Bab Ii.docx

  • Uploaded by: fay
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Ii.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,901
  • Pages: 13
1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI MEDIS 1. Nifas a. Definisi Masa nifas (puerperium) dimulai sejak 2 jam setelah kelahiran plasenta 6 minggu (42 hari) (Prawirohardjo 2014). b. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Perubahan yang terjadi selama nifas antara lain perubahan sistem reproduksi, perubahan sistem pencernaan, perubahan sistem perkemihan, perubahan sistem endokrin, perubahan sistem kardiovaskuler, perubahan sistem hematologi, perubahan tanda vital: 1) Perubahan Sistem Reproduksi a) Involusi Uterus Involusi uterus adalah kembalinya uterus kepada keadaan sebelum hamil, baik dalam bentuk maupun posisi. Selain uterus, vagina, ligamentum uterus dan otot dasar panggul juga kembali ke keadaan sebelum hamil. Selama proses involusi uterus berlangsung, berat uterus mengalami penurunan dari 100 gram menjadi 60 gram, dan ukuran uterus berubah dari 15x11x7,5 cm menjadi 7,5x5x2,5 cm. Proses involusi uterus disertai dengan penurunan tinggi fundus uterus. Pada hari pertama, TFU diatas simfisis pubis, proses ini terus berlangsung dengan penurunan TFU 1 cm seriap harinya, sehingga hari ke-7 TFU berkisar 5cm dan pada haru ke-10 TFU tidak teraba di simfisis pubis. b) Lokia Lokia keluar dari uterus setelah bayi lahir sampai dengan 3 atau 4 minggu postpartum. Ada beberapa jenis lokia, yakni:

2

(1) Lokia Rubra: Berisi darah segar dan sisa - sisa selaput ketuban yang terjadi selama 2 hari pasca persalinan. (2) Lokia Sanguinolenta: Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi pada hari ke 3-7 pasca persalinan. (3) Lokia Serosa: Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke 7-14 pasca persalinan. (4) Lokia alba: Cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu. (5) Lokia purulenta: Ini karena terjadi infeksi, keluar cairan, seperti nanah, berbau busuk. (6) Lokiotosis: Lokia tidak lancar keluarnya. c) Ovarium dan Tuba Falopii Setelah kelahiran plasenta, produksi estrogen dan progesteron menurun, sehingga menimbulkan mekanisme timbal balik dari sirkulasi menstruasi. Pada saat inilah dimulai. 2) Perubahan pada Sistem Pencernaan Setelah kelahiran plasenta, terjadi pula penurunan produksi progesterone, sehingga menyebabkan nyeri ulu hati (heartburn) dan konstipasi, terutama dalam beberapa hari pertama. Hal ini terjadi karena inaktivitas motilitas usus akibat kurangnya keseimbangan cairan selama persalinan dan adanya refleks hambatan defekasi karena adanya rasa nyeri pada perineum akibat luka episiotomi. 3) Perubahan Perkemihan Diuresis dapat terjadi selama 2–3 hari postpartum. Diuresis terjadi karena saluran urinaria mengalamai dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal setelah 4 mingguan postpartum. Pada awal postpartum, kandung kemih mengalami edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan oleh adanya overdistensis pada saat kala dua persalinan dan pengeluaran urine yang tertahan selama proses persalinan.

3

4) Perubahan System Endokrin Saat plasenta terlepas dari dinding uterus, kadar HCG dan HPL secara berangsur turun dan normal kembali setelah 7 hari postpartum. HCG tidak terdapat dalam urine ibu setelah 2 hari post partum. HPL tidak ada lagi terdapat dalam plasenta. 5) Perubahan Sistem Kardiovaskular Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai kala 3 ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi pada beberapa hari pertama postpartum dan akan kembali normal pada akhir minggu ke 3 post partum. 6) Perubahan Sistem Hematologi Leukositosis mungkin terjadi selama persalinan, sel darah merah berkisar 15.00 selama persalinan. Peningkatan sel darah putih berkisar antara 25.000 – 30.000 yang merupakan manifestasi adanya infeksi pada persalinan lama. Pada 2 – 3 hari post partum, konsentrasi hematokrit menurun sekitar 2 % atau lebih. Total kehilangan darah pada saat persalinan dan nifas kira – kira 700 – 1500 ml (100 – 200 ml hilang pada saat persalinan, 500 – 800 ml hilang pada minggu I postpartum, dan 500 ml hilang pada saat masa nifas). 7) Perubahan Tanda Vital Tekanan darah harus dalam keadaan stabil, suhu turun secara perlahan, dan stabil pada 24 jam postpartum. Nadi menjadi normal setelah persalinan (Bahiyatun 2009).

