LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA RADIODIAGNOSTIK “FILTER SINAR-X” Disusun untuk Memenuhi Tugas Semester IV Mata Kuliah Fisika Radiodiagnostik Dosen Pengampu : Siti Daryati, S.Si, M.Sc
Disusun oleh: KELOMPOK 3 KELAS 2A
1.
Anindita Githa Nugraheni
(P1337430115001)
2.
Ryzki Mega Mentari
(P1337430115010)
3.
Galuh Setyaningrum
(P1337430115011)
4.
Arum Widyastuti
(P1337430115013)
5.
Kresna Putra Dewa
(P1337430115016)
6.
Rovikotus Sa’idah
(P1337430115022)
7.
Toto Rizky Prasetyo
(P1337430115025)
8.
Thalia Devi Prama Dani
(P1337430115035)
9.
Bayu Kurniawan
(P1337430115039)
10. Noviana Nurul Faizah
(P1337430115043)
PRODI D-III TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI SEMARANG POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG 2017
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum ultrasonografi Fisika Radiodiagnostik yang berjudul “Filter Sinar-X”. Dalam penyusunan laporan praktikum ini penulis telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Ibu Rini Indrati, S.Si, M.Kes. selaku dosen pengampu Fisika Radiodiagnostik, khsusnya pengampu teori praktikum “Filter Sinar-X” 2. Ibu Siti Daryati, S.Si, M.Sc, selaku dosen pengampu Fisika Radiodiagnostik, khsusnya pengampu praktikum “Filter Sinar-X” 3. Keluarga tercinta yang selalu memberi dukungan, semangat dan doa dengan tulus. 4. Rekan-rekan
mahasiswa
Jurusan
Teknik
Radiodiagnostik
dan
Radioterapi Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang. 5. Semua pihak yang telah turut serta membantu penyusunan makalah ini sehingga dapat selesai tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa laporan praktikum ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan juga bagi pembaca.
Semarang, 9 Juni 2017
Penulis
ii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .....................................................................................
1
B. Tujuan Praktikum .................................................................................
1
C. Tinjauan Pustaka ..................................................................................
1
BAB II PROSEDUR PRAKTIKUM A. Alat dan Bahan .....................................................................................
5
B. Langkah Praktikum ..............................................................................
5
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Praktikum....................................................................................
9
B. Pembahasn ........................................................................................... 18 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................................... 20 B. Saran ..................................................................................................... 20 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 21
iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan radiografi merupakan salah satu pemeriksaan penunjang dari suatu pelayanan kesehatan. Kondisi pesawat sinar-X harus dalam kondisi prima untuk membantu menegakkan diagnosa. Selain dari segi tersebut, radiasi dalam hal ini juga apat menimbulkan dampak negatif, salah satunya adalah adanya dosis yang terkena kepada pasien. Hal ini yang harus dimengerti oleh radiografer maupun mahasiswa radiologi agar dapat mengerti cara yang tepat untuk mengurangi dosis. Salah satu upaya untuk mengurangi dosis adalah dengan menggunakan filter.
