Bab Ii.docx

  • Uploaded by: hesti enjelikaa
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Ii.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,538
  • Pages: 30
BAB II PEMBAHASAN 1. Angin Puting Beliung

A.

Definisi Angin Puting Beliung

Angin puting beliung adalah angin yang berputar dengan kecepatan lebih dari 63 km/jam yang bergerak secara garis lurus dengan lama kejadian maksimum 5 menit. Orang awam menyebut angin puting beliung adalah angin Leysus, di daerah Sumatera disebut Angin Bohorok dan masih ada sebutan lainnya. Angin jenis ini yang ada di Amerika yaitu Tornado mempunyai kecepatan sampai 320 km/jam dan berdiameter 500 meter. Angin puting beliung sering terjadi pada siang hari atau sore hari pada musim pacaroba. Angin ini dapat menghancurkan apa saja yang diterjangnya, karena dengan pusarannya benda yang terlewati terangkat dan terlempar. Angin puting beliung adalah kolom udara yang berputar kencang yang membentuk hubungan antara awan kumulonimbus atau dalam kejadian langka dari dasar awan cumulus dengan permukaan tanah. Angin puting beliung muncul dalam banyak ukuran namun umumnya berbentuk corong kondensasi yang terkihat jelas yang ujungnya yang menyentuh buimi menyempit dan sering dikelilingi oleh awan yang membawa puing-puing. Tornado adalah angin kencang yang berputar dengan kecepatan lebih dari 60- 90 km/jam yang berlangsung 5-30 menit akibat adanya perbedaan tekanan yang sangat besar dalam area skala yang sangat lokal yang terjadi di bawah atau di sekitar awan cumulunimbus (Cb) Penyebab alam terjadinya angin puting beliung disebabkan karena udara panas dan dingin bertemu, sehingga saling bentrok dan terbentuklah puting beliung. Selain itu juga karena didalam awan terjadi arus udara naik keatas yang kuat. Hujan belum turun, titik-titik air maupun Kristal es masih tertahan oleh arus udara yang naik ke atas puncak awan. Proses terjadinya angin puting beliung, biasanya terjadi pada musim pancaroba pada siang hari suhu udara panas, pengap, dan awan hitam mengumpul, akibat radiasi matahari disiang hari tumbuh awan secara vertical, selanjutnya didalam 8 awan tersebut terjadi pergolakan arus udara naik dan turun dengan kecepatan udara yang tinggi. Arus udara yang turun dengan kecepatan yang tinggi menghembus ke permukaan bumi secara tiba-tiba dan berjalan secara acak. Puting beliung ini biasanya terjadi pada saat musim peralihan atau pada saat cuaca hujan atau di musim hujan yang hujannya masih banyak terjadi pada siang hari 9 atau malam hari, karena memang fenomena nya selalu terjadi setelah lepas pukul 13.00 – 17.00 waktu setempat, namun demikian tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada malam hari B. Gejala Awal Terjadinya Puting Beliung 1. Udara terasa panas dan gerah 2. Di langit tampak ada pertumbuhan awan Cumulus (Cu)-(awan putih yang bergerombol yang berlapis-lapis)

3. Diantara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi yang yang secara visual seperti bunga kol. 4. Awan tiba-tiba berubah warna dari warna putih menjadi warna hitam pekat (awan Cb). 5. Ranting pohon dan daun bergoyang cepat karena tertiup angin disertai angin kencang sedah menjulang

C. Ciri-Ciri dan Proses Terjadinya Angin Puting Beliung Ciri-ciri datangya angin puting beliung adalah pada waktu siang hari terlihat adanya awan putih menjulang tinggi seperti bunga kol, kemudian berkembang menjadi awan gelap yang disertai hembusan udara dingin, dan angin mulai menggoyangkan pepohonan ke kiri dan ke kanan, tidak lama kemudian angin semakin cepat dan diikuti hujan lebat dan terkadang disertai hujan es. Terlihat di awan hitam pusaran angin berbentuk seperti kerucut turun menuju tanah (bumi). Ciri-ciri angin puting beliung adalah : 1. Kejadiannya singkat, antara 3 hingga 10 menit, setelah itu diikuti angin kencang yang 2. 3. 4. 5.

kecepatannya berangsur melemah. Kecepatan angin lesus adalah 45 hingga 90 km/jam. Terjadi di tempat dengan radius jangkuan 5 hingga 10 km. Terjadi di musim pancaroba dan sebagian kecil di musim hujan, saat hujan di siang atau sore hari. Terjadi antara jam 13 hingga 17.

Proses terjadinya angin puting beliung, biasanya terjadi pada musim pancaroba pada siang hari suhu udara panas, pengap, dan awan hitam mengumpul, akibat radiasi matahari di siang hari tumbuh awan secara vertikal, selanjutnya di dalam awan tersebut terjadi pergolakan arus udara naik dan turun dengan kecepatan yang cukup tinggi. Arus udara yang turun dengan kecepatan yang tinggi menghembus ke permukaan bumi secara tiba-tiba dan berjalan secara acak. Angin puting beliung terbentuk oleh gelombang udara. Udara lembab yang hangat bertemu udara kering yang dingin hingga terbentuklah awan petir. Setelah awan petir terbentuk, udara yang hangat naik dan ketika udara hangat mendesak udara kosong semakin banyak, udara mulai berputar. Udara yang berputar membentuk angin puting beliung. D. Penyebab Terjadinya Angin Puting Beliung a.

Sebab Alam

Penyebab Terjadinya Angin Puting Beliung disebabkan karena Udara panas dan dingin bertemu, sehingga saling bentrok dan terbentuklah puting beliung.

Selain itu juga karen Dalam awan terjadi arus udara naik ke atas yang kuat. Hujan belum turun, titik-titik air maupun Kristal es masih tertahan oleh arus udara yang naik ke atas puncak awan. b.

Sebab Sosial

Angin puting beliung ini biasanya terjadi di daerah yang jumlah vegetasinya kurang atau sedikit, contohnya pada sebuah kota yang didalamnya terdapat banyak gedung yang menyebabkan suhu didalamnya menjadi panas. Selain itu penyebab lain angin puting beliung adalah pemakaian alat elektronik seperti kulkas, AC, televisi, mesin cuci dan sebagainya yang dapat menimbulkan efek rumah kaca dan menyebabkan terjadinya global warming sehingga udara panas terperangkap dalam atmosfer bumi dan berbenturan dengan udara yang lebih rendah sehingga menyebabkan terjadinya angin puting beliung. D.

Akibat dari Angin Puting Beliung

a.

Akibat Alam

Angin puting beliung sangat berdampak buruk pada kehidupan dan lingkungan tempat manusia tinggal.Akibat dari angin puting beliung antara lain banjir, tsunami dan tanah longsor yang disebabkan oleh guncangan dari pusaran angin yang bertekanan sangat tinggi. b.

Akibat Sosial

Setiap bencana alam selalu membawa dampak dan menimbulkan kerugian bagi manyarakat, berupa korban jiwa, dan material. Bencana angin puting beliung bila menimbulkan korban dan kerusakan pada bangunan infrastruktur, hal ini tergantung dari skala intensitas angin. Semakin tinggi intensitas angin maka akan semakin berat tingkat kerusakan yang ditimbulkan Angin puting beliung. Kerusakan yang dilimbulkan diantaranya:          

Menyebebkan kerusakan atau kehancuran bangunan Merusak jaringan listrik Mengangkat dan memindahkan benda-benda yang tidak stabil Membahayakan keselamatan Rusaknya rumah dan infrastruktur suatu daerah Dapat menimbulkan korban jiwa. Rusaknya kebun-kebun warga Kerugian Material. Banyak puing-puing dan sampah yang terbawa puting beliung dan berserakan Terganggunya kegiatan-kegiatan ekonomi

E. Tanda - tanda yang mendahului Angin Puting Beliung 1. Sehari sebelumnya udara pada malam dan pagi terasa panas, sumuk, pengap. 2. Sekitar jam 10 pagi terlihat awan cumulus (awan berlapis-lapis), diantara awan tersebut ada satu jenis awan yang memiliki batas tepi sangat jelas berwarna abuabu menjulang tinggi seperti bunga kol.

