Bagaimana Memahami Makna Ihsan?
K
ata ihsân atau hasan di dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan dengan kata “baik”. Di dalam bahasa Arab ada banyak kata yang sering kali bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia maka akan diartikan dengan arti yang sama. Padahal di dalam bahasa aslinya sejatinya masingmasing kata itu memiliki makna sendiri yang spesifik sehingga berbeda dengan makna kata yang lain yang sama arti ketika diterjemahkan.
Di antara kata yang demikian itu adalah kata khair, ma’rûf, hasan atau ihsân, shâlih dan birr. Umumnya kata-kata itu diterjemahkan dan dipahami dalam bahasa Indonesia dalam arti “baik”. Padahal masing-masing di dalam bahasa Arabnya memiliki spesifikasi makna yang berbeda. “Baik”-nya kata khair tidak sama dengan “baik”-nya kata ma’rûf, juga tidak sama dengan “baik”-nya ihsân dan sebagainya. Banyak para ulama yang mengungkapkan makna “baik” yang terkandung di dalam kata ihsân dengan mengambil kalimat dari Nabi Isa ‘alaihis salâm yang menyatakan: مكافأة ذلك إليك أحسن من إلى تحسن أن اإلحسان ليس، إنما إليك أساء من إلى تحسن أن اإلحسان Artinya: “Ihsan bukanlah engkau berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepadamu, itu namanya berbalasan. Hanya dikatakan ihsan bila engkau berbuat baik kepada orang yang berbuat jelek kepadamu.” (Syekh Nawawi Banten, Tafsîr Marâh Labîd, Beirut: Darul Fikr, juz I, hal.) Ungkapan tentang ihsan sebagaimana disebut di atas dapat difahami dengan penggambaran sebagai berikut:
Ketika jiran Anda memberikan semangkuk opor ayam lalu keesokan harinya Anda membalas dengan juga memberinya semangkuk opor ayam, maka apa yang Anda lakukan itu adalah perbuatan baik namun tidak pada makna ihsan. Kebaikan yang Anda lakukan itu hanyalah kebaikan sepadan untuk membalas kebaikan yang Anda terima. Namun bila Anda membalas pemberian itu dengan opor seekor ayam maka itulah yang disebut kebaikan dalam makna ihsan.
Contoh yang lain, ketika seorang kawan sedang sakit Anda dengan senang hati menziarahinya dengan membawa buah tangan yang disenangi kawan itu. Namun ketika Anda sakit kawan tidak ziarah Anda sedang ia tahu keadaan Anda. Ketika kemudian kawan sakit lagi Anda tetap menziarahinya dengan membawa buah tangan kegemarannya. Dan satu saat Anda kembali sakit kawan tak juga menziarahi Anda sedang ia tahu Anda sedang sakit. Ketika untuk yang ketiga kalinya kawan Anda sakit lagi dan Anda mengetahui itu, akankah Anda tetap dengan senang hati menziarahinya dengan membawa buah tangan kesukaannya?
karena semestinya ia mampu untuk membalas kejahatan yang ia terima, namun ia lebih memilih meredam kemarahannya sehingga orang yang berbuat buruk kepadanya tak menerima keburukannya dalam bentuk amarah. Mereka yang memaafkan orang yang berbuat salah disebut berlaku ihsan karena pemaafannya telah menghindar orang yang bersalah dari tuntutan di hari kiamat kelak.
Kepada orang-orang yang demikian, kepada orang-orang yang berlaku ihsan dengan melakukan kebaikan lebih dari yang semestinya, Allah dengan tegas menyatakan rasa cintanya. Wallâhu yuhibbul muhsinîn. Wallâhu a’lam. (Yazid Muttaqin)
Rujukan NU Online Terjemah : Muhammad Disediakan :
Bila Anda tak lagi menziarahinya karana kebaikan Anda selama ini tak pernah dibalas, maka kebaikan menziarah yang selama ini Anda lakukan kepada kawan itu bukanlah kebaikan dalam makna ihsan. Namun bila Anda tetap berkenan menziarahinya sebagaimana sebelumnya, maka Anda telah melakukan sebuah kebaikan dalam makna ihsan.
Di dalam A-Qur’an surat Ali Imran ayat 134 ada tiga golongan orang yang disebut Allah sebagai orang yang berbuat ihsan (muhsin). 1. Pertama, orang-orang yang selalu berinfak baik dalam keadaan senang maupun susah, ketika kaya atau miskin, dan baik diberikan kepada orang yang ia sukai maupun yang tak ia sukai.
2. Kedua, orang yang mampu menahan amarahnya meskipun ia memiliki kesempatan dan kemampuan untuk melepaskannya kepada orang yang membuatnya emosi.
3. Ketiga, orang yang mudah memaafkan kesalahan orang lain, menghapus kesalahannya sehingga tak lagi dibicarakan dengan siapapun, serta tanpa menyimpan dendam kepada yang berbuat salah itu.
Ketiga-tiga golongan tersebut disebut Allah sebagai orang-orang yang berlaku ihsan. Mereka yang suka berinfak disebut berlaku ihsan karena memberi manfaat bagi orang lain, meski dirinya sendiri sedang memerlukan, atau bahkan diberi kepada orang yang tak ia sukai. Mereka yang menahan amarahnya disebut berlaku ihsan
Disahkan : Terbitan