B. Tujuan Praktikum Untuk mengetahui fungsi filter dan kecukupan filter pada tabung pesawat sinar-X.
C. Tinjauan Pustaka Penyaringan atau filtrasi adalah proses membentuk berkas sinar-X untuk meningkatkan ratio antara foton yang digunakan untuk pembentukan image atau gambaran terhadap photons yang meningkatkan dosis pasien atau menurunkan kontras radiograf. Berkas sinar yang digunakan dalam diagnostik terdiri dari spectrum energi yang bervariasi yaitu polychromatik yang berarti energi terbentuk satu dari beberapa tingkat energi. Sebagai radiasi polychromatik yang menembus tubuh pasien, sebagian besar energi photons yang berenergi rendah di absorbsi oleh tubuh pasien pada beberapa cm di permukaan kulit, dan hanya photons berenergi tinggi yang mampu menembus tubuh pasien untuk membentuk gambaran radiograf. Karena dosis pasien dipengaruhi oleh jumlah photons yang diserap, beberapa cm jaringan tubuh menerima radiasi lebih banyak. Jaringan dapat dilindungi dari penyerapan energi rendah berkas sinar sebelum berkas mengenai pasien dengan menggunakan atau meletakkan
1
bahan material diantara pasien dan tubung sinar-X. Filter biasanya berasal dari lempengan logam dan fungsi pokoknya dalam radiodiagnostik ialah untuk menekan dosis pasien. Kualitas sinar-X di definisikandengan sejumlah HVL (Half Value Layer), HVL adalah nilai ketebalan suatu bahan yang dapat menyerap 50 % intensitas berkas sinar-X yang mengenainya. Tiap-tiap jenis bahan memiliki HVL masing-masing.Misalnya HVL untuk diagnostik biasanya dalam rentang 3-5 mm Al atau 3-6 cm untuk jaringan lunak.Atenuasi adalah reduksi kualitas sinar X-ray diukur dengan HVL. HVL adalah ketebalan bahan penyerap untuk mengurangi intensitas x-ray menjadi setengah dari nilai intensitas semula. Sehingg, intensitas radiasi setelah menembus akan berkurang berdasarkan persamaan eksponensial : I1 = I0 e−μx Keterangan : I1 = Intensiatas sinar-X setelah melalui bahan dengan ketebalan tertentu I0 = Intensitas mula-mula sebelum foton sinar-X melalui bahan e = konstanta Euler = 2,71828 µ = koefisien serapan bahan x = ketebalan bahan penyerap
Agar I1 = ½ dari I0 maka diperlukan material (x) = 1 HVL sehingga persamaan menjadi : 1 I = I0 e−μx HVL 2 0 0,693 HVL = µ
Semakin besar nilai HVL, maka akan semakin tinggi kualitas sinar-X yang dihasilkan oleh pesawat sinar-X. Dalam pemeriksaan radiologi, berkas sinar-X diserap pada 3 tingkat yang berbeda. Permulaan pada sumber sinar-X sbagai berikut: 1.
Tabung sinar-X dan tube housing (inherent filter)
2
2.
Lembar logam yang diletakkan pada jalur berkas sinar-X (filter tambahan)
3.
Pasien Filter tambahan merupakan bahan penyerap yang terletak pada jalur
berkas sinar-X, dari tabung menuju pasien. filter tambahan biasanya berupa lembaran dengan ketebalan tertentu. Bahan filter yang digunakan dalam radiologi diagnostik adalah aluminium dengan nomor atom 13, bahan filter ini paling baik untuk menyerap semua radiasi berenergi rendah.Selain plat aluminium, tembaga juga bisa digunakan untuk filter. Idealnya, bahan filter menyerap semua foton energi rendah dan meneruskan semua foton energi tinggi. Namun pada kenyataannya, tidak ada bahan yang mampu melakukan fungsi tersebut. Pemilihan bahan filter pada prinsipnya ialah pada bahan yang mampu menyerap foton berenergi rendah. Berikut ialah jenis bahan filter untuk variasi tegangan : Tegangan Tabung 30 – 120 kV 100 – 250 kV 200 – 600 kV 600 – 2 MV > 2 MV
Jenis Bahan Filter Aluminium Tembaga Timah Pb -
Tabel prosentase penyerapan radiasi oleh filter : Energy Photon 10 20 30 40 50 60 80 100
1 mm 100 58 24 12 8 6 5 4
Penyerapan Photon (%) 2 mm 3 mm 100 100 82 92 42 56 23 32 16 22 12 18 10 14 8 12
3
4 mm 100 100 93 73 57 48 48 35
Dewan Nasional Proteksi Radoaso dan Pengukurang (Natoonal Council on Radiation Protection and Measurements) memberikan rekomendasi sebagai pedoman penggunaan total filtrasi pada radiologi diagnostik (inherent dan additional filter), sebagai berikut : Tegangan Tabung < 50 kVp 50 – 70 kVp >70 kVp
Total Filtrasi 0,5 m Al 1,5 m Al 2,5 m Al
Ketentuan penambahan filter dan besarnya nilai HVL (meredith, 1977) Tegangan Tabung 80 kV 200 kV
1000 kV
Additional Fiter 0 2,0 mm Al 0 15 mm Al 1,5 mm Cu Gabungan Sn-Cu-Al 0,2 mm Pb 0 5 mm Pb
HVL 3,2 mm Al 5,4 mm Al 0,7 mm Cu 1,4 mm Cu 1,6 mm Cu 2,0 mm Cu 1,2 mm Cu 4,4 mm Pb 5,0 mm Pb
Menurut bio kesehatan, nilai HVL untuk unit radiologi pada berbagai tingkat tegangan tabung seperti tabel berikut : Tegangan Tabung (kVp) 30 40 49 50 60 70 71 80 90 100 110 120 130 140 150
HVL (Unit Radiografi) 0,3 0,4 0,5 1,2 1,3 1,5 2,1 2,3 2,5 2,7 3,0 3,2 3,5 3,8 4,1
4
HVL ( Dental Unit) 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 2,1 2,3 2,5 2,7 3,0 3,2 3,5 3,8 4,1
BAB II PROSEDUR PRAKTIKUM A. Alat dan Bahan 1.