Selanjutnya awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi hitam gelap. Jika ranting pohon bergoyang, maka hujan dan angin kencang akan datang. Terasa ada sentuhan udara dingin di sekitar tempat kita berdiri. Biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan yang tiba-tiba deras, apabila hujannya gerimis maka kejadian angin kencang jauh dari lingkungan kita berdiri. 7. Terdengar sambaran petir yang cukup keras, yang merupakan pertanda hujan lebat dan angin kencang akan terjadi. 12 8. Pada musim penghujan, jika 1 hingga 3 hari berturut-turut tidak ada hujan, kemungkinan hujan deras yang pertama kali turun akan diikuti oleh angin kencang baik yang termasuk dalam kategori puting beliung atau angin kencang yang memiliki kecepatan lebih rendah.

3. 4. 5. 6.

Karakteristik Angin Puting Beliung Gambar 2.3 Angin puting beliung



Puting beliung merupakan dampak dari awan Cumulonimbus yang biasa tumbuh selama periode musim hujan, tetapi tidak semua pertumbuhan awan Cumulonimbus akan menimbulkan angin puting beliung

    

Kehadirannya belum dapat diprediksi Terjadi secara tiba-tiba (2-5 menit) pada area skala yang sangat lokal Pusaran puting beliung mirip belalai gajah/selang vacuum cleaner Jika kejadiannya berlangsung lama, lintasannya membentuk jalur kerusakan Lebih sering terjadi pada siang hari dan lebih banyak di daerah dataran rendah

Karakteristik Angin Puting Beliung (sumber: BMKG) Kriteria Angin Puting Beliung Area tumbuh Daratan dan bisa terjadi di laut (water spot) Periode ulang a. Terjadi pada musim peralihan musim kemarau ke hujan atau sebaliknya (pancaroba) b. Tidak mempunyai siklus yang beraturan c. Tidak ada putting beliung susulan Arah gerakan Dipengaruhi arah gerakan awan cumulonimbus (Cb) Proses terjadinya Hanya dari awan Cb dengan skala lokal Deteksi 0,5-1 jam sebelum kejadian Waktu kejadian Lebih sering pada siang-sore hari, malam hari jarang terjadi Kecepatan angin 30-50 knots, dengan durasi sangat singkat Lamanya

Luas area kerusakan

a. Merobohkan; atap rumah, tiang,pohon tinggi yang rimbun dan rapuh. b. Skala besar bisa menghancurkan rumah permanen 5-10 km

F. Antisipasi dan Penanggulangan Angin Puting Beliung Antisipasi adanya angin puting beliung: · ·

· · ·

Jika terdapat pohon yang rimbun dan tinggi serta rapuh agar segera ditebang untuk mengurangi beban berat pada pohon tersebut Perhatiakan atap rumah yang sudah rapuh, karena pada rumah yang rapuh sangat mudah sekali terhempas, sedangkan pada rumah yang permanent, kecil kemungkinan terhempas. Apabila melihat awan yang tiba-tiba gelap, semula cerah sebaiknya untuk tidak mendekati daerah awan gelap tersebut Cepat berlindung atau menjauh dari lokasi kejadian, karena peristiwa fenomena tersebut sangat cepat Untuk jangka panjang pohon dipinggir jalan diganti dengan pohon akar berjenis serabut seperti pohon asem, pohon beringin dan sebagainya.

Adapun upaya penanggulangannya adalah sebagai berikut : a.

Sebelum Datangnya Angin 

Dengar dan simaklah siaran radio atau televisi menyangkut prakiraan terkini cuaca setempat  Waspadalah terhadap perubahan cuaca  Waspadalah terhadap angin topan yang mendekat.  Waspadalah terhadap tanda tanda bahaya sebagai berikut:  Langit gelap, sering berwarna kehijauan.  Hujan es dengan butiran besar  Awan rendah, hitam, besar, seringkali bergerak berputar  Suara keras seperti bunyi kereta api cepat  Bersiaplah untuk ke tempat perlindungan ( bunker ) bila ada angin topan mendekat c. Saat Datangnya Angin  Jika anda berada di dalam bangunan seperti rumah, gedung perkantoran, sekolah, rumah sakit, pabrik, pusat perbelanjaan, gedung pencakar langit, maka yang anda harus lakukan adalah segera menuju ke ruangan yang telah dipersiapkan untuk menghadapi keadaan tersebut seperti sebuah ruangan yang dianggap paling aman, basement, ruangan anti badai, atau di tingkat lantai yang paling bawah. Bila tidak terdapat basement, segeralah ke tengah tengah ruangan pada lantai terbawah, jauhilah sudut sudut ruangan, jendela, pintu, dan dinding terluar bangunan. Semakin banyak sekat dinding antara diri anda dengan dinding terluar gedung semakin aman. Berlindunglah di bawah meja gunakan lengan anda untuk melindungi kepala dan leher anda. Jangan pernah membuka jendela.  Jika anda berada di dalam kendaraan bermobil, segeralah hentikan dan tinggalkan kendaraan anda serta carilah tempat perlindungan yang terdekat seperti yang telah disebutkan di atas.  Jika anda berada di luar ruangan dan jauh dari tempat perlindungan, maka yang anda harus lakukan adalah sebagai berikut:  Tiaraplah pada tempat yang serendah mungkin, saluran air terdekat atau sejenisnya sambil tetap melindungi kepala dan leher dengan menggunakan lengan anda  Jangan berlindung di bawah jembatan, jalan layang, atau sejenisnya. Anda akan lebih aman tiarap pada tempat yang datar dan rendah  Jangan pernah melarikan diri dari angin puting beliung dengan menggunakan kendaraan bermobil bila di daerah yang berpenduduk padat atau yang bangunannya banyak. Segera tinggalkan kendaraan anda untuk mencari tempat perlindungan terdekat.  Hati hati terhadap benda benda yang diterbangkan angin puting beliung. Hal ini dapat menyebabkan kematian dan cedera serius  Bila dalam keadaan bahaya segeralah ke tempat perlindungan (bunker)

G. Proses Terjadinya Angin Puting Beliung Proses terjadinya puting beliung sangat terkait erat dengan fase tumbuh nya awan Cb yaitu seperti dijelaskan dibawah ini: 1. Fase Tumbuh dalam fase ini, didalam awan sedang terjadi arus udara yang naik ke atas dengan tekanan sangat kuat. Pada fase ini proses terjadinya hujan belum turun karena titik air serta kristal es masih tertahan oleh arus udara yang bergerak naik menuju puncak awan. 2. Fase Dewasa : pada fase ini, titik air yang sudah tidak bisa lagi ditahan oleh udaran akan naik menuju puncak awan. Lalu hujan akan turun dan menyebabkan adanya gaya gesek antara arus udara yang naik dan turun. Didalam fase ini juga, tempratur massa udara yang turun mempunyai suhu yang lebih dingin jika dibandingkan udara yang ada disekelilingnya. Saat arus udara naik dan turun akan menimbulkan arus geser yang memutar lalu membentuk pusaran. Semakin lama, arus udara akan semakin cepat dan membentuk sebuah siklon yang “menjilat” bumi. Dan itulah yang disebut angin puting beliung. 3. Fase Punah : dalam fase ini, tidak ada massa udara yang naik namun massa udara akan meluas di seluruh awan. Seiring berjalan, masa ini akan berhenti dan pertumbuhan awan akan berakhi H. Dampak yang Ditimbulkan Angin Puting Beliung Setiap bencana alam selalu membawa dampak dan menimbulkan kerugian bagi manyarakat, berupa korban jiwa, dan material. Bencana angin puting beliung bila menimbulkan korban dan kerusakan pada bangunan infrastruktur, hal ini tergantung dari skala intensitas angin. Semakin tinggi intensitas angin maka akan semakin berat tingkat kerusakan yang ditimbulkan Angin puting beliung yang terjadi di indonesia memiliki skala intensitas antara F1 dan F0, yang digolongkan pada tornado lemah. Kerusakan yang dilimbulkan diantaranya: 1. 2. 3. 4. 5. I.

