Bagaimana Kita Mengakhiri Ramadhan ? Ramadhan akan segera berlalu. Kurang lebih tujuh hari lagi hilal
Pertama : Berusaha tetap istiqomah dan bersungguhsungguh dalam ibadah.
syawal akan muncul dan mengakhiri bulan mulia itu. Seperti biasa,
Rasulullah SAW senantiasa meningkatkan ibadahnya di akhir
kaum muslimin menyikapi akhir Ramadhan dengan ragam kegiatan
Ramadhan. Beliau juga menjalankan sunnah I’tikaf – berdiam diri di
yang berbeda-beda. Sebagian menjalankan sunnah I’tikaf untuk
masjid untuk beribadah – selama sepuluh hari yang terakhir. Dari
mengais keberkahan yang tersisa di bulan ini, khususnya kemuliaan
Aisyah ra, ia berkata : adalah Nabi SAW ketika masuk sepuluh hari
malam lailatul qadar. Sebagian lainnya mulai menyibukkan diri untuk
yang terakhir (Romadhon), menghidupkan malam, membangunkan
menyambut lebaran yang tengah dinanti. Berbagai adat tradisi yang
istrinya, dan mengikat sarungnya (HR Bukhori dan Muslim). Ini
mengitari seputar idul fitri pun mulai bermunculan di sana-sini.
adalah sebuah isyarat khusus dari Rasulullah SAW bagi kita tentang bagaimana seharusnya mengakhiri ramadhan. Jauh dengan yang
Setiap muslim di ujung ramadhan mendapati dirinya pada dua dilema
sebagian besar dilakukan oleh kaum muslimin di hari-hari ini, yaitu
yang selalu berulang setiap tahunnya. Kita pasti bersedih karena akan
meninggalkan tarawih dan tilawah untuk ikut berjubel di pusat
kehilangan momentum pahala dan keberkahan yang berlipat-lipat di
perbelanjaan dan toko-toko pakaian. Ramadhan belumlah usai, tetapi
bulan ramadhan, namun pada saat yang sama kita juga harus
banyak yang mengakhiri ramadhan sebelum waktunya.
bergembira dengan datangnya hari raya Idul Fitri. Dari Aisyah ra, Rasulullah SAW bersabda tentang kebahagiaan di hari raya :
Di akhir Ramadhan ini, hendaknya seorang muslim sejenak melakukan
“ Sesungguhnya setiap kaum itu mempunyai hari raya, dan sungguh
perenungan diri. Bermuhasabah agar hati ini tidak merasa sombong
inilah hari kegembiraan bagi kita “ (HR Bukhori).
dengan banyak ibadah yang telah dilakukan, tapi justru terus mawas diri dan berharap agar puasa dan amal ibadah lainnya selama
Setidaknya ada tiga hal yang bisa dilakukan seorang muslim di akhir
Ramadhan ini benar-benar diterima di sisi Allah SWT. Hendaklah kita
ramadhan, agar bisa tetap optimal dalam menutup ramadhan, sekaligus
merenungi sabda Rasulullah SAW : " Betapa banyak orang yang
mempersiapkan kebahagiaan yang syar’I di hari raya nanti ;
berpuasa, tapi tidak mendapatkan dari puasanya kecuali hanya rasa lapar. Dan betapa banyak orang yang sholat malam, tapi tidak mendapatkan dari sholatnya kecuali hanya begadang " (HR Ibnu Majah & al-Hakim)
Kedua : Mengeluarkan zakat fitrah dengan ikhlas dan tepat waktu
Ketiga : Meningkatkan Syiar Idul Fitri, dan bukan sekedar menjaga tradisi.
