi bertumpupuknya sampah

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1

Hal yang Membahayakan Tindakan untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja ditempat

kerja tidak harus mahal. a. Pengamanan pelaksanaan Agar pengelasan dapat dilakukan dengan aman, alat-alat pengamanan harus lengkap dan juru las harus mengerti dan dapat serta mau menggunakan alat pengaman tersebut, dalam hal ini yang penting adalah : - Pemakaian baju kerja yang sesuai dan aman. - Pemakaian pelindung dengan baik. - Pada pengelasan di tempat yang tinggi harus menggunakan alat pengaman agar tidak terjatuh. - Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dan ledakan. b. Pengawasan umum Untuk mendapatkan mutu pengelasan yang baik perlu adanya pengawasan pada peralatan yang digunakan, bahan las yang dipilih, pelaksanaan dan keterampilan. Pengawasan yang dimaksud diatas diterangkan sebagai berikut : - Pengawasan peralatan Dengan menggunakan peralatan yang sempurna, akan diperoleh mutu hasil lasan yang baik dan efisiensi kerja yang tinggi, karena itu diperlukan sistem manajemen yang dapat menentukan cara-cara pemilihan alat, pembelian alat, peminjaman alat kepada pekerja dan cara memperbaiki alat yang rusak.

- Pengawasan bahan las Pengaturan pembelian bahan las baik dalam jenis maupun dalam jumlah harus menjamin agar selalu terdapat jumlah persediaan seperti yang telah ditentukan dan yang sesuai dengan jadwal pelaksanaan. - Pengawasan pelaksanaan Apabila proses pengelasan telah ditentukan, maka perlu untuk mengadakan pengawasan agar prosedur pengelasan diikuti sepenuhnya. Untuk mempermudah pengawasan dan menghindari kesalahan perlu dibuat petunjuk kerja yang terperinci yang meliputi kondisi pengelasan, penggunaan alat, pemakaian bahan, prosedur pengerjaan dan cara-cara mengadakan perbaikan bila terjadi cacat. - Pengawasan keterampilan Untuk mendapatkan juru las yang terampil perlu diadakan pelatihan dan pendidikan. Tiap-tiap juru las harus mempunyai kualifikasi berdasarkan peraturan yang ditentukan oleh badan yang berwenang dalam bidang konstruksi yang sesuai dan menguasai tentang pengelasan. - Pengawasan proses Pengawasan terhadap proses ditujukan untuk mempertinggi produktivitas, yang berarti hasil yang baik dengan cepat dan murah. Pengawasan proses meliputi pengawasan dan pengaturan tempat, pengaturan pekerja, pengaturan bahan, alat dan lain sebagainya.  Bahaya Dalam Pengelasan Pada pekerjaan pengelasan banyak risiko yang akan terjadi apabila tidak hati-hati terhadap penggunaan peralatan, mesin dan posisi kerja yang salah. Beberapa risiko bahaya yang paling utama pada pengelasanantara lain :

a. Cahaya dan sinar yang berbahaya Selama proses pengelasan akan timbul cahaya dan sinar yang dapat membahayakan juru las dan pekerja lain yang ada di sekitar pengelasan. Cahaya tersebut meliputi cahaya yang dapat dilihat atau cahaya tampak, sinar ultraviolet dan sinar inframerah. -Sinar ultraviolet Sinar ultraviolet sebenarnya adalah pancaran yang mudah diserap, tetapi sinar ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh. Bila sinar ultraviolet yang terserap oleh lensa dan kornea mata melebihi jumlah tertentu maka pada mata akan terasa seakan-akan ada benda asing di dalamnya. Dalam waktu antara 6 sampai 12 jam kemudian mata akan menjadi sakit selama 6 sampai 24 jam. Pada umunya rasa sakit ini akan hilang setelah 48 jam. -Cahaya tampak Semua cahaya tampak yang masuk ke mata akan diteruskan oleh lensa dan kornea ke retina mata. Bila cahaya ini terlalu kuat maka akan segera menjadi lelah dan kalau terlalu lama mungkin akan menjadi sakit. Rasa lelah dan sakit ini sifatnya juga hanya sementara. - Sinar inframerah Adanya sinar inframerah tidak segera terasa oleh mata, karena itu sinar ini lebih berbahaya sebab tidak diketahui, tidak terlihat dan tidak terasa. Pengaruh sinar inframerah terhadap mata sama dengan pengaruh panas, yaitu menyebabkan pembengkakan pada kelopak mata, terjadinya penyakit kornea, presbiopia yang terlalu dini dan terjadinya kerabunan.

