1. Bangunlah segera untuk melakukan shalat apabila mendengar Adzan walau bagaimana pun keadaannya. 2. Baca, telaah, dan dengarkanlah Al-Qur'an atau dzikirlah kepada Allah dan jangan engkau senang menghambur-hamburkan waktumu dalam masalah yang tidak ada manfaatnya. 3. Bersungguh-sungguhlah untuk bisa dan berbicara dalam bahasa Arab dengan fasih. 4. Jangan memperbanyak perdebatan dalam berbagai bidang pembicaraan sebab hal ini semata-mata tidak akan mendatangkan kebaikan. 5. Jangan banyak tertawa sebab hati yang selalu berkomunikasi dengan Allah (dzikir) adalah tenang dan tentram. 6. Jangan bergurau, karena ummat yang berjihad tidak berbuat kecuali dengan bersungguh-sungguh terus menerus. 7. Jangan mengeraskan suara diatas suara yang diperlukan pendengar, karena hal ini akan mengganggu dan menyakiti. 8. Jauhilah dari membicarakan kejelekan orang lain atau melukainya dalam bentuk apapun dan janganlah berbicara kecuali yang baik. 9. Berta'aruflah dengan saudaramu yang kalian temui walaupun dia tidak meminta, sebab prinsip dakwah kita adalah cinta dan ta'awun (kerja sama) 10. Pekerjaan Rumah kita sebenarnya lebih bertumpuk dari pada waktu yang tersedia, maka tolonglah selainmu untuk memanfaatkan waktunya dan apabila kalian mempunyai sesuatu keperluan maka sederhanakanlah dan percepatlah untuk diselesaikan. Menikah, Sulit? oleh Hifizah Nur ------------ ---Dalam suatu sesi diskusi di kelas bahasa Jepang, sensei memberi kami tema tentang "Bila pernikahan tidak disetujui ortu, apakah anda akan tetap
menikah?” Topik ini lumayan mendapatkan perhatian dari teman-teman sekelas yang selalu bosan mengikuti kelas percakapan di siang yang melelahkan. Tema ini sangat cocok untuk anak muda. Apa lagi di antara teman-teman sekelas yang bertiga belas orang orang itu, hanya saya sendiri yang sudah menikah, alias lebih senior dari yang lain. Awalnya diskusi berjalan biasa, setiap orang mengungkapkan pendapatnya. Ada yang memilih tetap melakukan pernikahan, ada juga yang mengungkapkan dengan pasti bahwa ortunya tidak akan menentang pernikahannya. Saya sendiri yang menikah dengan smooth meskipun tanpa proses pacaran mengungkapkan orang tua saya ok-ok saja ketika saya menikah, lancar seperti jalan tol. Selanjutnya diskusi semakin menjauh dari tema inti. Teman-teman yang kebanyakan masih berusia di awal 20-an mengungkapkan bahwa mereka suatu saat ingin menikah, tapi sekarang masih ingin memuaskan keinginan-keinginan pribadi. Seperti bekerja, mengumpulkan banyak uang dan pergi ketempat-tempat terkenal di dunia. Karena itulah mungkin, usia pernikahan semakin lama semakin menua. Di Jepang saja rata-rata usia pernikahan kira-kira 29 tahun untuk perempuan dan 35 tahun untuk laki-laki. "Kalau menikah, pasti akan sulit melakukan hal-hal yang menyenangkan" kata seorang teman. Teman laki-laki yang berasal dari Norwegia langsung menukas, "kenapa? saya tidak keberatan kalau isteri saya kelak punya keinginan untuk bersenang-senang sendiri". Teman perempuan saya yang lain mencibir,"saya tidak percaya kalau ada laki-laki yang mau memberi kebebasan kepada isterinya seperti itu" Wah diskusi mulai memanas nih...dua pola pikir yang berbeda, dari barat dan dari timur. Yang satu menganut kebebasan, satu lagi sangat paham tentang ketatnya aturan-aturan rumah tangga, yang biasa ada di dunia timur. "Bagi saya, pernikahan itu sesuatu yang mengikat, tidak bisa bebas lagi menikmati hidup, makanya saya tidak ingin menikah" Ujar teman dari Canada, yang berdarah Taiwan. Selanjutnya teman laki-laki dari eropa tadi berkata, "karena itu sebelum menikah kita harus saling mengenal dulu yang lama, bahkan kalau bisa tinggal bersama" ujarnya. Wah sudah mulai melenceng nih, seru saya dalam hati. "Mungkin pola
