Bab Iv.docx

  • Uploaded by: Vianty
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Iv.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,637
  • Pages: 5
BAB IV

J

ejak Ekologis ASAS 4 Memungkinkan masyarakat meminimalisasi jejak ekologis mereka.

Penjabaran : Kota mengkonsumsi sejumlah sumber daya yang siknifikan yang memiliki dampak terbesar terhadap lingkungan, hingga melampaui batas kemampuan mereka. Tren yang tidak lestari ini perlu dikendalikan untuk kemudian dibalik.Satu cara memaparkan dampak sebuah kota adalah mengukur jejak ekologisnya. Jejak ekologis sebuah kota adalah ukuran “beban” terhadap alam yangdisebabkan perlunya memenuhi kebutuhan pendudukannya. Jejak ini mewakili area lahan yang diperlukan untuk menjaga tingkat konsumsi sumber daya dan limbah yang dihasilkan saat ini oleh populasi kota itu. Mengurangi jejak ekologis sebuah kota adalah sumbangan positif bagi kelestarian. Seperti system kehidupan lain, masyarakat mengkonsumsi materi, air dan energy memprosesnya menjadi bentuk yang dapat digunakan dan sekaligus menghasilkan limbah. Ini adalah “metabolism” kota, dan membuat metabolism ini lebih efisien adalah hal penting dalam mengurangi jejak ekologis kota. Dalam mengurangi jejak ini, sedapat mungkin masalah yang ada harus dipecahkan secara local, bukan dengan mengalihkan masalah itu ke lokasi lain atau pada generasi mendatang.

Jejak Ekologis dan Kapasitas Hayati Kesehatan manusia dan kelangsungan hidupnya bergantung pada barang dan jasa yang disediakan eosistem. Namun kegiatan manusia mengikis kapasitas lahan dan laut untuk menpang (sustain) kita. Indeks Hidup Bumi (The Living Planet Index), yang menunjukkan keadaan ekosistem alam dunia, menunjukkan penurunan secara umum sejak tahun 1970-An.Beberapa ilmuan berpendapat bahwa sejak tahun 1980an kebutuhan manusia terhadap biosfer telah melampaui kapasitas regeneratifnya. Peneliti Kanada William Rees menggagas konsep jejak ekologis (Rees 1992) yang dia kembangkan lebih lanjut lanjut bersama Mathis Wackernagel dalam buku mereka tahun 1996 berjudul Our Ecological Footprint : Reducing Human Impact on the Earth, yang menyatakan adanya indikasi bahwa manisia memberi beban pada biosfer. Sejak itu, konsep ini telah menarik banyak minat, sehingga banyak Negara, kota, wilayah dan organisasi yang melaksanakan analisa jejak ekologis. Chambers, Simmons dan Wackernagel mendefinikan jejak ekologis sebagai “area lahan dan air yang diperlukan untuk mendukung secara tidak terbatas bahan-bahan untuk taraf hidup populasi manusia di area itu, dengan menggunakan teknologi mutakhir” (2000,17) Pusat Penelitian Pembangunan Global/The Global Development Research Center mendefinisikan jejak ekologis kota sebagai”jumlah lahan yang dibutuhkan untuk memelihara metabolism kota itu ; yaitu, untuk menyediakan bahan mentah yang diperlukan dan memproses produk limbah yang dihasilkan” kita bisa gambarkan jejak ini seperti kubah kaca yang meliputi kota itu untuk memelihara populasinya pada taraf hidupnya sekarang. Karena jejak ekologis dihitung secara spesifik berdasarkan data tahun kita dapat melihat gambar dampak yang terjadi saat ini. Oleh sebab itu, data beragam sepanjang waktu, dengan perubahan teknologi dan variasi materi (Best Foot Forward 2002).

