Bab Ii.docx

  • Uploaded by: MuzAlwi
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Ii.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,473
  • Pages: 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Menyikat gigi Menyikat gigi merupakan cara yang umum dianjurkan untuk membersihkan deposit lunak pada permukaan gigi dan gusi. Dan merupakan tindakan prefentif dalam menuju keberhasilan dan kesehatan rongga mulut yang optimal. Oleh karena itu cara menggosok gigi harus di mengerti dan dilaksanakan secara efektif dan teratur. (megananda H.P.Dkk 2010). Menyikat gigi mungkin terlihat mudah untuk di lakukan namun tanpa disadari banyak kesalahan yang selama ini menyikat gigi.kita tahu tanda-tanda yang tampak dari kesalahan menyikat gigi. Ada cara menggosok gigi yang di anggap cocok yang namanya “modifikasi bass”.merupakan cara yang paling popular dan sangat efektif untuk membuang sisa-sisa makanan di atas permukaan gigi dan sela-sela gigi. B. Hal yang perlu di perhatikan dalam menggosok gigi a) Waktu menyikat gigi Waktu untuk menyikat gigi adalah setelah makan dan sebelum tidur. Menyikat gigi setelah makan bertujuan mengangkat sisa-sisa makanan yang menempel dipermukaan atau pun sela-sela gigi dan gusi. Sedangkan Sebelum tidur Untuk menahan perkembangbiakan bakteri dalam mulut karena karena dalam keadaan tidur tidak diproduksi ludah yang berfungsi membersihkan gigi dan mulut secara alami.(rachmat hidayat 2016 ) Plak tetap terus terbentuk sebelum menyikat gigi . oleh karena itu, rutinitas menyikat gigi harus di lakukan setiap hari agar tidak ada plak yang terbentuk dan tidak bertambah tebal.

b) Sikat gigi dengan perlahan - lahan Menggosok gigi yang terlalu keras atau pun gerakan menyikat gigi yang terlalu panjang misalnya menyikat 5 sampa 6 gigi sekaligus juga bias meyebabkan kerusakan pada gigi dan gusi. Tekanan digunakan juga harus tekanan yang ringan. Menyikat gigi sekitar 2 sampai 3 menit.

c) Rutin mengganti sikat gigi Apabila bulu sikat gigi sudah rusak maupun sikat gigi sudah berusia 3 bulan, maka sikat gigi tersebut akan kehilangan

kemampuannya untuk

membersihkan gigi dengan baik. Karna sikat gigi bias menjadi tempat menempelnya kumat penyakit dan hal beresiko terinfeksi kuman.

d) Sikat gigi minimal 2 menit sampai 5 menit Menggosok gigi yang terlalu cepat tidak akan efektif membersihkan plak. Menggosok gigi yang tepat paling tidak membutuhkan waktu minimal 2 menit sampai 5 menit. Kebanyakan orang menggosok gigi tidak perna selama itu.sebaiknya tetap menggosok gigi setelah bangun tidur. Walaupun sebelum tidur sudah menggook gigi dengan bersih,plak tidak akan membentuk . C. Bakteri Bakteri pada rongga mulut pada umumnya kondisi steril, tetapi sesudahnya

mikroorganisme

sudah

mulai

bermunculan,

terutama

streptococcus salivarius. Pada saat gigi mulai bererupsi,mulai terpentuk flora yang kompleks, bakteri terdapat didalam saliva, pada lidah dan pipi,pada permukaan gigi, dan terutama di daerah fisura dan leher gingiva. Jumlah bakteri dalam saliva dapat sampai berates-ratus juta per millimeter tetapi populasi bakteri terbesar dapat ditemukan pada dorsum lidah.bahkan leher

gingiva yang sehat mengandung lebih banyak bakteri dari pada bakteri bebas dalam saliva.(eley,B.M 1993) D. Saliva Saliva adalah suatu cairan kompleks yang terdiri dari atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa mulut. Saliva yang terbentuk di rongga mulut, sekitar sembilan puluh (90%) persennya dihasilkan oleh kelenjar Submaksilaris dan kelenjar Parotis, lima persen (5%) oleh kelenjar Sublingualis, dan lima persen (5%) lagi oleh kelenjar ludah yang kecil. Dan sebagian besar saliva dihasilkan pada saat makan, sebagai reaksi rangsang yang berupa pengecapan dan pengunyahan makanan. (Kidd, Bechal, 1991) Cairan sekresi eksokrin di dalam mulut yang berkontak dengan mukosa dan gigi, berasal terutama dari tiga pasang kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor pada mukosa mulut. (Kasuma, 2015)

