HALAMAN JUDUL
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA RADIODIAGNOSTIK “FILTER SINAR-X” Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Semester IV Fisika Radiodiagnostik Dosen Pengampu : Ibu Rini Indrati, S.Si, M.Kes.
Disusun oleh : KELOMPOK 2/2D 1. Hendhi Prasetyo
(P1337430217001)
2. Saras Mukti Shoumi
(P1337430217002)
3. Evi Rama Dheni
(P1337430217008)
4. Wahyu Herna Kurniawati
(P1337430217011)
5. Andini Kartika Chandra
(P1337430217026)
6. Pramuwardani Nur Amanah
(P1337430217029)
7. Adil Fathun Saifudin
(P1337430217036)
8. Nurul Latifatil Hidayati
(P1337430217072)
9. Veny Kartika Zahro
(P1337430217074)
10. Naufalino Mirza Mulya
(P1337430217081)
PROGRAM STUDI DIV TEKNIK RADIOLOGI JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG TAHUN 2019 i|Page
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Fisika Radiodiagnostik yang berjudul “Filter Sinar-X”. Dalam penyusunan laporan praktikum ini penulis telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Ibu Rini Indrati, S.Si, M.Kes. selaku dosen pengampu Fisika Radiodiagnostik, khsusnya pengampu teori praktikum “Filter Sinar-X” 2. Bapak Muhammad Erfansyah, S.Si. selaku dosen pengampu praktikum “Filter Sinar-X” 3. Keluarga tercinta yang selalu memberi dukungan, semangat dan doa dengan tulus. 4. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang. 5. Semua pihak yang telah turut serta membantu penyusunan laporan praktikum ini sehingga dapat selesai tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa laporan praktikum ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan juga bagi pembaca.
Semarang, 26 Maret 2019
Penyusun (Kelompok 2)
ii | P a g e
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................................... i KATA PENGANTAR ................................................................................................................. ii DAFTAR ISI............................................................................................................................... iii BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................1 A. Latar Belakang ...................................................................................................................1 B. Tujuan Praktikum...............................................................................................................1 C. Tinjauan Pustaka ................................................................................................................1 BAB II PROSEDUR PRAKTIKUM ............................................................................................5 A. Alat dan Bahan ...................................................................................................................5 B. Langkah Praktikum ............................................................................................................5 BAB III HASIL & PEMBAHASAN ............................................................................................8 A. Hasil Percobaan .................................................................................................................8 B. Pembahasan......................................................................................................................17 BAB IVPENUTUP .....................................................................................................................19 A. Kesimpulan ......................................................................................................................19 B. Saran ................................................................................................................................19 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................20 LAMPIRAN ................................................................................................................................21
iii | P a g e
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan radiografi merupakan salah satu pemeriksaan penunjang dari suatu pelayanan kesehatan. Kondisi pesawat sinar-X harus dalam kondisi prima untuk membantu menegakkan diagnosa. Selain dari segi tersebut, radiasi dalam hal ini juga apat menimbulkan dampak negatif, salah satunya adalah adanya dosis yang terkena kepada pasien. Hal ini yang harus dimengerti oleh radiografer maupun mahasiswa radiologi agar dapat mengerti cara yang tepat untuk mengurangi dosis. Salah satu upaya untuk mengurangi dosis adalah dengan menggunakan filter.
B. Tujuan Praktikum 1. Untuk mengetahui fungsi filter dan kecukupan filter pada tabung pesawat sinar-X. 2. Untuk menentukan ketebalan filter yang harus ditambahkan pada tabung sinar-X agar memenuhi syarat untuk eksposi radiografi dengan dosis minimal bagi pasien.