b.Arus listrik yang berbahaya Besarnya kejutan yang timbul karena listrik tergantung pada besarnya arus dan keadaan badan manusia. Tingkat dari kejutan dan hubungannya dengan besar arus adalah sebagai berikut: 1. Arus 1 mA hanya akan menimbulkan kejutan yang kecil saja dan tidak membahayakan. 2. Arus 5 mA akan memberikan stimulasi yang cukup tinggi pada otot dan menimbulkan rasa sakit. 3. Arus 10 mA akan menyebabkan rasa sakit yang hebat. 4. Arus20 mA akan menyebabkan terjadi pengerutan pada otot sehingga orang yang terkena tidak dapat melepaskan dirinya tanpa bantuan orang lain. 5. Arus 50 mA sangat berbahaya bagi tubuh. 6. Arus 100 mA dapat mengakibatkan kematian. c.Debu dan gas dalam asap las. Debu dalam asap las besarnya berkisar antara 0,2 µm sampai dengan 3 µm. Komposisi kimia dari debu asap las tergantung dari jenis pengelasan dan elektroda yang digunakan. Bila elektroda jenis hydrogen rendah, di dalam debu asap akan terdapat fluor (F) dan oksida kalium (K2O). Dalam pengelasan busur listrik tanpa gas, asapnya akan banyak mengandung oksida magnesium (MgO). Gas-gas yang terjadi pada waktu pengelasan adalah gas karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), ozon (CO3) dan gas nitrogen dioksida (NO2). d.Bahaya kebakaran.

Kebakaran terjadi karena adanya kontak langsung antara api pengelasan dengan bahan-bahan yang mudah terbakar seperti solar, bensin, gas, cat kertas dan bahan lainnya yang mudah terbakar. Bahaya kebakaran juga dapat terjadi karena kabel yang menjadi panas yang disebabkan karena hubungan yang kurang baik, kabel yang tidak sesuai atau adanya kebocoran listrik karena isolasi yang rusak. e. Bahaya Jatuh. Didalam pengelasan dimana ada pengelasan di tempat yang tinggi akan selalu ada bahaya terjatuh dan kejatuhan. Bahaya ini dapat menimbulkan luka ringan ataupun berat bahkan kematian karena itu usaha pencegahannya harus diperhatikan.

3.2 Hazard yang Ditemukan Keselamatan kesehatan kerja bagi seorang welder pada proses pengelasan las listrik sangat diperlukan karena dalam proses produksi suatu pekerjaan dibutuhkan welder yang produktivitasnya tinggi tanpa merugikan semua pihak yang terkait didalamnya, baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Pada proses pengelasan las listrik banyak sekali hal-hal yang membahayakan dan perlu diperhatikan baik bagi welder, mesin las listrik, dan orang-orang disekitarnya, halhal tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:  Percikan bunga api yang dapat membahayakan welder maupun mesin las listrik yang dapat mengenai kulit, mata welder dan masuk kedalam perangkat-perangkat dalam mesin las listrik, yang semua itu akan mengganggu berjalannya proses produksi.

 Asap las listrik dan debu beracun, dapat membahayakan welder dan orang-orang disekelilingnya, asap tersebut dapat mengganggu proses pernafasan welder.  Efek radiasi sinar ultra violet dan ultra merah las listrik yang dapat membahayakan kesehatan mata dan organ dalam tubuh welder maupun orang-orang disekelilingnya.  Mesin pemotong yang dapat membahayakan orang yang berada di sekitarnya jika tidak tepat penggunaannya, dapat membahayakan jika mata grendanya terlepas.  Kebisingan suara pada bengkel las membahayakan bagi pekerja maupun orang-orang

disekeliling,

kebisingan

tersebut

dapat

mengganggu

pendengaran maupun kehilangan pendengaran.  Limbah besi sisa pemotongan yang dibuang kesamping bengkel dapat membahayakan orang jika terkena dan tidak menggunakan alas kaki.  Besi-besi yang berada di bengkel dapat membahayakan jika tersandung dan dapat menyebabkan luka sampai infeksi.