Menyebabkan kerusakan atau kehancuran bangunan 21 Merusak jaringan listrik Mengangkat dan memindahkan benda-benda yang tidak stabil Membahayakan keselamatan Mengakibatkan banjir Penanganan bencana alam anguin puting beliung Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk bencana angin puting : 1. Membuat sruktur bangunan yang memenuhi syarat teknis untuk mampu bertahan terhadap gaya angin 2. Perlunya penerapan aturan standar bangunan yang memperhitungkan beban angin khususnya di daerah yang rawan angin topan 3. Penempatan lokasi pembangunan fasilitas yang penting pada daerah yang terlindung dari serangan angin topan. 4. Penghijauan di bagian atas arah angin untuk meredam gaya angina Pembuatan bangunan umum yang cukup luas yang dapat digunakan

J.

sebagai tempat penampungan sementara bagi orang maupun barang saat terjadi serangan angin topan. 5. Pengamanan/perlakuan bagian-bagian yang mudah diterbangkan angin yang dapat membahayakan diri atau arang lain disekitarnya. 6. Kesiap-siagaan dalam menghadapi angin puting beliung, mengetahui bagaimana cara penyelamatan diri 22 7. Pengamanan barang-barang di sekitar rumah agar terikat dibangun secara kuat sehingga tidak diterbangkan angin. 8. Untuk para nelayan, supaya menembatkan atau mengikat kuat kapal-kapalnya Mitigasi Bencana Puting Beliung 1) Sebelum bencana:  Perlu dilakukan sosialisasi mengenai puting beliung agar masyarakat memahami dan mengenal puting beliung, baik definisi, gejala awal, karakteristik, bahaya, dan mitigasinya  Menyusun peta rawan bencana puting beliung berdasarkan data historis Memangkas ranting pohon besar dan menebang pohon yang sudah rapuh serta tidak membiasakan memarkir kendaraan di bawah pohon besar  Jika tidak penting sekali, hindari bepergian apabila langit tampak awan gelap dan menggantung  Mengembangkan sikap sadar informasi cuaca dengan selalu mengikuti informasi prakiraan cuaca atau proaktif menanyakan kondisi cuaca kepada instansi yang berwenang  Penyiapan lokasi yang aman untuk tempat pengungsian sementara 2) Saat bencana:  Segera berlindung pada bangunan yang kokoh dan aman begitu angin kencang menerjang 23  Jika memungkinkan segeralah menjauh dari lokasi kejadian karena proses terjadinya puting beliung berlangsung sangat cepat  Jika saat terjadi puting beliung kita berada di dalam rumah semi permanen/rumah kayu, hingga bangunan bergoyang, segeralah keluar rumah untuk mencari perlindungan di tempat lain karena bisa jadi rumah tersebut akan roboh  Hindari berteduh di bawah pohon besar, baliho, papan reklame dan jalur kabel listrik  Ancaman puting beliung biasanya berlangsung 5-10 menit, sehingga jangan terburu-buru keluar dari tempat perlindungan yang aman jika angin kencang belum benar-benar reda 3) Setelah Bencana:  Melakukan koordinasi dengan berbagai pelaksana lapangan dalam pencarian dan pertolongan para korban

 





Mendirikan posko dan evakuasi korban yang selamat Mendirikan tempat penampungan korban bencana secara darurat di dekat lokasi bencana atau menggunakan rumah penduduk untuk pengobatan dan dapur umum Melakukan koordinasi bahan bantuan agar terdistribusi tepat sasaran dan sampai kepada mereka yang benar-benar membutuhkan dan menghindari para oknum yang memanfaatkan situasi Melakukan evaluasi pelaksanaan pertolongan dan estimasi kerugian material.

2. Banjir A. Pengertian banjir

banjir adalah sebuah bencana alam yang mudah terjadi. Hal ini karena letak Indonesia pada daerah tropis yang memungkinkan curah hujan yang tinggi setiap tahunnya. Banjir di Indonesia terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu : Banjir bandang, Banjir Hujan Ekstrim, Banjir Luapan Sungai / Banjir Kiriman, Banjir Pantai (ROB), Banjir Hulu Banjir bandang adalah banjir besar yang terjadi secara tiba-tiba dan berlangsung hanya sesaat yang yang umumnya dihasilkan dari curah hujan berintensitas tinggi dengan durasi (jangka waktu) pendek yang menyebabkan debit sungai naik secara cepat. Banjir jenis ini biasa terjadi di daerah dengan sungai yang alirannya terhambat oleh sampah. Ini biasanya terjadi hanya dalam waktu 6 jam sesudah hujan lebat mulai turun. Biasanya banjir ini ditandai dengan banyaknya awan yang menggumpal di angkasa serta kilat atau petir yang keras dan disertai dengan badai tropis atau cuaca dingin. Umumnya banjir ini akibat meluapnya air hujan yang sangat deras, khususnya bila tanah bantaran sungai rapuh dan tak mampu menahan cukup banyak air. Jenis banjir ini biasanya berlangsung dalam waktu lama dan sama sekali tidak ada tanda-tanda gangguan cuaca pada waktu banjir melanda dataran – sebab peristiwa alam yang memicunya telah terjadi berminggu-minggu sebelumnya. Jenis banjir ini terjadi setelah proses yang cukup lama. Datangnya banjir dapat mendadak. Banjir luapan sungai ini kebanyakan bersifat musiman atau tahunan dan bisa berlangsung selama berhari- hari atau berminggu-minggu tanpa berhenti. Banjir ini biasanya terjadi pada daerah-daerah lembah.

Banjir yang disebabkan angin puyuh laut atau taifun dan gelombang pasang air laut. Banjir ini terjadi karena air dari laut meresap ke daratan di dekat pantai dan mengalir ke daerah pemukiman atau karena pasang surut air laut. Banjir ini biasanya terjadi di daerah pemukiman yang dekat dengan pantai. Contoh daerah yang biasanya terkena ROB adalah Semarang. Banjir yang terjadi di wilayah sempit, kecepatan air tinggi, dan berlangsung cepat dan jumlah air sedikit. Banjir ini biasanya terjadi di pemukiman dekat hulu sungai. Terjadinya banjir ini biasanya karena tingginya debit air yang mengalir, sehingga alirannya sangat deras dan bisa berdampak destruktif. Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan yang biasanya kering karena peningkatan volume air yang diakibatkan dari tingginya curah hujan, meluapnya air sungai atau laut, dan pecahnya bendungan. Banjir bandang adalah banjir yang terjadi secara tiba-tiba karena terisinya air pada daerah yang tanahnya kering /sukar meresap air ketika hujan turun, air sukar meresap ke dalam tanah dan akhirnya terjadi banjir bandang.

