BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PERI ANESTESI A. Pengkajian Hari/tanggal Jam Tempat Metode Sumber data Oleh Rencana tindakan 1. Identitas :
: Senin, 14 Maret 2018 : 18.00 WIB : IBS Wates : observasi, pemeriksaan fisik, studi dokumen : Klien, tim kesehatan, status kesehatan klien : Anita Setyowati, Citra Dewi Siswandi, dan Muhamad Ilham : Ligasi Tinggi
a. Pasien Nama
: An. D
Umur
: 3 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Agama
: Islam
Alamat
: Margosari
Pendidikan
: belum lulus SD
Diagnosa medis
: Hodrocel
Berat Badan
: 13 kg
Tinggi Badan
: 110 cm
No. Rekam Medis
: 362xxx
Dokter Bedah
: dr. Triyoga, Sp. B
Dokter Anestesi
: dr. Susilo Sp. An
b. Penanggungjawab Nama
: Ny. S
Umur
: 38 tahun
Alamat
: Margosari
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Hubungan dengan pasien
: Anak Kandung
PENGKAJIAN PRE ANESTESI 1. Riwayat Kesehatan a. Keluhan utama Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya susah untuk bak dan sering menangis krena nyeri saat bak b. Riwayat Penyakit Sekarang Tanggal 14 Maret 2019 pasien di bawa ke IGD dengan keluhan terdapat benjolan pada alat kelamin. Nadi 110, SPO2 99%, dan suhu 36.8oC. Di IGD dilakukan pemasangan infus. Rencana di bangsal untuk dilakukan pengecekan lab rutin, rontgent thoraks pemberian cefozoline c. Riwayat Penyakit Dahulu Klien tidak pernah sebelumnya belum pernah dirawat di rumah sakit, tidak memiliki riwayat alergi obat, makanan, dan lingkungan serta tidak memiliki riwayat asma. d. Riwayat Penyakit Keluarga Keluarga Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga lain yang mengalami penyakit serupa dengan klien. Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit menular dan keturunan seperti TBC, asma, diabetes mellitus, dll. 2. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum
: baik
b. Kesadaran
: Compos mentis (E4,V5,M6)
c. Berat badan
: 13 kg
d. AMPLE Alergi
: Tidak ada
Medication
:-
Post illness
: batuk pilek
Last meal
: pukul 03.00 WIB
Environment
:-
e. Tanda Vital : N
: 112 x/mnt
RR : 24 x/mnt
f. Pemeriksaan Fisik Kepala bentuk kepala mechochepal, kulit kepala nampak bersih, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan Mata
: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor 3/3
Telinga bentuk simestris, tidak ada gangguan fungsi pendengaran tidak ada nyeri tekan Hidung Simetris, tidak ada secret, tidak ada nyeri tekan
Mulut
: mulut klien bersih, tidak ada gigi palsu, gigi kotor, mukosa
bibir kering, tidak terdapat stomatitis, skore mallampati grade 1 Leher
: tidak ada pembesaran tiroid , tidak ada pembengkakan vena
jugularis, tidak ada nyeri tekan Kulit : kering , tidak ada lesi, tidak ada bekas luka, turgor kulit elastis Dada 1) Paru-paru Inspeksi
: tidak ada retraksi dada, pergerakan dada kanan dan kiri sama, tidak ada lesi
Palpasi
: ekspansi dada maksimal, tidak ada nyeri tekan
Perkusi
: suara dull pada ICS ke1-3 dada sebelah kiri , serta ICS 1- 4 pada dada kanan. Suara sonor pada ICS ke 4-6 dada kiri dan ICS 5-6 dada kanan
Auskultasi
: suara nafas vesikuler. Whezing / rhonci , -/-
Abdomen Inspeksi
: tidak ada distensi abdomen
Auskultasi
: bising usus 6x/menit
Perkusi
: terdapat suara dullness.