3.3 Peraturan Perundang-Undangannya Keselamatan kesehatan kerja dalam proses pengelasan las listrik akan terwujudapabila didukung oleh semua pihak baik dari pemerintah dalam bentuk UndangUndang tentang perlindungan terhadap keselamatan kesehatan kerja dan pihak-pihaklain yang terkait didalamnya. Hal ini tertuang dalam:

 UU RI No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, pasal 12: tenaga kerja memiliki kewajiban dan untuk menggunakan APD dan menyatakan keberatan jika syarat K3 dalam APD yang diwajibkan diragukan olehnya.  Permenakertrans No. PER. 02/MEN/1982 tentang Kwalifikasi Juru Las di Tempat Kerja, Pasal 2: dilakukan kwalifikasi juru las untuk keterampilan pengelasan. Pasal 3: juru las yang telah menempuh ujian juru las dengan hasil memuaskan diberikan sertifikat juru las sesuai dengan kwalifikasinya disertai buku kerja juru las.  Kepmenaker RI No. KEP.51/MEN/X/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja, Pasal 6: Nilai Ambang Batas (NAB) untuk radiasi Sinar Ultraviolet ditetapkan sebesar 0,1 mikroWatt per sentimeter persegi. Radiasi Sinar Ultraviolet yang melampaui NAB waktu pemaparan ditetapkan sebagaimana tercantum pada lampiran V.

Menurut peraturan perundang-undangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja sebagai berikut :  mencegah dan mengurangi kecelakaan  mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran  mencegah dan mengurangi bahaya peledakan  memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya  memberi pertolongan pada kecelakaan  memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja

 mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran  mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun fisik, keracunan, infeksi dan penularan  memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai  menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik  menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup  memeliharan kebersihan, kesehatan dan ketertiban  memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya  mengamankan dan memperlancar pengangkitan orang, binatang, tanaman atau barang  mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan  mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang  mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya  menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang  bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Program Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Definisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja Peraturan Pmerintah tentang Pekerjaan Umum nomor 9 Tahun 2008 Pedoman SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum Pasal 1 Ayat 1 menjelaskan bahwa K3 adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan pengertian pemberian perlindungan kepada setiap orang yang berada di tempat kerja, yang berhubungan dengan pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan kerja konstruksi, proses produksi dan lingkungan sekitar tempat kerja. Keselamatan kerja merupakan program perlindungan terhadap karyawan atau pekerja pada saat bekerja dan berada di lingkungan tempat kerja dari risiko kecelakaan kerja dan kerusakan mesin atau alat kerja untuk mencegah dan menghilangkan sebab terjadinya kecelakaan (Alfajri Ismail, 2012). Indikator-indikator dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja Budiono dkk (2003) mengemukakan indikator Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), meliputi : a.Faktor manusia/pribadi (personal factor) Faktor manusia disini meliputi, antara lain kurangnya kemampuan fisik, mental dan psikologi, kurangnya pengetahuan danketerampilan/keahlian, dan stress serta motivasi yang tidak cukup. b.Faktor kerja/lingkungan

Meliputi,

tidak

pembelian/pengadaan

cukup barang,

kepemimpinan perawatan,

dan

pengawasan,rekayasa,

standar-standar

kerja

dan penyalahgunaan.

Panduan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bengkel Las Panduan keselamatan dan kesehatan kerja yang dikeluarkan oleh Adidas Grup pada tahun 2013 adalah sebagai berikut: a. Penanganan dan Penyimpanan Bahan Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penanganan dan penyimpanan material yaitu: a) Material yang berbeda harus disimpan terpisah berdasarkan jenisnya. b) Lebar rute utama di gudang tidak boleh kurang dari 2 meter. c) Jarak antara setiap dua tumpukan tidak boleh kurang dari 1 meter. d) Tumpukan sekurang-kurangnya perlu terpisah sejauh 0,5 m dari dinding. b. Penggunaan Alat Tangan Sumber bahaya ini dapat bersifat fisik, listrik, termal, terkait dengan pendengaran atau lainnya. Dua prinsip dasar kontrol sumber bahaya yang harus dipertimbangkan dalam mengurangi sumber bahaya mesin adalah: (1) meniadakan atau mengurangi resiko dengan memasang pengaman atau pelindung pada mesin, dan (2) melindungi pekerja dengan peralatan pelindung pribadi yang spesifik untuk resiko tertentu. c. Desain Tempat Kerja