Aluminium sheet dengan ketebalan 0.22 mm
2.
Penyangga filter
3.
Detektor (Babyline surveimeter)
4.
Plester
5.
Kaset dan Film ukuran 24 x 30 cm2
6.
Grid ukuran 24 x 30 cm2
7.
Marker radiografi
8.
Phantom cranium
9.
Densitometer
10. Larutan Pengolahan Film 11. Hanger Film 12. Drying mechine 13. Light Case
B. Langkah Praktikum 1.
Praktikum 1, menggunakan detektor a.
Mencatat pesawat dan tabung sinar-X yang akan digunakan untuk praktikum
b.
Menyusun alat percobaan dengan urutan detector, penyangga, filter dari bawah
5
c.
Mengatur FFD 120 cm di atas meja pemeriksaan dan CP tepat pada pertengahan chamber detector.
d.
Mengukur HVL dengan mengatur tegangan tabung pada 80 kV.
e.
Mengatur waktu penyinaran selama 0.25 detik dengan mengatur arus tabung 300 mA.
f.
Lakukan eksposi pertama, kemudian catat hasil pengukuran pada detector.
g.
Mengulangui eksposi dengan menambahkan filter Alumunium hingga keteblan filter 5.50 mm Al.
h.
Dibuat grafik yang menghubungkan titik nilai ketebalan Alumunium dengan dosis radisi untuk mendapatkan nilai HVL Tabel Kerja No
Tebal Al (mm)
1 2 …
0,22 0,44 …
Pengukuran Paparan Sinar-X (mR) I II III Mean
Intensitas (%)
Log
i. Data yang diperoleh, kemudian dimasukkan dalam tabel berikut: No 1 2 …
Tebal filter (mm) 0,22 0,44 …
Intensitas Paparan Radiasi (mR)
Log Intensitas
j. Plot data diatas dibuat grafik, buat persamaan regresinya dan analisa hasil pengukuran filter
2.
Praktikum 2, menggunakan film radiografi a.
Membuat radiograf cranium proyeksi lateral tanpa filter tambahan.
b.
Membuat radiograf cranium proyeksi lateral dengan menambahkan 2 lembar filter Al pada kolimator dengan cara direkatkan dengan plester.
6
c.
Membuat radiograf cranium kembali dengan menambah filter sebanyak 4 lembar dua kali, sehingga jumlah filter kedua adalah 6 lembar dan jumlah filter ketiga adalah 10 lembar.
d.
Memcuci film dengan larutan processing
e.
Menentukan titik-titik penghitungan densitas, kemudian lakukan penghitungan densitas dengan densitometer.
f.
Menganalisa hasil radiograf dan hasil pengukuran densitas dari masing-masing radiograf.
3.
Praktikum 3, menggunakan detektor (babyline surveymeter) a.
Mencatat spesifikasi tabung sinar-X yang akan digunakan untuk praktikum
b.
Menyusun alat praktikum dengan susunan urutan filter Al, penyangga, dan detektor dari atas ke bawah
c.
Mengatur FFD 100 cm diatas meja pemeriksaan dan CP tepat pada pertengahan chamber detector
d.
Mengukur HVL dengan tegangan tabung 65 kV 20 mAs
e.
Melakukan eksposi pertama, kemudian catat hasil pengukuran dari detektor
f.
Mengulangi eksposi dengan menambahkan filter Al di atas penyangga filter sebanyak 2, 6 dan 8 lembar.
g.
4.
Menyajikan hasil data dalam bentuk grafik
Praktikum 4, penghitungan Entrance Skin Exposure (ESE) dengan menggunakan detektor babyline surveymeter a.
