Bab_iv[1].docx

  • Uploaded by: Arta
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab_iv[1].docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,819
  • Pages: 25
BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1 Umum Bagian-bagian struktur utama dari konstruksi jembatan adalah struktur pondasi, struktur abutment, struktur pilar, struktur lantai jembatan, struktur kabel, dan struktur oprit. Bagian metoda konstruksi terpenting dalam konstruksi jembatan adalah proses erection lantai jembatan, dimana banyak metoda dimungkinkan untuk melakukan erection tersebut. Pekerjaan penggantian jembatan plat 5 ini terdiri dari seluruh pekerjaan struktur atas jembatan. Termasuk diantaranya yaitu suplai rangka baja untuk gelagar, perakitan, pemasangan, hingga finishing. Struktur bawah jembatan tidak dibahas secara mendalam dalam laporan ini dikarenakan pada saat memulai Kuliah Kerja Praktik pekerjaan telah mencapai pada struktur atas jembatan, selain itu kontrak kerja dalam pekerjaan ini hanya meliputi penggantian jembatan plat 5. Dalam penentuan beban analisa yang digunakan menggunakan ketentuan dan koefisien sebagai berikut : 1.

100% Beban Maksimum (BM 100) sesuai BMS7-C2 Bridge Design Code Bagian 2 : Beban Jembatan 14 Mei 1992

2.

Koefisien Gempa (koefisien geser dasar), C=0.2 dan Faktor Kepentingan, f=1.0 Dalam perencanaan struktur menggunakan AASHTO 1996 Edisi 16 -

Standard Specifications for Highway Bridges (Load Factor Design/LFD Method). Dirancang dengan penopang sementara setidaknya pada 1/3L dan 2/3L selama waktu pengecoran berlangsung. Struktur jembatan ini memiliki bentang 20 m diukur dari masing-masing poros bantalan.

4.2 Material Material yang digunakan pekerjaan penggantian jembatan plat 5 adalah sebagai berikut : 1.

Gelagar utama : SM490YA/YB JIS G 3106 atau ekivalen (Fymin = 360 MPa).

2.

Komponen sekunder (cross bracings, railing post, deck protection angle) : SS400 JIS G 3103 atau setara (Fymin = 245 MPa).

3.

Baut dengan kekuatan tinggi : M20 Grade F10T acc. JIS B1186; M16 Grade 8.8 acc. JIS B1180; Grid 8.8

4.

Lantai beton : minimum fc’=35 Mpa (kuat tekan silinder) atau setara dengan K-350 kg/cm2 (Kuat tekan kubus).

5.

Baja tulangan beton : Ø ≥ 13 mm: Baja Ulir, Fy = 390 MPa (minimum) Ø ≥ 12 mm: Baja Polos, Fy = 240 MPa (minimum). Semua komponen dan baut set digalvanis celup panas sesuai ASTM

A123/A123M-00 untuk melindungi komponen dari korosi.

4.3 Bangunan Bawah Dan Pekerjaan Persiapan 4.3.1 Bangunan bawah Abutmen dan pilar (tiang-tiang) termasuk pondasinya dirancang dan dilaksanakan oleh konsultan dan/atau kontraktor lain sesuai gambar abutmen dan pilar (tiang) perencanaan. Perhatian khusus harus dilakukan pada geometri, ukuran-ukuran dan struktur penopang tertentu sebagai penahan lateral dan longitudinal untuk meneruskan gaya-gaya lateral dan longitudinal selama kondisi layan (servis) dan gempa bumi. Perencanaan dan pelaksanaan (konstruksi) harus kuat menahan gaya-gaya sesuai gambar perencanaan.

Sebagai tambahan dari gaya berat jembatan itu sendiri, harus disertakan juga semua gaya-gaya atau pengaruh pada struktur seperti peninggian dari tanggul pendekat dan beban aliran puing-puing dan gaya-gaya akibat pembangunan (konstruksi).

4.3.2 Konstruksi Back Wall Abutmen Pengecoran back wall abutmen/pilar setelah jembatan terpasang lantai beton sudah dicor dan bantalan jembatan yang permanent telah terpasang untuk memastikan kesesuaian jembatan dan elevasi jalan pendekat dan untuk memenuhi celah kosong (gap) pada expansion joint dan pada bantalan penahan longitudinal. Tulangan untuk back wall bila perlu dilengkungkan pada saat pemasangan jembatan tetapi harus hati-hati agar tidak rusak.

4.3.3 Lokasi Perakitan dan Persiapan Metode pemasangan (perakitan piece by piece dengan crane) membutuhkan lokasi perakitan memanjang tidak kurang dari panjang gelagar (±10 m) di belakang abutmen. Tambahan lagi di lokasi harus tersedia tempat penyimpanan untuk komponen baja dan yang lainnya. Untuk mencegah pergerakan memanjang dari bentang jembatan selama pemasangan, diharuskan mengikat struktur dengan sistem pengangkuran di lokasi perakitan atau abutmen. Beton pijakan untuk perakitan baja berkualitas seperti pada abutmen jembatan. Kekuatan beton tidak kurang dari 25 MPa.

Gambar 4.1 Lokasi penyimpanan material

4.3.4 Pondasi Penopang Sementara Penopang sementara diperlukan selama perakitan jembatan dilakukan dan selama pengecoran beton. Kapasitas untuk menahan beban vertikal dan lateral masing-masing penopang sementara dan pondasinya. Pondasi penopang sementara harus mampu menahan beban tanpa penurunan lebih dari 20 mm atas beban selama pengecoran. Tambahan beban momen lentur pada pondasi penopang sementara dari tekanan angin 0.7 k/m2 dan dari gaya lateral dikalikan dengan jarak antara tepi bawah gelagar baja dan pondasi (bervariasi tergantung lokasi) harus dimasukkan dalam perhitungan dalam perencanaan pondasi untuk penopang sementara.

4.4 Perkakas dan Peralatan Pemasangan Secara teknis yang diperlukan adalah perkakas dan peralatan pemasangan yang kondisinya baik untuk keperluan pemasangan jembatan. Berikut perkakas pemasangan minimal yang tersedia di lokasi selama waktu pemasangan.

Jumlah No.

Peralatan (Buah)

1.

Kotak Perkakas

1

2.

Palu / martil 1 Kg

2

3.

Palu / martil sedag 3 Kg

2

4.

Kunci ring 18 , 19 mm

2

5.

Kunci ring 24 , 27 mm

2

6.

Kunci ring 30 , 32 mm

2

7.

Pipa untuk kunci ring

2

8.

Unting-unting 0.5kp dengan tali 5 m

1

9.

Meteran 5 m

3

10.

Ratchet ¾ inch

2

11.

Penyambung “ratchet”

2

12.

Hexagon socket screw nut 17 mm

2

13.

Nuts ¾ inch, 18 mm

2

14.

Nuts ¾ inch, 24 mm

2

15.

Nuts ¾ inch, 30 mm

2

16.

Spirit - level dengan magnet

2

17.

Sarungan tangan

2

18.

Tali sintetis 20 m, diameter 16 mm

1

19.

Tali rami 3 m

5

20.

Puli

3

21.

Instep set round loops 1 to, 1.5 m

4

22.

Instep set round loops 1 to, 3 m

4

23.

Dongkrak 30 Ton, pompa tangan dan selang

6

Tabel 4.1 Peralatan di lokasi pekerjaan

Perkakas untuk pemasangan harus diperlakukan degan hati-hati disimpan di tempat yang aman dalam container dan dijaga secara baik. Dalam hal ini perkakas dipergunakan sesuai dengan fungsinya. Semua komponen jembatan harus diperlakukan secara baik untuk menghindari kerusakan. Permukaan komponen-komponen yang bersinggungan dengan komponen lainnya atau dengan tanah dilindungi dengan kayu lunak atau pelindung lain untuk menghindari kerusakan permukaan galvanis setiap saat. Baut-baut bekas dipakai dalam penopang sementara selama pemasangan yang dipasok perusahaan pemasangan bisa dipakai lagi bila belum pernah dikencangkan secara penuh dengan kunci momen sesuai spesifikasi. Setiap baut yang terlihat rusak harus disingkirkan. Setiap tambahan perkakas, peralatan perakitan berikut ini diperlukan tetapi tidak terbatas hanya pada perakitan bangunan atas. 1.