Kualitas bangunan bengkel memiliki dampak penting pada keselamatan dan produktivitas pekerja dalam lingkungan kerja. Sewaktu bangunan ini direncanakan, dibangun atau direnovasi, stabilitas fisik, kapasitas beban struktural, pencegahan kebakaran dan soal keselamatan secara umum harus dipertimbangkan dan harus memenuhi persyaratan kesehatan dan keselamatan yang berlaku. Yang menjadi kepedulian utama dalam menilai arsitektur pabrik adalah risiko kelebihan beban structural dan keruntuhan. Namun, sumber bahaya terhadap keselamatan yang lebih umum seperti jalan keluar, koridor, gang dan rute keluar dalam situasi darurat yang terhalang atau tidak memadai juga dapat meningkatkan kemungkinan hilangnya nyawa selama berlangsungnya situasi darurat. d. Pencahayaan Penerangan pabrik dapat memberi dampak pada keselamatan pekerja, produktivitas dan kualitas produk. Bisa saja terdapat kebutuhan yang berbeda akan penerangan, bergantung pada mesin tertentu yang digunakan atau tugas dimana pekerja terlibat. Pada umumnya, penerangan yang disediakan harus cukup untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan konsisten dengan produksi barang berkualitas tinggi. e. Kebisingan dan Getaran Paparan bising (noise) menurut ILO (2013), adalah sumber bahaya umum di banyak lokasi pabrik. Paparan bising (noise) yang berlebihan setiap harinya dapat mengakibatkan pekerja kehilangan pendengaran. Untuk mengurangi risiko dampak yang merugikan pada kesehatan ini, pabrik diharuskan menyediakan

pelindung pendengaran berupa penutup telinga atau sumbat telinga apabila pekerja terpapar tingkat suara untuk lama waktu seperti tabel berikut: Tabel 1. LAMA

WAKTU

SELAMA HARI KERJA

PAPARAN TINGKAT DECIBEL PELINDUNG

SUARA (DBA)

DALAM DIMANA

PENDENGARAN

DIPERLUKAN >= 2 jam

91 dBA

>= 4 jam

88 dBA

>= 8 jam

85 dBA

>= 12 jam

82 dBA

Pelindung pendengaran yang disediakan untuk pekerja oleh pabrik harus memiliki Noise Reduction Rating (NRR) yang cukup untuk mengurangi paparan tingkat suara yang lebih kecil dari yang tertera dalam tabel diatas terhadap pekerja. Apabila setiap pekerja terus-menerus terpapar bising lebih dari 100 dBA, maka mereka harus diberi kedua jenis pelindung pendengaran dan harus mengenakan sumbat telinga di bawah penutup telinga. Semua pekerja yang menggunakan pelindung pendengaran harus dilatih dalam hal penggunaan dan perawatan peralatan pelindung ini dengan benar. f. Fasilitas Pekerja Secara umum, fasilitas yang didapatkan oleh pekerja bengkel saat bekerja berupa toilet, kamar mandi, kantin, bangunan asrama, ruang pertolongan pertama, daerah layanan medis atau klinik, tempat untuk berpakaian, pancuran dan daerah

untuk mencuci. Begitupun fasilitas yang ada di bengkel SMK hendaknya tidak berbeda jauh dengan fasilitas yang didapatkan oleh para pekerja di industri. Penyediaan fasilitas tersebut harus diupayakan secara maksimal demi terciptanya kesehatan dan keselamatan kerja. g. Organisasi Kerja Manajemen pabrik memiliki tanggung-jawab tertinggi menyediakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi para pekerjanya dan memfabrikasi produk yang aman bagi konsumen dan lingkungan. Oleh sebab itu, manajemen pabrik perlu memenuhi tanggung-jawab ini dengan menetapkan dokumentasi yang tepat dalam bentuk kebijakan, prosedur, rencana dan instruksi yang relevan.

4.2 Potensi Bahaya Terhadap Pekerja dan Masyarakat di Lingkungan Perusahaan Bahaya merupakan segala sesuatu yang memiliki potensi untuk menyebabkan cedera pada manusia, kerusakan pada equipment dan lingkungan sekitar (Bakhtiar,2008). Berdasarkan observasi yang dilakukan, bahaya yang terdapat di bengkel las yang kami amati adalah sebagai berikut : a.Gangguan pernafasan Terdapat beberapa segi negatif dari pekerjaan ”Tukang Las” diantaranya adalah berasal dari faktor zat kimia yang terdiri dari elektroda, asap, debu dan gas. Menurut teori, penimbunan debu dalam paru-paru ukuran 5-10 mikron akan ditahan oleh saluran pernafasan bagian atas,debu ukuran 3-5 mikron ditahan oleh bagian tengah pernafasan,debu ukuran 1-3 mikro ditempatkan dalam permukaan alveoli,debu ukuran 0,1-1 mikron bermasa terlalu kecil sehingga dapat masuk ke alveoli.