Mengatur jarak antara sumber radiasi dengan permukaan kulit dengan cara: FFD pemeriksaan - Ketebalan objek secara umum (dari phantom) 100 cm
b.
- 15 cm (Cranium proyeksi lateral) = 85 cm
Luas lapangan penyinaran disesuaikan dengan luas lapangan ion chamber.
7
c.
Faktor eksposi diatur dengan faktor ekposi yang biasa digunakan pada pemeriksaan tersebut (60 kV; 20 mAs)
d.
Paparan radiasi diukur dengan detektor dan dicatat hasilnya.
e.
Entrance Skin Exposure (ESE) dihitung dengan menggunakan hasil pengukuran paparan radiasi diatas dengan rumus sebagai berikut: SDD 2 𝐸𝑆𝐸 = Hasil Bacaan Detector x CF x ADF x [ ] SSD Keterangan
: ESE : Entrance Skin Exposure CF
: Correction Factor
ADF : Air Density Factor SDD : Jarak antara sumber radiasi dengan detektor SSD : Jarak antara sumber radiasi dengan permukaan kulit f.
Langkah a s/d e diulang dengan setiap kali penambahan ketebalan filter
8
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Praktikum 1.
Praktikum 1, menggunakan detektor a.
Data Pesawat Sina-X 1) Merk
: Shimadzu
2) Model
: ED 150 L
3) Tegangan : 0 – 150 kV 4) Arus
: 30 – 500 mA
5) Waktu
: 0.01 – 5 detik
6) Add filter : 1.0 mm Al
9
b.
Tabel Hasil pengukuran filter No
Tebal Al (mm)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
0 0.22 0.44 0.66 0.88 1.10 1.32 1.54 1.76 1.98 2.20 2.42 2.64 2.86 3.08 3.30 3.52 3.74 3.96 4.18 4.40 4.62 4.84 5.06 5.28 5.50
Pengukuran Paparan Sinar-X (mR) I II III Mean 305.9 305.5 305.6 305.7 288.6 291.2 289.9 289.9 272.2 273.8 274.9 273.6 249.1 248.4 247.1 248.2 232.7 231.6 230.5 231.6 216.7 216.6 214.6 216.0 194.4 204.1 203.4 200.6 193.3 193.0 194.2 193.5 182.3 183.0 174.8 180.0 164.4 164.6 163.7 164.2 154.7 151.7 152.8 153.1 150.2 150.4 150.7 150.4 146.0 144.9 145.6 145.5 137.3 137.6 136.8 137.2 131.1 130.0 130.8 130.6 123.5 124.0 123.3 123.6 117.9 117.0 117.4 117.4 111.2 115.1 114.8 113.7 110.8 110.0 110.0 110.3 104.4 104.8 104.8 104.6 100.0 97.0 97.3 98.1 92.3 92.3 91.3 92.0 87.8 87.6 87.7 87.7 83.6 82.9 83.5 83.3 79.7 80.0 79.4 79.7 76.8 75.9 76.2 76.3
10
Intensitas (%)
Log
100 95 90 81 76 71 66 63 59 54 50 49 48 45 43 40 38 37 36 34 32 30 29 27 26 25
2.48 2.46 2.43 2.39 2.36 2.33 2.30 2.28 2.25 2.21 2.18 2.17 2.16 2.13 2.11 2.09 2.06 2.05 2.04 2.01 1.99 1.96 1.94 1.92 1.90 1.88
Grafik hasil pengukuran Grafik perbandingan tebal filter dengan presentase intensitas sinar-X GRAFIK TEBAL FILTER DENGAN PERSENTASE INTENSITAS SINAR-X % Transmisi
150 100 95
100
90
81
76
71
66
63
59
54
50
49
48
45
50
43
40
38
37
36
34
32
30
29
27
26
25
0 0 0.22 0.44 0.66 0.88 1.1 1.32 1.54 1.76 1.98 2.2 2.42 2.64 2.86 3.08 3.3 3.52 3.74 3.96 4.18 4.4 4.62 4.84 5.06 5.28 5.5 Tebal Filter
Grafik perbandingan tebal filter dengan log instensitas GRAFIK TEBAL FILTER DENGAN LOG INTENSITAS Log Intensitas Sinar
c.