B. Jenis-jenis Bencana Banjir Jenis-jenis Bencana Banjir Sebenarnya, UU Nomor 24 tahun 2007 selain mendefinisikan pengertian dari bencana, juga menyebutkan beberapa pengertian dari bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial. Dari lingkup bencana alam, terdapat definisi dari dua buah jenis banjir, yakni banjir dan banjir bandang. Banjir adalah terendamnya suatu daerah karena volume air yang meningkat. Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan debit air yang besar yang disebabkan terbendungnya aliran sungai pada alur sungai. (Paripurno, 2013) dalam Modul Pengenalan Banjir, menyebutkan terdapat tiga jenis banjir disertai dengan bagaimana penyebab terjadinya banjir tersebut. Jenis banjir yang disebutkan yakni: Banjir kilat, Banjir luapan sungai, dan banjir pantai. 1) Banjir Kilat Banjir kilat adalah banjir yang terjadi hanya dalam waktu delapan jam setelah hujan lebat mulai turun. Biasanya jenis banjir ini sering dihubungkan dengan banyaknya awan kumulus, kilat dan petir yang keras, badai tropis atau cuaca dingin.Umumnya banjir kilat diakibatkan oleh meluapnya air hujan yang sangat deras. Namun, selain hal tersebut juga dapat disebabkan oleh faktor lain, seperti: bendungan yang gagal menahan debit air yang meningkat, es yang tiba-tiba meleleh, dan berbagai perubahan besar dibagian hulu sungai. 2) Banjir Luapan Sungai Banjir luapan sungai adalah banjir yang terjadi dengan proses yang cukup lama, walaupun terkadang proses tersebut tidak diperhatikan, sehingga

datangnya banjir terasa mendadak dan mengejutkan. Banjir tipe ini biasanya bertipe musiman atau tahunan, dan mampu berlangsung sangat lama. Penyebab utamanya adalah kelongsoran di daerah yang biasanya mampu menahan kelebihan debit air. 3) Banjir Pantai Banjir pantai biasanya dikaitkan dengan terjadinya badai tropis. Banjir yang membawa bencana dari luapan air hujan sering bertambah parah karena badai yang dipicu angin kencang di sepanjang pantai. Hal ini mengakibatkan air garam akan membanjiri daratan karena dampak perpaduan gelombang pasang.

C. TINDAKAN UNTUK MENGURANGI DAMPAK BANJIR Ada beberapa tindakan yang bisa mengurangi dampak resiko penanggulangan banjir, diantaranya yaitu : 

Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan.



Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai yang sering menimbulkan banjir.



Tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai serta daerah banjir.



Tidak membuang sampah ke dalam sungai.



Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan serta mengurangi aktifitas di bagian sungai rawan banjir.

D. DAMPAK YANG TIMBUL AKIBAT BANJIR 

Dampak fisik Kerusakan pada sarana-sarana umum, kantor-kantor pelayanan publik yang disebabkan oleh banjir.



Dampak sosial Mencakup

kematian,

risiko

kesehatan,

trauma

mental,

menurunnya

perekonomian, terganggunya kegiatan pendidikan (anak-anak tidak dapat pergi ke sekolah), terganggunya aktivitas kantor pelayanan publik, kekurangan makanan, energi, air, dan kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya. 

Dampak ekonomi Mencakup kehilangan materi, gangguan kegiatan ekonomi (orang tidak dapat pergi kerja, terlambat bekerja, atau transportasi komoditas terhambat, dan lainlain).



Dampak lingkungan Mencakup pencemaran air (oleh bahan pencemar yang dibawa oleh banjir) atau tumbuhan disekitar sungai yang rusak akibat terbawa banjir.



Dampak ancaman wabah penyakit

Setelah banjir pada saat dan sesudah banjir, seperti penyakit diare, penyakit yang disebabkan oleh nyamuk.

E. CARA PENANGGULANGAN BANJIR Penanggulangan banjir dilakukan secara bertahap, dari pencegahan sebelum banjir penanganan saat banjirdan pemulihan setelah banjir. Tahapan tersebut berada dalam suatu siklus kegiatan penanggulangan banjir yang berkesinambungan. Kegiatan penanggulangan banjir mengikuti suatu siklus (life cycle) yang dimulai dari banjir, kemudian mengkajinya sebagai masukan untuk pencegahan sebelum bencana banjir terjadi kembali. Pencegahan dilakukan secara menyeluruh, berupa kegiatan fisik seperti pembangunan pengendali banjir di wilayah sungai sampai wilayah dataran banjir dan kegiatan non-fisik seperti pengelolaan tata guna lahan sampai sistem peringatan dini bencana banjir. F. TAHAPAN PENANGGULANGAN BENCANA 

Tahap Tanggap Darurat - Pengkajian secara cepat dan tepat lokasi, kerusakan dan sumber daya. Meliputi : tempat kejadian, jumlah korban, sarana prasarana - Penentuan status keadaan darurat bencana - Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana - Pemenuhan kebutuhan dasar - Perlindungan terhadap kelompok rentan - Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital



Tahap Pasca Darurat a. Tahap Rehabilitatif ( Pemulihan ) - Memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar fisik, pendidikan, kesehatan, kejiwaan, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, lingkungan, prasarana transportasi,

penyusunan

kebijakan

dan

penanggulangan bencana di pemerintahan.

b. Tahap Rekonstruksi ( pembangunan berkelanjutan )

pembaharuan

struktur

- Membangun prasarana dan pelayanan dasar fisik, pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, lingkungan, pembaharuan rencana tata ruang wilayah, sistem pemerintahan dan lainnya yang memperhitungkan faktor risiko bencana. - Pemulihan psiko-sosial - Peningkatan fungsi pelayanan kesehatan 

Tahap Pencegahan & Mitigasi a. Pencegahan Pencegahan adalah upaya yang dilakukan untuk menghilangkan sama sekali atau mengurangi ancaman. Misalnya : 1. Pencegahan penebangan liar 2. Tidak membuang sampah sembarangan b. Mitigasi Mitigasi atau pengurangan adalah upaya untuk mengurangi atau meredam risiko.

Yaitu

dengan

membuat

bendungan,

tanggul,

kanal

untuk

mengendalikan banjir, pembangunan tanggul sungai dan lainnya. 1. Kenali Penyebab Banjir  Curah hujan tinggi  Permukaan tanah lebih rendah dibanding permukaan air laut  Terletak di suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan pengaliran air keluar sempit  Banyak permukiman yang dibangun di dataran sepanjang sungai  Aliran sungai tidak lancar karena banyaknya sampah serta bangunan di pinggir sungai.  Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai. 2. Tindakan untuk mengurangi dampak banjir  Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan  Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini di bagian sungai yang sering menimbulkan banjir  Tidak membangun rumah dan permukiman di bantaran sungai  Tidak membuang sampah ke dalam sungai dan rutin mengadakan program pengerukan sungai

 Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari permukaan laut  Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan, dibarengi pengurangan aktivitas di bagian sungai rawan banjir 3. Yang harus dilakukan sebelum terjadi banjir  Bersama aparat terkait dan pengurus RT/RW terdekat, membersihkan lingkungan sekitar, terutama di saluran air atau selokan, dari timbunan sampah  Tentukan lokasi posko banjir yang tepat untuk mengungsi, lengkap dengan fasilitas dapur umum dan MCK, berikut pasokan air bersih melalui koordinasi dengan aparat terkait dan pengurus RT/RW  Bersama pengurus RT/RW, segera bentuk tim penanggulangan banjir di tingkat warga, salah satunya mengangkat penanggung jawab posko banjir  Koordinasikan melalui RT/RW, dewan kelurahan setempat, dan LSM untuk pengadaan tali, tambang, perahu karet, dan pelampung guna evakuasi  Pastikan pula peralatan komunikasi telah siap pakai, guna memudahkan mencari informasi, meminta bantuan, atau melakukan konfirmasi  Simak informasi terkini melalui TV, radio, atau peringatan tim warga tentang curah hujan dan kondisi air  Lengkapi diri dengan peralatan keselamatan, antara lain radio baterai, senter, korek gas, dan lilin  Siapkan bahan makanan mudah saji dan persediaan air bersih  Siapkan obat-obatan darurat  Amankan dokumen penting 4. Yang harus dilakukan saat banjir  Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena bencana  Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air masih memungkinkan untuk diseberangi  Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret arus banjir, serta segera amankan barang-barang berharga ketempat yang lebih tinggi  Jika air terus meninggi, hubungi instansi terkait

5. Yang harus dilakukan setelah banjir  Secepatnya membersihkan rumah, terutama bagian lantai, lalu gunakan antiseptik untuk membunuh kuman  Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya penyakit diare yang sering mewabah setelah kejadian banjir  Waspadai kemungkinan binatang berbisa atau binatang penyebar penyakit  Usahakan selalu waspada apabila kemungkinan terjadi banjir susulan 

Tahap Kesiapsiagaan Kesiapsiagaan adalah upaya menghadapi situasi darurat serta mengenali berbagai sumber daya untuk memenuhi kebutuhan pada saat itu. Hal ini bertujuan agar warga mempunyai persiapan yang lebih baik untuk menghadapi bencana. Tindakan kesiapsiagaan: - Pembuatan sistem peringatan dini, misalnya dengan dibuat tanda antisipasi siaga 1 penanda bencana - Membuat sistem penyebaran peringatan ancaman, misalnya Simak informasi terkini melalui TV, radio atau peringatan Tim warga tentang curah hujan dan posisi air pada pintu air - Lengkapi dengan peralatan keselamatan seperti: senter, selimut, tikar, jas hujan, ban karet bila ada - Pembuatan rencana evakuasi - Membuat tempat dan sarana evakuasi - Penyusunan rencana darurat, rencana siaga - Memasang rambu evakuasi dan peringatan dini jika diperlukan



Tahap Tanggap Darurat Tanggap darurat adalah upaya yang dilakukan segera setelah bencana terjadi untuk mengurangi dampak bencana, seperti penyelamatan jiwa dan harta benda. Tindakan tanggap darurat: - Evakuasi - Pencarian dan penyelamatan - Penanganan Penderita Gawat Darurat (PPGD)

- Pengkajian cepat kerusakan dan kebutuhan - Penyediaan kebutuhan dasar seperti air dan sanitasi, pangan, sandang, papan, kesehatan, konseling - Pemulihan segera fasilitas dasar seperti telekomunikasi, transportasi, listrik, pasokan air untuk mendukung kelancaran kegiatan tanggap darurat G. PERAN PERAWAT DALAM PENANGANAN BENCANA a. Peran perawat dalam keadan darurat (Impact Phase) Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat setelah keadaan stabil. Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang tim survey mulai melakukan pengkajian cepat terhadap kerusakan-kerusakan, begitu juga perawat sebagai bagian dari tim kesehatan. Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk memutuskan tindakan pertolongan pertama. Ada saat dimana ”seleksi” pasien untuk penanganan segera (emergency) akan lebih efektif (Triase).  TRIASE 1. Merah — paling penting, prioritas utama. keadaan yang mengancam kehidupan sebagian besar pasien mengalami hipoksia, syok, trauma dada, perdarahan internal, trauma kepala dengan kehilangan kesadaran, luka bakar derajat I-II. 2. Kuning — penting, prioritas kedua. Prioritas kedua meliputi injury dengan efek sistemik namun belum jatuh ke keadaan syok karena dalam keadaan ini sebenarnya pasien masih dapat bertahan selama 30-60 menit. Injury tersebut antara lain fraktur tulang multipel, fraktur terbuka, cedera medulla spinalis, laserasi, luka bakar derajat II. 3. Hijau — prioritas ketiga. Yang termasuk kategori ini adalah fraktur tertutup, luka bakar minor, minor laserasi, kontusio, abrasio, dan dislokasi. 4. Hitam — meninggal. Ini adalah korban bencana yang tidak dapat selamat dari bencana, ditemukan sudah dalam keadaan meninggal. b. Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencana 1. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-hari. 2. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian.

3. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan penanganan kesehatan di RS. 4. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian. 5. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus bayi, peralatan kesehatan. 6. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan lingkungannya berkoordinasi dengan perawat jiwa. 7. Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas, depresi yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi diri) maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan otot). 8. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain. 9. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan psikiater. 10. Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi.

c. Peran perawat dalam fase postimpact Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial, dan psikologis korban. Selama masa perbaikan perawat membantu masyarakat untuk kembali pada kehidupan normal. Beberapa penyakit dan kondisi fisik mungkin memerlukan jangka waktu yang lama untuk normal kembali bahkan terdapat keadaan dimana kecacatan terjadi.  LOGISTIK a. Selimut b. Roti c. Beras d. Gula e. Teh f. Kopi g. Susu

h. Softex i. Pampers j. Pasokan air bersih k. Pakaian 

KOORDINASI 

Saat dan Pascabencana Pada saat terjadi bencana perlu diadakan mobilisasi SDM Kesehatan yang tergabung dalam suatu Tim Penanggulangan Krisis yang meliputi Tim Gerak Cepat, Tim Penilaian Cepat Kesehatan (Tim RHA) dan Tim Bantuan Kesehatan. Koordinator Tim dijabat oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi/Kasbupaten/Kota (mengacu Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1653/Menkes/SK/XII/2005). Kebutuhan minimal tenaga untuk masing-masing tim tersebut, antara lain: l.

Tim Gerak Cepat, yaitu tim yang diharapkan dapat segera bergerak dalam waktu 0-24 jam setelah ada informasi kejadian bencana. Tim Gerak Cepat ini terdiri atas :  Pelayanan medis : -

Dokter umum / BSB = 1 orang

-

Dokter Spesialis Bedah = 1 orang

-

Dokter Spesialis Anastesi = 1 orang

-

Perawat mahir (perawat bedah, gawat darurat) = 2 orang

-

Tenaga DVI = 1 orang

-

Apoteker / asisten apoteker = 1 orang

-

Supir ambulance = 1 orang

 Surveilans = 1 orang - Ahli epidemiologi / Sanitarian  Petugas komunikasi = 1 orang Tenaga-tenaga di atas harus dibekali minimal pengetahuan umum mengenai bencana yang dikaitkan dengan bidang pekerjaannya masing-masing.

2.

Tim RHA, yaitu tim yang bisa diberangkatkan bersamaan dengan TimGerak Cepat atau menyusul dalam waktu kurang dari 24 jam. Tim iniminimal terdiri atas:

 Dokter umum = 1 orang  Ahli epidemiologi = 1 orang  Sanitarian = 1 orang

3.