Dari hasil pengamatan kami tidak semua karyawan menggunakan masker sebagai APD, apabila karyawan terpapar secara terus menerus tanpa menggunakanAPD akan berakibat gangguan saluran pernafasan seperti batuk kering dan sesak nafas. b. Dari sisi Ergonomi Bahaya selanjutnya pada tukang las dari sisi ergonomic yaitu para pekerja mengalami sakit punggung karena pada saat bekerja selalu membungkuk, sehingga mengalami sakit punggung. Berdasarkan hasil wawancara, dalam melakukan

pekerjaan

para

pekerja

tidak

memiliki

jadwal tertentu melainkan berdasarkan dengan jumlah pesanan, jika jumlah pesanan banyak maka waktu istirahat mereka sedikit bahkan tidak memiliki waktu istirahat. Hal tersebut berakibat pada kondisi tubuh pekerja mudah merasa lelah setelah pekerjaan selesai. c. Kebisingan Dari hasil wawancara penulis dengan pekerja. Pada saat bekerja pertama kali, pekerja yang

merasakan kebisingan. Namun seiring waktu hal ini sudah menjadi biasa

bagi

pekerja.

Hal

ini

menunjukkan

bahwa

hal

intensitas

pendengaran pekerja berkurang seiring dengan waktu yang telah dihabiskan dalam pekerjaan ini. Efek yang ditimbulkan oleh kebisingan di lingkungan kerja ini selain penurunanintensitas pendengaran, yaitu efek psikologis yang terjadi seperti kehilangan konsentrasi yang dapat mengganggu pekerjaan. Selain itu gangguan komunikasi dapat terjadi, sehingga mengganggu kinerja dan keamanan pekerja. Para pekerja juga tidak memakai APD (aer muft dan aer plug) dengan alasan tidak nyaman. Pengaruh kebisingan secara keseluruhan adalah:



Kerusakan pada indera pendengaran



Gangguan komunikasi dan timbulnya salah pengertian



Pengaruh faal seperti gangguan psikomotor, gangguan tidur dan efek-efek



Efek psikologis



Kelelahan yang patologis



Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.



Psikologis dan emotional fatique

d. Kebutaan Dari hasil wawancara kami, dampak bahaya dari pengelasan adalah kebutaan, karen pekerja pada saat mengelas tidak selalu memakai kacamata. Para pekerja memakai kaca mata hanya pada saat mereka mengelas listrik saja karena pada saat mengelas listrik percikan api ke mata tajam dan terasa panas. Sedangkan pada saat mengelas karbit, pekerja sudah biasa tidak memakai kaca mata karena sudah terbiasa dan tidak menghiraukan akan bahaya dari percikan api kemata yang dapat menyebabkan kebutaan. e. Luka bakar Dari hasil observasi kami dampak dari mengelas selain kebisingan dan kebutaan juga bisa mengakibatkan luka bakar. Area yang sering terkena ialah telapak tangan karena pekerja tidak memakai APD berupa sarung tangan dan area kaki karena tidak menggunakan sepatu yang cocok digunakan untuk mengelas.

4.3 Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan Masalah Kesehatan Kerja Dan Penyakit Akibat Kerja

a. Pengorganisasian Sikap Tubuh Saat Bekerja 

Semua sikap tubuh membungkuk atau sikap tubuh yang tidak alamiah harus dihindari. Fleksi tubuh atau kepala ke arah samping lebih melelahkan dari sedikit membungkuk ke depan. Sikap tubuh yang disertai paling sedikit kontraksi otot statis dirasakan paling nyaman.



Posisi ekstensi lengan yang terus-menerus baik ke depan, maupun kesamping harus dihindari. Selain menimbulkan kelelahan, posisi lenganseperti itu sangat mengurangi ketepatan kerja dan ketrampilan aktivitas tangan.