Palpasi
: tidak terdapat nyeri tekan
Genitalia
: terdapat benjolan pada bagian skrotum
Ekstremitas 1) Atas Inspeksi
: terpasang infus Asering 20 tpm pada tangan kanan (no.22) tidak ada edema, tidak ada kelainan jari
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
2) Bawah Inspeksi
: tidak ada edema, tidak terdapat bekas luka
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
3. Pemeriksaan psikologis Pasien belum pernah menjalani pembedahan sebelumnya. Wajah klien tampak tegang dan keluar keringat dingin, pasien tampak menangis 4. Kebutuhan Cairan a. Monitoring cairan Kebutuhan cairan pasien selama operasi yang harus terpenuhi 1) Rumus maintenance (M): 2cc/kgBB 2cc/13kg = 26 ml 2) Rumus pengganti puasa (PP): Lama puasa (jam) x maintenance 6 jam x 26 cc = 156 ml 3) Rumus stress operasi (SO): Jenis operasi (b/s/k) x BB 6 x 13 = 78 ml 4) Rumus pengganti perdarahan : Kristalod : 3 x jumlah perdarahan 3 x 100 cc = 300 ml
b. Prinsip pemberian cairan durante operasi (Jam I-IV) 1) Jam I : M + ½ PP + SO = 26 ml + 78 ml + 78 ml = 182 ml 2) Jam II dan III : M + ¼ PP + SO = 26 ml + 39 ml+ 78 ml= 143 ml 3) Jam IV : M + SO = 26 ml + 78 ml = 104 ml
5. Pemeriksaan Penunjang a. Hasil Pemeriksaan Laboratorium (14-03-19) Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Normal
Darah Lengkap Tanggal 14 Maret 2019 Hemoglobin
11.3
g/Dl
14-18
Leukosit
8000
/uL
3800-10600
Hematokrit
31,3
%
40-52
Eritrosit
5.44
%
4.4-5.9
384.000
/uL
150.000-440.000
MCV
87.1
fL
80-100
MCH
30.1
Pg
26-34
MCHC
34.5
%
32-36
Trombosit
Hitung Jenis Basofil
0.2
%
0-1
Eosinofil
0.01
%
2-4
Limfosit
5.9
%
25-40
Monosit
7.7
%
3-9
Kimia Klinik Tanggal 14 Maret 2019 Hati SGOT
9
U/L
0-46
SGPT
12
U/L
0-45
62
mg/dL
10-50
2.17
mg/dL
0.70-1.40
Natrium
135.3
mEq/L
135-146
Kalium
5.2
mEq/L
3.4-5.4
Chlorida
100
mEq/L
96-108
Ginjal Ureum Kreatinin Elektrolit
6. Kesimpulan : Status Fisik ASA II 7. Rencana Anestesi General anestesi dengan LMA a. Persiapan pasien 1) Mengecek kelengkapan status pasien 2) Mengklarifikasi pasien puasa dari jam berapa 3) Memposisikan pasien 4) Mengecek TTV 5) Mengklarifikasi riwayat asma, DM, HT dan alergi b. Pesiapan mesin 1) Memastikan mesin sudah tersambung ke sumber listrik 2) Mengecek sumber gas apakah sudah terpasang dan tidak ada kebocoran 3) Mengecek isi volatil agent 4) Mengecek kondisi absorben 5) Mengecek apakah ada kebocoan mesin 6) Menyiapkan monitor lengkap dengan manset dan finger sensor 7) Menyipkan lembar monitor anestesi c. Persiapan alat : 1) S (Scope) : Laryngoscope dan stesoscope 2) T (Tube) : LMA no.2 3) A (Aiway) : OPA 4) T (Tape) : Plester ± 20 cm 2 lembar 5) I (Introducer) : Mandring dan stilet 6) C (Conector) 7) S (Suction) : Kanul dan selang suction d. Persiapan obat 1) Induksi : Norages 250 mg dan Propofol 10 mg 2) Analgetik : Fentanyl 20 mcg 3) Pre medikasi : midazolam 1,5 mg, Dexametason 5 mg, Recofol 20 mg 4) Emegency : a) Epinefrin 25 mg b) Atropin 1mg c) Ephidrine 50 mg
e. Persisapan Pasien 1) Pasien tiba di IBS jam 08.10 2) Serah terima dengan petugas ruangan, periksa kelengkapan dokumen 3) Mengecek ulang identitas pasien, jam berapa mulai puasa, riawayat penyakit, berat badan, dan riwayat alergi 4) Nadi : 112 x/menit, RR : 24x/menit 5) Memeriksa kelancaran infus 6) Pasien dipindahkan ke ruang operasi dan diberikan premedikasi
Tahap Intra Anestesi
1. Jenis Pembedahan : Ligasi tinggi 2. Jenis Anestesi : General anestesi 3. Teknik Anestesi : LMA 4. Ukuran : LMA no. 2 5. Laringoskop Manchintosh 6. Mulai Anestesi : Pukul 08.40 WIB 7. Mulai Operasi : Pukul 08.50 WIB 8. Posisi : Supine 9. Premedikasi : Fentanyl 100 mcg/Iv, midazolam 1 gr 10. Induksi : Propofol 50 mg/IV dan ketamin 30 mg 11. Maintanance : Sevoflurane 2 vol%, N20:O2 50:50 (2 lt : 2 lt) 12. Cairan Durante Operasi : Asering 500 ml 8 plabot 13. Selesai operasi : 09.30 WIB 14. Selesai anestesi : 09.40 WIB 15. Pemantauan hemodinamik JAM