pikir kita berbeda. Saya sendiri, tanpa melewati proses hidup bersama sebelum menikah pun, sampai saat ini pernikahan saya lancar-lancar saja. Tidak ada masalah-masalah besar," Tukas saya cepat. Teman dari Canada berbalik ke arah sensei , dan bertanya, "Sensei, apakah sensei setelah menikah tidak mendapat masalah dengan suami sensei?" "Tentu saja ada,” Jawab sensei sambil tersenyum. Mungkin maklum juga dengan keingintahuan muridnya yang masih sangat muda-muda itu. “Suami saya orang yang sangat memelihara kebersihan, dan sangat sangat kibishii (ketat) dalam hal ini. Di awal-awal setelah menikah, meskipun saya sudah membersihkan rumah, tetapi suami saya selalu mengeceknya lagi dan mengkritik hasil kerja saya yang bagi dia kurang bersih.” Sensei berhenti sejenak, memperhatikan reaksi murid-murid di depannya. “Tetapi setelah berjalan setahun, masing-masing pihak sudah bisa saling beradaptasi" Ujar sensei. Karena sensei tahu, hanya saya yang sudah menikah di kelas itu, sensei bertanya pada saya."Kalau kamu sendiri, sesudah menikah, bagaimana rasanya? apakah menjadi lebih baik atau menjadi lebih buruk?" tanya sensei. "Saya rasa saya menjadi lebih baik dari sebelumnya" Ujar saya. "Misalnya, sebelum menikah, saya orang yang keras kepala, kurang peduli dengan orang lain. Tapi setelah menikah, saya bisa jadi lebih memahami orang lain. Dan sekarang lebih mempertimbangangkan keluarga saya dalam mengambil keputusan-keputusan " tambah saya. Perbincangan bergulir ke arah perceraian setelah menikah. Ternyata di negara teman laki-laki yang berasal dari Norwegia itu, tingkat perceraian sangat tinggi, mencapai 50% .”berarti tidak ada hubungan antara mengenal luar dalam lebih dulu sebelum menikah, dengan kelanggengan pernikahan ya....” Batin saya. Lalu di Jepang pun angka perceraian meningkat pesat belakangan ini. Begitu juga di Korea, sampai-sampai pemerintah Korea membuat kebijakan untuk membawa kasus perceraian ke pengadilan, untuk mempersulit proses perceraian. Di Jepang bila pasangan suami isteri ingin bercerai sangat mudah. Mereka tinggal mengisi kolom perceraian yang diambil di shiyakusho (kantor pemerintah) lalu bercerai begitu saja. Tentu saja mereka harus membagi harta menjadi dua bagian sesuai kesepakatan mereka. Akhirnya saya bilang" Sensei, menurut saya, yang sangat penting dalam suatu pernikahan adalah, masing-masing pihak harus menyadari kalau mereka sedang mengambil tanggung jawab yang berat. kalau itu
disadari oleh setiap pasangan, saya yakin pernikahan itu akan baik-baik saja." Sensei mengangguk setuju dengan pendapat saya. Saya tidak tahu dengan teman-teman yang lain. Mungkin mereka masih harus menyerap, melihat dan belajar lebih banyak tentang dunia pernikahan. Dalam islam sendiri, para pemuda disarankan untuk segera menikah agar bisa tetap manjaga kesucian diri. Pernikahan adalah perjanjian yang berat yang akan dipertanggungjawabk an di akhirat kelak. Bukan suatu hal yang main-main. Bagi saya pernikahan adalah suatu proses dan juga sarana yang bisa menjadikan saya lebih baik dari waktu ke waktu. Pernikahan juga membuat saya bisa menjalani hidup ini dengan tenang, karena memiliki tempat berbagi, tempat mencurahkan kasih sayang, dan tempat memperkaya batin saya dengan pelajaran memaafkan. Ya, memaafkan. Bagi diri saya sendiri yang masih sangat tidak sempurna menjadi ibu dan isteri yang baik di keluarga saya. Bagi anak-anak saya yang masih harus mengenal a ba ta tsa kehidupan. Dan bagi suami saya yang masih belajar menjadi pemimpin dalam menjalankan bahtera rumah tangga ini, agar semua penumpang selamat sampai ke tujuan. Meraih keabadian syurga di akhirat kelak. Allahumma amiin. ------------ --sumber: eramuslim. com Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu [ Al Baqarah : 45 ] On Mon, 2/23/09, oktoviktor limbong
wrote:
UL
erhasil diselamatkan… .tapi hal mengerikan terjadi …kekasihnya mengidap penyakit AIDS karena tranfusi darah ….. sebuah dilemma buat istri ??? (kasus sekarang saja byk pasutri cerai gara2 hal ini) , tapi pasangan ini menjalaninya dengan bahagia tanpa ada keributan , Fran ( Ia memilih tidak menikah lagi ) … adang cinta sejati tidak memerlukan seks …remember that … !