4

B. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN 1. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas a. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Masa nifas (puerpurium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini, yaitu 6-8 minggu. Nifas dibagi dalam tiga periode, yaitu: puerpurium dini (kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan), puerpurium intermedial (kepulihan menyeluruh alat-alat genital), dan remote puepurium (waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna) (Bahiyatun, 2009). Untuk menilai keadaan ibu nifas, mencegah, mendeteksi, serta menangani masalah yang terjadi pada ibu nifas maka dibentuklah program kunjungan ibu nifas yang dilakukan paling sedikit 4 kali, antara lain: Tabel 2.4 Kunjungan Ibu Nifas Kunjungan

Waktu

Tujuan

I

6-8 jam setelah persalinan

Tindakan yang dilakukan adalah untuk mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, memberikan konseling pada ibu maupun keluarga untuk mencegah terjadinya atonia uteri, menganjurkan ibu untuk selalu memberikan ASI pada bayinya dan bounding attachement terhadap bayinya

II

6 hari setelah persalinan

Tindakan yang dilakukan adalah untuk memastikan involusi uterus berjalan normal (uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal), menilai adanya tanda-tanda infeksi (demam, bau pada lochea), memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik tanpa ada penyulit, serta pemberian konseling mengenai cara perawatan dan tanda bahaya bayi

III

2 minggu setelah persalinan

Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan)

5

IV

6 minggu setelah persalinan

Tindakan yang dilakukan adalah untuk mengkaji tentang kemungkinan penyulit pada ibu dan memberi konseling keluarga berencana (KB) secara dini.

Sumber: Saifuddin, dkk, 2011. 1. Catatan Perkembangan Asuhan Nifas 6 Jam a. Data Subyektif Evaluasi data hasil asuhan sebelumnya (catatan antepartum dan intrapartum). Hal yang dikaji adalah riwayat persalinan sekarang, keluhan yang dirasakan ibu seperti rasa mulas dan nyeri luka jahit pada ibu dengan luka perineum, pemenuhan kebutuhan makan dan minum, pemenuhan kebutuhan personal hygiene, pola istirahat, bagaimana pola menyusui, kondisi psikologis ibu, dan pengetahuan ibu tentang masa nifas (Saifuddin, 2010). Riwayat persalinan sekarang dikaji untuk mengetahui bagaimana persalinan yang baru saja dialami oleh ibu, apakah terjadi suatu penyulit atau tidak yang bisa mempengaruhi masa nifas. Misalnya pada ibu bersalin dengan luka episiotomi maka akan menimbulkan luka jahitan pada jalan lahir. Pemenuhan kebutuhan makan dan minum perlu dikaji berkaitan dengan pemenuhan gizi ibu selama nifas yang penting untuk pemulihan tubuh. Pemenuhan kebutuhan personal hygiene dikaji untuk mengetahui bagaimana ibu nifas dalam menjaga kebersihan selama masa nifas, terutama pada daerah jalan lahir karena pada ibu nifas terjadi pengeluaran lochea yang menyebabkan rawannya pertumbuhan bakteri penyebab infeksi (Muslihatun, 2012). Pola menyusui dikaji pada ibu nifas untuk mengetahui seberapa banyak dan seberapa lama ibu menyusui bayinya dalam sehari, serta adakah suatu keluhan atau masalah yang timbul. Pola istirahat pada ibu nifas penting dikaji karena istirahat penting untuk memulihkan kondisi ibu dan berdasarkan penelitian, gangguan pola tidur pada ibu nifas bisa meningkatkan resiko terjadinya post partum blues (Khusniyati dan Astuti, 2011).