a). Fungsi saliva Saliva di keluarakan oleh kelenjar parotis, kelnjar sublingualis dan kelenjar submandibularis. Selama 24 jam, saliva yang dikeluarkan glandula adalah 1.000-2.500 ml, kelenjar submandibularis mengeluarkan 40% dan kelejar parotis sebanyak 26%. Pengeluaran saliva lebih sedikit pada malam hari. Ph rata-rata saliva

berkisar antara 5,25-8,5 atau 6,1-

7,7.(Andersen, 1992) dan (Sauerwein, 1961). Walaupun saliva membantu pencernaan dan penelan makanan, diperlukan bagi pengoptimalkan fungsi alat pengecap.peran yang paling penting untuk mempertahankan integritas gigi,lidah, dan membran mukosa daerah oral . Cara perlindungan yang dilakukan saliva berupa: a. Membentuk lapisan mukus pelindung pada membran mukosa yang akan bertindak sebagai barrier terhadap iritan dan akan mencegah kekeringan pada rongga mulut. b. Membantu membersihkan mulut dari makanan,debris,dan bakteri yang akhirnya akan menghambat pembentukan plak. c. Mengatur PH pada rongga mulut karena

mengandung

bikarbonat, fosfat dan protein amfoter. Peningkatan kecepatan sikresinya biasanya berakibat pada peningkatan PH dan kapasitas bufernya. Karena itu membrane mukosa akan terlindungi dari asam yang ada pada makanan dan pada waktu muntah. d. Membantu menjaga integritas gigi dengan berbagai cara karena kandungan kalsium dan fosfatnya. Saliva membantu menyediakan mineral yang dibutuhkan oleh email yang belum sempurnah terbentuk pada awal-awal setelah erupsi.

b). Komposisi saliva Saliva terdiri dari 99 % air dan 1 % bahan padat yang di dominasi oleh protein dan elektrolit. Elektrolit yang paling banyak terdapat di saliva adalah natrium, kalium, klorida, bikarbonat, kalsium fosfat dan magnesium, komposisi saliva di rongga mulut ditentukan oleh tingkatan sekresi dari sel acinar ke sistem duktus yang menyebabkan peningkatan laju aliran saliva menurut Almeida ( dalam Kasuma, 2015).

Meskipun 99% dari saliva adalah air, menurut Screebny sisanya merupakan komponen yang terdiri dari bahan anorganik, bahan organik, dan molekul-molekul makro termasuk bahan-bahan antimikroba sangat penting fungsinya untuk menjaga integritas jaringan mulut. Tetapi komposisi saliva juga sangat bergantung pada berbagai faktor, antara lain jenis kelenjar yang menghasilkannya. Dawes mengemukakan bahwa di samping itu macam, lama, dan jenis rangsangan juga sangat mempengaruhi,

demikian

pula

kecepatan

sekresi

yang

juga

mempengaruhi pH dan jumlah konstituen yang ada di dalamnya, dan selanjutnya juga akan memengaruhi kapasitas daparnya. Sedang adanya rangsangan sangat memengaruhi kecepatan sekresi dan komposisinya (Sundoro, 2005).

