BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR MEDIS 1. Pengertian Stroke adalah suatu sindroma yang ditandai dengan gangguan fungsi otak fokal atau global yang timbul secara mendadak berlangsung lebih dari 24 jam dan atau berakhir dengan kematian. Berdasarkan proses patofisiologinya stroke dapat dibagi menjadi stroke infark yang meliputi infark trombotik dan infark emboli serta stroke hemoragik yang meliputi hemoragik intraserebral dan hemoragik subaraknoid (Bachruddin & Najib, 2016). Stroke infark trombotik adalah stroke yang disebabkan oleh oklusi pembuluh darah oleh adanya trombus atau bekuan darah sehingga menyebabkankan berkurangnya atau hilangnya vaskularisasi pada bagian otak yang divaskularisasi. Stroke infark trombotik adalah stroke yang disebabkan trombosis pada pembuluh darah otak (Bachruddin & Najib, 2016). Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa stroke trombotik adalah stroke yang disebabkan karena adanya penyumbatan lumen pembuluh darah otak karena thrombus yang makin lama makin menebal sehingga aliran darah menjadi tidak lanacar. 2. Etiologi a) Abnormalitas dinding pembuluh darah umumnya penyakit degenerative dapat juga inflamasi (vaskulitis) atau trauma (diseksi). Thrombus dapat berasal dai flak aterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.
b) Abnormalitas darah, misalnya polisitemia Polisitemia adalah suatu keadaan yang menghasilkan tingkat peningkatan sirkulasi sel darah merah dalam aliran darah yang di produksi oleh sumsum tulang belakang. c) Gangguan aliran darah Stroke trombotik terjadi karena adanya pengumpalan pada pembuluh darah otak yang ada di otak. Trombotik terjadi pada pembuluh darah yang besar dan pembuluh darah kecil. Pada pembuluh darah yang besar trombotik terjadi akibat aterosklerosis yang di ikuti oleh terbentuknya gumpalan darah yang cepat. Selain itu trombotik juga di akibatkan oleh tingginya kadar kolesterol jahat atau Love Density Lipoprotein (LDL) 3. Manifestasi Klinis Secara umum terdapat pemeriksaan sederhana yang dapat dilakukan untuk menangani tanda dan gejala stroke yaitu “FAST” yang merupakan singkatan F : Fasial drop (mulut mencong dan wajah tidak simetris) A : Arm weakness (kelemahan pada tangan) S: Speech difficulties ( kesulitan bicara atau berbicara pelo) T : Time to seek medical help (waktu untuk mencari pertolongan medis secepat mungkin) Metode FAST memiliki sensitivitas untuk menegakkan diagnosis stroke namun tetap perlu dilakukan pemeriksaan fisik neurologi lainnya secara lengkap tanda-gejala stroke antara lain: a) Defisit motorik 1) Hemiparase, hemiplegia 2) Distria (kerusakan otot-otot bicara) 3) Disfagia (kerusakan otot menelan) b) Defisit sensori 1) Defisit visual (umumnya karena jarak visual tepotong sebagian besar
pada
hemifer
serebri)
antara
alin
hemicinopsia
homonimosa (kehilangan pandangan pada setengah bidang
pandang pada sisi yang sama), diplopia (penglihstsn ganda), penurunan ketajaman penglihatan. 2) Tidak memberikan atau hilangnya respon terhadap sensasi superfisial (sentuhan, nyeri, tekanan, panas dan dingin) 3) Tidak
memberikan
atau
hilangnya
respon
terhadap
proprioresepsi (penglihatan tentang posisi bagian tubuh). c) Defisit perseptual (gangguan dalam merasakan dengan tepat dan menginterpretasi diri dan lingkungan) 1) Gangguan skem/maksud tubuh (amnesia, atau menyangkal terhadap ektremitas yang mengalami paralise, kelainan unilateral). 2) Disorientasi (waktu, tempat, orang) 3) Apralisic (kehilangan kemampuan untuk menggunakan obyekobyek dengan tepat). 4) Agnosia (ketidakmampuan untuk mengidentifikasi lingkungan melalui indera). 5) Kelainan dalam menemukan letak obyek dalam ruang, memperkirakan ukuran dan menilai jauhnya. 6) Kerusakan memori untuk mengingat letak spasial obyek atau tempat. 7) Disorientasi kanan kirin d) Defisit bahasa/komunikasi 1) Afasia ekspresif (kesulitan dalam mengubah suara menjadi polapola bicara yang dapat dipahami) dapat berbicara dengan menggunakan satu kata 2) Afasia reseptif (menggunakan kata-kata tidak tepat dan tidak sadar kesalahan ini) 3) Afasia global (tidak mampu berkomunikasi pada setiap tingkat) 4) Aleksia (ketidakmampuan untuk mengerti kata yang dituliskan) 5) Agrafasia (ketidakmampuan untuk mengekspresikan ide-ide dalam tulisan)