Penopang sementara sesuai ketentuan dan pondasinya sesuai ketentuan.

2.

Tumpukan kayu, ganjal kayu.

3.

Balok kayu sebagai penahan komponen dan bagian struktur yang diangkat.

4.

Forklif atau crane untuk memindahkan dan menangani bagian-bagian struktur.

5.

Dongkrak hydrolic Tipe A:6×30 Ton, Tipe B 5×30 Ton, panjang langkah (stroke) 100 - 150 mm, dengan kunci pengaman.

Untuk mengontrol geometri jembatan dan mengontrol lawan lendut yang sesuai dengan yang diperlukan maka dibutuhkan instrument pengukur ketinggian dan kru yang ahli mengoperasikan peralatan tersebut.

4.5 Pelaksanaan Pemasangan

4.5.1 Penopang sementara Penopang sementara diperlukan selama pemasangan dan pengecoran lantai Penopang sementara dan pondasinya harus dirancang terhadap beban vertikal dan tambahan beban dari tekanan angin 0.7 kN/m2 pada struktur sementara tersebut harus diperhitungkan sesuai bentuk dan luasan penopang sementara tersebut. Pada penopang sementara harus tersedia tempat min200 mm ganjal kayu dan dudukan dongkrak untuk menyetel jembatan sesuai lawan lendut yang dibutuhkan sebelum pengecoran. Penopang sementara bisa dilepas bila beton lantai telah mencapai minimal 75% dari 28 hari untuk mencapai kekuatan karakteristik minimum atau setidaknya 4 minggu setelah pengecoran. Tumpukan balok kayu harus dipakai sebagai penopang antara abutmen dan jembatan dan antara penopang sementara dan jembatan selama pemasangan komponen, selama pengecoran lantai dan selama mendongkrak untuk penyetelan lawan lendut dan selama pemasangan bantalan. Tumpukan balok kayu harus stabil, tidak sensitif terhadap deformasi karena beban.

Gambar 4.2 Pasangan penyangga sementara

Tumpukan balok kayu harus ditempatkan di tengah-tengah pelat badan dan gelagar utama diutamakan di tempat plat pengaku badan / vertikal dengan minimal luas dudukan pada baja 300 × 300 mm dan tinggi 300 mm. Tidak diperbolehkan menempatkan tumpukan di bawah siku rangka bracing di abutmen jembatan. Kayu yang digunakan kayu keras dengan kekuatan tidak kurang dari 10 MPa, berpenampang buju sangkar dan rata dan berukuran penuh, dalam hal ini kayu yang digunakan adalah kayu dengan jenis ulin. Tumpukan balok kayu harus dibuat rata antar yang satu dengan yang lainnya untuk memastikan bahwa beban terdistribusi secara rata untuk setiap gelagar.

4.5.2 Baut - Baut 1. Tipe dan Suplai Penyambungan di lapangan adalah sambungan baut. Semua baut M20 yang dipakai untuk menyambung antar gelagar dan di penguat melintang adalah ukuran M20 grade 8.8. Semua baut yang lain adalah M16 grade 8.8 digunakan diagonal cross bracing. Baut M12 grade 8.8 dipakai untuk sambungan bantalan karet untuk jembatan. Setiap penggantian baut termasuk mur dan ring harus dengan standar yang setara da disetujui PT. Buana Masa Metalindo. Masing-masing baut set terdiri dari baut, mur dan 2 ring harus dipasok dari satu pemasok yang sama.