C. Tinjauan Pustaka Penyaringan atau filtrasi atau “Filtration” adalah proses membentuk berkas sinarX untuk meningkatkan ratio antara foton yang digunakan untuk pembentukan image atau gambaran terhadap photons yang meningkatkan dosis pasien atau menurunkan kontras radiograf. Berkas sinar yang digunakan dalam diagnostik terdiri dari spectrum energi yang bervariasi yaitu polychromatik yang berarti energi terbentuk satu dari beberapa tingkat energi. Sebagai radiasi polychromatik yang menembus tubuh pasien, sebagian besar energi photons yang berenergi rendah di absorbsi oleh tubuh pasien pada beberapa cm di permukaan kulit, dan hanya photons berenergi tinggi yang mampu menembus tubuh pasien untuk membentuk gambaran radiograf. Karena dosis pasien dipengaruhi oleh jumlah photons yang diserap, beberapa cm jaringan tubuh menerima radiasi lebih banyak. Jaringan dapat dilindungi dari penyerapan energi rendah berkas sinar sebelum berkas mengenai pasien dengan menggunakan atau meletakkan bahan material diantara pasien dan tubung 1|Page
sinar-X. Filter biasanya berasal dari lempengan logam dan fungsi pokoknya dalam radiodiagnostik ialah untuk menekan dosis pasien. Kualitas sinar-X di definisikandengan sejumlah HVL (Half Value Layer), HVL adalah nilai ketebalan suatu bahan yang dapat menyerap 50 % intensitas berkas sinar-X yang mengenainya. Tiap-tiap jenis bahan memiliki HVL masing-masing.Misalnya HVL untuk diagnostik biasanya dalam rentang 3-5 mm Al atau 3-6 cm untuk jaringan lunak.Atenuasi adalah reduksi kualitas sinar X-ray diukur dengan HVL. HVL adalah ketebalan bahan penyerap untuk mengurangi intensitas x-ray menjadi setengah dari nilai intensitas semula. Sehingg, intensitas radiasi setelah menembus akan berkurang berdasarkan persamaan eksponensial : I1 = I0 e−μx Keterangan : I1
: Intensiatas sinar-X setelah melalui bahan dengan ketebalan tertentu
I0
: Intensitas mula-mula sebelum foton sinar-X melalui bahan
e
: konstanta Euler = 2,71828
µ
: koefisien serapan bahan
x
: ketebalan bahan penyerap Agar I1 = ½ dari I0 maka diperlukan material (x) = 1 HVL sehingga persamaan
menjadi : 1 I = I0 e−μx HVL 2 0 0,693 HVL = µ
Semakin besar nilai HVL, maka akan semakin tinggi kualitas sinar-X yang dihasilkan oleh pesawat sinar-X. Dalam pemeriksaan radiologi, berkas sinar-X diserap pada 3 tingkat yang berbeda. Permulaan pada sumber sinar-X sbagai berikut: 1.
Tabung sinar-X dan tube housing (inherent filter)
2.
Lembar logam yang diletakkan pada jalur berkas sinar-X (filter tambahan)
3.
Pasien Filter tambahan merupakan bahan penyerap yang terletak pada jalur berkas sinar-
X, dari tabung menuju pasien. filter tambahan biasanya berupa lembaran dengan ketebalan tertentu. Bahan filter yang digunakan dalam radiologi diagnostik adalah aluminium dengan nomor atom 13, bahan filter ini paling baik untuk menyerap semua radiasi berenergi 2|Page
rendah.Selain plat aluminium, tembaga juga bisa digunakan untuk filter. Idealnya, bahan filter menyerap semua foton energi rendah dan meneruskan semua foton energi tinggi. Namun pada kenyataannya, tidak ada bahan yang mampu melakukan fungsi tersebut. Pemilihan bahan filter pada prinsipnya ialah pada bahan yang mampu menyerap foton berenergi rendah. Berikut ialah jenis bahan filter untuk variasi tegangan : Tegangan Tabung
Jenis Bahan Filter
30 – 120 kV
Aluminium
100 – 250 kV
Tembaga
200 – 600 kV
Timah
600 – 2 MV
Pb
> 2 MV
-
Tabel presentase penyerapan radiasi oleh filter : Energi
Penyerapan Photon (%)
Photon
1 mm
2 mm
3 mm
4 mm
10
100
100
100
100
20
58
82
92
100
30
24
42
56
93
40
12
23
32
73
50
8
16
22
57
60
6
12
18
48
80
5
10
14
48
100
4
8
12
35
Dewan Nasional Proteksi Radoaso dan Pengukurang (Natoonal Council on Radiation Protection and Measurements) memberikan rekomendasi sebagai pedoman penggunaan total filtrasi pada radiologi diagnostik (inherent dan additional filter), sebagai berikut : Tegangan Tabung
Total Filtrasi
< 50 kVp
0,5 m Al
50 – 70 kVp
1,5 m Al 3|Page
>70 kVp
2,5 m Al
Ketentuan penambahan filter dan besarnya nilai HVL (meredith, 1977) Tegangan Tabung
Additional Fiter
HVL
80 kV
0
3,2 mm Al
2,0 mm Al
5,4 mm Al
0
0,7 mm Cu
15 mm Al
1,4 mm Cu
1,5 mm Cu
1,6 mm Cu
Gabungan Sn-Cu-Al
2,0 mm Cu
0,2 mm Pb
1,2 mm Cu
0
4,4 mm Pb
5 mm Pb
5,0 mm Pb
200 kV
1000 kV
Menurut biro kesehatan, nilai HVL untuk unit radiologi pada berbagai tingkat tegangan tabung seperti tabel berikut : Tegangan
HVL
HVL
Tabung (kVp)
(Unit Radiografi)
( Dental Unit)
30
0,3
1,5
40
0,4
1,5
49
0,5
1,5
50
1,2
1,5
60
1,3
1,5
70
1,5
1,5
71
2,1
2,1
80
2,3
2,3
90
2,5
2,5
100
2,7
2,7
110
3,0
3,0
120
3,2
3,2
130
3,5
3,5
140
3,8
3,8
150
4,1
4,1 4|Page
BAB II PROSEDUR PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan 1.
