Hampir 65 tahun Indonesia merdeka, kita telah mengenal 6 orang pemimpin negara yang silih berganti memimpin, mulai dari Ir. Sukarno, Suharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati, hingga Susilo Bambang Yudhoyono. Benarkah demikian? Benarkah hanya 6 orang yang pernah menjadi pemimin Indonesia? Ternyata, sejarah mencatat, ada 2 nama lagi yang pernah memangku jabatan sebagai pucuk pimpinan tertinggi di Indonesia. Mereka adalah Mr. Sjarifuddin Prawiranegara dan Mr. Assaat. Kedua nama ini mungkin jarang terdengar oleh kita, karena memang umur jabatan mereka sebagai pimpinan Indonesia tidak panjang. Namun, sangat lah besar artinya, karena jika tidak ada pemangku jabatan presiden di sebuah wilayah, maka wilayah tersebut tidak diakui sebagai sebuah negara. Jika begitu, sia-sialah segala perjuangan kemerdekaan yang telah dilakukan bertahun-tahun sebelumnya. Siapakah Mr. Sjarifuddin Prawiranegara dan Mr. Assaat ini? 1. Mr. Amir Sjarifuddin Prawiranegara dilahirkan pada 28 februari 1911 di Anyer Kidul dan wafat pada tanggal 15 Februari 1989 di Jakarta. Dalam karirnya di pemerintahan, ia pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri (Waperdam), menjadi menteri keuangan, dan menjadi gubernur Bank Indonesia pertama. Karir terpentingnya yaitu ketika menjabat sebagai Presiden/ketua PDRI (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia) ketika Soekarno dan M. Hatta ditawan Belanda dan ketika ibukota Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda. Agar pemerintahan tetap eksis dan berjalan, akhirnya dibentuklah PDRI dengan Syafrudin Prawiranegara sebagai penjabat presiden. Sjafrudin menjabat Presiden Indonesia Darurat sejak 19 Desember 1948 hingga 13 Juli 1949. Pada tanggal 19 Desember 1948 sebelum pemerintah Indonesia ditawan maka mengadakan rapat di Gedung Negara Yogyakarta yang menghasilkan kesepakatan sebagai berikut. A. Memberi kuasa penuh kepada Mr. Sjarifuddin Prawiranegara (Menteri Kemakmuran RI) untuk membentuk PDRI di Sumatera. B. Kepada A.A Maramis, L.N Palar, dan Soedarsono dperintahkan untuk membentuk PDRI di India bila Mr. Syarifuddin Prawiranegara gagal di Sumatera. C. Presiden, wakil presiden, dan petinggi lainnya akan tinggal di ibu kota dengan resiko ditawan oleh Belanda tetapi tetap berdekatan dengan KTN. PDRI yang berkedudukan di Bukitinggi ini berhasil menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia masih ada. Pada tanggal 23 Desember 1948, PDRI memberikan instruksi lewat radio kepada wakil Indonesia di PBB. Isinya, pihak Indonesia bersedia menghentikan tembak-menembak dan berunding dengan Belanda. Tindakan ini berhasil mengangkat wibawa Indonesia sekaligus mengundang simpati dunia internasional. Namun, karena keterlibatannya dalam PRRI/Permesta, nama Sjarifuddin Prawiranegara seolah dilupakan dan sampai sekarang belum diakui sebagai mantan presiden. Sungguh ironis. 2. Mr Assaat Mr. Assaat dilahirkan di Dusun Pincuran Landai Kanagarian Kubang Putiah Kecamatan Banuhampu, Kabupaten Agam, menikah dengan Roesiah, wanita Sungai Pua di Rumah Gadang Kapalo Koto, yang meninggal pada tahun 1949. Beliau di karunia dengan dua orang putera dan seorang puteri. Karirnya di pemerintahan dimulai sejak tahun 1946-1949 menjadi Ketua BP-KNIP (Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat). Dan jabatannya tertinggi adalah saat ia menjabat sebagai pemangku jabatan Presiden Republik Indonesia pada masa pemerintahan Republik Indonesia di Yogyakarta yang merupakan bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS), yang berbentuk federal. Jabatannya selesai pada 17 Agustus 1950, di mana negara-negara RIS, melebur kembali menjadi Nehara Kesatuan Republik Indonesia. Ia pula yang menandatangani statuta pendirian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pada saat ia menjabat presiden.
Setelah menjabat presiden, Mr. Assaat menjadi anggota parlemen RI, sampai ia duduk dalam jadi Menteri Dalam Negeri pada kabinet natsir, September 1950 - Maret 1951.setelah Kabinet Natsir bubar,beliau kembali jadi anggota Parlemen, semenjak itulah Assaat kurang terdengar namanya dalam bidang politik. Pada tahun 1955 ia bergerak sebagai formatur Kabinet bersama Dr. Soekiman Wirjosandjojo dan Mr. Wilopo untuk mencalonkan muhammad hatta sebagai Perdana Menteri. Karena waktu itu terhembus angin politik begitu kencang, daerah-daerah kurang puas dengan kebijakan pemerintahan Pusat. Sama dengan Mr. Sjarifuddin Prawiranegara, ia dituduh terlibat dalam gerakan PRRI/permesta, dan dipenjara selama 4 tahun dengan tuduhan makar. Ia kemudian meninggal pada 1976 di rumahnya Warung Jati, Jakarta Selatan. Jadi, ternyata ada 8 orang yang pernah menjabat sebagai Presiden RI, bukan 6 seperti yang didengungkan selama ini. Dari sini dapat terlihat betapa bangsa Indonesia jaman sekarang kurang menghargai sejarah sebagai dasar pemikiran ke depan. Negara ini seolah dengan mudah melupakan jasa orang-orang yang sebenarnya tidak boleh dianggap remeh, karena menyangkut masa depan negara. Semoga, kita bisa lebih menghargai sejarah. Memberikan ruang untuk masuknya sumber sejarahsejarah baru yang memperkaya khazanah berpikir kita. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. JASMERAH!! (JAngan Sekali-Kali MElupakan SejaRAH)!! Berikut daftar lengkap pemangku jabatan Presiden Republik Indonesia: 1. Ir Sukarno Jabatan: 17 Agustus 1945 - 27 Desember 1949; berlanjut lagi pada 17 Agustus 1950 - 12 Maret 1967 2. Mr. Amir Sjarifuddin Prawiranegara Jabatan: 19 Desember 1948 - 13 Juli 1949 (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia) 3. Mr. Assaat Jabatan: 27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950 4. Suharto Jabatan: 12 Maret 1967 - 21 Mei 1998 5. Prof. Dr. Dipl. Ing. B. J. Habibie Jabatan: 21 Mei 1998 - 20 oktober 1999 6. Abdurrahman Wahid Jabatan: 20 Oktober 1999 - 23 Juli 2001 7. Megawati Sukarnoputri Jabatan: 23 Juli 2001 - 20 Oktober 2004 8. Susilo Bambang Yudhoyono Jabatan: 20 oktober 2004 - sekarang