Gambar 4.3 Baut untuk pemasangan cross bracing

Sambungan dengan baut dirancang sebagai sambungan cengkeram gesekan kritis (critical friction grip) sesuai standar AASHTO Edisi 16, 1996 untuk Beban Mati dan 1,67 kali beban Truk dan diperiksa secara geser ultimit dan kapasitas tumpu. Baut yang dipakai untuk struktur permanen (tidak termasuk untuk sandaran tangan dan bantalan) harus dikencankan dengan kunci momen. Baut-baut yang disuplai adalah lengkap dengan baut, mur, dan dua ring, dikemas dalam drum atau peti. Baut-baut disuplai dengan jumlah untuk jembatan dan 3% dari setiap ukuran baut disuplai sebagai cadangan untuk mengatisipasi kehilangan atau kerusakan selama pemasangan. Setiap baut, mur dan ring yang tersisa setelah jembatan selesai, harus dibersihkan dari gemuk dengan MoS2, disortir dikemas dan dikembalikan kepada pengawas dengan mencantumkan rincian kandungan di luar kemasan. Baut, mur dan ring suplai dalam keadaan galvanis. Baut-baut harus disimpan dilokasi dalam tempat terlindung yang kering dan bersih di atas permukaan tanah untuk menghindari kotoran dan kerusakan karena air. Mur harus disuplai dengan bagian ulir terlapisi MoS2. Baut, mur dan ring harus diperiksa sebelum penggunaannya dari kerusakan, kotoran,

kontaminasi da oksidasi yang berlebih pada ulirnya. Baut yang demikian harus diganti dan tidak boleh dipakai. Agar bisa dikencangkan secara benar dimana pelumas sudah dihilangkan atau diperintahkan oleh pengawas, ulir dari mur harus dikuas dengan sedikit pelumas MoS2 sebelum perakitan. Pelumas dan kondisi permukaan ulir mempengaruhi momen puntir untuk mencapai kekencangan baut. Baut yang demikian harus dikalibrasi dengan alat uji Wilhelm-Skidmore untuk mendapatkan momen puntir yang diperlukan untuk mencapai kekuatan kekencangan baut. 2.

Panjang Baut Panjang baut ditunjukkan dalam gambar 4.4 bagian baut dan part list.

Sebagai contoh, baut M20×75 berarti baut dengan ulir metric berdiameter 20 mm dengan panjang 75 mm.

Gambar. 4.4 Bagian baut

Untuk setiap sambungan dalam jembatan, panjang dan diameter baut yang tepat ditunjukkan dalam gambar-gambar. Hanya ukuran yang ditunjukkan dalam gambar-gambar tersebut yang harus dipakai.

Gambar 4.5 Dimensi Baut

3.

Perancangan persiapan sambungan Sambungan baut dirancang sebagai high strength friction grip (HSFG)

untuk beban mati dan sambungan 1.67 kali beban truk sesuai standar AASHTO dan diperiksa terhadap geser ultimit dan kapasitas tumpu ultimit dari Beban Rencana Terfaktor (LFD). Sebelum pemasangan, semua permukaan yang disambung (balok, pelat penyambung, siku dll) harus dibersihkan dengan sikat dari semua kotoran, gemuk, oli atau kandungan lain. Gemuk dan oli harus dihilangkan dan dibersihkan dengan deterjen plus air, tetapi tidak dengan cairan pelarut. Setelah bersih, seluruh permukaan kontak dari komponen-komponen yang bersangkutan harus disikat dengan sikat kawat dengan arah melintang terhadap arah yang timbul dalam komponen-komponen itu.

4.

Perakitan Baut-baut akan dirakit dengan satu (1) ring yang dikeraskan

(hardened) dibawah kepala baut dan satu (1) ring lagi di bawah mur seperti diilustrasikan gambar 1. semua baut yang digunakan sebagai pelat sambungan flens harus disisipkan dari luar flens dengan mur menghadap ke pelat badan.

Gambar 4.6 Detail sambungan girder

Dalam pemasangan, lubang baut dari bagian-bagian yang akan disambung harus benar-benar lurus sebelum baut dimasukkan. Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan pin yang mengerucut dan batang lurus. Memukul dengan palu untuk memasukkan baut harus betul-betul dihindari sebab kerusakan pelindung permukaan dan pada ulir akan terjadi. Bila memang diperlukan tenaga lebih untuk meluruskan dan memasukkan baut, semua baut harus kendor atau dikeluarkan dan semua bagian diperiksa kelurusannya dan penempatannya. Tidak boleh ada pemaksaan dan pemukulan dengan palu yag bisa merusak ulir ketika memasukkan baut-baut yang terakhir. Susunan baut dalam pemasangannya adalah seperti terlihat pada gambar.

