Bab1.docx

  • Uploaded by: Anggia Kusuma
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 870
  • Pages: 4
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Basic life support dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan untuk mengembalikan dan mempertahankan fungsi vital organ pada korban henti jantung dan henti nafas (Handisman, 2014). Basic life support harus diberikan pada korban-korban yang mengalami henti napas, henti jantung, dan perdarahan. Keterampilan basic life support dapat diajarkan kepada siapa saja. Setiap orang dewasa seharusnya memiliki keterampilan basic life support (Frame, 2010). American Health Association (AHA 2010) mengatakan Basic Life Suport (BLS) adalah tindakan pertolongan pertama yang dilakukan untuk menyelamatkan nyawa seseorang yang mengalami kondisi gawat, termasuk yang mengalami serangan jantung/ henti jantung dan henti nafas. Menurut AHA Guidelines tahun 2015, tindakan BHD ini dapat disingkat

teknik

ABC

pada

prosedur

CPR

(Cardio

Pulmonary

Resuscitation) yaitu A (Airway) Menjaga jalan nafas tetap terbuka, B (Breathing) Ventilasi paru dan oksigenasi yang adekuat, C (Circulation) : Mengadakan sirkulasi buatan dengan kompresi jantung paru. Frekuensi kompresi dada pada orang dewasa yang menjadi korban serangan jantung, penolong perlu melakukan kompresi dada pada kecepatan 100 hingga 120/min. Jumlah kompresi dada yang diberikan per menit saat CPR berlangsung adalah faktor penentu utama kondisi RSOC (Return Of Spontaneous Circulation) dan kelangsungan hidup dengan fungsi neurologis yang baik. ( Menurut AHA 2015 ). Kedalaman kompresi dada sewaktu melakukan CPR secara manual, penolong harus melakukan kompresi dada hingga kedalaman minimum 2 inci (5 cm) untuk dewasa rata-rata, dengan tetap menghindari kedalaman kompresi dada yang berlebihan (lebih dari 2,4 inci [6 cm]). Kompresi yang tepat akan menciptakan aliran darah terutama dengan

menambah tekanan intrathoraks dan secara langsung mengkompresi jantung, yang pada akhirnya menghasilkan aliran darah dan penyaluran oksigen yang penting ke jantung dan otak. ( Menurut AHA 2015) Salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan adalah dengan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah upaya menerjemahkan apa yang telah diketahui tentang kesehatan ke dalam perilaku yang diinginkan dari perorangan ataupun masyarakat melalui proses pendidikan (Grout) dalam (Susilo Rakhmat, 2011) . Henti jantung yang terjadi diluar rumah sakit {out of hospital cardiac arrest (OHCA)}adalah penyebab utama kematian pada orang dewasa di Amerika Serikat. Tepatnya 300.000 kejadian OHCA terjadi setiap tahun-nya di Amerika Serikat, tepatnya 92% dari orang-orang yang mengalami OHCA tidak terselamatkan. OHCA didefinisikan sebagai hilangnya aktivitas mekanikal jantung yang dikonfimasi dengan tidak adanya tanda sirkulasi dan terjadi di luar rumah sakit. (McNally, 2011). Berdasarkan data diatas, dapat kita ketahui bahwa kejadian henti jantung sangat banyak terjadi dan dapat berakibat kepada kematian. Namun hal tersebut dapat kita cegah dengan memberikan bantuan hidup dasar (basic life support) secara cepat dan tepat. Basic life support harus segera dilakukan secara cepat dan tepat sebab dalam waktu 3-5 menit segera setelah henti jantung terjadi, korban akan mengalami kerusakan otak dan bahkan kematian. Basic life support tidak hanya bisa dilakukan oleh kalangan medis namun juga bisa dilakukan oleh kalangan non-medis (masyarakat awam). Diluar negri seperti Negara Amerika Serikat oleh AHA (American Heart Association) telah memberikan pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat mengenai basic life support. Pendidikan dan pelatihan tersebut pun membuahkan hasil dengan meningkatnya angka harapan hidup (survival rate) akibat pertolongan BLS yang dilakukan oleh orang sekitar (bystander). Menurut McNally, setelah 3.400 kasus OHCA yang terjadi setelah kedatangan EMS di eksklusikan, informasi CPR oleh orang sekitar yang

dianalisis adalah sebanyak 28.289 kasus. Harapan hidup pasien secara keseluruhan setelah keluar dari rumah sakit yang kejadian nya tidak disaksikan oleh personil EMS adalah 8.5%. Dari sekian, pasien-pasien yang menerima CPR oleh orang sekitar memiliki angka harapan hidup secara keseluruhan yang signifikan lebih tinggi (11.2%) daripada mereka yang tidak (7.0%) (p<0.001). Dan menurut Newman, angka harapan hidup secara keseluruhan setelah di nilai dan tangani oleh EMS adalah 5,2% dan 10,4%, sedangkan angka harapan hidup secara keseluruhan setelah disaksikan oleh orang sekitar adalah 31,7%. Berdasarkan data yang tercantum diatas, terbukti bahwa angka harapan hidup meningkat pada korban yang ditolong terlebih dahulu oleh masyarakat awam. Di Indonesia juga telah dilakukan program pendidikan dan pelatihan basic life support kepada masyarakat oleh instansi tertentu seperti PMI (Palang Merah Indonesia) bahkan juga dilakukan oleh mahasiswa medis yang tergabung dalam PTBMMKI (Persatuan Tim Bantuan Medis Mahasiswa Kedokteran Indonesia).

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dapat diambil penulis adalah “ Adakah pengaruh pendidikan kesehatan Basic Life Support terhadap frekuensi dan kedalaman kompresi dada pada siswa SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan Basic Life Support terhadap frekuensi dan kedalaman kompresi dada pada siswa SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi perilaku frekuensi dan kedalaman kompresi dada sebelum dan sesudah di berikan pendidikan Basic Life Support pada siswa SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri.

b. Menganalisis pengaruh pendidikan Basic Life Support terhadap frekuensi dan kedalaman kompresi dada pada siswa SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa Merupakan salah satu sebagai informasi dalam Pendidikan Basic Life Support terhadap frekuensi dan kedalaman kompresi dada pada siswa SMK Keperawatan. 2. Bagi Peneliti Memperluas wawasan dan meningkatkan pengetahuan peneliti secara langsung dalam mengetahui pengaruh pendidikan Basic Life Support terhadap frekuensi dan kedalaman kompresi dada pada siswa SMK Keperawatan Bhakti Wiyata Kediri. 3. Bagi Masyarakat Menambah pengetahuan, khususnya memberikan bantuan hidup dasar (basic life support) secara cepat dan tepat. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan Basic Life Support pada Siswa SMK Keperawatan.

More Documents from "Anggia Kusuma"

Kuisioner Tb Paru.docx
November 2019 25
5._bab_i_.docx
November 2019 25
Pengajuan Judul.docx
November 2019 28
Bab1.docx
November 2019 31
Bab1 Anggi 2.docx
November 2019 21