Aluminium sheet dengan ketebalan 0.22 mm sebanyak 20 buah
2.
Penyangga filter
3.
Detektor (Ram Ion)
4.
Plester
5.
Kaset dan Film ukuran 35 x 35 cm2
6.
Marker radiografi
7.
Phantom wrist joint
8.
Densitometer
9.
Larutan Pengolahan Film (Developer, Air, Fixer)
10. Hanger Film 11. Drying mechine 12. Light Case
B. Langkah Praktikum 1.
Praktikum 1, menggunakan detektor a.
Mencatat pesawat dan tabung sinar-X yang akan digunakan untuk praktikum
b.
Menyusun alat percobaan dengan urutan detector, penyangga, filter dari bawah
c.
Mengatur FFD 100 cm di atas meja pemeriksaan dan CP tepat pada pertengahan chamber detector.
d.
Mengukur HVL dengan mengatur tegangan tabung pada 70 kV.
e.
Mengatur waktu penyinaran selama 0,01 detik dengan mengatur arus tabung 400 mA.
f.
Lakukan eksposi pertama, kemudian catat hasil pengukuran pada detector.
g.
Mengulangui eksposi dengan menambahkan filter Alumunium hingga keteblan filter 4,18 mm Al.
h.
Dibuat grafik yang menghubungkan titik nilai ketebalan Alumunium dengan dosis radisi untuk mendapatkan nilai HVL
5|Page
Tabel Kerja:
No
Tebal Al
Pengukuran Paparan Sinar-X
(mm)
1
0,22
2
0,44
…
…
(mR) I
II
III
Mean
Intensitas (%)
Log
i. Data yang diperoleh, kemudian dimasukkan dalam tabel berikut: No
Tebal filter
Intensitas Paparan Radiasi
(mm)
(mR)
1
0,22
2
0,44
…
…
Log Intensitas
j. Plot data diatas dibuat grafik, dibuat persamaan regresinya dan analisa hasil pengukuran filter
2.
Praktikum 2, menggunakan film radiografi a.
Membuat radiograf wrist joint proyeksi PA tanpa filter tambahan.
b.
Membuat radiograf wrist joint proyeksi PA dengan menambahkan 15 lembar filter Al pada kolimator dengan cara direkatkan dengan plester.
c.
Membuat radiograf wrist joint kembali dengan menambah filter sebanyak 5 lembar sehingga jumlah filter kedua adalah 20.
d.
Memcuci film dengan larutan processing
e.
Menentukan titik-titik penghitungan densitas, kemudian lakukan penghitungan densitas dengan densitometer.
f.
Menganalisa hasil radiograf dan hasil pengukuran densitas dari masing-masing radiograf.
6|Page
3.
Praktikum 3, menggunakan detektor (Ram ion surveymeter) a.
Mencatat spesifikasi tabung sinar-X yang akan digunakan untuk praktikum
b.
Menyusun alat praktikum dengan susunan urutan filter Al, penyangga, dan detektor dari atas ke bawah
c.
Mengatur FFD 100 cm diatas meja pemeriksaan dan CP tepat pada pertengahan chamber detector
d.