Gambar 4.7 Susunan baut

5.

Pengencangan baut Baut-baut harus kencang tangan dengan menggunakan podger atau

kunci yang sesuai tanpa disambung dengan pipa. Pengencangan akhir tidak boleh dilakukan sebelum seluruh sambungan disetujui demi perakitan yang sesuai dengan lawan lendut yang benar. Pengencangan baut harus dilakukan dalam tiga (3) tahap untuk menghindari ketidakseragaman kekencangan pada baut-baut dalam suatu sambungan. Tahap I

:

Baut benar-benar dikencangkan sesuai penjelasan di atas, untuk mendapatkan kontak sepenuhnya dari pelat-pelat pada sambungan itu. Pengencangan harus selalu dimulai dari tengah pelat, dilanjutkan ke dua arah bersamaan agar pelat bisa betul-betul menapak.

Tahap II

:

Pre-tensioning (pengencangan awal) baut-baut dengan maksimum

60% momen

torsi

maksimum

untuk

memperoleh kondisi yang merata sebelum pelaksanaan pengencangan akhir Tahap III

:

Pengencangan akhir baut-baut, dengan momen torsi yang ditentukan sesuai Tabel 5.1. Pengencangan akhir baut-baut terjadi dengan putaran menerus tanpa henti (continuous-uninterrupted rotation) (60-180 derajat) dari kunci

torsi

sampai

momen

maksimum

tercapai.

Tergantung jenis kunci torsi, tercapainya momen torsi maksimum dapat ditandai dengan klik atau meter pengukur atau lampu indicator tergantung model kunci momen. Konsultasikan dengan pemasok/pembuat kunci

torsi tentang hal ini.

Bila perputaran kunci momen tidak menerus (terhenti ketika mendekati torsi akhir), tegangan actual yang timbul pada baut bisa berbeda, sebab baut perlu momen torsi awal yang besar untuk melampaui gaya gesekan yang tinggi antara mur dan ring dan antara mur dan kepala baut, dan kunci momen akan “klik” jauh sebelum baut tersebut mencapai kekencangan yang diharuskan.

4.5.3 Perakitan dan Tahap-Tahap Pemasangan Semua pekerjaan untuk abutmen, pilar dan pondasi penopang sementara harus selesai sebelum memulai perakitan / pemasangan jembatan, kecuali back wall dan beton pendekat harus dibuat setelah bangunan atas terpasang. 1. Penopang sementara Pasang dan rangkai semua penopang sementara pada pondasi yang disiapkan, penopang sementara dan pondasinya harus disediakan dan dirancang sesuai ketentuan. Siapkan dan pasang tumpukan kayu pada abutmen dan pada penopang sementara di bawah tiap perletakan gelagar. Masing-masing tumpukan kayu minimal berukuran 300 mm × 400 mm sesuai ketentuan. Setel ketinggian masing-masing tumpuan sesuai lawan lendut yang ditentukan. Gambar Rencana Marka, menggunakan alat ukur ketinggian. Perlu diperhatikan bahwa perbedaan ketinggian antara tumpuan pada arah lateral (melebar) tidak diperbolehkan.

2. Perakitan dua gelagar Perakitan gelagar dilakukan dengan langkah sebagai berikut.

a.

Pasang dua batang gelagar dalam antara abutmen dan penopang sementara di atas tumpukan kayu yang telah disiapkan satu per satu dan segera pasang ikatan melintang diantaranya. Baut-baut dipasang tidak terlalu kencang, agar geometri dan ketinggian masih bisa diubah.

b.

Cek ke-sikuan dari gelagar yang terpasang dengan mengukur kedua diagonal terluar gelagar dan sesuaikan / atur posisi bila diperlukan.

c.

Pasang dua gelagar dalam sebelahnya yang sebaris diantara penopang-penopang sementara dan sambungkan ke gelagar yang sudah terpasang dengan pelat penjepit sambungan dan baut sesuai gambar penandaan. Pasang ikatan melintang diantara gelagar tersebut. Baut-baut dikencangkan hingga kencang tangan.

d.