Tim Bantuan Kesehatan, yaitu tim yang diberangkatkan berdasarkan kebutuhan setelah Tim Gerak Cepat dan Tim RHA kembali dengan laporan dengan hasil kegiatan mereka di lapangan. Tim Bantuan Kesehatan tersebut terdiri atas : No

Jenis Tenaga

Kompetensi Tenaga

1

Dokter umum

PPGD/ GELS/ATLS/ACLS

2

Apoteker dan Asisten Apoteker

Pengelolaan

Obat

dan

Alkes 3

Perawat

Emergency

(D3/sarjanaKeperawatan

Nursing/PPGD/ BTLS/PONED (Pelayanan Obsterik dan Neonatal

Emergensi

Dasar) /PONEK/ICU 4

Perawat Mahir

Anastesi/Emergency Nursing

5

Bidan ( D3 Kebidanan)

APN dan PONED

6

Sanitarian ( D3 Kesling/sarjana Penanganan Kualitas Air Kesmas)

7

Bersih dan Kesling

Ahli Gizi (D3/D4 Kesehatan/ Penanganan Gizi darurat Sarjana Kesmas)

8

Tenaga

Surveilens

(D3/D4 Surveleliens Penyakit

Kesehatan/ Sarjana Kesmas) 9

Ahli

Entomologi

Kesehatan/

Sarjana

sarjana Biolog

(D3/D4 Pengendalian Vektor kesmas/

No Jenis bencana

Jenis Tenaga

Kompetensi

Jumlah

Tenaga 1.

Banjir

Dokter

Bedah umum

Sesuai _.

bandang

Spesialis

Penyakit

kebutuhan/

dalam

rekomendasi

Anestesi dan tim RHA ahli intensive care Bedah plastik Forensik Dental forensik Kesehatan Jiwa D3 Perawat Anestesi dan

Sesuai

Mahir

perawat

kebutuhan/

mahir gawat

rekomendasi

darurat

tim RHA

(emergency nursing) dasar dan lanjutan serta perawat mahir jiwa, OK/ICU Radiografer

Rontgen

Sesuai kebutuhan/ rekomendasi tim RHA

H. PELAYANAN KESEHATAN SAAT BENCANA 1. Pelayanan Kesehatan Korban Pelayanan kesehatan pada saat bencana bertujuan untuk menyelamatkan nyawa, mencegah atau mengurangi kecacatan dengan memberikan pelayanan yang

terbaik bagi kepentingan korban. Untuk mencapai tujuan tersebut,penanganan krisis kesehatan saat bencana dalam pelaksanaannya melalui lima tahap pelaksanaan, yaitu tahap penyiagaan, upaya awal, perencanaan operasi, operasi tanggap darurat dan pemulihan darurat serta tahap pengakhiran misi. Pelaksanaan kelima tahap di lingkungan kesehatan dikoordinasi oleh Pusat Pengendali Kesehatan (Pusdalkes) dinas kesehatan setempat yang diaktivasi sesaat setelah informasi kejadian bencana diterima. 

Pusat pengendali kesehatan (Pusdalkes) Pusat pengendali kesehatan (pusdalkes) merupakan organisasi komando

tanggap darurat bencana yang memiliki struktur terdiri dari : a.

Ketua pusdalkes Ketua bertugas dan bertanggungjawab untuk : 1) Mengaktifkan pusat pengendalian kesehatan (pusdalkes); 2) Membentuk pos pengendali kesehatan di lokasi bencana; 3) Membuat rencana strategis dan taktis, mengorganisasikan,melaksanakan dan mengendalikan operasi kesehatan saat tanggap darurat bencana; 4) Melaksanakan komando dan pengendalian untuk pengerahan sumberdaya manusia kesehatan, peralatan dan logistik kesehatan serta berwenang memerintahkan para pejabat yang mewakili instansi/lembaga/organisasi yang terkait dalam memfasilitasi aksesibilitas penanganan tanggap darurat bencana.

b.

Bidang operasi Bidang operasi bertugas dan bertanggung jawab atas penilaian cepat masalah kesehatan, pelayanan kesehatan pra rumah sakit dan rumah sakit, evakuasi medis, perlindungan kesehatan pengungsi, serta pemulihan prasarana dan sarana kesehatan dengan cepat, tepat, efisien dan efektif berdasarkan satu kesatuan rencana tindakan penanganan tanggap darurat bencana.

c.

Bidang perencanaan Bidang

perencanaan

bertugas

dan

bertanggung

jawab

atas

pengumpulan,analisis data dan informasi yang berhubungan dengan masalah kesehatan saat penanganan tanggap darurat bencana dan menyiapkan dokumen rencana serta laporan tindakan operasi tanggap darurat.

d.

Bidang logistik dan peralatan Bidang logistik dan peralatan bertugas dan bertanggung jawab: 1) Menyediakan fasilitas, jasa, dan bahan‐bahan serta perlengkapan untuk pelayanan kesehatan saat masa tanggap darurat; 2) Melaksanakan koordinasi, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan transportasi bantuan logistik dan peralatan kesehatan; 3) Melaksanakan penyelenggaraan dukungan, air bersih dan sanitasi umum;

e.

Bidang administrasi keuangan; Bidang Administrasi Keuangan bertugas dan bertanggungjawab: 1) Melaksanakan administrasi keuangan; 2) Menganalisa kebutuhan dana dalam rangka penanganan tanggap darurat bencana di bidang kesehatan; 3) Mendukung keuangan yang dibutuhkan dalam rangka komando tanggap darurat bencana yang terjadi.



Tahap penyiagaan Tahap ini bertujuan untuk menyiagakan semua sumber daya baik manusia

maupun logistik yang sudah disiapkan pada masa sebelum terjadi bencana. Tahap ini dimulai sejak informasi kejadian bencana diperoleh hingga mulai tahap upaya awal. Tahap ini mencakup peringatan awal, penilaian situasi dan penyebaran informasi kejadian. Peringatan awal berupa informasi kejadian bencana dapat berasal dari laporan masyarakat, media massa, perangkat pemerintah daerah atau berbagai sumber lainnya. Sesaat setelah terjadi bencana, petugas kesehatan yang berada di lokasi bencana

segera

melakukan

penilaian

awal

(initialassessment)

untuk

mengidentifikasi krisis kesehatan. Penilaian awal ini berupa informasi singkat yang segera dilaporkan ke Pusdalkes. Contoh format penilaian awal dapat dilihat pada Form B1. Jika informasi kurang memadai, segera dikirim Tim Rapid Health Assessment (RHA) untuk memastikan kejadian, menilai besarnya dampak kejadian dan kebutuhan yang harus segera dipenuhi yang kurang atau tidak tersedia di lokasi bencana. Informasi kurang memadai yang diakibatkan karena kerusakan infrastruktur yang ditandai dengan putusnya jalur komunikasi harus direspon sebagai tanda peringatan

bahaya sehingga Tim Reaksi Cepat (TRC) dapat disiapkan untuk segera dikirim ke lokasi bersama dengan Tim RHA. Tim RHA dan TRC dimobilisasi dalam waktu 0 – 24 jam setelah kejadian. Setelah

memastikan

kejadian

bencana,

Pusdalkes

segera

menyebarkaninformasi kejadian ke tingkat yang lebih tinggi dan memobilisasi sumber daya sesuai kebutuhan. Informasi kejadian harus bersirkulasi mengikuti perkembangan dan disampaikan dengan menggunakan media komunikasi dari lokasi kejadian sampai ke tingkat pusat. 