Kedua

lengan

harus

bergerak

bersama-sama

atau

dalam

arah

yang berlawanan. Bila hanya satu lengan saja yang bergerak terusmenerus, maka otot-otot tubuh yang lainnya akan berkontraksi statis. Gerakan berlawanan memungkinkan pula pengendalian saraf yang lebih cermat terhadap kegiatan pekerjaan tangan. b. Mengangkat beban Bermacam cara dalam mengangkat beban yakni dengan kepala, bahu, tangan

dan

punggung.

Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung,

jaringan

otot dan persendian akibat pengangkatan beban yang berlebihan. Faktor-faktor

yang

mempengaruhi

kegiatan-kegiatan

mengangkat

dan

mengangkut adalah sebagai berikut : 

Beban yang diperkenakan, jarak angkut dan intensitas pembebanan.



Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan medan yang licin, kasar, naik turundll.



Keterampilan bekerja



Peralatan kerja beserta keamanannya2.

Cara-cara mengangkut dan mengangkat yang baik yaitu : 

Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang keluar dansebanyak mungkin otot tulang belakang yang lebih lemah dibebaskandari pembebanan



Pegangan harus tepat



Lengan harus berada sedekatnya pada badan dan dalam posisi lurus



Punggung harus diluruskan



Dagu ditarik segera setelah kepala bisa di tegakkan lagiseperti pada permulaan gerakan



Posisi kaki di buat sedemikian rupa sehingga mampu untukmengimbangi momentum yang terjadi dalam posisimengangkat



Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garisvertical yang melalui pusat grafitas tubuh.



menjinjing beban

c. Waktu bekerja dan istirahat yang baik bagi pekerja. Lamanya bekerja bagi pekerja kerja dalam sehari yang baik pada umumnya 6 – 8 jam sisanya untuk istirahat atau kehidupan dalam keluarga dan masyarakat. Perlu diatur istirahat khusus dengan mengadakan organisasi kerja secara khusus pula. pengaturan kerja bertujuan agar kemampuan kerja dan kesegaran jasmani serta rohanidapat dipertahankan. IstirahatTerdapat 4 jenis istirahat yaitu : 

istirahat secara spontan adalah istirahat pendek setelah pembebanan



istirahat curian terjadi jika beban kerja tidak di imbangi oleh kemampuankerja.



Istirahat yang ditetapkan adalah istirahat atas dasar ketentuan perundangundangan



Istirahat

oleh

karena

proses

kerja tergantung

dari bekerjanya

mesin peralatan atau prosedur-prosedur kerja. d. Penerangan dan dekorasi Penerangan dan dekorasi yaitu keserasian fungsi mata terhadap pekerjaan dan kegairahan atas dasar faktor kejiwaan. e. Penggunaan Alat Pelindung Diri Alat Pelindung Diri atau APD adalah kelengkapan wajib yang digunakan saat bekerja sesuai dengan bahaya dan resiko untuk menjaga keselamatan tenaga k erja itu sendiri ataupun orang lain di tempat kerja. Pada pekerja bengkel las penggunaan alat pelindung diri sangat perlu untuk di perhatikan. Pekerja hanya sesekali menggunakan alat pelindung diri seperti masker dan sepatu. Sarung tangan tidak pernah digunakan oleh pekerja di sebabkan karena repot untuk menggunakannya dan menyulitkan saat bekerja walaupun pekerjaan yang dilakukan sangat beresiko untuk menciderai tubuh mereka khususnya tangan, dan alat pelindung diri untuk kebisingan tidak pernah digunakan karena pekerja tidak memiliki alat untuk digunakan. Penggunaan alat pelindung diri harus diterapkan oleh pekerja karena dengan adanya alat pelindung diri dapat meminimalkan resiko yang akan terjadi pada pekerja. APD adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau

kecelakaan kerja. Tujuan penggunaan alat pelindung diri adalah untuk melindungi tubuh

dari

bahaya

pekerjaan

yang

menyebabkan kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja.

dapat Sehingga

penggunaan alat pelindung diri bermanfaat bukan hanya untuk tenaga kerjatetapi juga bagi perusahaan.Pemilihan penggunaan alat pelindung diri harus dilakukan secara

baik

dan bijaksana serta disesuaikan dengan potensi bahaya yang ada, guna keefektifan alat pelindung diri yang akan digunakan oleh pekerja. Alat pelindung diri yang telah dipilih hendaknya memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1. Dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya. 2. Berbobot ringan. 3. Dapat dipakai secara fleksibel (tidak membedakan jenis kelamin). 4. Tidak menimbulkan bahaya tambahan. 5. Tidak mudah rusak. 6. Memenuhi standar yang ada. 7. Pemeliharaan mudah. 8. Penggantian suku cadang mudah. 9. Tidak membatasi gerak. 10. Rasa “tidak nyaman” tidak berlebihan (rasa “tidak nyaman” tidak mungkin hilang sama sekali, namun diharapkan masih dalam batas toleransi). 11. Bentuk cukup menarik Alat pelindung diri untuk pekerja las listrik dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu: 1.