Dari Ibnu Abbas ra : Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah sebagai
Hari raya Idul Fitri adalah salah satu syiar dalam agama Islam.
penyucian bagi orang yang berpuasa dari kesia-sian dan perbuatan
Karenanya, sudah sepatutnya seorang muslim menyambutnya dengan
keji, dan juga sebagai makanan bagi kaum miskin. Barang siapa yang
kegembiraan dan mengagungkannya. Allah SWT berfirman dalam Al-
menunaikannya sebelum sholat (ied) maka itu adalah zakat yang
Qur’an : “ dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar (agama) Allah,
dikabulkan, dan barang siapa yang menunaikannya setelah sholat
Maka Sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati “ (QS Al-Haj 32)
(ied) maka dia termasuk sedekah biasa.(HR Ibnu Dawud & Ibnu Majah) Rasulullah SAW dalam haditsnya banyak menunjukkan esensi hari Mengeluarkan zakat fitrah di akhir ramadhan hendaklah ditunaikan
raya Idul Fitri sebagai sebuah syiar yang harus disemarakkan. Salah
dengan ihsan. Mereka yang membayar zakat benar-benar harus
satu wanita shahabat, Athiyyah ra berkata : Kami diperintahkan supaya
memahami hikmah yang terkandung dari kewajiban zakat fitrah.
keluar pada hari raya, sehingga kami mengeluarkan gadis-gadis
Jangan sampai ada yang merasa ini hanyalah sebuah kebiasaan atau
perawan dari pingitannya dan mengeluarkan wanita-wanita haid.
tradisi yang selalu berulang menjelang hari raya. Hendaknya kita
Mereka berada di belakang orang banyak, ikut bertakbir dan berdoa
merasakan dengan hati mendalam bahwa inilah kesempatan emas bagi
bersama yang lainnya karena mengharap berkah dan kesucian hari
kita untuk menebus kelalaian-kelalaian kita saat berpuasa di hari-hari
tersebut (HR Bukhori & Muslim ). Riwayat di atas menunjukkan
sebelumnya, sekaligus sarana berbagi kebahagiaan di hari raya Idul
dengan jelas bagaimana gambaran syiar Idul Fitri yang harus
Fitri. Dengan pemahaman yang baik tentang zakat fitrah, maka insya
disemarakkan dengan optimal, diikuti dan dirayakan oleh segenap
Allah kita akan menjalankan benar-benar dengan keikhlasan, dan juga
kaum muslimin.
tepat pada waktunya sesuai yang disyariatkan Islam. Indonesia kaya akan tradisi menyambut lebaran. Dari mulai tradisi mudik, pakaian baru, hingga aneka hidangan di hari raya akan sangat menyibukkan waktu kita menjelang hari raya.Tentu saja semua itu akan tetap berharga dalam pandangan Islam, jika kita meniatkannya
untuk meningkatkan syiar hari raya, bukan sekedar menjaga tradisi apalagi sarana bermewah-mewahan dan unjuk diri. Adalah penting sekali untuk meluruskan niat di saat-saat seperti ini. Akan sangat berbeda antara mereka yang mudik sekedar menjaga tradisi, dengan mereka yang memahami dan menghayati silaturahmi sebagai salah satu amalan terbaik dalam agama ini. Berbeda pula mereka yang membeli pakaian baru agar dipuji-puji, dengan mereka yang meniatkan mengikuti anjuran Rasulullah SAW untuk memakai yang terbaik di hari fitri. Sesungguhnya setiap amal bergantung pada niatnya. Hari-hari ini kita akan banyak diuji masalah niat dan keikhlasan. Akhirnya, semoga Allah SWT memberikan kekuatan pada kita untuk mampu menutup Ramadhan tahun ini dengan ihsan, serta menyambut dan mengisi Idul Fitri dengan kegembiran yang bernilai di sisi Allah SWT. Sebuah kegembiraan yang dijanjikan oleh Rasulullah SAW : " Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, kegembiraan ketika berbuka ( buka puasa dan saat Idul Fitri) dan kegembiraan saat bertemu Tuhan mereka " ( HR Bukhori &; Muslim). Wallahu a’lam bisshowab.