PENGARUH MENGGOSOK GIGI SEBELUM MAKAN TERHADAP KUANTITAS BAKTERI DAN PH SALIVA
OLEH: MUSLIM ALWI PO.71.3.261.16.1.019
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR JURUSAN KEPERWATAN GIGI PROGRAM STUDI DIPLOMA III MAKASSAR 2019
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Kegiatan menyikat gigi adalah tindakan preventif yang paling mudah dan murah dilakukan. Walaupun kegiatan pembersihan gigi secara mekanik ini dipandang mudah tetapi selama ini hasil yang maksimal sulit didapatkan, baik dari aspek kebersihan gigi dan faktor kerusakan lainnya. Selain cara menyikat gigi, frekuensi dan waktu membersihkan gigi sangat berpengaruh. Waktu kegiatan menyikat gigi yang selama ini sering dilakukan adalah setelah makan dan sebelum tidur tetapi dewasa saat ini mulai banyak di temukan keluhan secara primer di awali adanya nyeri karena abrasi atau erosi gigi. Dan juga keluhan tersebut tidak dapat diabaikan karena akan sampai pada tahap perawatan jaringan pulpa akibat adanya keluhan dari pasien. Masalah gigi dan mulut merupakan masalah kesehatan di Indonesia yang belum bisa ditangani. Hal ini terbukti berdasarkan survey dari DEPKES RI (2011) yang menyebutkan bahwa angka kejadian penyakit gigi dan mulut di Indonesia masih tinggi yaitu 63% menderita kerusakan gigi aktif. Hal ini menunjukan bahwa masalah kesehatan mulut dan gigi masih dominan di Indonesia. Maka dari itu perlu dilakukan perawatan sejak dini.Hal ini dapat dilakukan dengan cara dijaga salah satunya mempertahankan derajat keasaman (pH) saliva (Endang, 2012) Keasaman dapat diukur dengan satuan pH. Skala pH berkisar 0-14, dengan perbandingan terbalik, di mana makin rendah nilai pH makin banyak asam dalam larutan. Sebaliknya, meningkatnya nilai pH berarti bertambahnya
basa dalam larutan. Pada pH 7, tidak ada keasaman atau kebasaan larutan, dan disebut netral. Air ludah secara normal sedikit asam pHnya 6,5; dapat berubah sedikit dengan perubahan kecepatan aliran dan perbedaan waktu dalam sehari, titik kritis untuk kerusakan gigi adalah 5,7; dan ini terlampaui sekitar 2 menit setelah gula masuk dalam plak (Bestford, 1996). Saliva merupakan cairan kental yang diproduksi oleh kelenjar saliva. Kelenjar-kelenjar saliva tersebut terletak di bawah lidah, daerah otot pipi dan di daerah dekat langit-langit. Saliva mengandung 99,5% air dan 0.5% bermacam-macam yaitu ada zat-zat seperti kalsium (zat kapur), fosfor, natrium, magnesium dan lain-lain. Mucyn adalah bahan yang dapat menyebabkan sifat air menjadi kental dan licin. Sedangkan amylase adalah enzim yang dapat memecah zat tepung menjadi yang lebih halus dengan tujuan agar mudah mencernanya, sehingga nantinya dapat diserap oleh didnding usus halus. Enzim adalah bahan yang dapat bertugas untuk mempercepat suatu reaksi bahan seperti halnya memecah bahan lain, tetapi kandungan dan sifat dari enzim itu sendiri tidak berubah dari aslinya .akan kembali normal setelah 20-30 menit kemudian.
Dan selama 5-10 menit
pertama setelah makan adalah saat-saat kritis pH. (Ircham, dkk, 1993) dan (Houwink dkk.1993) Setelah makan khususnya makanan karbohidrat, akan terjadi fermentasi terhadap glukosa makanan. Hasilnya berupa senyawa bersifat asam dan membuat lingkungan sekitar gigi bersuasana asam. Dalam beberapa menit derajat keasaman tadi akan meningkat atau pH-nya turun. Bila berlanjut, penurunan nilai pH akan sampai ke nilai pH kritis, yaitu nilai pH yang dapat memicu dekalsifikasi (hilangnya garam kalsium) pada email gigi.(Diana 2004)
Dari kenyataan di atas, peneliti ingin mengetahui apakah ada perbedaan kuantitas bakteri apabila sebelum makan dilakukan penyikatan gigi dahulu karena diharapkan dengan adanya keberadaan permukaan gigi yang bersih lebih maka tumpangan bakteri lebih minimal secara kuantitas yang selanjutnya mempunyai pengaruh terhadap proses bakteri terhadap pH plak apabila ada makanan. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah peneliti ini apakah ada pengaruh mengosok gigi terhadap kuantitas bakteri dan ph saliva? C. Tujuan penelitian 1). Tujuan umum Mengetahui pengaruh mengogosok gigi sebelum makan terhadap kuantitas bakteri dan Ph saliva 2). Tujuan khusus a. untuk mengetahui PH saliva mengosok gigi sebelum makan dan sesudah makan b. untuk mengetahui perbandingan kuantitas bakteri mengosok gigi sebelum makan dan sesudah makan D. Manfaat penelitian 1. Dapat menambah gagasan peneliti tetang pengaruh metode mengosok gigi terhadap kuantitas PH saliva 2. peneliti ini dapat menambah wawasan,pengetahuan dan referensi khususnya bagi mahasiswa keperewatan gigi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Menyikat gigi Menyikat gigi merupakan cara yang umum dianjurkan untuk membersihkan deposit lunak pada permukaan gigi dan gusi. Dan merupakan tindakan prefentif dalam menuju keberhasilan dan kesehatan rongga mulut yang optimal. Oleh karena itu cara menggosok gigi harus di mengerti dan dilaksanakan secara efektif dan teratur. (megananda H.P.Dkk 2010). Menyikat gigi mungkin terlihat mudah untuk di lakukan namun tanpa disadari banyak kesalahan yang selama ini menyikat gigi.kita tahu tanda-tanda yang tampak dari kesalahan menyikat gigi. Ada cara menggosok gigi yang di anggap cocok yang namanya “modifikasi bass”.merupakan cara yang paling popular dan sangat efektif untuk membuang sisa-sisa makanan di atas permukaan gigi dan sela-sela gigi. B. Hal yang perlu di perhatikan dalam menggosok gigi a) Waktu menyikat gigi Waktu untuk menyikat gigi adalah setelah makan dan sebelum tidur. Menyikat gigi setelah makan bertujuan mengangkat sisa-sisa makanan yang menempel dipermukaan atau pun sela-sela gigi dan gusi. Sedangkan Sebelum tidur Untuk menahan perkembangbiakan bakteri dalam mulut karena karena dalam keadaan tidur tidak diproduksi ludah yang berfungsi membersihkan gigi dan mulut secara alami.(rachmat hidayat 2016 ) Plak tetap terus terbentuk sebelum menyikat gigi . oleh karena itu, rutinitas menyikat gigi harus di lakukan setiap hari agar tidak ada plak yang terbentuk dan tidak bertambah tebal.
b) Sikat gigi dengan perlahan - lahan Menggosok gigi yang terlalu keras atau pun gerakan menyikat gigi yang terlalu panjang misalnya menyikat 5 sampa 6 gigi sekaligus juga bias meyebabkan kerusakan pada gigi dan gusi. Tekanan digunakan juga harus tekanan yang ringan. Menyikat gigi sekitar 2 sampai 3 menit.
c) Rutin mengganti sikat gigi Apabila bulu sikat gigi sudah rusak maupun sikat gigi sudah berusia 3 bulan, maka sikat gigi tersebut akan kehilangan
kemampuannya untuk
membersihkan gigi dengan baik. Karna sikat gigi bias menjadi tempat menempelnya kumat penyakit dan hal beresiko terinfeksi kuman.
d) Sikat gigi minimal 2 menit sampai 5 menit Menggosok gigi yang terlalu cepat tidak akan efektif membersihkan plak. Menggosok gigi yang tepat paling tidak membutuhkan waktu minimal 2 menit sampai 5 menit. Kebanyakan orang menggosok gigi tidak perna selama itu.sebaiknya tetap menggosok gigi setelah bangun tidur. Walaupun sebelum tidur sudah menggook gigi dengan bersih,plak tidak akan membentuk . C. Bakteri Bakteri pada rongga mulut pada umumnya kondisi steril, tetapi sesudahnya mikroorganisme mulai bermunculan, terutama streptococcus salivarius. Pada saat gigi mulai bererupsi,mulai terpentuk flora yang kompleks, bakteri terdapat didalam saliva, pada lidah dan pipi,pada permukaan gigi, dan terutama di daerah fisura dan leher gingiva. Jumlah bakteri dalam saliva dapat sampai beratus-ratus juta per millimeter tetapi populasi bakteri terbesar dapat ditemukan pada dorsum lidah.bahkan leher
gingiva yang sehat mengandung lebih banyak bakteri dari pada bakteri bebas dalam saliva.(eley,B.M 1993) streptococcus salivarius merupakan organisme yang dominan dalam saliva, habitat normalnya lidah jarang menyebabkan hemolisis alfa dan merupakan indicator kontaminasi saliva. Bakteri di dalam rongga mulut diantaranya terdiri dari : 1. Gram positif aerob, yaitu golongan streptococcus dan golongan stapbylococcus. Kelompok ini, beta bemolytic streptococcus merupakan subgroup yang dominan di ikuti oleh streptococcus viridans dan stapbylococcus aureus. 2. Gram negatif
aurob yang dominan adalah golongan
klebsiella dan Neisseria. 3. Golongan anaerob yang sering adalah peplostreptococcus dan bacteriodes. Adanya berbagai macam jenis bakteri sehingga karakteristik bakteri pada infeksi oromaksilfasial adalah bakteri porimikrobial,endogoneus dan oportunistik. Mikroorganisme yang menjadi flora rongga mulut dapat berubah menjadi bakteri patogen dan menyebabkan infeksi. Infeksi terjadi pada rongga mulut karena masuknya mikroorganisme ke dalam port de eniry akibat adanya jejas. Jejas adalah cedera, luka atau kerusakan jaringan yang disebabkan oleh faktor lain dan invasi bakteri patogen tersebut dapat menyebar dibagian rongga mulut. D. Saliva Saliva adalah suatu cairan kompleks yang terdiri dari atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa mulut.
Saliva yang terbentuk di rongga mulut, sekitar sembilan puluh (90%) persennya dihasilkan oleh kelenjar Submaksilaris dan kelenjar Parotis, lima persen (5%) oleh kelenjar Sublingualis, dan lima persen (5%) lagi oleh kelenjar ludah yang kecil. Dan sebagian besar saliva dihasilkan pada saat makan, sebagai reaksi rangsang yang berupa pengecapan dan pengunyahan makanan. (Kidd, Bechal, 1991) Cairan sekresi eksokrin di dalam mulut yang berkontak dengan mukosa dan gigi, berasal terutama dari tiga pasang kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor pada mukosa mulut. (Kasuma, 2015)
a). Fungsi saliva Saliva di keluarakan oleh kelenjar parotis, kelnjar sublingualis dan kelenjar submandibularis. Selama 24 jam, saliva yang dikeluarkan glandula adalah 1.000-2.500 ml, kelenjar submandibularis mengeluarkan 40% dan kelejar parotis sebanyak 26%. Pengeluaran saliva lebih sedikit pada malam hari. Ph rata-rata saliva
berkisar antara 5,25-8,5 atau 6,1-
7,7.(Andersen, 1992) dan (Sauerwein, 1961).
Walaupun saliva membantu pencernaan dan penelan makanan, diperlukan bagi pengoptimalkan fungsi alat pengecap.peran yang paling penting untuk mempertahankan integritas gigi,lidah, dan membran mukosa daerah oral . Cara perlindungan yang dilakukan saliva berupa: a. Membentuk lapisan mukus pelindung pada membran mukosa yang akan bertindak sebagai barrier terhadap iritan dan akan mencegah kekeringan pada rongga mulut. b. Membantu membersihkan mulut dari makanan,debris,dan bakteri yang akhirnya akan menghambat pembentukan plak. c. Mengatur PH pada rongga mulut karena
mengandung
bikarbonat, fosfat dan protein amfoter. Peningkatan kecepatan sikresinya biasanya berakibat pada peningkatan PH dan kapasitas bufernya. Karena itu membrane mukosa akan terlindungi dari asam yang ada pada makanan dan pada waktu muntah. d. Membantu menjaga integritas gigi dengan berbagai cara karena kandungan kalsium dan fosfatnya. Saliva membantu menyediakan mineral yang dibutuhkan oleh email yang belum sempurnah terbentuk pada awal-awal setelah erupsi. b). Komposisi saliva Saliva terdiri dari 99 % air dan 1 % bahan padat yang di dominasi oleh protein dan elektrolit. Elektrolit yang paling banyak terdapat di saliva adalah natrium, kalium, klorida, bikarbonat, kalsium fosfat dan magnesium, komposisi saliva di rongga mulut ditentukan oleh tingkatan
sekresi dari sel acinar ke sistem duktus yang menyebabkan peningkatan laju aliran saliva menurut Almeida ( dalam Kasuma, 2015).
Meskipun 99% dari saliva adalah air, menurut Screebny sisanya merupakan komponen yang terdiri dari bahan anorganik, bahan organik, dan molekul-molekul makro termasuk bahan-bahan antimikroba sangat penting fungsinya untuk menjaga integritas jaringan mulut. Tetapi komposisi saliva juga sangat bergantung pada berbagai faktor, antara lain jenis kelenjar yang menghasilkannya. Dawes mengemukakan bahwa di samping itu macam, lama, dan jenis rangsangan juga sangat mempengaruhi,
demikian
pula
kecepatan
sekresi
yang
juga
mempengaruhi pH dan jumlah konstituen yang ada di dalamnya, dan selanjutnya juga akan memengaruhi kapasitas daparnya. Sedang adanya rangsangan sangat memengaruhi kecepatan sekresi dan komposisinya (Sundoro, 2005). D). PH saliva pH (potential of hydrogen) adalah suatu cara untuk mengukur derajat asam dan basa dari cairan tubuh. Keadaan asam atau basa diperlihatkan pada skala pH berkisar 0-14 dengan perbandingan terbalik yang makin rendah nilai pH makin banyak asam dalam larutan, sebaliknya meningkatnya nilai pH berarti bertambahn basa dalam larutan, dimana 0
merupakan pH yang sangat rendah dan asam. pH 7,0 netral. Di atas 7,0 adalah basa dengan batas pH tertinggi adalah 14 (Situmeang, 2017). besarnya nilai pH mulut tergantung dari saliva sebagai buffer yang mereduksi formasi plak. Dan pembentukan asam oleh bakteri asam di dalam plak akan mengakibatkan terjadinya penurunan pH. Dengan adanya penurunan pH tersebut maka akan menyebabkan kadar asam menjadi tinggi di dalam mulut akibatnya pH saliva menjadi asam. Penurunan pH saliva di dalam rongga mulut dapat menyebabkan demineralisasi email gigi sehingga proses terjadinya karies gigi akan cepat terjadi, sedangkan pada kenaikan pH dapat menjadi basa yang mengakibatkan terbentuknya kolonisasi bakteri dan meningkatkan pembentukan kalkulus. (Menurut Amerongen 1991) Adapun derajat keasaman saliva dalam keadaan normal antara 5,6-7,0 dengan rata-rata pH 6,7. Faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan pada pH saliva antara lain kecepatan sekresi saliva, mikroorganisme rongga mulut dan kapasitas buffer saliva. (Amerongen, 1991). a. Faktor yang mempengaruhi pH di dalam ludah Derajat asam dan kapasitas buffer saliva menurut Amerongen (1991) selalu dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang disebabkan oleh: 1) Irama siang dan malam Sehubungan dengan pengaruh irama siang dan malam ternyata, bahwa pH dan kapasitas buffer
- Pengaruh irama siang dan malam menunjukkan bahwa derajat asam dan kapasitas penyangga saliva akan tinggi ketika bangun pagi, tetapi kemudian akan segera menurun. - 15 menit setelah makan juga akan tinggi karena adanya rangsangan mekanis, namun setelah 30-60 menit menjadi rendah. - Pada malam hari, derajat keasaman dan kapasitas penyangga saliva akan meningkat, tetapi menjelang tengah malam akan turun kembali. Pada saat tidur, volume saliva akan berkurang, perbandingan bikarbonat dan ion hidrogen juga turun sampai pH 4, dan konsentrasi bikarbonat rendah. 2) Diet Semakin banyak mengkonsumsi karbohidrat maka semakin turun kapasitas buffer, sebaliknya diet kaya sayuran dan protein menaikkan kapasitas buffer. Diet kaya karbohidrat menaikkan metabolisme produksi asam oleh bakteri-bakteri mulut, sedangkan protein sebagai sumber makanan bakteri, meembangkitkan pengeluaran zat-zat basa, seperti amoniak. 3) Reaksi sistem kultur merupakan
penyakit
endokrin
yang
menyebabkan
abnormalitas metabolik. Xerostomia dan hipofungsi kelenjar saliva dapat ditemukan pada penderita diabetes yang tidak terkontrol. Diabetes
dapat mempengaruhi laju aliran saliva dan komposisi saliva. (Kasuma, 2015). 4) Usia Menurut
Almeida
secara
histologi
dengan
semakin
bertambahnya usia, sel-sel parenkim pada glandula salivarius akan terus tergantikan oleh sel-sel adiposa dan jaringan vibrovaskular dan volum dari acini berkurang. Navazesh menyatakan bahwa laju aliran unstimulated saliva lebih rendah pada pasien sehat yang berumur 65 sampai 83 tahun dibandingkan dengan indivvidu yang berusia 18 sampai 35 tahun. 5)
Medikasi Obat-obatan yang bersifat antichalinergic seperti antidepresan, aoxiolitik, antipsikotik, antihistamin dan antihipertensi, menyebakan berkurangnya laju aliran saliva dan mengubah komposisinya.
b. Pengukuran pH Beberapa cara pengukuran pH dapat dilakukan dengan : a) Indikator pH dengan larutan Indikator adalah asam organik lemah yang dapt berubah warna pada rentang harga pH tertentu. Harga pH suatu larutan dapat diperkirakan dengan menggunakan trayek pH iindikator yang memiliki trayek
perubahan warna yang berbeda-beda. Dengan demikian dari uji larutan dengan beberapa indikator akan diperoleh daerah irisan pH larutan. b) Kertas lakmus Dengan cara ini ujung kertas lakmus dicelupkan pada saliva, setelah 10 detik pH diamati dan disesuaikan dengan panduan dental saliva pH indikator untuk menentukan tingkat keasaman pH saliva. E). KERANGKA KONSEP
Sesudah makan
bakteri
Mengosok gigi PH saliva Sebelum makan
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah experimental dengan rancangan penelitian post test only group desing. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pH saliva sebelum mengosok gigi dan sesudah menggosok gigi. Pengambilan data di lakukan dengan Teknik purposive sampling (kriteria sampel telah ditentukan). Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini menggunakan uji paired t-test yang disajikan dalam bentuk tabel.
B.
Tempat dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini bertempat di jurusan keperawatan gigi poltekkes kemenkes Makassar. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan maret 2019 – mei 2019
C.
Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan gigi poltekkes kemenkes Makassar 2. Sampel Sampel penelitian ini didapat dari populasi sebanyak 30 orang mahasiswa jurusan keperawatan gigi poltekkes kemenkes Makassar.
D.
Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. pH saliva adalah nilai dari saliva yang ditunjukkan oleh pH meter,yaitu nilai dibawah 6.7 menunjukkan bahwa pH saliva dalam keadaan asam, nilai di atas 7.3 menunjukkan bahwa pH saliva dalam keadaan basa, dan nilai 6.7 sampai 7.3 menunjukkan bahwa pH saliva dalam keadaan normal.
E.
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 1. Data primer yaitu data yang diambil secara langsung dari subjek yang akan diteliti yaitu dengan pemeriksaan langsung dan pemberian lembar observasi. 2. Data skunder yaitu data yang diperoleh dari mahasiswa jurusan keperawatan gigi poltekkes kemenkes Makassar.
F. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Wadah saliva Ph meter Label nama Masker Handscoon Gelas ukur Alat tulis Lembar pemeriksaan 2. bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : sikat gigi pasta gigi Kapas
Tissue Air mineral 3. Kriteria penilaian Menggunakan pH meter untuk mengukur pH saliva. Apabila pH menunjukkan angka di bawah 6.7 maka pH saliva berada dalam keadaan asam. Jika pH meter menunjukkan angka di atas 7.3 maka pH saliva berada dalam keadaan basa dan bila menunjukkan angka 6.7 sampai 7.3 maka pH saliva dalam keadaan netral atau normal. