Bab Ii.docx

  • Uploaded by: gede
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Ii.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,806
  • Pages: 19
BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Manajemen 1. Pengertian Manajemen Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok (George P Terry, 2011). Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum (H.Koontz dan C.O’Donnell, 2010). Kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi pada suatu keadaan dan diarahkan melalui proses komunikasi kearah tercapainya suatu tujuan (Krismansa, 2011). Menurut Ruth. M Tappen (2014), dalam buku “essential of nursing leadership and managemen”. Seorang pemimpin yang baik adalah pandai dalam mengambil keputusan yang tepat dan berorientasi pada tindakan atau action. Pengambilan keputusan dan bertindak dengan baik maka seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan, kesadaran diri, kemampuan berkomunikasi dengan baik , energy, dan tujuan yang jelas. Seorang pemimpin harus menjadi role model yang baik dalam cara kepemimpinannya, dalam pelaksanaan tugas maupun dalam membangun kerja sama dan bekerja sama dengan orang lain termasuk dengan bawahannya. Selain itu seorang pemimpin yang efektif harus memiliki kualitas diri dan kualitas perilaku sebagai berikut : integritas, berani mengambil resiko, inisiatif, energy, optimis, pantang menyerah (perseverance), seimbang, kemampuan menghadapi stress, dan kesulitan perilaku seperti : berfikir kritis, menyelesaikan masalah (solve problem), menghormati atau menghargai orang lain, kemampuan berkomunikasi yang baik, punya tujuan dan mengkomunikasikan visi dan meningkatkan kemampuan diri dan orang lain (Warta Wargana, 2012). 2. Fungsi – Fungsi Manajeman Fungsi manajeman (Nursalam, 2007) yaitu : a. Perencanaan (Planning) : merupakan suatu kegiatan membuat tujuan organisasi dan diikuti dengan membuat sebagai rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan tersebut, terdiri dari :

1) Gambaran yang akan dicapai ; 2) Persiapan pencapaian tujuan; 3) Rumusan suatu persoalan; 4) Persiapan tindakan-tindakan; 5) Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja; 6) Tiap-tiap organisasi perlu perencanaan. b. Pengorganisasian (Organizing) : merupakan suatu kegiatan pengaturan sumber daya yang dimiliki oleh suatu organisasi untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta untuk mencapai tujuan perusahaan. Kegiatan pengorganisasian terdiri dari pengaturan setelah rencana, mengatur dan menentukan tugas dan pekerjaan, macam, jenis, unit kerja, alat-alat, keuangan, dan fasilitas. c. Actuating (Directing, Commanding, Coordinating) : penggerakan adlah proses memberikan bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja optimal dan melakukan tugas-tugasnya sesuai dengan dukungan sumber daya yang tersedia. Menggerakan orang-orang agar mau atau suka bekerja. Ciptakan suasana bekerja bukan hanya karena perintah, tetapi harus dengan kesadaran sendiri, termotivasi secara interval. d. Pengendalian atau pengawasan (Controling) : pengendalian adalah proses untuk menggamati secara terus menerus dalam pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi terhadap penyimpanan yang terjadi. Merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang-orangnya, cara dan waktunya tepat. Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat diperbaiki. e. Penilaian (Evaluasi) : merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil-hasil pekerjaan yang harusnya dicapai. Hakikat penilaian merupakan fase tertentu setelah selesai kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan pengobatan ditunjukan pada fungsi organic administrasi dan manajemen. 3. Proses Manajemen Keperawatan Menurut Nursalam ( 2007), proses manajeman keperawatan terdiri atas :

a. Pengkajian ( Pengumpulan Data) Pada tahap ini perawat dituntut tidak hanya mengumpulkan informasi tentang keadaan klien, melainkan juga mengenai institusi (rumah sakit atau puskesmas), tenaga keperawatan, administrasi, dan bagian keuangan yang akan mempengaruhi funsi organisasi keperawatan secra keseluruhan. Pada tahap ini, perawat harus mampu mempertahankan level yang tinngi bagi efisiensi salah satu bagian dengan cara menggunakan ukuran pengawasan untuk mengidentifikasikan masalah dengan segera, dan setelah terbentuk kemudian dievaluasi apakah rencana tersebut perlu diubah atau ada hal-hal yang perlu dikoreksi. b. Perencanaan Perencanaan disini dimaksud untuk menyusun suatu rencana yang strategis dalam mencapai tujuan, seperti menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada klien, menegakan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola stuktur organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staf serta menegakan kebijakan dan prosedur oprasional untuk mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. c. Pelaksanaan Pada tahap ini manajeman keperawatan memerlukan kerja melalui orang lain, maka tahap implementasi di dalam proses manajeman terdiri dari bagaimana memimpin orang lain untuk menjalankan tindakan yang telah direncanakan. d. Evaluasi Tahap akhir dari proses manajerial adalah melakukan evaluasi seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini manajeman akan memberikan nilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan tugasnya dan mengidentifikasi factorfaktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan. System didalam manajeman keperawatan : a. Pengumpulan data personalis, klien, peralatan dan persediaan. b. Perencanaa : tujuan, system, standar, kebijakan, prosedur, anggaran. c. Pengaturan : tabel organisasi, evaluasi tugas, deskripsi kerja, pembentukan kerja sama tim.