N
SPO2
RR
08.40
100
100%
22
08.45
88
100%
20
09.00
80
100%
20
09.15
85
99%
21
09.30
85
100%
20
09.40
82
100%
20
Tahap Post Anestesi
1. Pasien masuk ruang RR pukul 09.45 WIB 2. Kesadaran somnolen (E3M3V2) 3. Observasi tanda- tanda vital (terlampir) 4. Mual (-), muntah (-), pusing (-), Nyeri (-) 5. Posisi pasien pasca anestesi: supinasi 6. Perdarahan 100 cc
Penilaian Steaward Score No
Kriteria
Skor
1
Pergerakan : Gerak bertujuan Gerak tak bertujuan Tidak bergerak
2
2 1
2
0
Pernafasan: Batuk, menangis Pertahankan jalan nafas Perlu bantuan
3
Hasil
2 1
2
0
Kesadaran : menangis
2
bereaksi terhadap
1
2
rangsangan tidak bereaksi Total
0 6
B. Analisa Data No. 1.
Tgl/Jam 5
Data
Masalah
Maret Pre Anestesi
2019
Nyeri akut
S:
Etiologi Agen
cedera
biologis
- Pasien mengatakan P : Nyeri pada pinggang di
perberat
saat
beraktivitas Q : Seperti ditusuktusuk R : Perut sebelah kanan S : Skala nyeri 5 T : Hilang timbul O: - Pasien terlihat menahan sakit
dan
sesekali
memegangi bagian yang terasa
sakit
di
pinggangnya TD :144/102mmHg; N
: 85 x/mnt;
RR : 22 x/mnt
2.
5 Maret
S : Pasien mengatakan Ansietas
Kurang pengetahuan
2019
sedikit
masalah pembiusan/
cemas,
pasien
belum pernah menjalani pembedahan sebelumnya O: - Pasien tampak gelisah TD :144/102mmHg; N
: 85 x/mnt;
RR : 22 x/mnt
operasi
3.
5 Maret
Intra Anestesi
Pola nafas tidak Disfungsi
2019
S:-
efektif
neuromuskular
O:
dampak
sekunder
-
penurunan ventilasi
obat pelumpuh otot
-
RR : 20 x/menit
pernapasan/
-
terpasang
general anestesi.
ETT
obat
ukuran 7,5 -
pasien di berikan muscle
relaxan
Rocuronium 35 mg 4.
5.
5 Maret
S:-
Resiko gangguan Vasodilatasi
2019
O:
keseimbangan
pembuluh
-
N : 92x/menit
cairan
-
RR : 20 x/menit
elektrolit
anestesi
-
akral dingin
-
bibir tampak kering
darah
dan dampak
obat
5 Maret
Post Anestesi
Bersihan jalan
Mukus banyak,
2019
S:-
nafas tidak efektif
sekresi tertahan efek
O:
dari obat general -
nafas spontan
anestesi
dengan bantuan alat -
terdengar suara ronchi.
6.
5 Maret
S:-
Hambatan
Pengaruh sekunder
2019
O:
mobilitas fisik
obat anestesi
-
pasien post anestesi
-
kesadaran pasien koma
-
pasien belum bisa mampu menggerakkan ekstremitasnya
C. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis ditandai dengan pasien mengatakan merasa nyeri di bagian pinggang sebelah kanan seperti ditusuk-tusuk dengan skala 5 terasa hilang timbul dan diperberat saat beraktivitas. 2. Ansietas b.d kurang pengetahuan masalah pembiusan/ operasi ditandai dengan pasien tampak gelisah, pasien mengatakan sedikit cemas, pasien belum pernah menjalani pembedahan sebelumnya. 3. Pola nafas tidak efektif b.d disfungsi neuromuskuler dampak sekunder obat pelumpuh otot pernapasan/ obat general anestesi di tandai dengan penurunan ventilasi, RR : 22 x/menit, terpasang ETT, pasien di berikan muscle relaxan Rocuronium 35mg 4. Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d vasodilatasi pembuluh darah dampak obat anestesi di tandai dengan N: 92x/menit, RR: 20x/menit, akral dingin, bibir tampak kering. 5. Bersihan napas tidak efektif b.d mukus banyak tertahan efek dari obat general anestesi di tandai dengan napas spontan dengan bantuan alat, terdengar suara ronchi. 6. Hambatan mobilitas fisik b.d pengaruh sekunder obat anestesi ditandai dengan pasien post anestesi, kesadaran pasien koma, pasien belum bisa mampu menggerakkan ekstremitasnya.