3
2.5 2
2.48 2.46 2.43 2.39 2.36 2.33 2.3 2.28 2.25 2.21 2.18 2.17 2.16 2.13 2.11 2.09 2.06 2.05 2.04 2.01 1.99 1.96 1.94 1.92 1.9 1.88
1.5 0 0.22 0.44 0.66 0.88 1.1 1.32 1.54 1.76 1.98 2.2 2.42 2.64 2.86 3.08 3.3 3.52 3.74 3.96 4.18 4.4 4.62 4.84 5.06 5.28 5.5 Tebal Filter
11
2.
Praktikum 2, menggunakan film radiografi a.
Tabel hasil praktikum 1) Radiograf Cranium Lat (non filter) Basic Fog : 0,23 Densitas Maksimal Objek Orbita Corpus Mandibula Occcipital Procesus Spinosus
I 1,94 1,91 1,66 2,22
Densitas Maksimal II III 1,95 1,89 1,92 1,91 1,68 1,64 2,18 2,17
Mean 1,93 1,91 1,66 2,19
I 1,66 1,68 1,42 2,00
Densitas Minimal II III 1,57 1,57 1,54 1,55 1,34 1,36 2,02 2,03
Mean 1,64 1,59 1,37 2,01
Densitas Minimal Objek Orbita Corpus Mandibula Occcipital Procesus Spinosus Kontras Densitas Maks Min 1,93 1,64 1,91 1,59 1,66 1,37 2,19 2,01
Objek Orbita Corpus Mandibula Occcipital Procesus Spinosus
Kontras 0,29 0,32 0,29 0,18
2) Radiograf Cranium Lat (filter 2 lbr) Basic Fog : 0,25 Densitas Maksimal Objek
I 1,95 1,96 1,67 2,32
Orbita Corpus Mandibula Occcipital Procesus Spinosus
12
Densitas Maksimal II III 2,04 2,04 1,91 1,89 1,63 1,40 2,31 2,31
Mean 2,01 1,92 1,57 2,31
Densitas Minimal Objek Orbita Corpus Mandibula Occcipital Procesus Spinosus
I 1,57 1,80 1,04 1,95
Densitas Minimal II III 1,62 1,54 1,37 1,60 1,45 1,07 1,98 2,05
Mean 1,58 1,59 1,19 1,99
Kontras Densitas Maks Min 2,01 1,58 1,92 1,59 1,57 1,19 2,31 1,99
Objek Orbita Corpus Mandibula Occcipital Procesus Spinosus
Kontras 0,44 0,33 0,38 0,32
3) Radiograf Cranium Lat (filter 6 lbr) Basic Fog : 0,29 Densitas Maksimal Objek
I 1,88 1,96 1,60 2,26
Orbita Corpus Mandibula Occcipital Procesus Spinosus
Densitas Maksimal II III 1,92 1,95 2,03 1,96 1,66 1,66 2,27 2,23
Mean 1,91 1,98 1,64 2,25
Densitas Minimal II III 1,64 1,53 1,62 1,78 1,58 1,58 2,14 2,12
Mean 1,61 1,65 1,58 2,12
Densitas Minimal Objek Orbita Corpus Mandibula Occcipital Procesus Spinosus
I 1,68 1,54 1,58 2,10
Kontras Densitas Maks Min 1,91 1,61 1,98 1,65 1,64 1,58 2,25 2,12
Objek Orbita Corpus Mandibula Occcipital Procesus Spinosus
13
Kontras 0,30 0,33 0,06 0,13
4) Radiograf Cranium Lat (filter 10 lbr) Basic Fog : 0,29 Densitas Maksimal Objek Orbita Corpus Mandibula Occcipital Procesus Spinosus
I 1,80 1,79 1,58 2,22
Densitas Maksimal II III 1,87 1,87 1,82 1,84 1,66 1,58 2,21 2,23
Mean 1,85 1,81 1,60 2,22
I 1,21 1,30 1,12 1,91
Densitas Minimal II III 1,30 1,28 1,34 1,43 1,00 1,08 1,94 1,93
Mean 1,26 1,36 1,07 1,93
Densitas Minimal Objek Orbita Corpus Mandibula Occcipital Procesus Spinosus Kontras Densitas Maks Min 1,85 1,26 1,81 1,36 1,60 1,07 2,22 1,93
Objek Orbita Corpus Mandibula Occcipital Procesus Spinosus
Kontras 0,62 0,45 0,53 0,29
Tabel Nilai Kontras Hasil Praktikum secara keseluruhan Non Filter (0mm)
Filter 2 lbr (0,44mm)
Filter 6 lbr (1,32mm)
Filter 10 lbr (2,20mm)
Orbita
0,29
0,44
0,30
0,62
Corpus Mandibula
0,32
0,33
0,33
0,45
Occcipital
0,29
0,38
0,06
0,53
Procesus Spinosus
0,18
0,32
0,13
0,29
Radiograf
14
Grafik hasil pengukuran Grafik nilai densitas maksimal setiap objek Nilai Densitas (Maks) dari setiap Objek 2.5
Nilai Densitas
2 1.5 1 0.5 0 Non Filter
2 lbr
6 lbr
10 lbr
Jumlah Filter Orbita
Corpus Mandibula
Occcipital
Procesus Spinosus
Grafik nilai densitas maksimal setiap objek Nilai Densitas (min) pada setiap objek 2.5 2
Nilai Densitas
b.