d. Kepegawaian : klasifikasi klien, penentuan kebutuhan staf, retkrutmen, pemilihan orientasi, penjadwalan, penugasan, meminimalisir ketidakhadiran, penurunan pergantian, pengembangan staf. e. Kepemimpinan : penggunaan kekuatan, pemecahan masalah, pengambilan keputrusan, mempengaruhi perubahan, menangani konflik, komunikasi, dan analisa transaksional. f. Pengawasan : peneelitian, jaminan keselamatan, audit klien, penilaian prestasi, disiplin, hubungan pekerja tenaga kerja, system informasi computer. g. Proses manajeman keperawatan sesuai dengan pendekatan system terbuka dimana masing-masing komponen saling berhubungan dengan berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Karena merupakan suatu system maka akan terdiri dari lima elemen yaitu input, proses, output, control dan mekanisme umpan balik. h. Input dari proses manajeman keperawatan antara lain informasi, personel, peralatan dan fasilitas. Proses dalam manajeman keperawatan adalah kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawat pelaksanaan yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output adalah asuhan keperawatan pengembangan staf dan riset. i. Kontol yang digunakan dalam proses manajeman keperawatan termasuk budget dari bagian keperawatan, evaluasi pengambilan kerja perawata, procedure yang standard an akreditasi. Mekanisme timbal balik berupa laporan finansial, audit keperawatan, survey kendali mutu dan penampilan kerja perawat. B. Konsep Kepemimpinan 1. Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok (Terry, 2005). Untuk dapat mengambil keputusan dan bertindak dengan baik maka seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan, kesadaran diri, kemampuan berkomunikasi dengan baik, energy dan tujuan

yang jelas. Seorang pemimpin harus menjadi role model yang baik dalam cara kepemimpinannya, dalam pelaksanaan tugas maupun dalam membangun kerja sama dan bekerja sama dengan orang lain termasuk dengan bawahannya. Selain itu, seorang pemimpin yang efektif harus memiliki kualitas diri dan kualitas perilaku sebagai berikut : integritas, berani mengambil resiko, inisiatif, optimis, pantang menyerah (perseverance, kemampuan menghadapi stress. Mempunyai tujuan dan mengkomunikasikan visi dan meningkatkan diri dan orang lain (Nursalam, 2007). 2. Teori Kepemimpinan dan Gaya Kepemimpinan Teori kepemimpinan merupakan penggeneralisasian suatu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang historis, sebabsebab ktimbulnya kepemimpinan, persyaratan pemimpin, sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya serta etika profesi kepemimpinan (Nursalam, 2007). Gaya kepemimpinan pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom. 3. tipologi Kepemimpinan ‘ Menurut Gillies (2004) gaya kepemimpinan berkembang menjadi beberapa tipe kepemimpinan, diantaranya adalah sebagai berikut : a. Tipe Otokratis Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut : menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi, mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi, menganggap bawahan sebagai alat sematamata, tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat, terllau bergantung kepada kekuasaan formalnya, dalam tindakan penggerakkannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum. b. Tipe Militeristis Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militerisits ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut :

dalam menggerakan bawahan system perintah yang lebih sering dipergunakan dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya, senang pada formalitas yang berlebih-lebihan, menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan, sukar menerima kritikan dari bawahannya, menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan. c. Tipe Paternalistis Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalisitis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut : menggangap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa, bersikap terlalu melindungi (overly protective), jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif, jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya, dan sering bersikap maha tahu. d. Tipe Karsimatik Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan penyebab mengapa seseorang pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya yang sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab seseorang menjadi pemimpin yang karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supra natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma. Misalkan, Gandhi bukanlah seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John F Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki karisma meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi presiden Amerika Serikat mengenai profil. Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai orang yang “ganteng”. e. Tipe Demokratis Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang

termulia di dunia ; selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya; senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya; selalu berusahan mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan; ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk bebruat kesalahan yang lain ; selalu berusaha untuk

menjadikan

bawahannya

lebih

sukses

dari

padanya;

dan

berusaha

mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin. C. Konsep Model Asuhan Keperawatan 1. MPKP (Model Asuhan Keperawatan Profesional) a. Pengertian Model asuhan keperawatan professional (MPKP) adalah suatu system (struktur, proses dan nilai-nilai) yang memungkinkan perawat profesioanal mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopanhg pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996; dalam Nursalam, 2007). b. Dasar pertimbangan pemilihan Model Asuhan Keperawatan Profesioanal (MPKP) Menurut Mc.Launghin Thomas dan Barterm (1995 : DALAM Nursalam, 2007) mengidentifikasikan 8 model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum dilakukan dirumah sakit adalah keperawatan Tim dan Kperawatan primer. Karena setiap perubahan akan berdampak terdapat suatu stress, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Huston, 1998: 143) yaitu : 1) Sesuai dengan visi dan misi institusi 2) Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan. 3) Efisiensi dan efektif penggunaan biaya. 4) Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat. 5) Kepuasan kinerja perawat.

Unsur struktur yang harus disiapkan untuk dapat melaksanakan MPKP, yaitu : a.

Menetapkan Jumlah tenaga keperawatan berdasarkan Jumlah klien sesuai dengan derajat ketergantungan klien. Penetapan Jumlah tenaga keperawatan menjadi penting karena bila Jumlah perawat tidak sesuai dengan Jumlah tenaga yang dibutuhkan, maka tidak ada waktu bagi perawat untuk melkukan tindakan keperawatan yang seharusnya dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan. Akibatnya perawat hanya melakukan tindakan kolaboratif dan tidak sempat melakukan tindakan terapi keperawatan, observasi, dan pemberian pendidikan kesehatan.

b.

Menetapkan jenis tenaga keperawatan diruang raat, yaitu kelpala ruangan, perawat primer dan perawat asociate. Sehingga peran dan fungsi masing-masing tenaga sesuai dengan kemampuan terdapat tanggungjawab yang jelas dalam system pemberian asuhan kepererawatan.

c.

Menyusun standar rencana keperawatan. Dengan standar renpra, maka PP hanya melakukan validasi terhadap ketepatan penentuan diagnosis berdasarkan pengkajian yang sudah dilakukan, sehingga waktu tidak tersita untuk membuat penulisan renpra yang tidak diperlukan.

2.

Peran dan Tanggung Jawab Dalam MPKP (Sitorus, 2005) a. Peran Kepala Ruanga (Karu) 1) Sebelum melakukan sharing dan operan pagi, karu melakukan ronde keperawatan pada pasien yang dirawat, meliputi : menanyakan keadaan pasien dan kebutuhannya serta mengobservasi keadaan infuse, tetesan infus dan bila ada obat yang belum diminum oleh pasien segera diberikan dengan memberikan motivasi kepada pasien tentang keuganaan obat. 2) Memimpin sharing pagi 3) Memimpin operan pagi 4) Memastikan pembagian tugas perawat yang telah dibuat oleh Kepala Tim dalam pemberian asuhan keperawatan pada hari itu. 5) Memastikan seluruh pelayanan pasien terpenuhi dengan baik, meliputi : pengisian askep, visite dokter (advise), pemeriksaan penunjang (hasil lab), dll. 6) Memastikan ketersediaan fasilitas dan sarana sesuai dengan kebutuhan.

7) Mengelola dan menjelaskan complain dan konflik yang terjadi diarea tanggung jawabnya. 8) Melaporkan kejadian luar biasa kepada manajer. b. Peran Ketua Tim (KATIM) 1) Tugas Utama : mengkoordinir pelaksanaan Askep sekelompok pasien oleh Tim Keperawatan dibawah koordinasinya. 2) Mengidentifikasi kebutuhan perawat seluruh pasien yang dikoordinirnya pada saat pre conference 3) Memastikan seluruh PP membuat rencana asuhan yang tepat untuk setiap pasiennya 4) Memastikan setiap PA melaksanakan asuhan keperawatan sesuai rencana yang telah dibuat PP 5) Melaksanakan

