Bab Iv1.docx

  • Uploaded by: Mergana Satwika Arini II
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Iv1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,124
  • Pages: 6
BAB IV PEMBAHAHASAN

A. Pengkajian Pengkajian adalah langkah pertama dalam proses keperawatan. Tujuan pengkajian adalah untuk mendapatkan data dasar tentang kesehatan klien baik fisik, psikologis, maupun emosional. Data dasar ini digunakan untuk menetapkan status kesehatan klien, menemukan masalah aktual ataupun potensial, serta sebagai acuan dalam memberi edukasi pada klien. Data bisa bersifat subjektif dan objektif. Data subjektif adalah data yang didapat langsung melalui wawancara dengan klien, sedangkan data objektif adalah data yang bisa diukur dan diobservasi. Sumber data bisa dari klien, keluarga klien, anggota tim kesehatan lainnya, catatan kesehatan dan hasil pemeriksaan diagnostik (Debora,2012). Pada kasus ini, data objektif diperoleh dari, tenaga medis lain, hasil pemeriksaan diagnostik dan laboraturium. Sedangkan untuk data subjektif didapatkan dari wawancara dengan orang tua klien Pada kasus ini didapatkan data by R usia 4 bulan 21 hari dengan diagnosa medis bronkopnemonia, PDA, post colostomi. Dari hasil pengkajian didapatkan anak mengalami sesak nafas sejak 2 hari sebelum masuk RS sesak tidak dipengaruhi oleh posisi, aktivitas dan suhu, sesak disertai batuk dan tidak menciut. Sebelumnya klien pernah di rawat di rumah sakit dengan atresia ani dan telah dilakukan kolostomi pada saat klien berusia 2 hari. Klien juga dikenal dengan PDA sejak usia 11 hari. saat dilakukan pengkajian klien terpasang nasal kanul dengan konsentrasi oksigen 3 liter dan klien mendapatkan suction berkala selama 2 hari rawatan di RS dan pada hari rawatan ke tiga klien tidak di suction secara berkala lagi tetapi suction stand by di samping tempat tidur.

Bronkopnemonia merupakan peradangan pada parenkim (saluran nafas, alveoli, pembuluh darah) yang sering terjadi pada masa bayi ( Hidayat, 2011). Bronkopnemonia merupakan peradangan pada parenkim paru atau alveoli yang disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, dan benda asing yang mengakibatkan tersumbatnya alveolus dan bronkeolus oleh eksudat. Tanda dan gejalnya sesak nafas, suhu tubuh naik 39-40ºc, gelisah, batuk ,perubahan bunyi nafas, sakit kepala, malaise. Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan pada klien pada tanggal 4 maret 2019 didapatkan suhu : 38,5ºc, nadi 120x/i, respiratory rate 40x/i. Sesuai dengan teori klien sebelum di rawat di rumah sakit sering demam, dan saat dilakukan pengkajian klien masih sesak nafas namapak dari penggunaan otot bantu pernafasan untuk bernafas, suara nafas ronchi dan batuk.

B. Diagnosa Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito,2000) Diagnosa yang sesuai berdasarkan dari hasil data pengkajian dan observasi, penulis melakukan analisa data dan kemudian didapatkan masalah keperawatan bedasarkan NANDA 2015-2017 bersihan jalan nafas tidak efektif dan hipertermi. Diagnosa prioritas yang diangkat adalah bersihan jalan nafas tidak efektif b.d hipersekresi jalan napas. Diagnosa ini diangkat dengan data objektif klien tampak sesak dengan frekuensi pernafasan 40x/i, terdapat penggunaan otot bantu pernafasan, tidak mampu batuk efektif, sputum berlebih, dan suara napas ronchi. Diagnosa kedua

yang diangkat hipertermi b.d proses penyakit. Diagnosa ini didukung oleh data objektif suhu tubuh 38,5ºc, kulit terasa hangat, nadi 120x/i. Diagnosa ketiga yang diangkat adalah resiko infeksi b.d prosedur invasif. Diagnosa ini didukung dari data objektif terdapat luka terbuka kolostomi, nilai leukosit 10.500/mm3, Hb 10,5 gr/dl, dan ada masalah dengan paru-paru, suhu tubuh 38,5 ºc.