Tahap upaya awal (initial action) RHA merupakan salah satu upaya awal saat tanggap darurat yang dilakukan

untuk mengetahui besar masalah, potensi masalah kesehatan yang mungkin terjadi saat bencana serta kebutuhan sumber daya yang harus segera dipenuhi agar penanganan bencana dapat berdaya guna dan berhasil guna. Tim RHA melakukan serangkaian aktivitas untuk memastikan kejadian bencana, waktu dan lokasi kejadian, mengetahui jumlah korban, potensi risiko krisis kesehatan, dan kebutuhan sumber daya yang harus segera dipenuhi. Hasil akhir dari kegiatan RHA adalah sebuah rekomendasi bagi pengambil keputusan untuk menentukan langkah‐langkah dalam penangana suatu bencana. Kompetensi dan jumlah anggota tim tergantung kepada jenis bencana dan luasnya dampak bencana. Aspek yang dinilai pada kegiatan RHA meliputi aspek medis, epidemiologis dan kesehatan lingkungan. Anggota tim sebaiknya memiliki pengalaman dan pengetahuan di bidangnya, memiliki integritas dan mampu bekerja dalam situasi bencana. Apabila dampak bencana sangat luas, dapat dibentuk beberapa tim. Aspek medis yang dinilai meliputi masalah serta kebutuhan pelayanan medis korban pra rumah sakit, rumah sakit dan rujukan. Penilaian ini harus dilakukan dan dilaporkan sesegera mungkin untuk penanganan yang cepat dan tepat. Kegiatan ini harus dilakukan oleh orang yang memiliki pengalaman dan pengetahuan di bidang kegawatdaruratan medis. Aspek yang dinilai antara lain : a.

Mengidentifikasi lokasi bencana, meliputi daerah pusat bencana, akses transportasi dan komunikasi dari dan ke lokasi, lokasi pos medis

lapangan(dapat berupa puskesmas atau tenda perawatan sementara) dan sumber daya yang berada di lokasi; b.

Mengidentifikasi pos medis depan beserta sumber dayanya, yaitu rumah sakit terdekat, yang akan dijadikan sebagai tempat rujukan awal. Data mengenai rumah sakit setempat seharusnya sudah tersedia sebelum terjadi bencana;

c.

Mengidentifikasi pos medis belakang beserta sumber dayanya, yaitu rumah sakit rujukan bagi korban yang memerlukan perawatan lebih lengkap. Data mengenai sumber daya rumah sakit rujukan ini seharusnya sudah tersedia sebelum terjadi bencana;

d.

Mengidentifikasi pos medis sekunder, yaitu rumah sakit lainnya seperti rumah sakit TNI, Polri atau swasta yang dapat dijadikan sebagai tempat rujukan bagi korban yang memerlukan perawatan lebih lengkap. Pos medis sekunder ini untuk mengantisipasi banyaknya jumlah korban yangdirujuk ke pos medis belakang;

e.

Mengidentifikasi alur evakuasi medis dari lokasi sampai pos medis depan, pos medis belakang dan pos medi sekunder.

Identifikasi‐identifikasi di atas memungkinkan semua tim bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja mereka secara cepat dan efisien. Salah satu cara terbaik untuk proses identifikasi ini adalah dengan membuat suatu peta sederhana lokasi bencana yang mencantumkan topografi utama daerah tersebut, seperti jalan raya, batas‐batas wilayah alami dan artifisial, sumber air, sungai, bangunan, dan lain‐lain. Dengan petaini dapat dilakukan identifikasi daerah‐daerah risiko potensial, daerah lokalisasi korban, akses untuk mencapai lokasi, dan untuk menetapkan area kerja. Hasil penilaian tersebut harus dilakukan dan dilaporkan dengan cepat. 

Tahap rencana operasi

a.

Menyusun rencana operasi Rencana operasi tanggap darurat dan pemulihan darurat harus merujuk pada hasil rekomendasi RHA dan informasi penting lainnya dari sektor terkait, seperti masalah keamanan, pencemaran bahan‐bahan berbahaya dan lain‐lain. Kompetensi tenaga medis dan perlengkapan yang disiapkan harus sesuai

dengan rekomendasi RHA. Jika dalam rekomendasi diperlukan dokter spesialis bedah dan anestesi untuk penanganan korban luka berat yang memerlukan pembedahan, TRC atau tim bantuan kesehatan minimal harus terdiri dari dokter bedah, dokter anestesi, dokter umum, perawat mahir bedah dan UGD. Jumlahnya disesuaikan dengan jumlah perkiraan kasus bedah dan ketersediaan tenaga medis di lokasi bencana. Perlu disiapkan tim penolong terlatih untuk melakukan perawatan medis pra rumah sakit secara baik di lapangan. Tim medis lapangan ini memiliki kemampuan untuk : 1) Memberikan pertolongan life support; 2) Melakukan triase dengan baik; 3) Melakukan komunikasi radio dengan baik. Sebelum TRC dan Tim Bantuan Kesehatan bertugas, dilakukan briefing untuk menyampaikan informasi mengenai kondisi di lokasi bencana dan menetapkan kegiatan‐kegiatan yang akan dilakukan di lokasi bencana. Ditetapkan pula perlengkapan yang perlu dibawa untuk mendukung kegiatan‐kegiatan yang akan dilakukan.

b. Keselamatan Dalam semua tahap operasi, keamanan dan keselamatanmerupakan faktor paling utama yang harus diperhatikan semua petugas kesehatan. Perlu dilakukan koordinasi dengan sektor terkait untuk memastikan keamanan dan keselamatan petugas di lokasi agar petugas dapat bekerja dengan optimal. Tindakan keselamatan diterapkan untuk memberi perlindungan kepada tim penolong, korban dan masyarakat yang terpapar dari segala risiko yang mungkin terjadi dan dari risiko potensial yang diperkirakan dapat terjadi (meluasnya bencana, material berbahaya, kemacetan lalu lintas, dan lain‐lain). Langkah‐langkah penyelamatan yang dilakukan,antara lain: 1) Aksi langsung yang dilakukan untuk mengurangi risiko, misalnya dengan cara memadamkan kebakaran, isolasi material berbahaya, penggunaan pakaian pelindung, dan evakuasi masyarakat yang terpapar oleh bencana; 2) Aksi pencegahan yang mencakup penetapan area larangan berupa: a) Daerah pusat bencana terbatas hanya untuk tim penolong profesional yang dilengkapi dengan peralatan memadai

b) Area sekunder hanya diperuntukan bagi petugas yang ditugaskan untuk operasi

penyelamatan

korban,

perawatan,

komando

dankontrol,

komunikasi, keamanan/keselamatan, pos komando, posmedis sekunder, pusat evakuasi dan tempat parkir bagi kendaraanyang dipergunakan untuk evakuasi dan keperluan teknis c) Area tersier media massa diijinkan untuk berada di area ini, area juga berfungsi sebagai “penahan” untuk mencegah masyarakat memasuki daerah berbahaya. Luas dan bentuk area larangan ini bergantung pada jenis bencana yang terjadi (gas beracun, material berbahaya, kebakaran, kemungkinan terjadinya ledakan), arah angin dan topografi. Langkah pengamanan diterapkan dengan tujuan untuk mencegahcampur tangan pihak luar dengan tim penolong dalam melakukan upaya penyelamatan korban. Akses ke setiap area penyelamatan dibatasi dengan melakukan kontrol

lalu‐lintas

dan

keramaian.

Langkah

pengamanan

ini

mempengaruhi penyelamatan dengan cara : 1) Melindungi tim penolong dari campur tangan pihak luar; 2) Mencegah terjadinya kemacetan dalam alur evakuasi korban dan mobilisasi sumber daya; 3) Melindungi masyarakat dari kemungkinan risiko terpapar oleh kecelakaan yang terjadi. 

Tahap operasi tanggap darurat dan pemulihan darurat

a.