validasi

tindakan

keperawatan

seluruh

pasien

dibawah

koordinasinya pada saat post conference. c. Peran Penanggung jawab Shift (PJ Shift) 1) Tugas utama : menggantikan fungsi pengatur pada sat shift sore atau malam dan hari libur. 2) Memimpin kegitan operan shift sore-malam. 3) Memastikan PP melakukan follow up pasien tergantung jawabannya. 4) Memastikan seluruh PA melaksanakan Askep sesuai rencan yang telah dibuat PP. 5) Mengatasi permasalahan yang terjadi diruang perawat. 6) Membuat laporan kejadian kepada pengatur ruangan. d. Peran Perawat Pelaksana (PP) & Perawat Asosiet (PA) 1) Tugas Utama : Mengidentifikasi seluruh kebutuhan perawatan pasien yang menjadi tanggung jawabnya, merencanakan asuhan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan melakukan evaluasi (follow up) perkembangan pasien. 2) Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan oleh PA. 3) Memastikan seluruh tindakan keperawatan sesuai dengan rencana.

D. Perhitungan BOR dan LOS (Depkes RI, 2005) 1. BOR ( bed occupancy ratio) BOR atau angka penggunaan tempat tidur adalaha persentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indicator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 6085 % Rumus perhitungan BOR, yaitu: BOR =

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑥 100% 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟 𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒

2. LOS ( length of stray) LOS adalah rata-rata lama rawat seorang klien, indicator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu mengamatan yang lebih lanjut secara umum nilai LOS yang ideal antara 6-9 hari. Rumus perhitungan LOS, yaitu : LOS =

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑑𝑖𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖)

Formula Gillies Tenaga perawat (TP) =

𝐴.𝐵.365 365−𝐶).𝑗𝑎𝑚

𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑖

Keterangan : A: jam perawatan24 jam ( waktu perawatan yang dibutuhkan klien) B: sensus harian (BOR x jumlah tempat tidur) C: jumlah hari libur ( libur hari mnggu + cuti tahunan + libur nasional)

Formula douglas Perhitungan jumlah tenaga keperawatan menurut douglas (dalam nursalam 2011) dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan untuk setiap shift pasien dan hasil keseluruhan ditambah sepertiga. Klasifikasi drajat ketergantungan pasien terhadap keperawatan menurut douglas berdasarkan kriteria sebagai berikut: a. Perawatan minimal memberikan waktu selama 1-2 jam/24 jam, dengan kreteria: 

Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian, dilakukan sendiri.



Makan dan minum dilakukan sendiri



Ambulansi dengan pengawasan



Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift



Pengobatan minimal, status psikologi stabil



Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.

b. Perawatan intermediet memerlukan waktu 3-4 ja,/24 jam dengan kreteria: 

Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu



Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam



Ambulansi dibantu, pengobatan lebih dari sekali



Folley catheter/intake output dicatat



Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan memerlukan prosedur

c. Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam dengan kreteria: 

Segalanya diberikan/dibantu



Posisi tidur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam



Makan memerlukan NGT, menggunaan terapi intravena



Pemakaian suction



Gelisah/diorientasi

E. Analisis SWOT 1. Pengertian analisis SWOT Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahan, analisis in didasarkan pada logikan yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (oppurtunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman ( thrats). SWOT merupan singkatan dari Strenght (kekuatan). Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang) dan Threats (ancaman). Pendekatan ini mencoba menyeimbangkan kekuatan dan kelemahan internal dengan peluang dan ancaman lingkungan eksternal organisasi. Pendekatan ini mencoba menyeimbangkan kekuatan dan kelemahan internal organisasi dengan peluang dan ancaman lingkungan eksternal organisasi. a. Kekuatan (strength) adalah suatu kondisi dimana perusahaan mampu melakukan semua tugasnya secara sangat baik ( diatas rata-rata industry) b. Kelemahan (weaknes) adalah kondisi dimana perusahaan kurang mamou melaksanakan tugasnya dengan baik dikarenakan sarana dan prasarananya kurang mencukupi. c. Peluang (opportunity) adalah suatu potensi bisnis menguntungkan yang dapat diraih oleh perusahaan yang masih belum dikuasai oleh pihak pesaing dan masih belum tersentuh oleh pihak manapun. d. Ancaman ( threats) adalah suatu keadaan dimana perusahaan mengalami kesulitan yang disebabkan oleh kinerja pihak pesaing, yang jika dibiarkan maka perusahaan akan mengalami kesulitan dikemudian hari.