C. Intervensi Intervensi merupakan rencana-rencana tindakan yang akan dilakukan pada pasien. Dalam teori pada pasien dengan karsinoma bronkogenik dapat diberikan intervensi sesuai dengan diagnosa yang didapat dari data pengkajian. Dari teori yang di dapat intervensi yang dilakukan ada untuk diagnosa pola nafas tidak efektif b.d bronkospasme adalah : 1. Manajemen jalan nafas Dalam kasus ini hanya beberapa aktivitas yang dilakukan seperti memposisikan pasien untuk mendapatkan ventilasi maksimal, suction untuk mengeluarkan sekret, melakukan auskultasi suara nafas klien apakah ada suara nafas tambahan atau tidak, dan memonitor status respirasi dan oksigenasi klien. 2. Oxygen Therapy Dalam kasus ini aktivitas yang dilakukan berupa memberikan terapi oksigen sesuai indikasi, memonitor aliran oksigen klien, mempertahankan posisi klien senyaman mungkin, memonitor tanda dan gejala hipoventilasi. Selanjutnya untuk diagnosa hipertemi intervensi yang dilakukan adalah:

3. Fever treatment Dalam kasus ini aktivitas yang dilakukan pada pasien dengan hipertermi adalah memonitor temperatur dan tanda-tanda vital, memonitor warna kluit, monitor intake dan output

untuk mengetahui kehilangan cairan, memberikan obat antipeuretik,

mencukupi kebutuhan cairan klien, monitor demam yang berhubungan dengan tanda dan gejala dari kejang, klien bebas ari tanda dan gejala infeki. 4. Manajemen cairan Aktivitas yang diberikan adalah monitor berat badan setiap hari, hitung berat pempers, memonitor status hidrasi, memonitor tanda-tanda vital, monitor status nutrisi klien. Selanjutnya untuk diagnosa resiko infeksi intervensi yang dilakukan adalah : 5. Kontrol infeksi Aktivitas yang dilakukan adalah menciptakan lingkungan yang bersih untuk klien, , mengajarkan orang tua cara cuci tangan yang benar ,memberikan terapi antibiotik, memberikan intake nutrisi yang adekuat, memberikan intake cairan yang adekuat, ajarkan keluarga bagaimana tentang tanda dan gejala infeksi D. Implementasi Pada kasus ini kelompok melakukan implementasi pada pasien By. R dengan bronkopnemonia hari rawatan ke 2 dilakukan selama 3 . Implementasi dilakukan selama 3 hari. Implementasi yang dilakukan oleh kelompok antara lain: 1. Memberikan klien posisi kepala miring kesalah satu sisi Posisi klien posisi kepala miring kesalah satu sisi untuk mencegah aspirasi dan sekret yang tertumpuk pada jalan nafas bisa menumpuk kesalah satu sisi sehingga mudah jika dilakukan suction.

2. Melakukan suction Merupakan suatu metode untuk membebaskan jalan nafas klien dari sekret yaitu dengan dilakukan penghisapan sekret dari jalan nafas sehingga memudahkan klien untuk bernafas 3. Memberikan Terapi oksigen Terapi okseigen diberikan untuk mengurangi sesak klien. Pada awal pengkajian RR klien 40 x/menit dan klien mendapatkan order terapi oksigen 2 liter/menit. Selanjutnya selama 2 x 24 jam setelah sesak napas dan nyeri berkurang klien tidak diberikan terapi oksigen lagi sesuaikan dengan order. 4. Manajemen demam Memonitor suhu tubuh By R, sebelum dan seseudah pemberian paracetamol, mencukupi kebutuhan cairan lien, dan melakukan kompres hangat kepada klien 5. Kontrol infeksi Mencegah infeksi pada klien dilakukan dengan pemberian injeksi antibiotik yaitu ampisilin, mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi klien, menjaga kebersihan lingkungan klien. 6. Memberikan terapi farmakologi sesuai order dokter. Memberikan klien terapi farmakalogi antibiotik dan antipiuretik sesuai oreder dokter

E. Evaluasi Implementasi pada diagnosa pola napas tidak efektif yang dievaluasi adalah perasaan klien akan sesak napas, kemudian respirasi rate yang awalnya 40 x permenit dengan pemberian O2 menjadi 36 x / menit dan menjadi 30x / menit dengan pemberian O2 2 liter di tambah dengan posisi kepala miring kesalah satu sisi

Implementasi pada diagnosa hipertermi klien setelah klien diberikan paracetamol dan kompres hangat, suhu klien dari 38,5ºc turun menjadi 37, 5ºc intervensi melakukan kompres hangat pada pasien tetap dilakukan sampai suhu tubuh klien kembali dalam rentang suhu tubuh normal Untuk implementasi diagnosa resiko infeksi klien dilakukan implementasi menjaga lingkungan pasien tetap bersih dan pemamantaun pada luka kolostomi klien, dan pemberian antibiotik jenis ampicilin, diberikan secara IV, dan melakukan hand hygine sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan psien lain.

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"

Ini-1.docx
November 2019 7
Bab I Dan Bab 2 Semkas.docx
November 2019 19
Nametag.docx
November 2019 14
Format Ujian.docx
November 2019 13
Bab Iv1.docx
November 2019 10