D. Rencana dan Intervensi Keperawatan
No. 1.
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan nyeri
Pre Anestesi
Nyeri akut b.d agen berkurang dengan kriteria hasil:
cedera biologis
Pasien
melaporkan
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi frekuensi,
skala
nyeri
kualitas dan faktor presipitasi
berkurang (dari 5 ke 3)
Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan
Pasien terlihat tenang
Gunakan
teknik
komunikasi
terapeutik
untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien
2.
Cemas
b/d
kurang Setelah dilakukan asuhan keperawatan cemas
pengetahuan masalah berkurang/hilang dengan kriteria hasil: pembiusan/ operasi
Pasien menyatakan siap dilakukan
Ajarkan tentang teknik non farmakologi nafas dalam
Kaji tingkat kecemasan
Orientasikan dengan tim anestesi/kamar operasi
Jelaskan jenis prosedur tindakan anestesi yang akan
pembiusan
Pasien mengkomunikasikan perasaan
dilakukan
negatif secara tepat
Beri
dorongan
pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan
Pasien tampak tenang dan kooperatif
Dampingi pasien untuk mengurangi cemas
TTV normal
Ajarkan teknik relaksasi
Kolaborasi untuk pemberian obat penenang
3.
Setelah selesai tindakan anestesi/ pembiusan
Intra Anestesi Pola
nafas
tidak pola napas pasien menjadi efektif atau normal
efektif b/d disfungsi di tandai dengan:
Bersihkan
sekret
pada
jalan
nafas:
hidung,oral,trachea (ETT)
Jaga jalan nafas
neuromuskuler
Frekuensi nafas normal
Pasang peralatan oksigen
dampak
sekunder
Irama nafas sesuai yang diharapkan
Monitor aliran oksigen
obat pelumpuh otot
Bernafas mudah, tidak didapatkan
Monitor ritme, irama, kedalaman dan usaha respirasi
nafas pendek
Monitor pola nafas tachipnea, apnea
Auskultasi suara nafas vesikuler
Monitor tanda hipoventilasi
keperawatan
Kaji tingkat kekurangan volume cairan.
keseimbangan cairan keseimbangan cairan dalam ruangan intrasel
Kolaborasi untuk pemberian cairan dan elektrolit.
dan
Monitor masukan dan keluaran cairan dan elektrolit.
Monitor haemodinamik.
Monitor perdarahan.
Setelah pasien sadar dari efek anestesi umum
Atur posisi pasien
Bersihan napas tidak bersihan jalan nafas efektif dengan kriteria
Pantau tanda-tanda ketidakefektifan dan pola nafas
efektif
Pantau respirasi dan status oksigen
pernapasan/
obat
general anestesi. 4.
Resiko
gangguan Setelah
elektrolit
dilakukan
asuhan
b/d dan ekstrasel tubuh tercukupi dengan kriteria
vasodilatasi pembuluh hasil: darah obat anestesi
Akral kulit hangat
Haemodinamik dalam batas normal TD 120-140/80-90 mmHg, nadi 80100 x/menit, RR 12-20 x/menit
Masukan cairan dan keluaran cairan seimbang
5.
Post Anestesi
b/d
mukus hasil :
banyak tertahan efek dari
obat
anestesi
6.