Untuk menentukan tingkat kelestarian sebuah populasi, tuntunana manusia dibandingkan dengan apa yang tersediadi area tersebut. Kapasitas hayati (biocapacity) mengacu pada jumah “alam” atau sumber daya produktif secara hayati yang tersedia untuk memenuhi permintaan manusia. Perkiraan yang sebenarnya oleh Wackernagel dan Ress (1996) tidak mengikut sertakan areadengan produktifitas biologis rendah seperti gurun, puncak gunung es, dan samudra terbuka. Sisa area disesuaikan untuk tujuan perlindungan keanekaragaman hayati lalu dibagi dengan populasi dunia tahun itu untuk memperkirakan angka persediaan perkapita yang terkadang disebut sebagi “jatah bumi” (“earthshare”) rata-rata (Best Foot Forward 2002). jika semua lahan dan laut yang podukif secara biologis di Bumi dibagi oleh populasi manusia di dunia, jumlah rata-rata yang tersedia adalah 1,8 hektar per orang (Wackernagel et al. 2002) perhitungan tidak termasuk area yang harus dilindungi keanekaragaman hayatinya, yang diperlukab untuk mmelihara layanan ekologis penting lainnya dan untukk memmungkinnkan hidup untuk berevolusi dan berkembang bebas dari campur tangan manusia. Laporan Brundtland (WCED 1987) menghimbau masyarakat duniauntuk melindungi 12 persen area yang produktif secara biologis demi perlindungan terhadap sepuluh juta spesies lain yang berbagi bumi bersama kita. Menggunakan angka kasar ini, berarti hanya tersisa 1,6 hektarper orang (Wackernagel et al. 2002) Wackernagel et al. (2002) telah membandingkan kebutuhan manusia akan modal alam dengan produktifitas biologis (kapasitas hayati/biocapacity) Bumi sejak 1960an. hasilnya membuuktikan bahwa kegiatan manusia telah melampaui kapasitas hayati sejak 1980an—berarti kita telah berada dalam fase “pelampuan ekologis” (“ecological overshoot”) semenjak 1980an. Berdasarkan Wackernagel et al. (2002) beban manusia telah meningkat dari 70 persen kapasitas hayati pada tahun 1961 menjasi 120 persen pada tahun 1999. Laporan Hidiup Bumi (Living Planet Report) tahu 2006, yang dipersiapkan oleh Dana Dunia untuk Alam (World Wide Fund for Nature atau WWF) Masyarakat Zoologi London (Zoological Sosiety of London atau ZSL) dan Jaringan Jejal Global (Global Footprint Network) menujukkan bahwa jejak ekologis global sebesar 14,1 milyar global hektar pada tahun 2003 atau 2,2 global hektar perkapita, Kapasitas hayatinya sebesar 11,2 milyar global hektar atau 1,8 global hektar per kapita, sehingga ada pelampuan hingga 2,9 mlyar hektar atau 0,4hektar per orang. Ada kesenjangan besar dalam jejak ekologis seluruh dunia. Negara yang ekonominya kaya seperti Uni Emirat Arab,Amerika Serikat, Australia dan banyak Negara Eropa barat memiliki angka jejak ekologi perkapita dua kali lipat rata-rata dunia, atau lebih besar. Negara seperti Costa,Rica, Paraguay, Uzbekistan dan Syria dan Cina memiliki jejak perkapita di bawah rata-rata dunia.

Menghitung Jejak Ekologis Dua metode utama dalam menghitung jejak ekologis telah dirumuskan (Chambers, Simmonsand Wackernagel 2000) :  

Metode Campuran (Compound Method) ini adalah pendekatan Mathis Wackernagel dan William Rees (1996) untuk mengukur jejak ekologis suatu Negara Metode Komponen (Component Method) ini di kembangkan oleh Best Foot Forward untuk mengukur jejak ekologis suatu wilayah.

Lewan dan Simmons (2001) mengatakan bahwa perbedaan utama antara keduametode itu adalah sumber data yang digunakan. Meode campuran menggunakan angka perdagangan sebuah Negara dan anggaran energinya, sementara metode komponen menggunakandata local dan kajian siklus hidup suatu wilayah. Selain itu, kedua metode ini memiliki cara yang sama. WWF-UK telah mengembangkan panduan bagi pemerintah local- “Taking the First Step: A ‘How To’ Guide Local Authorities” (2006)—yang menjelaskan konsep jejak ekologis (cara menghitung,hubungannya dengan agenda lebih luas dari pemerintah lokal) dan memberi beberapa studi kasusu di Inggris. Dalam kemitraan anata Royal Melbourne Institute ofTechnology, Redefining Progress, dan EPA Victoria,program hitung dirumuskan bagi perorangan, rumah,sekolah, kantor,dan acara. Program perhitungan ini menerapkan data siklus hidup dari barang-barang konsumsi perorangan dengan data siklus hidup dari arang-barang konsumsi perorangan dengan data dari Biro Statistik Australia mengenai pola konsumsi nasional (http://epa.vic.gov.au/ecologicalfootprint/calculators/dedault.asp). Langkah-langkah dasar dalam pelaksanaan analisajejak ekologisbagi sebuah organisasi ataupun kota adalah sebagai berikut: 1. Tentukan tujuan : pertimbangan alas an untuk melakukan analisa jejak ekologis. 2. tentukan batasan system : tentukan batasan anlisa apa yang harus dimasukkan dan apa yang tidak dimasukkan. 3. Kenali sumber daya yang tersedia : karena kita akan mengumpulkan begitu banyak data,dibutuhkan dana yang cukup untuk membayar staf. 4. Kenali pemasukan dan pengeluaran (input and output) bagi system yang telah ditentukan. 5. Kenali area utama yang dikuasai 6. Kembangkakn strategi penyebaran untuk hasilnya 7. tetapkan target yang realistis.