Mengukur HVL dengan tegangan tabung 70 kV 4 mAs
e.
Melakukan eksposi pertama, kemudian catat hasil pengukuran dari detektor
f.
Mengulangi eksposi dengan menambahkan filter Al di atas penyangga filter sebanyak 15 dan 20 lembar.
g.
4.
Menyajikan hasil data dalam bentuk grafik
Praktikum 4, penghitungan Entrance Skin Exposure (ESE) dengan menggunakan detektor babyline surveymeter a.
Mengatur jarak antara sumber radiasi dengan permukaan kulit dengan cara: FFD pemeriksaan - Ketebalan objek secara umum (dari phantom) 100 cm
- 2 cm (Wrist proyeksi lateral) = 98 cm
b.
Luas lapangan penyinaran disesuaikan dengan luas lapangan ion chamber.
c.
Faktor eksposi diatur dengan faktor ekposi yang biasa digunakan pada pemeriksaan tersebut (70 kV; 4 mAs)
d.
Paparan radiasi diukur dengan detektor dan dicatat hasilnya.
e.
Entrance Skin Exposure (ESE) dihitung dengan menggunakan hasil pengukuran paparan radiasi diatas dengan rumus sebagai berikut: SDD 2 𝐸𝑆𝐸 = Hasil Bacaan Detector x CF x ADF x [ ] SSD Keterangan : ESE : Entrance Skin Exposure CF
: Correction Factor
ADF : Air Density Factor SDD : Jarak antara sumber radiasi dengan detektor SSD
: Jarak antara sumber radiasi dengan
permukaan kulit f.
Langkah a s/d e diulang dengan setiap kali penambahan ketebalan filter
7|Page
BAB III HASIL & PEMBAHASAN
A. Hasil Percobaan 1. Percobaan 1 a. Data Pesawat Sinar X 1) Merk
: Shimadzu
2) Model
: ED 150 L
3) Tegangan : 0 – 150 kV 4) Arus
: 30 – 500 mA
5) Waktu
: 0.01 – 5 detik
6) Add filter : 1.0 mm Al. b. Tabel Data Pengujian Kecukupan Filter Sinar-X No.
Tebal Al
Pengukuran Paparan Sinar-X
Intensitas
(mm)
(mR)
(%)
I
II
III
Log
Mean
1.
0
302,17 301,77 301,87 301,94
100
2,48
2.
0,22
285,08 287,65 286,36 286,36
95
2,46
3.
0,44
268,88 270,46 271,55 270,30
90
2,43
4
0,66
246,06 245,37 244,09 245,17
81
2,39
5
0,88
229,86 228,77 227,69 228,77
76
2,36
6
1,1
214,06 213,96 211,98 213,33
71
2,33
7.
1,32
192,03 201,61 200,92 198,19
66
2,30
8.
1,54
190,94 190,65 191,83 191,14
63
2,28
9.
1,76
180,08 180,77 172,67 177,84
59
2,25
10.
1,98
162,39 162,59 161,70 162,23
54
2,21
11.
2,2
152,81 149,85 150,94
151,2
50
2,18
12.
2,42
148,37 148,57 148,86
148,6
49
2,17
13.
2,64
144,22 143,13 143,82 143,72
48
2,16
14.
2,86
135,62 135,92 135,13 135,56
45
2,13
15.
3,08
129,50 128,41 129,20 129,04
43
2,11
16.
3,3
121,99 122,49 121,80 122,09
40
2,09
8|Page
17.
3,52
116,46 115,57 115,97
18.
3,74
19.
116
38
2,06
109,84 113,70 113,40 112,31
37
2,05
3,96
109,45 108,66 108,66 108,92
36
2,04
20
4,18
103,13 103,52 103,52 103,39
34
2,01
21.
4,4
98,78
95,82
96,11
96,90
32
1,99
22.
4,62
91,17
91,17
90,19
90,84
30
1,96
23.
4,84
86,73
86,53
86,63
86,63
29
1,94
24.
5,06
82,58
81,89
82,48
82,32
27
1,92
25.
5,28
78,73
79,02
78,43
78,73
26
1,90
26.