Pasang dua gelagar dalam sebelahnya yang sebaris diantara penopang sementara da abutmen seperti item c.

Gambar 4.8 Perakitan girder

e.

Cek ke-sikuan dari dua gelagar yang terpasang dan arahnya terhadap arah jalan dan atur posisinya bila diperlakukan. Atur gelagar pada arah

melebar/ melintang sehingga pelat bantalan yang dilas ke gelagar berada di atas lubang slot yang tersedia di abutmen sehingga dasar bantalan bisa dipasang dan di grouting kemudian. f.

Pasang bantalan lateral pada masing-masing abutmen.

Gambar 4.9 Pemasangan girder setelah dirakit g.

Beri pengaman sementara pada jembatan arah memanjang dengan memasang kabel / tali di antara gelagar dan tulangan beton di abutmen.

3. Perakitan teratur balok gelagar a.

Pasang balok gelagar di sebelah dua gelagar yang sudah terpasang di langkah 2 antara abutmen dan penopang sementara di atas tumpuan kayu yang telah disiapkan segera pasang ikatan melintang diantaranya. Baut-baut belum benar-benar dikencangkan, agar geometric da ketinggian masih bisa diubah.

b.

Pasang balok gelagar sebelahnya yang sebaris diantaranya penopang-penopang sementara dan sambungkan ke gelagar yang sudah terpasang dengan pelat penjepit sambungan dan baut sesuai

gambar penandaan. Pasang ikatan melintang diantara gelagar tersebut. Baut-baut harus benar-benar dikencangkan.

Gambar 4.10 Pemasangan balok gelagar

c.

Pasang balok gelagar sebelahnya yang sebaris antara penopang sementara dan abutmen sesuai item b).

d.

Ulangi langkah a) sampai c) untuk memasang baris-baris gelagar yang tersisa.

4. Pemeriksaan rakitan dan pengencangan baut a.

Periksa apakah semua komponen telah terpasang secara benar sesuai gambar perakitan dan semua baut-baut telah terpasang dengan dua ring dan panjang baut yang benar.

b.

Periksa lagi arah jembatan terhadap arah jalan, ke-sikuan jembatan dengan mengukur diagonal antara bagian terluar balok, posisikan balok pada arah melintang sehingga pelat bantalan yang dilas di bagian bawah balok berada di atas lubang slot di abutmen / pilar, dimana pelat bantalan bagian bawah akan di-grouting kemudian.

c.

Periksa lawan lendut jembatan sesuai gambar dengan instrument pengukur ketinggian. Bila perlu pasang dongkrak pada penopang sementara dari setel ketinggian tumpukan kayu pada penopang sementara.

d.

Periksa posisi senter dari masing-masing pelat bantalan apakah sudah benar-benar berada di atas posisinya.

5. Bekisting beton lantai dan pengecoran lantai Beton lantai pada jembatan komposit girder adalah elemen struktur penting yang sangat berpengaruh pada kapasitas pembebanan jembatan. Oleh sebab itu kualitas beton lantai harus sesuai panduan ini dan dimonitor secara terus menerus oleh petugas Quality Control di lokasi. Kualitas beton dan tulangannya harus sesuai. Pekerja dan yang lainnya yang berhubungan dengan beton harus sesuai dengan Spesifikasi Bina Marga. Beton lantai dicor pada bekisting kayu. Bekisting harus stabil, kaku dan cukup kuat untuk menahan beton cair tanpa mengalami deformasi berlebihan. Pemasangan dan gambar detil dan metodenya harus disediakan oleh Kontraktor Pekerjaan Sipil. Mutu, diameter, panjang dan bentuk tulangan beton harus sesuai. Sertifikat Pabrik (Mill Certificate) dari baja tulangan yang digunakan harus dikumpulkan oleh kontraktor untuk mendapatkan persetujuan. Perhatikan perletakan tulangan (yang diletakkan pertama dan terakhir), diameter, jumlah dan posisi tulangan tersebut terutama ketebalan selimut beton minimal. Posisi tulangan harus cukup kuat sehingga tidak terjadi perpindahan atau deformasi selama waktu pengecoran.

Pipa talang air (disediakan kontraktor) harus diletakkan sesuai gambar. Perhatikan mengenai ketinggian yang benar dari bibir atas pipa pembuangan. Pengadaan deck protection angle dibentuk dengan kemiringan 20% sesuai kemiringan lantai. Penempatannya harus akurat agar tercipta elevasi jalan yang benar dan jarak ekspansi yang sesuai antara ujung jembatan dan abutmen sesuai perencanaan. Oleh sebab itu deck protection angle harus terpasang kuat pada tulangan jembatan dan abutmen, diikat menyatu pada jarak tertentu sesuai perencanaan.

Gambar 4.11 Pembesian lantai jembatan dan deck protection

Kekuatan beton tidak boleh kurang dari yang ditentukan dalam Gambar untuk seluruh beton lantai termasuk jalur pejalan kaki dan parapet. Campuran untuk beton pada setiap pencampuran beton harus dikontrol dan dicatat pada setiap batch, catat juga asal beton(ready mix atau di lokasi). untuk setiap pencampuran beton dilakukan 7 slump test

(slump 75 mm) da 3 sample untuk uji tekan harus dilakukan. Waktu dalam keadaan cuaca pada saat pengecoran juga harus dicatat. Pengecoran dengan kandungan air rendah dan kandungan semen rendah lebih disukai untuk meminimalisir retak rambut melintang karena penyusutan beton. Pengecoran harus dilakukan malam hari atau dimulai pagi-pagi sekali pada saat suhu rendah (dingin). Pengecoran harus dimulai dari tengah bergerak ke ujung jembatan. Pengecoran

dipadatkan

dengan

vibrator

untuk

menghindari

rongga-rongga dalam beton. Perhatian khusus harus dilakukan dalam pemadatan beton pada daerah di bawah deck protection angle untuk menghindari rongga-rongga udara dalam beton. Perawatan (curing) pada beton dengan selimut basah harus dimulai 15 sampai 20 menit setelah pengecoran.

Gambar 4.12 Pekerjaan pengecoran lantai jembatan

Beton lantai dirancang dengan conduit (rongga/celah) pada daerah jalur pejalan kaki untuk lewatnya kabel atau pipa yang ditutup dengan panel beton. Pengecoran kerb dan parapet termasuk template dudukan baut angkur untuk tiang sandaran sesuai perencanaan harus dilakukan setelah beton

lantai mencapai paling sedikit 70% dari kuat karakteristik minimum (kira-kira 2 minggu).

6. Pelepasan penopang sementara Penopang sementara bisa dilepas setelah beton lantai mencapai kuat karakteristik minimum (kuat tekan 28 hari) dan harus mendapat persetujuan Pemberi Kerja (Client). Periksa lawan lendut jembatan dengan alat pengukur ketinggian sebelum penopang sementara dilepas. Penopang sementara harus dilepas dengan mendongkrak di abutmen. Dongkrak harus dipasang di bawah masing-masing gelagar pada satu abutmen mengangkat semua gelagar serentak dengan beda tinggi antar gelagar maksimum 20 mm selama prosedur mendongkrak untuk menghindari retak memanjanhg pada lantai atau kerusakan pada cross bracing. Dongkrak harus ditempatkan pada posisi sesuai gambar perencanaan. Tidak diperbolehkan meletakkan dongkrak di bawah siku cross bracing untuk menghindari kerusakan.

Gambar 4.13 Pasangan scafolding yang akan dilepas setelah umur beton 28 hari

Dongkrak semua gelagar secara serentak pada satu abutmen sampai ganjal

kayu

pada

penopang

sementara

tidak

menumpu

dan

memungkinkan untuk mengambil tumpukan kayu yang dipasang antara penopang sementara dan masing-masing gelagar. Setelah setidaknya 200 mm tumpukan di bawah gelagar dilepaskan, jembatan bisa diturunkan. Jembatan tertumpu pada masing-masing tumpukan kayu di abutmen sebagai bentang tunggal di atas tumpuan sederhana da penopang sementara bisa dibongkar seluruhnya.