a “Amnesia bahkan Gila “ …..sehingga Ia harus meluangkan waktunya untuk istrinya ..Istrinya yg dulu selalu ceria …baik , mengerti , seka
bereskan rumah ..tanpa berkata apapun …sebenarnya hari ini benar2 hari yg sangat tidak menyenangkan ..bagaimana tidak ..di kantor dia d e hanya diam …di dlm hatinya dia merasa sedih ..tapi ia percaya istrinya akan sembuh … , Saat merapikan rumahnya Matanya tertuju pada 2an istrinya yang sudah menyobek arsip kantornya … Istrinya hanya menatapnya …diam ..tak berkata apapun …Dave memandang mata melakukan hal bodoh ini “ ..Dave memandang istrinya ..lalu memeluknya lihat dave tersenyum padanya … ..sepanjang mlm Dave menyesali perbuatannya …istrinya sedang sakit ..dia tidak tau siapa dirinya dia tid piring ia mendengar suara istrinya
n ..aku mencintaimu. .sangat mencintaimu ….”
ak ada jawaban…Dave melihat istrinya ..Istrinya terpejam bibirnya tersenyum , wajahnya tenang .... Ia telah pergi . Dave menagis … “ saya
mau..takkan pernah menikah lagi ….
man karibnya di masa sekolah …namun ia tidak pernah mengungkapkannya …Ia hanya selalu menyimpan di dlm hati berharap temannya atinya sesak …tapi ia tersenyum “ aku harap kau bahagia “ ….sepanjang hari Yo Yi mei bersedih …ia menjadi tidak ada semangat hidup … ei …ia berharap Yi Mei akan datang …sahabatnya melihat Yi Mei yang menjadi sangat kurus dan tidak ceria bertanya “ apa yg terjadi deng but …” Ia mengomentari rencana undangan sahabatnya .. sahabatnya tersenyum “ oh ya …ummm aku kan menggantinya … , terimakasih
akhir … , kecil harapan Yi Mei untuk hidup …semua organnya yg berfungsi hanya pendengaran , dan otaknya …yg lain bisa dikatakan “ma enting dlm pernikahannya …, keluaga Yi Mei sendiri setuju memberikan “suntik Mati “ untuk Yi Mei ..krn tak tahan melihat penderitaan Yi Me a sudah ikhlas … hanya sahabat Yi Mei yg mohon diberi kesempatan … berbicara yg terakhir …… sahabatnya menatap Yi Mei yg dulu sela tu , dan apa kau ingat waktu disekolah waktu kita dihukum bersama gara2 kita datang terlambat ….kita langganan kena hukum ya ?apa ka nah melupakan hal itu … , Mei .. aku ingin kau sembuh … aku ingin kau bisa tersenyum seperti dulu …aku sangat suka lesung pipitmu yg m ik mati , rasanya aku ingin membawamu kabur dari rumah sakit ini … aku ingin kau hidup ……, kau tau kenapa ??? krn aku sangat mencin … bangunlah …. !! sahabatnya menangis …… ia menggengam kuat tangan Yi Mei …aku ..selalu berdoa Mei ..aku harap Tuhan berikan kea
pergi …. Aku sangat mencintaimu … aku menikah hanya ingin membuat dirimu tidak lagi dibayang-bayangi diriku sehingga ..kau bisa menc ahabat ..., sahabat Yi mei mengecup pelan dahi Yi Mei ….ia berbisik ..” aku sayang kamu , aku mencintaimu ..” suaranya terdengar parau k mukan tanda2 kehidupan dalam diri Yi Mei …jari tangan Yi Mei bisa bergerak , jantungnya , paru2nya , organ tubuhnya bekerja …..sungguh
enagis bahagia ….. , dokter sangat kagum akan keajaiban yg terjadi …. ,
ndengar kata-kata itu …aku berpikir aku harus berjuang ..untuk hidup “
liki 1 orang anak laki – laki yg telah berusia 14 tahun ….kisah ini sempat gempar di Beijing
Dear Nova, Kirimkan saja scanned documents dan tidak perlu mengirim via regular mail. pihak wageningen university akan mengonfirmasi pendaftaran online yang nova lakukan dan nova akan mendapat 'personal file number' untuk mengecek proses aplikasi nova via STARS (Student Tracking Admission Registration System). Good luck [email protected] Fellowships for postgraduate courses are available from different sources. Below you can find information on the procedure for a NFP Fellowship application for our courses. As the number of NFP fellowships is limited we advise you to look for sponsorship elsewhere as well. You can take a look at a funding database which will help you to select possible donors for your specific situation. General information on some of these donors can be found on the Website of Wageningen University. Wageningen International has no funds for financing participants and regrets it is unable to assist applicants in obtaining sponsorship. At the internet a lot of information is available on funding possibilities for education and research. However it is often rather difficult and time consuming to find the right information that fits with one's specific situation or