5,5
75,86
74,97
75,27
75,37
25
1,88
9|Page
c. Grafik hasil pengukuran Tabel 4.1. Grafik perbandingan tebal filter dengan persentase intensitas sinar-X
GRAFIK TEBAL FILTER DENGAN PRESENTASE INTENSITAS SINAR -X 120
INTENSITAS (%)
100
100
95
90 81
80 60 40
76
71
66
63
59
54
50
49
48
45
43
20
40
38
37
36
34
32
30
29
27
26
25
0 0
0.22 0.44 0.66 0.88 1.1 1.32 1.54 1.76 1.98 2.2 2.42 2.64 2.86 3.08 3.3 3.52 3.74 3.96 4.18 4.4 4.62 4.84 5.06 5.28 5.5 TEBAL AL (MM)
10 | P a g e
Tabel 4.2. Grafik perbandingan tebal filter dengan log intesitas
GRAFIK TEBAL FILTER DENGAN LOG INTENSITAS 3
LOG INTENSITAS
2.5
2.48 2.46 2.43 2.39 2.36 2.33 2.3
2
2.28 2.25 2.21 2.18 2.17 2.16 2.13 2.11 2.09 2.06 2.05 2.04 2.01 1.99 1.96 1.94 1.92 1.9 1.88
1.5 1 0.5 0 0
0.22 0.44 0.66 0.88 1.1 1.32 1.54 1.76 1.98 2.2 2.42 2.64 2.86 3.08 3.3 3.52 3.74 3.96 4.18 4.4 4.62 4.84 5.06 5.28 5.5 TEBAL AL (MM) Series 1
11 | P a g e
2. Praktikum 2, menggunakan film radiografi a. Tabel hasil praktikum 1) Radiograf Wrist Joint PA (non filter) Basic Fog : 0,27 Densitas Objek
Densitas I
II
III
Mean
Soft Tissue
0,77
0,79
0,83
0,79
Tulang
0,76
0,78
0,80
0,78
Luar Objek
0,86
0,84
0,87
0,85
Kontras Objek
Densitas
Kontras
Maks
Min
Sost Tissue
0,83
0,77
0,06
Tulang
0,80
0,76
0,04
Luar Objek
0,87
0,84
0,03
2) Radiograf (filter 15 lbr) Basic Fog : 0,70 Densitas Objek
Densitas I
II
III
Mean
Sost Tissue
0,80
0,83
0,80
0,81
Tulang
0,79
0,80
0,78
0,79
Luar Objek
0,89
0,87
0,84
0,87
Kontras Objek
Densitas
Kontras
Maks
Min
Sost Tissue
0,83
0,80
0,03
Tulang
0,80
0,78
0,02
Luar Objek
0,89
0,84
0,05
12 | P a g e
3) Radiograf Wrist Joint PA (filter 20 lbr) Basic Fog : 0,66 Densitas Densitas
Objek
I
II
III
Mean
Sost Tissue
0,80
0,81
0,78
0,80
Tulang
0,85
0,77
0,78
0,80
Luar Objek
0,87
0,85
0,89
0,87
Kontras Densitas
Objek
Kontras
Maks
Min
Sost Tissue
0,81
0,78
0,03
Tulang
0,85
0,77
0,08
Luar Objek
0,89
0,85
0,04
Tabel Nilai Kontras Hasil Praktikum secara keseluruhan Non Filter
Filter 15 lbr
Filter 20 lbr
(0 mm)
(3,08 mm)
(4,18 mm)
Soft Tissue
0,06
0,03
0,03
Tulang
0,04
0,02
0,08
Luar Objek
0,03
0,05
0,04
Radiograf
13 | P a g e
b. Grafik Hasil Pengukuran 1) Grafik nilai densitas
NILAI DENSITAS
NILAI DENSITAS 0.88 0.86 0.84 0.82 0.8 0.78 0.76 0.74 0.72
0.87
0.87
0.81 0.79
0.8
Filter 15 lb
Filter 20 lb
0.85
0.79 0.78
No Filter
JUMLAH FILTER Soft Tissue
Tulang
Luar Objek
2) Grafik nilai kontras setiap objek
NILAI KONTRAS Soft Tissue
Tulang
Luar Objek
0.09 0.08
0.08
Nilai Kontras
0.07 0.06
0.06
0.05
0.05
0.04
0.04
0.03
0.03
0.02
0.04 0.03
0.03
0.02
0.01
0 No Filter
Filter 15 lb
Filter 20 lb
Jumlah Filter
14 | P a g e
3. Praktikum 3, menggunakan detektor ( RAM ION) a. Tabel hasil praktikum Hasil Pengukuran
Jumlah Filter
Hasil bacaan detektor
0
30,04
33,04
15
29,1
32,01
20
28,6
31,46
Keterangan
(Hasil bacaan x 1,10)
: Hasil dikalikan faktor kalibrasi yang tersedia pada Detektor
b. Grafik hasil praktikum
NILAI DOSIS PAPARAN
Nilai Dosis Paparan
Hasil Pengukuran 40 33.04
30
32.01
31.46
20 10 0 No Filter
Filter 15 lb
Filter 20 lb
Jumlah Filter
4. Praktikum 4, penghitungan Entrance Skin Exposure (ESE) dengan menggunakan detektor Ram Ion surveymeter Penghitungan hasil pegukuran: a. No Filter Diketahui
: CF
: 1,10
ADF : 1,225 kg/m3; SDD : 62 cm SSD : 95 cm Ditanya
: ESE?