e) Defisit intelektual (kehilangan memori, rentang perhatian singkat, peningkatan distrakbilitas (mudah buyar), penilaian buruk, ketidakmampuan untuk mentransfer dari satu situasi ke situasi lain, ketidakmampuan untuk menghitung, memberi alsan atau berpikir secara abstrak f) Disfungsi aktifitas mental dan psikologis (labilitas emosional, kehilangan kontrol diri, penurunan toleransi terhadap stress, ketakutan, permusuhan, marah, kekacauan mental, menarik diri, isolasi, depresi) g) Ganggua eleminasi (inkontenensia urin, konstipasi, retensi urin) Tanda dan gejala infark trombotik berdasarkan lokasi struktur otak yang terkena yaitu: a) Arteri karotis intera b) Arteri serebri media 1) Hemiparasis atau mooparasis kontralateral (lengan) 2) Kadang-kadang hemianopsia (kebutaan) kontralateral 3) Afasia global (gangguan semua fungsi yang berkaitan dengan bicara dan komunikasi c) Sistem vertebrata (kelumpuhan disatu sisi sampai empat ektremitas, meningkatnya refleks tendon, afasia, tanda-tanda babinski bilateral, disafagia, sinkop, stupor, koma, pusing, gangguan daya ingat, penglihatan, tinitus). d) Arteri serebri posterior (koma, hemiparasis, kontralateral) 4. Klasifikasi a) TIA (transiet iskemik attack) Gangguan neorologis setempat yang terjadi selama beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam saja. b) Stroke involusi Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan neurologis terlihat semkain berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.
c) Stroke komplit Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau permanen sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali dengan serangan TIA berulang. 5. Komplikasi a) Pneumonia b) Trombosis kena dalam c) Infrak miokar, aritmia jantung dan gagal jantung d) Ketidakseimbangan cairan B. Penatalaksanaan keperawatan 1. Penatalaksanaan medis a) Vasodilator untuk meningkatkan aliran serebral b) Anti agresi thrombolis: aspirin untuk menghambat reaksi pelepasan agresi trombosis yang terjadi sesudah uliserasi alterioma c) Antikoagulan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya thrombosis, embolisasi dari tempat lain ke sistem kardiovaskuler Bila terjadi peningkatan TIK hal yang dilakukan adalah: a) Hiperventilasi dengan venitilator sehingga PaCO2 30-50 mmHg b) Osmoterapi antara lain: 1) Infus manitol 20% 100ml atau 0,25-0,59/kg/BB kali dalam waktu 15-30 menit 4-6x/hari 2) Infus gliserol 10% 250ml dalam waktu 1jam 4x/hari c) Posisikan kepala head up (15-30◦) d) Menghindari mengejan pada BAB e) Hindari batuk f) Meminimalkan lingkungan panas 2. Penatalaksanaan keperawatan a) Pertahankan kepatenan saluran napas b) Kontrol tekanan darah c) Merawat kandung kemih, tidak memakai kateter d) Posisi yang tepat, posisi diubah setiap 2 jam, latihan gerak pasif. C. Tes diagnostik
a) Laboratorium b) Pemeriksaan sinar x thoraks dapat mendeteksi pembesaran jantung dan intensitas paru yang berkaitan dengan gagal jantung kongesif c) Ultrasonografi (USG) karotis untuk mendeteksi gangguan aliran darah karotis dan kemungkinan memperbaiki kasus stroke d) Angiografi serebrum e) Pemindahan dengan Position Emission Tomography (PET) f) Ekokardiogram Trasesofagus (TEE) mendeteksi sumber kardioembolis potensial g) CT-scan untuk memperlihatkan secara spesifik letak edema posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infrak atau iskemik h) MRI menggunakan gelombang untuk memeriksa posisi dan besar luarnya daerah infrak D. Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral ybd dengan penurunan suplai oksigen 2. Ketidakefektifan pola napas ybd gangguan neuromuskular 3. Hambatan komunikasi verbal ybd penurunan sirkulasi otak 4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ybd ketidakmampuan menelan 5. Defisit perawatan diri ybd hemaparase/hemiplegi 6. Hambatan mobilitas fisik ybd penurunan otot 7. Risiko jatuh 8. Risiko cedera 9. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer ybd merokok, kurang pengetahuan tentang proses penyakit.