1.5 1 0.5 0 Non Filter
2 lbr
6 lbr
Jumlah Filter Orbita
Corpus Mandibula
Occcipital
Procesus Spinosus
15
10 lbr
Grafik nilai kontras setiap objek Nilai kontras pada setiap objek 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 Non Filter
6 lbr
Orbita
Corpus Mandibula
Occcipital
Procesus Spinosus
10 lbr
Praktikum 3, menggunakan detektor (babyline surveymeter) a.
Tabel hasil praktikum Jumlah Filter 0 2 6 10 Keterangan
Hasil pengukuran (Bacaan x 10 x 1,05) 0,060 0,630 0,058 0,609 0,045 0,473 0,041 0,431 : Hasil dikalikan 10 (Pemilihan satuan 10 mGy) Hasil bacaan detektor
Hasil dikalikan faktor kalibrasi yang tersedia pada Detektor
b.
Grafik hasil praktikum Nilai Dosis Paparan Nilai Dosisi Paparan
3.
2 lbr
0.8 0.6 0.4 0.2 0 0
2
6 Jumlah Filter
16
10
4.
Praktikum 4, penghitungan Entrance Skin Exposure (ESE) dengan menggunakan detektor babyline surveymeter a.
Penghitungan hasil pegukuran Diketahui
: CF
:
ADF : 1,2 kg/m3; Tekanan udara 0,0; suhu: 26,7oC SDD : 62 cm SSD : 85 cm Ditanya
: ESE?
Jawab
:
SDD 2 𝐸𝑆𝐸 = Hasil Bacaan Detector x CF x ADF x [ ] SSD 𝐸𝑆𝐸 = 0,08 x 10 mGy x 1,05 x 1,2 x [ 𝐸𝑆𝐸 = 0,84 mGy x 1,2 x [0,72]2 𝐸𝑆𝐸 = 0,84 mGy x 1,2 x 0,5184 𝐸𝑆𝐸 = 0,5225472 mGy
17
62 2 ] 85
B. Pembahasan 1.
Praktikum 1, menggunakan detektor Pada percobaan pertama dilakukan di lab. 1 dengan menggunaan detector radiasi jenis RAM-ION, terlihat pada grafik perbandingan tebal filter dengan persentase intensitas radiasi dan grafik perbandingan tebal filter dengan log intensitas menunjukkan hasil yang konstan. Bahwa semakin tebal filter yang digunakan, maka akan semakin banyak pula radiasi yang diserap oleh filter tersebut, dengan catatan factor control FFD dan factor eksposi. Hal tersebut bertujuan untuk mengukur kemampuan tabung sinar-X dalam memproduksi sinar-X. Pengujian kemampuan dapat dilihat dari kemampuan sinar-X dengan tegangan tabung 80kV dan arus tabung x waktu 75 mAs dalam menembus filter untuk menghasilkan intensitas setengah dari intensitas awal yaitu setebal 2.42 mm Al. Teori telah menjelaskan bahwa pada kemampuan tabung sinar-X dengan tegangan tabung 80kV dan arus tabung x waktu 75 mAs, sinar-X yang dihasilkan harus mampu menembus filter hingga ketebalan >2.3 mm Al. Sehingga pada praktikum ini telah di buktikan dan hasilnya sinar-X yang dihasilkan mampu menembus >2.3 mm Al dan dapat disimpulkan bahwa tabung sinar-X masih dalam kondisi bagus.