D). PH saliva pH (potential of hydrogen) adalah suatu cara untuk mengukur derajat asam dan basa dari cairan tubuh. Keadaan asam atau basa diperlihatkan pada skala pH berkisar 0-14 dengan perbandingan terbalik yang makin rendah nilai pH makin banyak asam dalam larutan, sebaliknya meningkatnya nilai pH berarti bertambahn basa dalam larutan, dimana 0 merupakan pH yang sangat rendah dan asam. pH 7,0 netral. Di atas 7,0 adalah basa dengan batas pH tertinggi adalah 14 (Situmeang, 2017). besarnya nilai pH mulut tergantung dari saliva sebagai buffer yang mereduksi formasi plak. Dan pembentukan asam oleh bakteri asam di dalam plak akan mengakibatkan terjadinya penurunan pH. Dengan adanya penurunan pH tersebut maka akan menyebabkan kadar asam menjadi tinggi di dalam mulut akibatnya pH saliva menjadi asam. Penurunan pH saliva di dalam rongga mulut dapat menyebabkan demineralisasi email gigi sehingga proses terjadinya karies gigi akan cepat terjadi, sedangkan pada kenaikan pH dapat menjadi basa yang mengakibatkan terbentuknya kolonisasi bakteri dan meningkatkan pembentukan kalkulus. (Menurut Amerongen 1991) Adapun derajat keasaman saliva dalam keadaan normal antara 5,6-7,0 dengan rata-rata pH 6,7. Faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan pada pH saliva antara lain kecepatan sekresi saliva, mikroorganisme rongga mulut dan kapasitas buffer saliva. (Amerongen, 1991).

a. Faktor yang mempengaruhi pH di dalam ludah Derajat asam dan kapasitas buffer saliva menurut Amerongen (1991) selalu dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang disebabkan oleh: 1) Irama siang dan malam Sehubungan dengan pengaruh irama siang dan malam ternyata, bahwa pH dan kapasitas buffer - Pengaruh irama siang dan malam menunjukkan bahwa derajat asam dan kapasitas penyangga saliva akan tinggi ketika bangun pagi, tetapi kemudian akan segera menurun. - 15 menit setelah makan juga akan tinggi karena adanya rangsangan mekanis, namun setelah 30-60 menit menjadi rendah. - Pada malam hari, derajat keasaman dan kapasitas penyangga saliva akan meningkat, tetapi menjelang tengah malam akan turun kembali. Pada saat tidur, volume saliva akan berkurang, perbandingan bikarbonat dan ion hidrogen juga turun sampai pH 4, dan konsentrasi bikarbonat rendah. 2) Diet Semakin banyak mengkonsumsi karbohidrat maka semakin turun kapasitas buffer, sebaliknya diet kaya sayuran dan protein menaikkan kapasitas buffer. Diet kaya karbohidrat menaikkan metabolisme produksi asam oleh bakteri-bakteri mulut, sedangkan

protein sebagai sumber makanan bakteri, meembangkitkan pengeluaran zat-zat basa, seperti amoniak. 3) Reaksi sistem kultur merupakan

penyakit

endokrin

yang

menyebabkan

abnormalitas metabolik. Xerostomia dan hipofungsi kelenjar saliva dapat ditemukan pada penderita diabetes yang tidak terkontrol. Diabetes dapat mempengaruhi laju aliran saliva dan komposisi saliva. (Kasuma, 2015). 4) Usia Menurut

Almeida

secara

histologi

dengan

semakin

bertambahnya usia, sel-sel parenkim pada glandula salivarius akan terus tergantikan oleh sel-sel adiposa dan jaringan vibrovaskular dan volum dari acini berkurang. Navazesh menyatakan bahwa laju aliran unstimulated saliva lebih rendah pada pasien sehat yang berumur 65 sampai 83 tahun dibandingkan dengan indivvidu yang berusia 18 sampai 35 tahun. 5)

Medikasi Obat-obatan yang bersifat antichalinergic seperti antidepresan, aoxiolitik, antipsikotik, antihistamin dan antihipertensi, menyebakan berkurangnya laju aliran saliva dan mengubah komposisinya.

b. Pengukuran pH Beberapa cara pengukuran pH dapat dilakukan dengan : a) Indikator pH dengan larutan Indikator adalah asam organik lemah yang dapt berubah warna pada rentang harga pH tertentu. Harga pH suatu larutan dapat diperkirakan dengan menggunakan trayek pH iindikator yang memiliki trayek perubahan warna yang berbeda-beda. Dengan demikian dari uji larutan dengan beberapa indikator akan diperoleh daerah irisan pH larutan. b) Kertas lakmus Dengan cara ini ujung kertas lakmus dicelupkan pada saliva, setelah 10 detik pH diamati dan disesuaikan dengan panduan dental saliva pH indikator untuk menentukan tingkat keasaman pH saliva.

E). KERANGKA KONSEP

Sesudah makan

bakteri

Mengosok gigi PH saliva Sebelum makan

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"

Kti Proposal Fix.docx
April 2020 5
Bab Ii.docx
April 2020 2