Jawab
:
SDD 2 𝐸𝑆𝐸 = Hasil Bacaan Detector x CF x ADF x [ ] SSD
15 | P a g e
62 2 𝐸𝑆𝐸 = 30,04 x 1,10 x 1,225 x [ ] 95 𝐸𝑆𝐸 = 40,48 x 0, 43 𝐸𝑆𝐸 = 17,41 mSv = 0,01741 sV b. Filter 15 lembar Diketahui
: CF
: 1,10
ADF : 1,225 kg/m3; SDD : 62 cm SSD : 95 cm Ditanya
: ESE?
Jawab
:
SDD 2 𝐸𝑆𝐸 = Hasil Bacaan Detector x CF x ADF x [ ] SSD 𝐸𝑆𝐸 = 29,1 x 1,10 x 1,225 x [
62 2 ] 95
𝐸𝑆𝐸 = 39,21 x 0, 43 𝐸𝑆𝐸 = 16,86 mSv = 0,01686 sV c. Filter 20 lembar Diketahui
: CF
: 1,10
ADF : 1,225 kg/m3; SDD : 62 cm SSD : 95 cm Ditanya
: ESE?
Jawab
:
𝐸𝑆𝐸 = Hasil Bacaan Detector x CF x ADF x [
SDD 2 ] SSD
62 2 𝐸𝑆𝐸 = 28,6 x 1,10 x 1,225 x [ ] 95 𝐸𝑆𝐸 = 38,54 x 0, 43 𝐸𝑆𝐸 = 16,57 mSv = 0,01657 sV
16 | P a g e
B. Pembahasan 1. Praktikum 1, menggunakan detektor Terlihat pada grafik perbandingan tebal filter dengan persentase intensitas radiasi dan grafik perbandingan tebal filter dengan log intensitas menunjukkan hasil yang konstan. Bahwa semakin tebal filter yang digunakan, maka akan semakin banyak pula radiasi yang diserap oleh filter tersebut, dengan catatan factor control FFD dan factor eksposi. Hal tersebut bertujuan untuk mengukur kemampuan tabung sinar-X dalam memproduksi sinar-X. Teori telah menjelaskan bahwa pada kemampuan tabung sinar-X dengan tegangan tabung 80 kV dan arus tabung 20 mAs, sinar-X yang dihasilkan harus mampu menembus filter hingga ketebalan >2.3 mm Al. Sehingga pada praktikum ini telah di buktikan dan hasilnya sinar-X yang dihasilkan mampu menembus >2.3 mm Al dan dapat disimpulkan bahwa tabung sinar-X masih dalam kondisi bagus. 2. Praktikum 2, menggunakan film radiografi Pada praktikum kedua, untuk pembuatan radiografi wrist joint, dilakukan di laboratorium 2 dengan menggunakan variasi ketebalan filter. Pencucian dilakukan dengan total waktu 9 menit (4’ developing, 1’ washing, 3’ fixing, 1’ rinsing). Dari hasil penghitungan densitas menggunakan densitometer didapat bahwa nilai densitas pada objek pengukuran berubah-ubah dan tidak konstan menurun. Hal ini dikarenakan karena kemungkinan pada saat processing film di kamar gelap larutan developer sudah melemah sehingga menghasilkan densitas yang kurang konstan. 3. Praktikum 3, menggunakan detektor (Ram Ion) Pada praktikum ketiga dilakukan di lab. 2 dengan FFD 100 cm, faktor eksposi 70 kV 4 mAs. Didapat nilai yang relative menurun dari setiap penambahan filter. Hal ini menujukkan bahwa filter mampu mengurangi kuantitas sinar-X yang akan sampai pada detektor khsusnya sinar-X dengan energi rendah. 4. Praktikum 4, penghitungan Entrance Skin Exposure (ESE) dengan menggunakan detektor Ram Ion surveymeter Entrance Skin Exposure (ESE) adalah paparan yang diukur pada pusat sumbu sianr-X dimana titik tersebut merupakan daerah yang akan dikenai radiasi. Pesawat sinar-X diatur dengan faktor eksposi yang sesuai dengan organ yang diperiksa. Setiap pemanfaatan sumber radiasi selalu menghendaki adanya penerimaan dosis serendah mungkin terhadap pasien. Perhitungan ESE menggunakan Ram Ion pada jarak 100 cm dengan tegangan tabung 70 kV dan 4 mAs 17 | P a g e