2.
Praktikum 2, menggunakan film radiografi Pada praktikum kedua, untuk pembuatan radiografi kepala lateral, dilakukan di laboratorium 2 dengan menggunakan variasi ketebalan filter. Pencucian dilakukan dengan total waktu 24 menit (3’ developing, 3’ washing, 6’ fixing, 12’ rinsing). Dari hasil penghitungan densitas menggunakan densitometer didapat bahwa nilai densitas maksimal dan minimal pada objek pengukuran berubah-ubah dan tidak konstan menurun.
Hal
ini
dikarenakan
karena
kemungkinan
perlakuan
pengukuran densitas karena pada saat mengukur densitas, dilakukan oleh dua orang yang berbeda. Namun pada beberapa objek, terdapat penurunan nilai kontras dibandingkan dengan radiograf dengan penambahan filter.
18
3.
Praktikum 3, menggunakan detektor (babyline surveymeter) Pada praktikum ketiga dilakukan di lab. 3 dengan FFD 100 cm, faktor eksposi 65 kV 20 mAs. Didapat nilai yang relative menurun dari setiap penambahan filter. Hal ini menujukkan bahwa filter mampu mengurangi kuantitas sinar-X yang akan sampai pada detektor khsusnya sinar-X dengan energi rendah.
4.
Praktikum 4, penghitungan Entrance Skin Exposure (ESE) dengan menggunakan detektor babyline surveymeter Pada praktikum ketiga, dilakukan di lab 2 dengan hasil perhitungan yang masih kurang dapat dipertanggung jawabkan. Hal ini disebabkan terdapat keraguan praktikan dalam menghitung ESE. Selain itu nilai ADF juga masih diragukan dikarenakan sulit dalam menemukan di literature. Dipilihnya nilai ADF sebesar 1,2 atas dasar tekanan udara saat dilakukan praktikum adalah 0,0 bar dan suhu ruangan adalah 27o, dan pada literature terdapat 26,7o.
19
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1.
Filter atau penyaringan adalah proses penyaringan berkas sinar-X untuk meningkatkan ratio berkas berkekuatan tinggi yang digunakan untuk pembentukan image/gambaran terhadap image receptor, filter juga akan meningkatkan dosis pasien dan menurunkan kontras radiograf. Sehingga diperlukan kompensasi berupa penaikan nilai factor eksposi.
2.
Pada percobaan pertama, dihasilkan ketebalan filter yang dapat ditembus sinar-X pada pesawat sinar-X yang diuji adalah lebih dari 2,3 mm Al. dari hasil tersebur dapat dikatakan bahwa kondisi pesawat sinar-X dalam keadaan baik.
3.
Pada percobaan kedua, didapat hasil pengukuran kontras dari beberapa rdiografi dengan variasi ketebalan filter adalah tidak menurun, namun fluktuatif. Hal ini dikarenakan perbedaan orang yang melakukan pengukuran terhadap densitas.
4.
Pada percobaan ketiga, didapathasil yang sama dengan percobaan pertama. Nilai dosis paparan relatif menurun ketika ada penambahan jumlah lempeng Al. hal ini menujukkan bahwa Alumunium sebagai filter dapatmereduksi kuantitas sinar-X
5.
Pada percobaan keempat, didapat nilai ESE sebesar 0,5 mGy. Masih banyak kekurangan pada praktikum keempat ini karena ada beberapa hasl yang masih kurang jelas.
B. Saran Adapaun saran yang ingin penyusun sampaikan kepada seluruh mahasiswa calon radiographer hendaknya paham dan mengerti tentang filter radiasi ini. Sehingga dapat terampil dalam melakukan pengujian kelayakan kemampuan pesawat sinar-X dalam memproduksi sinar-X untuk tetap melakukan pelayanan radiografi.
20
DAFTAR PUSTAKA Bushong, Stewart Carlyle. 2013. Radiologic Science for Technologists: Physics, Biology, and Protection. Edisi 10. Elsevier Mosby: USA.
21