Buka jalan nafas
kedalaman, dan irama
Bersihkan sekresi
Suara napas bersih
Auskultasi suara nafas
Tidak sianosis
general
Pola
nafas
normal:
frekuensi
Hambatan
mobilitas Setelah pasien sadar dari efek anestesi umum
Atur posisi pasien
fisik
pengaruh mobilitas fisik pasien tidak terhambat dengan
Bantu pergerakan pasien secara aman
b.d
sekunder
obat kriteria hasil :
Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan pergerakan
anestesi
Pasien meningkat dalam aktivitas fisik
Ajarkan teknik pergerakan yang aman
Pasien memverbalisasikan perasaan
Latihan mengangkat atau menggerakan ekstremitas
dalam meningkatkan kekuatan dan
Lakukan penilaian aldrete skor
kemampuan berpindah
E. Implementasi dan Evaluasi Tanggal, waktu 5 Maret 2019, 10.00 WIB
Diagnosa Pre Anestesi
Implementasi
Evalusi
mengkaji nyeri termasuk S :
Nyeri akut b.d agen
lokasi, karakteristik, durasi
P : Penyebaran infeksi
cedera biologis
frekuensi,
Q : tertusuk-tusuk
kualitas
dan
R : Seluruh abdomen
faktor presipitasi
Mengobservasi
reaksi
nonverbal
dan
tentang A : nyeri akut teratasi sebagian
Mengajarkan teknik
non
T : hilang timbul O : pasien tampak lebih tenang
ketidaknyamanan
S : Skala 3
farmakologi P : observasi reaksi nonverbal pasien
nafas dalam 5 Maret 2019, 10.05 WIB
Cemas b.d kurang
pengetahuan masalah
Mengorientasikan
dengan S : Pasien mengatakan siap dan setuju
tim anestesi/kamar operasi
pembiusan/operasi
Menjelaskan jenis prosedur O : Pasien tampak lebih tenang tindakan
dilakukan pembiusan dan operasi
anestesi
yang
TD :118/80mmHg;
akan dilakukan
N
: 90 x/mnt;
Memberi dorongan pasien
RR : 22 x/mnt
Paraf
untuk
mengungkapkan A : Cemas teratasi
perasaan
P : Monitor TTV
Mendampingi pasien untuk mengurangi cemas
Mengajarkan
teknik
relaksasi nafas dalam 5 Maret 2019, 10.15WIB
Intra Anestesi Pola
nafas
tidak
Menjaga jalan nafas
Memasang
efektif b.d disfungsi
S:-
peralatan O :
oksigen
Pola nafas efektif dengan bantuan
neuromuskuler
Memonitor aliran oksigen
dampak
Memonitor ritme, irama,
TD : 120/75 mmHg
obat pelumpuh otot
kedalaman
RR : 22x/menit
pernapasan/
respirasi
N : 92x/menit
sekunder
obat
general anestesi.
dan
mesin (ventilator mekanik)
usaha
A : Pola nafas tidak efektif teratasi
Memonitor pola nafas
P:
5 Maret 2019, 10.30 WIB
Resiko
gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit
Mengkaji
Berkolaborasi
jaga jalan napas
monitor pola nafas
monitor oksigenasi
akral dingin
tingkat S : -
kekurangan volume cairan.
untuk
O:
b.d
vasodilatasi
pembuluh
darah
obat anestesi
cairan masuk : 4144 cc
elektrolit.
cairan keluar : 320 cc
Memonitor masukan dan
TD : 90/65 mmHg
keluaran
RR : 18x/menit
N : 80x/menit
pemberian
cairan
cairan
dan
dan
elektrolit.
Memonitor haemodinamik.
A: Resiko gangguan keseimbangan dan
Memonitor perdarahan
elektrolit teratasi sebagian. P:
Kolaborasi untuk pemberian cairan dan elektrolit.
Monitor
masukan
dan
keluaran
cairan dan elektrolit. 5 Maret 2019, 11.50 WIB
Post Anestesi Bersihan tidak mukus
napas
efektif
Atur posisi pasien
Pantau tanda-tanda ketidak O :
suara nafas bersih
Pantau respirasi dan status
jalan nafas efektif.
oksigen
nafas spontan dengan bantuan alat
Buka jalan nafas
tidak terjadi sianosis
Bersihkan sekresi
TD : 120/80 mmHg
Auskultasi suara nafas
RR : 20x/menit
tertahan efek dari obat anestesi
general
S:-
efektifan dan pola nafas
b.d
banyak
Monitor haemodinamik
N : 82x/menit
A : Bersihan nafas tidak efektif teratasi P : Lanjut monitor secara intensif di ruang ICU. 5 Maret
Hambatan mobilitas
Mengatur posisi pasien
S:-
2019,
fisik b.d pengaruh
Memonitor TTV pasien
O:
12.00 WIB
sekunder
obat
anestesi
Kesadaran pasien koma
Posisi pasien supinasi
A : hambatan mobilitas fisik belum teratasi P:
Lakukan penilaian aldrete skor saat pasien sudah pulih
Monitor TTV
Kaji pergerakan pasien