Pencarian dan penyelamatan Kegiatan pencarian dan penyelamatan terutama dilakukan oleh TimSAR (Basarnas atau Basarda) dan dapat berasal dari tenaga suka rela bila dibutuhkan. Tim ini akan: 1) Melokalisasi korban; 2) Memindahkan

korban

dari

daerah

berbahaya

ke

pengumpulan/penampungan; 3) Memeriksa status kesehatan korban (triase di tempat kejadian); 4) Memberi pertolongan pertama jika diperlukan; 5) Memindahkan korban ke pos medis lapangan jika diperlukan.

tempat

Bergantung pada situasi yang dihadapi seperti gas beracun atau bahan/material berbahaya, tim ini akan menggunakan pakaian pelindung dan peralatan khusus. Jika tim ini bekerja di bawah kondisi yang sanga tberat, penggantian anggota tim dengan tim pendukung harus lebih sering dilakukan. Pada situasi tertentu, lokalisasi korban sulit dilakukan seperti korban yang terjebak dalam bangunan runtuh, pembebasan korban akan membutuhkan waktu yang lebih lama. Jika kondisi korban memburuk, pimpinan Tim SAR, melalui Pos Komando dapat meminta bantuan timmedis untuk melakukan stabilisasi korban selama proses pembebasan dilakukan. Tenaga medis yang melakukan prosedur ini harus sudah dilatih khusus untuk itu, dan prosedur ini hanya boleh dilakukan pada situasi-situasi yang sangat mendesak. Jika daerah pusat bencana cukup luas mungkin perlu untuk membaginya menjadi daerah‐daerah yang lebih kecil dan menugaskan satu tim untuk setiap daerah tersebut. Dalam situasi seperti ini, atau jikadaerah pusat bencana tidak aman bagi korban, tim dapat membuat suatu tempat penampungan di dekat daerah pusat bencana dimana korbanakan dikumpulkan sebelum pemindahan selanjutnya.

b. Triase Triase lapangan dilakukan pada tiga tingkat, yaitu: 1. Triase di tempat; Triase dilakukan di tempat korban ditemukan atau tempat penampungan korban sementara di lapangan. Karena terbatasnya tenaga medis dan akses, triase lapangan dapat dilakukan oleh tenaga awam terlatih yang lebih dahulu berada di lokasi, seperti polisi dan pemadam kebakaran. Para awam terlatih ini diharapkan minimal mampu mengidentifikasi kelompok korban gawat darurat (merah dankuning) dan non gawat darurat (hijau). Setiap korban diberi tanda sesuai tingkat kegawatdaruratannya yang dapat berupa pita berwarna(merah untuk gawat darurat, hijau untuk non gawat darurat dan hitam untuk korban meninggal).

2. Triase medik; Triase ini dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih serta berpengalaman di pos medis lapangan dan pos medis depan dengan tujuan untuk menentukan tingkat perawatan yang dibutuhkan oleh korban. Prioritas perawatan sesuai

dengan tingkat kedaruratannya ditandai dengan kartu triase warna merah (untuk korban yang membutuhkan stabilisasi segera), kuning (untuk korban yang memerlukan pengawasan ketat tetapi perawatan dapat ditunda sementara), hijau (untuk korban yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian pengobatan dapat ditunda) dan hitam (korban yang meninggal dunia).

3. Triase evakuasi. Triase ini ditujukan pada korban yang membutuhkan perawatan lebih lanjut di rumah sakit dengan sarana yang lebih lengkap atau pos medis belakang. Rumah sakit tersebut sudah harus disiapkan untuk menerima korban massal dan apabila daya tampungnya tidak mencukupi karena jumlah korban yang sangat banyak, perlu disiapkan rumah sakit rujukan alternatif. Tenaga medis di pos medis lapangan, pos medis depan dan pos medis belakang

harus

terus

berkomunikasi

sesuai

jenjang

rujukan

untuk

berkonsultasi mengenai kondisi korban yang akan dievakuasi, rumah sakit tujuan dan jenis kendaraan yang akan digunakan saat evakuasi.

c. Pertolongan pertama Pertolongan pertama dilakukan oleh para sukarelawan terlatih,petugas pemadam kebakaran, polisi terlatih, SAR, tim medis gawat darurat. Pertolongan pertama dapat diberikan di lokasi bencana (pos medis lapangan), sebelum korban dipindahkan, tempat penampungan sementara (pos medis depan), pada “tempat hijau” di pos medis belakang serta dalam ambulans saat korban dipindahkan ke fasilitas kesehatan. Pos medis lapangan adalah tempat pertolongan pertama di lokasi bencana, dapat berupa tenda perawatan dan puskesmas. Pemilahan korban (triase) dilakukan di pos medis lapangan dan dikelompokkan sesuai tag (warna) tingkat kegawatdaruratan. Pos medis depan adalah fasilitas kesehatan terdekat dengan lokasi bencana, dapat berupa rumah sakit atau puskesmas rawat inap. Korban yang membutuhkan stabilisasi segera dan pengawasan intensif dapat dirawat di pos medis depan sebelum di rujuk ke pos medis belakang.

Apabila pos medis depan adalah rumah sakit yang memiliki fasilitas lengkap maka pos medis belakang menjadi rujukan sekunder jika jumlah korban melampaui kapasitas pos medis depan. Pertolongan pertama yang diberikan pada korban di setiap pos dapat berupa kontrol jalan nafas, fungsi pernafasan dan jantung,pengawasan posisi korban, kontrol perdarahan, imobilisasi fraktur,pembalutan dan usaha‐usaha untuk membuat korban merasa lebih nyaman. Hal‐hal penting yang harus diingat apabila korban masih berada di lokasi adalah memindahkan korban sesegera mungkin, membawa korban gawat darurat ke fasilitas kesehatan sambil melakukan usaha pertolongan pertama, seperti mempertahankan jalan nafas dan kontrol perdarahan. Resusitasi kardiopulmoner (jantung dan paru) tidak boleh dilakukan di lokasi bencana pada bencana massal karena membutuhkan waktu dan tenaga. Pos medis belakang didirikan sebagai upaya untuk menurunkan jumlah kematian dengan memberikan perawatan efektif (stabilisasi)terhadap korban secepat mungkin.

Upaya

stabilisasi

korban

mencakup

intubasi,

trakeostomi,

pemasangan drain thorax, pemasangan ventilator,penatalaksanaan syok secara medikamentosa, analgesia, pemberianinfus, fasiotomi, imobilisasi fraktur, pembalutan luka, pencucian lukabakar. Fungsi pos medis lanjutan ini dapat disingkat menjadi “Three ‘T’rule” (Tag, Treat, Transfer) atau hukum tiga (label, rawat, evakuasi). Pada beberapa keadaan tertentu, misalnya adanya paparan material berbahaya, pos medis didirikan di tempat yang aman, diusahakan untuk didirikan sedekat mungkin dengan daerah bencana.

d. Evakuasi pos medis sekunder Pada beberapa keadaan tertentu seperti jika daya tampung rumah sakit terlampaui, atau korban membutuhkan perawatan khusus (mis.bedah saraf), korban harus dipindahkan ke rumah sakit lain yang menyediakan fasilitas yang diperlukan penderita. Pemindahan seperti ini dapat dilakukan ke rumah sakit lain dalam satu wilayah, ke daerah atau provinsi lain, atau bahkan ke negara lain. Pelayanan medis spesialistik, seperti bedah saraf, mungkin tersedia pada rumah sakit di luar area bencana. Namun, evakuasi medis semacam ini harus dengan hati‐hati dikontrol dan terbatas bagi pasien yang memerlukan

penanganan spesialistik yang tidak tersedia pada area bencana. Kebijakan mengenai evakuasi harus distandarisasi antara tenaga kesehatan yang memberikan bantuan pemulihan di area bencana dan rumah sakit yang akan menerima pasien.

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"

Daftar Pustaka.docx
May 2020 5
Kelompok 3
May 2020 26
Bab Ii.docx
May 2020 9
Fisika-modern.ppt
December 2019 29