Alat Pelindung Kepala

Alat pelindung kepala digunakan untuk melindungi rambut terjerat oleh mesin yang berputar dan melindungi kepala dari bahaya terbenturnya benda tajam atau keras. Bahaya kejatuhan benda atau terpukul benda yang melayang, percikan bahan kimia korosif, panas sinar matahari, dan lain sebagainya. Jenis alat pelindung kepala antara lain: a. Topi pelindung Topi ini digunakan untuk melindungi kepala dari bahaya kejutan benda, terbentur,terpukul benda keras atau tajam. b. Tudung kepala Tudung kepala untuk melindungi kepala dari bahaya terkena atau kontak dengan bahan kimia, api, panas radiasi. Tudung kepala biasanya terbuat dari asbes tos,kain tahan api atau korosi, dan kain tahan air. c. Penutup Rambut (Hair Cup) atau Pengaman Rambut (Hair Guard ) Digunakan untuk melindungi kepala dan rambut dari kotoran, serta untukmelindungi rambut dari bahaya terjerat mesin yang berputar. Biasanya terbuat dari kain katun. 2. Alat Pelindung Mata Alat ini digunakan untuk melindungi mata dari percikan bahan kimia korosif,debu dan partikel kecil yang melayang di udara, gas atau uap yang dapatmenyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang elektromagnetik, panas radiasi sinar matahari. 3.Alat Pelindung Wajah Pekerjaan

pengelasan

memerlukan

alat

pelindung

wajah

yang

bergunakansebagai alat perlindungan untuk mata dan muka dari kemungkinan

adanya potensi bahaya yang ditimbulkan. Tameng wajah atau topeng las, alat ini berfungsi untuk melindungi mata dan muka (Alat Pelindung Wajah). Alat ini dapat dipasang pada helm (welding helmet ) atau langsung pada kepala, dapat juga dipegang dengan tangan, dan banyak digunakan pada pekerjaan pengelasan. Sinar las yang terangtidak boleh dilihat dengan mata secara langsung sampai jarak 15 meter. Kaca untuk tameng wajah adalah kaca khusus yang dapat mengurangi sinar las tersebut. Manfaat penggunaan tameng wajah atau topeng las yaitu digunakan untuk melindungi wajah dari bahaya sinar las (sinar tampak, sinar ultra violet,inframerah), radiasi panas las serta percikan bunga api las yang tidak dapatdilindungi dengan hanya menggunakan alat pelindung mata saja. Apabila wajah pekerja las tidak dilindungi dengan alat ini maka kulit wajah akan terasa terbakar dan sel kulit wajah akan rusak. Pekerja pengelas perlu memperhatikan beberapa hal dalam memilih tamengwajah (Face Shield ) yaitu: (1) Tameng wajah harus mempunyai daya penerusyang tepat terhadap cahaya tampak; (2) Tameng wajah harus mampu menahancahaya dan sinar yang berbahaya; (3) Tameng wajah harus tahan lama danmempunyai sifat tidak mudah berubah; (4) Tameng wajah harus memberi rasanyaman pada pemakai. 4. Alat Pelindung Pernafasan Masker berguna untuk melindungi masuknya debu atau partikel yang lebih besar ke dalam saluran pernafasan, dapat terbuat dari kain dengan ukuran tertentu. 5.Alat Pelindung Tangan

Fungsi alat ini adalah untuk melindungi tangan dan jari tangan dari pejananapi, panas, dingin, radiasi elektromagnetik, sengatan listrik, bahan kimia, benturan, pukulan, tergores, dan terinfeksi. Alat pelindungan tangan biasa disebut dengan sarung tangan. 6. Alat Pelindung Kaki Alat