6

Kondisi psikologis pada ibu nifas penting untuk dikaji karenca pada ibu nifas terjadi perubahan peran yang membutuhkan proses adaptasi. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut : 1) Fase taking in Fase taking in merupakan periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti rasa mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gangguan psikologis yang mungkin dialami, seperti mudah tersinggung, menangis, dan menjadi pasif. Pada fase ini petugas kesehatan harus menggunakan pendekatan yang empatik agar ibu dapat melewati fase ini dengan baik (Suherni, 2008). 2) Fase taking hold Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Dukungan moril sangat diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu. Bagi petugas kesehatan pada fase ini merupakan kesempatan yang baik untuk memberikan berbagai penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu nifas (Suherni, 2008). 1) Fase letting go Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu akan lebih percaya diri dalam menjalani peran barunya. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya (Suherni, 2008). Menurut Nurmalasari, Umu, dan Amin (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh pemberian konseling masa nifas terhadap kejadian postpartum blues di RSU Rachma Husada Bantul Yogyakarta tahun 2010”, menyatakan bahwa ibu nifas yang diberikan konseling (86,7%) tidak mengalami postpartum blues.

7

Sehingga ada pengaruh pemberian konseling masa nifas terhadap kejadian postpartum blues pada masa nifas. b. Data Obyektif a) Pemeriksaan fisik, sesuai kebutuhan dan tanda-tanda vital (Saifuddin, 2010). b) Pemeriksaan khusus obstetrik Pemeriksaan khusus dilakukan dengan pemeriksaan tinggi fundus uteri (untuk mengetahui involusi uterus), kontraksi pada uterus, pengeluaran per vaginam berupa lochea rubra (jumlah, warna, konsistensi, bau), keadaan luka jahitan pada ibu yang memiliki luka perineum dengan skala REEDA, serta kondisi payudara (adakah suatu pembengkakan, putting lecet, atau infeksi). Tabel 2.5 Involusi Uterus Waktu

TFU

Berat Uterus

Bayi Lahir

Setinggi pusat

1000 gram

Setelah placenta lahir

2 jari dibawah pusat

750 gram

1 minggu

Pertengahan pusatsymphisis

500 gram

2 minggu

Tidak teraba di atas symphisis

350 gram

6 minggu

Bertambah kecil

50-60 gram

Sumber: (Walyani dan Endang, 2015) Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas yang terdiri dari 4 lochea, antara lain: a) Lochea Rubra: berisi darah segar dan sisa sisa selaput ketuban, sel- sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pasca peralinan. b) Lokhea sanguinolenta: berwarna merah kuning, berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan. c) Lokhea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan. d) Lokhea alba: berwarna putih, setelah 2 minggu (Dewi, 2010).

8

Penilaian penyembuhan luka perineum menggunakan skala REEDA, seperti yang ada pada tabel berikut: Tabel 2.6 Skala REEDA Keterangan

0

Redness (Kemerahan) Edema (Bengkak) Ecchimosys (Bercak perdarahan)

Discharge (Pengeluaran) Approxcimation

1

2

3

Tidak ada

Kurang dari 0,25 cm dari kedua sisi laserasi

Lebih dari 0,25 cm dari kedua sisi laserasi

Lebih dari 0,5 cm dari kedua sisi laserasi

Tidak ada

Pada perineum, <1 cm dari laserasi

Pada perineum dan atau vulva, antara 1-2cm dari laserasi

Pada perineum dan atau vulva, >2cm dari laserasi

Tidak ada

Kurang dari 0,25cm pada kedua sisi atau 0,5cm pada satu sisi

0,25-1cm pada kedua sisi atau 0,52cm pada satu sisi

>1cm pada kedua sisi atau 2 cm pada satu sisi

Tidak ada

Serum

Serosanguinus

Berdarah, Purulent

Rapat

Jarak kulit 3mm atau kurang

Terdapat jarak antara kulit dan lemak subkutan

Terdapat jarak antara kulit, lemak subkutan dan fasia

(Penyatuan luka) Sumber: Dewi, 2011. c. Analisa

Analisa nifas 6 jam meliputi diagnosa, masalah, dan kebutuhan. Diagnosa meliputi nama ibu, umur, paritas (P A), post partum berapa jam, normal/tidak. Masalah yang biasa ditemukan antara lain nyeri, cemas, maupun masalah menyusui. Kebutuhan masa nifas meliputi managemen nyeri dan pengetahuan tentang kebutuhan masa nifas (Bahiyatun, 2009). d. Penatalaksanaan Penatalaksanaan yang disesuaikan dengan tujuan asuhan nifas 6 jam, yaitu: 1) Mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia uteri (Bahiyatun, 2009). 2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan rujuk jika perdarahan berlanjut (Bahiyatun, 2009).