interest. Wageningen UR developed a database, providing information about the most important funding sources for study and research at Wageningen UR. It contains information on fellowship programmes, donor organisations, specialised agencies, relevant web portals and links. NFP fellowship Fellowships are available from the Netherlands Fellowship Programme (NFP) for nationals of a limited number of countries. Candidates who wish to apply for such a fellowship should begin the application procedure as soon as possible. Candidates who wish to apply for a NFP fellowship should: 1. First apply to Wageningen International for admission to the course as soon as possible. 2. Acceptable candidates will receive a letter from Wageningen International indicating that they have been PROVISIONALLY accepted. 3. Candidates then apply for a NFP fellowship through the Netherlands Embassy or Consulate in their own country. 4. Application deadlines are listed per course in the overview of the annual training programme. For further information on NFP fellowships see: •
www.nuffic.nl; the Netherlands organization for international cooperation in higher education .
For other possible fellowships, see: "Study Abroad 2000+"; the UNESCO publication for possible scholarships. UNESCO also lists some advice to find scholarships: Looking for a scholarship to study abroad
•
Looking for a scholarship to study abroad Financial assistance is available from local, national and international bodies. Students wishing to obtain financial assistance to study in a foreign country should begin this hunt at the Ministry of Education of their country for national aid schemes; or at the nearest diplomatic mission of the country in which they wish to study. Institutions of higher education and public and private organizations also offer several types of financial assistance to students, ranging from full scholarships to tuition reduction, to student loans, based on varying criteria. As can be imagined, the competition for scholarships and grants is extremely strong and there are usually strict academic requirements. Some institutions offer financial assistance to qualifiying students who are accepted to the institution; or to students already enrolled who show good academic results after a first year at the institution and this is also worthwhile looking into when applying to an institution of higher education. Some suggestions for identifying sources:
• • • • •
Contact the prospective institution and check to see if there are scholarship funds available from the institution or other sources. Surf the Internet and check for scholarship sources. Use key words like ‘donors’, ‘scholarship funds’, ‘bursaries’ and ‘grants’. Talk to other scholarship holders and ask them for contact details of sources. Contact companies that are most likely to employ you on completion of your studies. Contact the embassy of the country in which you wish to study and ask for potential sources.
Some suggestions when applying:
• •
Make sure you meet the eligibility requirements.
• • •
Make use of reputable references or ask for character references from reliable sources.
Complete the application form accurately with appropriate supporting sources that will strengthen your application. Make sure your application is legible and understandable. Get advice from other successful scholarship holders. Seek Advice: It is important to remember that there is tough competition for any sort of financial aid and often the candidate chosen is one who has an excellent academic profile. So, actually it is in secondary school that one has to prepare oneself for financial aid for higher education. See your school adviser or counsellor, or international relations head of the university you would like to attend.
Private Scholarship or Financial Aid Search Organizations: There are many organizations offering their services for a fee to search for financial aid. However, some only provide a list of sites where one can search; these lists are also available on the Internet at less cost. However, some organizations are actually fraudulous entreprises that prey on naive students and their families, so be wary of any enterprise that ‘guarantees’ a scholarship or that requests a bank account number.