Kajian-kajian Jejak Ekologis Analisa-analisa jejak ekologis diterapkan secara global (Wackernagel et al. 2002) dari tingkat nasional dalam laporan-laporan WWF untuk The Living Planet/Hidup Bumi setiap dua tahun terhadap kota-kotayang makin banyak jumlahnya seperti misalnya Toronto dan London dan Santiago dan untuk tingkat perorangan, umah tangga dan organisasi. Laporan Kehidupan Bumi/ The Living Planet Report tahun 2002 menunjukan bahwa total ekologis untuk Negara berpenghasilan tinggi adalalh 6,48 global hektar per orang,dibandingkan dengan angka 0,83 global hektar perorang untuk Negara berpenghasilan rendah. hal ini menegaskan besarnya perbedaan permintaan untuk alam oleh negara yang makmur dibandingkan dengan warga miskin. Jejak Ekologis London Proyek Batas Kota (City Limits) dilaksanakan untuk mendokumnetasi aliran sumber daya London pada tahun 2000, melengkapi analisa jejak eoklogis kota itu, mengevaluasi kelestarian ekologis dari serangkaian scenario perbaikan dan membuat rekomendasi untuk memperbaiki koleksi data jika di perlukan.

Jejak Ekologis (JE) Warga London berdasarkan Komponen (2000) Komponen Energi langsung Materi dan limbah Pangan Transportasi Air Lahan terbangun Subtotal JE wisata Total

Total JE (gha) 5.073.000 22.465.000 20.685.000 2.503.000 160.000 348.000 51.234.000 -2.367.000 48.868.000

JE per kapita (gha) 0,69 3,05 2,80 0,34 0,02 0,05 6,95 -0,32 6,63

Jenis lahan

Total kapasitas hayati (gha)

Lahan pertanian Dataran rumput terkelola Hutan dan pengusahaannya Kota Tumbuhan semi alami Perairan dalam kota Laut Total

87.000 114.000 15.000 983.000 10.000 100 60 1.210.000

Kapasiats hayati perkapita (gha) 0,012 0,016 0,002 0,133 0,001 0,00002 0,00001 0,16

Kapasitas Hayati London (2000)

Sumber: Best Foot Forward 2002

Kelebihan dan Kekurangan Jejak Ekologis Jejak ekoogis,sebagaimana alat ukur lain, memiliki kelebihan dan kekurangan. Tentu saja data tidak selalu ada dan akurasinnya beragam, sehingga memberi dampakpadaangka jejak itu. Pada metode campuran untuk menghitung jejak ekologi suatu Negara, di sebabkan kurangnya data,hanya energy yang terkait penggunaan sumber daya tidak terbarukan (non renewable energy) yang diikutsertakan dalam perhitungan. jadi hasil hitung jejak ekologis kemungkinan lebih rendah hasilnya dalam estimasi/underestimate permintaan manusia terhadap biosfer. Dalam perhitungan ekologis terhadap kota, penggunaan produktifitas rata-rata dikritik sebagai asumsi tidak realisitis atas homogenitas produksi layanan ekosistem (Luck et al.2001). Melengkapi analisa alternative untuk dua puluh kota di Amerika Serikat. Heterogenitas ruang dari sumberdaya yang aa dipadukan dan mempertimbangkan interaksi antara layanan ekosistem, seperti persediaan air dan pangan,dan transportasi. Dengan judul metode “Corong kota” (“Urban Funnel”) metode ini menghasilkan hasil yang sangat berbeda dengan penghitungan non ruang (nonspatial calculations). Luck et al. berpendapat bahwa model karya mereka menawarkan “langkah pertama yang mengjanjikan menuju rancanganmodel konseptual dan analitis yang menghasilkan penggunaan sumber daya eksternal yang sesuai.”

Newman (2006) mengkritik konsep “jejak ekologis” sebagai terlalu luas dalamkonsepnya untuk dapat dibuat suatu respons kebijakan. Lewan dan Simmons (2001) dalam tinjauannya atas kajian-kajian jejak ekologis Uni Eropa menunjukkan bahwa hanya sedikit kota atau wilayah yang melaksanakan kajian kapasitas hayati untuk mengetahui apakah mereja mengakami “pelampuan” dalam jejak mereka. Meski memiliki kekurangan-kekurangan, jejak ekologis adalah alat ukur yang berguna, kekuatannya terletak pada “kemampuan untuk menyampaikan pesan yang mudah dipahami mengenai interaksi antara system kota dan lingkungannya” (Luck et al.2001, 792). Reesmenyimpulkan kelebihan konsep jejak ekologis : Bukan hanya “lingkungan” yang harus di perbaiki, namun juga manusianya—krisi lingkungan adalah hasil dari disfungsi ekologis manusia yang salah (atau jika lebih suka istilahnya hasil dari kesuksesan evolusi manusia yang spektakuler) Salah satu konsep yang Nampak efektif mengembalikan kenyataan ini adalah analisa “jejak ekologis” Analisa ini menarik perhatian karena berpusat pada konsumsi perorangan dan menterjemahkan ke dalam area lahan yang sesuai—sesuatu yang dapat dipahami oleh masyarakat awam (2003,898)

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"

Bab Iv.docx
December 2019 7
Nomer 66 - 75.docx
December 2019 12
Cover Pameran Seni.docx
December 2019 14