2. Tujuan analisis SWOT Analisis SWOT dapat pula digunakan untuk berbagai keperluan. Sebagaimana sukristo (1995) menjelaskan bahwa analisis SWOt dapat digunakan untuk berbagai tujuan antara lain: a. Ncana Apabila analisis tersebut dimaksudkan untuk menilai data dan informasi guna keperluan penyusunan rencana strategi umtuk keseluruhan perusahaan ( corporate level strategic planning) maka data dan informasi yang dinilai adalah data dan informasi yang mencangkup keseluruhan perusahaan. Demikian pula halnya dengan asumsiasumsi yang disusun,. Hasil analisis SWOT untuk tujuan ini adalah memberikan gambaran posisi suatu perusahaan yang menggambarkan posisi suatu perusaan yang menggambarkan strength dan weaknesess perusaan secara keseluruhan atau SWOT overal ( analisis SWOT dengan tujuan inilah yang dapat digunakan sebagai tools di dalam melakukan audit pemasaran) b. Sedangkan apabila analisis SWOT dimaksudkan untuk tujuan menilai data dan informasi suatu strategi bisiness unit ( SBU) ( strength dan weaknesess SBU) maka analisis SWOT dimaksudkan sebagai analisis dalam rangka penyusunan rencana strategis suatu SBU. c. Analisis SWOT dapat juga ditunjukan untuk penyususnan rencana operasional atau program kerja fungsional. Karenanya analisis untuk tujuan in disebut pula dengan analisis SWOT funsional. Dalam analisis SWOT fungsional data dan informasi intern yang dianalisis adalah data informasi yang berasal dari suatu bidang kegiatan tertentu atau bidang unit kerja tertentu. Sedangkan data eksteren adalah data yang relevan dengan bidang kerja yang bersangkutan. Bidang-bidang tersebut dapat berupa bidang

pemasaran, keuangan, logistic, dan lain sebagainya. Tentunya hasil analisis SWOT ini dapat pula meghasilkan rencana tujuan-tujuan, sasaran-sasaran serta strategi bidang kerja yang bersangkutan. 3. Matriks SWOT Matriks SWOT memerlukan key Sucsess faktor dari lingkungan eksternal dan internal dengan jodgement yang baik. Ada 4 strategi SO, Strategi SO, strategi WO, strategi ST, dan strategi WT dengan penjelasan sebagai berikut: a. Strategi SO ( strength-oppoturnity ) adalah menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk meraih peluang-peluang yang ada diluar perusahaan, b. Strategi WO ( weaknesess oportinities) adalah strategi yang bertujuan unyuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal perusahaan dengaan memanfaatkan peluang-peluang eksternal. c. Strategi ST ( strength treats) adalah strategi perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal. d. Strategi WT ( weaknesses threats) adalah strategi untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman. Internal

Streghts-S

Weakness-W

Catatlah kekuatan internal Catatlah perusahaan

internal

perusahaan

Eksternal Opportunities-O Catatlah

kelemahan

kelemahan-

Strategi SO

peluang-peluang Daftar

kekuatan

Strategi WO untuk Daftar untuk memperkecil

eksternal yang ada

meraih keuntungan dari kelemahan peluang yang ada

dengan

memanfaatkan keuntungan dari peluang yang ada

Treats-T

Strategi ST

Catatlah ancaman-ancaman Daftar eksternal yang ada

kekuatan

Strategi WT untuk Daftar untuk memperkecil

menghindari ancaman

kelemahan

dan

menghindari ancaman

F. Fish bone diagram analisis 1. pengertian fish bone Fish bone diagram atau yang disebut sebagai diagram tulang ikan adalah alat yang sitematis menampilkan keadaan dengan melihat efek dan dan sebab-sebabnya yang mebuat0berkonstribusi pada efek tersebut juga sebagai cause-and-effect diagram. Secara umum gambar diagram tersebut terlihat sama seperti kerangaka dari seekor ikan. Analisa sebab potensial dari satu masalah atau pokok persoalan dengan cara yang mudah dimengerti dan rapi. Juga alat ini membantu kita dalam menganalisis apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses, yaitu dengan cara memecah proses menjadi sejumlah kategori yang berkaitan deng Proses,memcangkup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan dan sebagainya. Manfaat yang didapat dari penggunaan Fishbone diagram: a. Untuk mempelajari masalah/issue dan menentukan akar penyebabnya

b. Menemukan semua kemungkinan alasan mengapa suatu proses memulai mengalami kesulitan, masalh bahkan kegagalan, c. Mengidentifikasi area dalam pengumpulan data d. Mengetahui mengapa sebuah proses tidak bekerja dengan baik atau hasil produksi yang diinginkan 2. Langkah-langkah penerapan Langkah-langkah penerapan pada diagram fishbone yaitu: a. Langkah 1: menyiapkan sesi analisa tulang ikan 