7. Pemasangan bantalan Bantalan utama longitudinal harus dipasang setelah penopang sementara dilepas untuk menghindari deformasi dan / atau kerusakan pada bantalan utama dan longitudinal tersebut. Ketinggian jembatan harus disetel pada kedua abutmen mendekati ketinggian jalan dengan menghitung tinggi konstruksi bantalan sehingga ketinggian pendongkrakan saat pemasangan bantalan kurang dari 50 mm. a.

Membersihkan lubang poros dengan udara bertekanan dan / atau air bertekanan lalu korek untuk mendapatkan ruang yang cukup untuk baut angkur di bawah pelat bantalan.

b.

Membersihkan dudukan bantalan dengan skraper, sikat dan semprot dengan air bertekanan. Bersihkan permukaan bagian bawah pelat bantalan.

c.

Menyisipkan pelat bantalan bagian bawah dan bantalan karet pada gelagar dengan kawat, sehingga tidak ada celah antara bantalan karet dan pelat bantalan atas dan bawah.

d.

Dongkrak semua gelagar untuk melepas ganjal kayu pada abutmen dan menyetel ketinggian ganjal kayu di bawah masing-masing gelagar tepat pada ketinggian yang sesuai antara permukaan lantai beton dengan permukaan jalan. Turunkan dongkrak sampai jembatan duduk pada tumpukan kayu dan periksa lagi permukaan atas beton lantai. Bila perlu setel tumpukan kayu lagi. Perbedaan ketinggian antar gelagar selama pendongkrakan harus selalu kurang dari 20 mm.

e.

Siapkan mortar dengan menggunakan produk siap campur seperti SIKA. Bila tidak tersedia, campur satu (1) bagian semen dan tiga (3) bagian pasir bersih dicampur dengan air sampai rata. Tambahkan campuran

pengurang

penyusutan

da

campuran

pemercepat

pengerasan yang disetujui Pengawas (engineer). f.

Isi lubang poros dan ruang di bawah pelat bantalan bawah dengan mortar

sampai

padat.

Gunakan

batang

baja

kecil

untuk

menghilangkan rongga udara. g.

Setelah mortar mencapai kekuatan paling sedikit 10 MPa (lebih dari 2 hari) ambil kawat yang menghubungkan pelat bantalan bawah dengan jembatan dan dongkrak jembatan hanya beberapa milimeter agar bisa mengambil ganjal kayu pada abutmen. Turunkan lagi jembatan. Sekarang jembatan duduk pada bantalan karet.

Gambar 4.15 Bantalan bearing jembatan

h.

Siapkan bekisting untuk backwall sehingga tersisa celah 10 mm antara permukaan luar bantalan karet longitudinal dan bagian belakang backwall setelah pemasangan bantalan. Pasang penahan bantalan longitudinal dengan celah 10 mm antara

bantalan dan backwall.

8. Pekerjaan Finishing Pekerjaan finishing dilakukan setelah jembatan di set (duduk) pada bantalan permanen. Pekerjaan finishing termasuk tidak terbatas pada item berikut : a.

Pemasangan tiang sandaran dan batang-batang (pipa) sandaran sesuai perencanaan.

b.

Pemasangan panel pre-cast di kerb.

c.

Menutup permukaan atas lantai beton dengan lapisan tahan air (waterproof) dan pelapisan permukaan dengan lapisan aspal setebal maksimum 50 mm sesuai spesifikasi Bina Marga.

Melengkapi dengan lapisan tahan air untuk menutupi retak permukaan dalam aspal melidungi lantai beton dari kerusakan dan memperpanjang umur servis lantai beton secara subtansial. Pembuatan transisi elevasi yang mulus antara jembatan dan jalan pendekat di daerah expansion joint tanpa ada perbedaan tinggi dan perbedaan sudut longitudinal yang besar. Perubahan kemiringan antara jembatan dan jalan

pendekat bisa menyebabkan beban kejut yang besar pada jembatan dan mengurangi umur lantai beton secara signifikan.

More Documents from "Arta"

Bab_iv[1].docx
October 2019 17
Bab I.docx
November 2019 13
Proposal Jamur.docx
November 2019 21
Lomba Gambar Teknik.docx
October 2019 18