9

3) Melakukan konseling perawatan luka pada ibu yang mempunyai jahitan perineum (Bahiyatun, 2009). Menurut penelitian dari Runjati, Ariyanti I dan Uripmi CL (2012) menyatakan bahwa lama penyembuhan pada perawatan luka dengan betadine lebih pendek dibanding dengan bersih kering. 4) Memberi konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai cara mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia uteri 5) Pemberian ASI awal. 6) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir 7) Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah hipotermia 8) Petugas kesehatan yang menolong persalinan harus mendampingi ibu dan bayi lahir selama 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil (Bahiyatun, 2009). 2. Catatan Perkembangan Asuhan Nifas 6 Hari a. Data Subyektif Melanjutkan evaluasi data dasar asuhan sebelumnya. Kaji tentang pola istirahat, eliminasi, rasa mulas pada perut akibat involusi uterus, nyeri luka perineum, pola menyusui, perasaan menjadi ibu, dan pengetahuan tentang perawatan bayi baru lahir (Bahiyatun, 2009). b. Data Obyektif 1) Pemeriksaan fisik, sesuai kebutuhan dan tanda-tanda vital (Bahiyatun, 2009). 2) Pemeriksaan khusus obstetrik Pemeriksaan khusus dilakukan dengan pemeriksaan involusi uterus, kontraksi pada uterus, pengeluaran per vaginam berupa lochea (jumlah, warna, konsistensi, bau), keadaan luka jahitan pada ibu yang memiliki luka perineum, kondisi payudara, dan tanda-tanda infeksi (Dewi, 2011; Prawirohardjo, 2010). c. Analisa Analisa pada asuhan ibu nifas 6 hari meliputi diagnosa, masalah, dan kebutuhan. Diagnosa meliputi nama ibu, umur, paritas (P A), nifas hari ke berapa,

10

normal/tidak. Masalah yang biasa ditemukan adalah masalah menyusui, pemenuhan kebutuhan sehari-hari, dan kurangnya pengetahuan tentang tanda bahaya ibu nifas. Kebutuhan yang dibutuhkan ibu nifas 6 hari adalah konseling tanda bahaya ibu nifas, perawatan bayi baru lahir, dan pola menyusui yang baik (Dewi, 2011). d. Penatalaksanaan Penatalaksanaan yang disesuaikan dengan tujuan asuhan nifas 6 hari, yaitu: 1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau (Bahiyatun, 2009). 2) Menilai adanya demam (Bahiyatun, 2009). 3) Memastikan agar ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, istirahat serta melaksanakan senam nifas (Bahiyatun, 2009). Menurut Putro dan Hidayanti (2009) dalam jurnal yang berjudul “Studi kasus hubungan senam nifas dengan status kesehatan ibu nifas”,menyatakan bahwa manfaat senam nifas antara lain: memperbaiki peredaran darah, untuk mencegah sirkulasi statis, trombosis, dan emboli, mengencangkan otot-otot dinding perut dan perineum, mengurangi rasa nyeri dan sakit pada otot, melancarkan pengeluaran lokhea, mempercepat proses involusi uterus, memulihkan kembali otot dasar panggul, dan mengembalikan sikap dan bentuk tubuh yang baik. 4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda penyulit (Bahiyatun, 2009). 5) Memberi konseling pada ibu tentang asuhan pada bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan perawatan bayi sehari-hari (Bahiyatun, 2009). 3. Catatan Perkembangan Asuhan Nifas 2 Minggu a. Data Subyektif Melanjutkan evaluasi data dasar asuhan sebelumnya, pada saat ini hal yang dikaji sama dengan asuhan 6 hari (Saifuddin, 2010).