mendapatkan hasil 0,01741 mSv (No Filter); 0,01686 (Filter 15 kembar); 0,01657 (Filter 20 lembar). Nilai ESE secara dominan dipengaruhi oleh peningkatan maupun penurunan tegangan tabung (kV) disertai penurunan arus tabung dalam waktu (mAs) terhadap faktor eksposi. Hal ini sesuai dengan intensitas sinar-X yang sebanding terhadap kuadrat tegangan tabung. Semakin kecil nilai ESE yang terukur pada permukaan kulit pasien maka tujuan ALARA dapat tercapai. Jadi dari hasil perhitungan yang kita dapatkan semakin banyak jumlah filter yang diberikan maka dosis yang mencapai permukaan kulit pasien semakin kecil.
18 | P a g e
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Filter atau penyaringan adalah proses penyaringan berkas sinar-X untuk meningkatkan ratio berkas berkekuatan tinggi yang digunakan untuk pembentukan image/gambaran terhadap image receptor, filter juga akan meningkatkan dosis pasien dan menurunkan kontras radiograf. Sehingga diperlukan kompensasi berupa penaikan nilai factor eksposi. 2. Pada percobaan pertama, dihasilkan ketebalan filter yang dapat ditembus sinar-X pada pesawat sinar-X yang diuji adalah lebih dari 2,3 mm Al. dari hasil tersebur dapat dikatakan bahwa kondisi pesawat sinar-X dalam keadaan baik. 3. Pada percobaan kedua, didapat hasil pengukuran kontras dari beberapa radiografi dengan variasi ketebalan filter adalah tidak menurun, namun fluktuatif. Hal ini dikarenakan kemungkinan pada saat processing film di kamar gelap larutan developer sudah melemah sehingga menghasilkan densitas yang kurang konstan. 4. Pada percobaan ketiga, didapat hasil yang sama dengan percobaan pertama. Nilai dosis paparan relatif menurun ketika ada penambahan jumlah lempeng Al. hal ini menujukkan bahwa Alumunium sebagai filter dapat mereduksi kuantitas sinar-X 5. Pada percobaan keempat, didapat nilai ESE sebesar 0,01741 mSv (No Filter); 0,01686 (Filter 15 kembar); 0,01657 (Filter 20 lembar). Dari hasil perhitungan yang kita dapatkan semakin banyak jumlah filter yang diberikan maka dosis yang mencapai permukaan kulit pasien semakin kecil.
B. Saran Adapaun saran yang ingin penyusun sampaikan kepada seluruh mahasiswa calon radiographer hendaknya paham dan mengerti tentang filter radiasi ini. Sehingga dapat terampil dalam melakukan pengujian kelayakan kemampuan pesawat sinar-X dalam memproduksi sinar-X untuk tetap melakukan pelayanan radiografi.
19 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA Bushong, Stewart Carlyle. 2013. Radiologic Science for Technologists: Physics, Biology, and Protection. Edisi 10. Elsevier Mosby: USA. Ballinger, Philip W. dan Eugene D. Frank. 2003. Merrill’s Atlas of Radiographic Positions & Radiologic Procedures. Volume 2, Edisi ke-10. Elsevier Mosby: USA. Modul Praktikum Fisika Radiodiagnostik
20 | P a g e
LAMPIRAN
21 | P a g e