pelindung

kaki

atau

safety shoes

berfungsi melindungi

kaki dari tertimpa benda berat, tertuang logam panas, bahan kimia korosif, kemungkinan tersandung,terpeleset dan tergelincir. 7. Pakaian Pelindung Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuh dari percikan api, suhu panas atau dingin, cairan bahan kimia, dan lains ebagainya. Pakaian pelindung dapat berbentuk apron yang menutupi sebagian tubuh pemakainya yaitu mulai dari daerah dada sampai lutut, atau juga menutupi seluruh bagian tubuh. 4.4 Tindak Lanjut Keselamatan kesehatan kerja bagi seorang pekerja las pada proses mengelas sangat diperlukan karena dalam proses produksi suatu pekerjaan dibutuhkan pekerja yang produktivitasnya tinggi tanpa merugikan semua pihak yang terkait didalamnya, baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Pada proses pengelasan banyak sekali hal-hal yang membahayakan dan perlu diperhatikan baik bagi pekerja, dan orang-orang disekitarnya. Hal-hal tersebut diantaranya adalah :

1. Percikan bunga api yang dapat membahayakan pekerja maupun mesin las yang dapat mengenai kulit, mata pekerja, yang semua itu akan mengganggu berjalannya proses produksi. 2. Asap las listrik dan debu beracun, dapat membahayakan pekerja dan orangorang disekelilingnya. 3. Efek radiasi sinar ultra violet dan ultra merah las listrik yang dapat membahayakan kesehatan mata dan organ dalam tubuh pekerja maupun orangorang disekelilingnya. 4. Penggunaan APD seperti apron,sarung tangan, welding helmet, hingga safety shoes

juga

diperhatikan

pada

proses

pengelasan,

kemungkinan terjadi kecelakaan yang tidak disengaja.

untuk

menghindari

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penilaian analisis kesehatan dan keselamatan kerja pada petugas bengkel las adalah 1. Tidak ada satupun petugas bengkel las yang terdaftar kesehatan dan keselamatan kerjanya di jaminan sosial, apabila ada kejadian dan kecelakaan akibat kerja maka perusaahn di tempat dia bekerja hanya membiayai setengah dari jumlah dana perawatan. 2. Kurangnya tingkat pengetahuan penyakit akibat kerja dan pengetahuan tentang bahaya dan kecelakaan yang dapat di timbulkan dari pekerjaanya. 3. Tidak terdapatnya APD khusus yang seharusnya wajib di pakai pada petugas bengkel las. 4. Kurangnya perhatian perusahaan dalam memelihara kesehatan pekerja 5.Keadaan lingkungan industri yang kurang memadai dari segi sanitasi dari mulai penyediaan air bersih sampai dengan pembuangan limbah. 6.Tingkat PAK dan kecelakaan akibat kerjanya di ambang nilai sedang di karenakan, menurut hasil survei. Kejadian akibat kerja jarang terjadi .hanya kejadian kecil yang pernah terjadi akan tetapi frekuensinya jarang. 7. Tidak adanya peraturan khusus yang mengharuskan pekerja bengkel las yang mengharuskan pekerja menggunakan APD.

8. Perusahaan ini memiliki SMK3 yang di keluarkan dari pemerintahan Kota Lhokseumawe.

5.2 Saran 1.

Perusahaan Perusahaan menerapkan pemeriksaan fisik sebelum pekerja diterima

diperusahaan, dan melakukan pemeriksaan berkala. Menerapkan keselamatan kerja, mengasuransikan pekerja, menyediakan APD berstandar di perusahaan tersebut, dan menerapkan sanksi bagi pelanggar sanksi. 2.

Bagi Welder dan Pekerja di Bengkel Las Hendaknya dalam setiap melakukan proses pengelasan las listrik selalu

memperhatikan dan mengutamakan keselamatan kesehatan kerja baik bagi welder itu sendiri maupun orang lain yang ada disekitarnya karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap suatu produksi. Apabila terdapat oknum-oknum tertentu yang dengan sengaja melakukan tindakan melanggar tentang keselamatan kesehatan kerja yang dapat membahayakan dirinya sendiri atau orang lain supaya dikenakan sanksi yang berlaku. 3.

Bagi Peneliti Lain Manfaat bagi peneliti lain adalah ketika menganalisi resiko kerja pada

pekerja las adalah pentingnya menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) untuk

penganalisis kejadian dan kecelakaan kerja pekerja las di PT. Puput Tekhnik juga memakai APD untuk melindungi diri sendiri.

REFERENSI

More Documents from "FauzanFazaAziz"

Chikungunya.pptx
December 2019 8
Faringitis
June 2020 10
Bengkel-las-fix.docx
November 2019 8
Kuesioner.docx
December 2019 8