11

b. Data Obyektif Melanjutkan evaluasi data dasar asuhan sebelumnya. Melakukan pemeriksaan fisik pada ibu meliputi TTV, keadaan payudara, abdomen, perineum, dan lokhea (Saifuddin, 2010). c. Analisa Analisa pada asuhan ibu nifas 2 minggu meliputi diagnosa, masalah, dan kebutuhan. Diagnosa meliputi nama ibu, umur, paritas (P A), nifas minggu ke berapa, normal/tidak. Kemudian menentukan masalah dan kebutuhan berdasarkan data yang telah didapatkan (Muslihatun, 2010). d. Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada asuhan ibu nifas 2 minggu sama dengan asuhan ibu nifas 6 hari (Sulistyawati, 2009). 4. Catatan Perkembangan Asuhan Nifas 6 Minggu a. Data Subyektif Melanjutkan evaluasi data dasar asuhan sebelumnya dan melihat hubungan antara ibu dan bayi. Pada data subyektif dikaji tentang keadaan pemulihan kesehatan ibu dan persiapan kontrasepsi (Prawirohardjo, 2010). b. Data Obyektif Melanjutkan evaluasi data dasar asuhan sebelumnya. Memastikan bahwa alatalat reproduksi ibu sudah kembali seperti semula, laktasi berjalan dengan baik dan berat badan bayi meningkat (Prawirohardjo, 2010). c. Analisa Analisa pada asuhan ibu nifas 6 minggu meliputi diagnosa, masalah, dan kebutuhan. Diagnosa meliputi nama ibu, umur, paritas (P A), nifas minggu ke berapa, normal/tidak. Kemudian menentukan masalah dan kebutuhan berdasarkan data yang telah didapatkan (Muslihatun, 2010).

12

d. Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada ibu postpartum 6 minggu yaitu: 1) Mengkaji tentang kemungkinan penyulit pada ibu. Memberi konseling keluarga berencana (KB) secara dini (Bahiyatun, 2009). b. Evidence Based pada Masa Nifas Berdasarkan jurnal penelitian yang berujudul Pengaruh Senam Nifas terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri pada Ibu Post Partum menyatakan bahwa ada hubungan antara ibu post partum yang mengikuti senam nifas dengan kecepatan penurunan TFU. Pada ibu post partum yangmelakukan senam nifas sebagian besar penurunan tinggi fundus uterinya sesuai sebanyak 13 orang (86,7%), sedangkan pada ibu post partumyang tidak melakukan senam nifas sebagian besar penurunan tinggi fundus uterinya tidak sesuai sebanyak 11 orang (73,3%) (Widyastuti, Suherni, dan Marianingsih 2013). BELUM ADA JURNAL TERUPDATE 2. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan Tujuh langkah manajemen kebidanan menurut Varney yaitu Langkah I (Pengumpulan Data Dasar): Pada langkah pertama dilakukan pengkajian melalui pengumpulan semua data dasar yaitu riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan, peninjauan catatan terbaru atau catatan sebelumnya dan data laboratorium. Langkah II (Interpretasi Data Dasar): Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data yang telah dikumpulkan. Langkah III (Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial): Pada langkah ini dilakukan identifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi. Langkah IV (Identifikasi Perlunya Penanganan Segera): Bidan atau dokter mengidentifikasi perlunya tindakan segera dan konsultasi atau penanganan bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

13

Langkah V (Perencanaan Asuhan Menyeluruh): Pada langkah ini, direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Langkah VI (Pelaksanaan Rencana): Perencanaan ini dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan, dan sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Langkah VII (Evaluasi): Dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan bantuan yang diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis. Rencana dapat dianggap efektif jika pelaksanaannya efektif (Saminem 2008). 3. Pendokumentasian Manajemen Kebidanan Kepmenkes RI No. 938/Menkes/SK/VIII/2007 pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir yang tersedia. Pencatatan tersebut ditulis dalam catatan perkembangan SOAP. Tujuan

penggunaan

catatan

SOAP

untuk

pendokumentasian

adalah

pendokumentasian metode SOAP merupakan kemajuan informasi yang sistematis yang mengorganisasi temuan dan kesimpulan menjadi suatu rencana asuhan, SOAP adalah urutan yang dapat membantu mengorganisasi pikiran dan memberi asuhan yang menyeluruh. S (Subjektif)

: apa yang dikatakan oleh klien.

O (Objektif)

: apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan sewaktu melakukan pemeriksaan (laboratorium, tanda vital dan lain-lain).

A (Assessment)

: kesimpulan dari data-data subjektif/objektif.

P (Plan)

: apa yang akan dilakukan berdasarkan hasil pengevaluasian.

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"

Temanggung_univ_fix.docx
December 2019 5
Cover.doc
June 2020 3
Test Keyboard Rusak.docx
December 2019 5
Benner Penelitian.doc
December 2019 7
Bab Ii.docx
December 2019 8
Bab Ii.docx
June 2020 1