Analisa tulang ikan kemungkinan akan menghabiskan waktu 50-60 menit



Peserta dibagi dalam kelompok, maksimum 6 orang per kelompok



Dengan menggunakn alat curah pendapat memilih pelayanan atau komponen pelayanan yang akan dianalisa



Siapkan kartu dan flipcart berdsarkan contoh dibawah ini



Tentukan seorang pencatat, tugas pencatat adalah mengisi diagram tulang ikan

b. Langkah 2: mengidentifikasi akibat atau masalah Akibat atau masalah yang akan ditangni tulislah pada kotak sebelah paling kanan diagram tulang ikan. Misalnya laporan anggaran akhir bulan terlambat. c. Langkah 3: mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama 

Dari garis horizontal utama, ada empat garis doagonal yang menjadi “cabang” stiap mewakili sebab utam dari masalah yang ditulis.



Kategorisebab utam mengorganisasikan sebab sedemikian rupa sehingga masuk akal dengan situasi, kategir-kategori ini bisa diringkas seperti: 1.

Sumber daya alam, sumber daya manusia, mesin, materi, pengukuran.

2. Metode, mesin, material, manusia (4M) 3. Tempat (place). Prosedur (procedure), manusia ( people), kebijakan ( policy)(4P) 4. Lingkungan

(

surrounding),

pemasok

(supplier),

system

(system),

keterampilan( Skill) – (4S) 

Kategori tersebut hanya sebagai saran: bisa menggunakan kategori lain yang dapat membantu mengatur gagasan-gagasan. Sebaiknya tidak ada lebih dari 6 kotak.

d. Langkah 4: menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran 

Setiap

kategori

mempunyai

sebab-sebab

yang perlu

diuraikan

dengan

menggunakn curah pendapat. 

Saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan bersam-sama dimana sebab tersebut harus ditempatkan dalam diagram tulang ikan, (yaitu, tentukan dibawah kategori yang mana gagasan tersuebut harus ditempatkan, misalnya di kategori mesin)



Sebab-sebab ditulis pada garis horizontal sehingga banyak “tulang” kecil keluar dari garis horizontal utama



Suatu sebab bisa ditulis dibawah lebih dari satu kategori sebab utama ( misalnya, menerima data yang terlambat bisa diletakan dibwah manusia dan system)

e. Langkah 5: mengkaji kembali setiap kategori sebab utama Setelah setiap kategori diisi carilah sebab-sebab yang muncul pada lebih dari satu kategori, sebab inilah yang merupakan petunjuk” sebab yang tampaknya paling mungkin” lingkarilah sebab yang tampaknya paling memungkinkan pada diagram. Catat jawabannya pada kertas flipchart terpisah. f. Langkah 6 : Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin  Diantara semua sebab-sebab, harus dicari sebab yang paling mungkin



Kaji kembali sebab-sebab yang telah didaftarkan (sebab yang tampaknya paling memungkinnkan) dan tanyakan, “mengapa ini sebabnya ?”



Pertanyaan “mengapa?” akan membantu anda sampai pada sebab pokok dari permasalahan teridentifikasi



Tanyakan “mengapa?” sampai saat pertanyaan itu tidak bias dijawab lagi. Kalau sudah sampai kesitu sebab pokok telah teridentifikasi.

G. Konsep Keselamatan Pasien (patient safety) 1. Definisi Keselamatan Pasien (patient safety) Pasien safety adalah prinsip dasar dari perawatan kesehatan (WHO). Keselamatan pasien menurut Sunaryo (2009) adalah ada tidak adanya kesalahan atau bebas dari cidera karena kecelakaan. Keselamatan pasien di rumah sakit adalah suatu system di mana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi assessment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien pelaporan dan analisis insiden. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjut serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan pencegahan terjadinya cidera yang disebabkan oleh keslaahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Depkes RI, 2011). 2. Tujuan Keselamatan Pasien Tujuan keselamatan pasien di rumah sakit yaitu (Depkes RI, 2011) : a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"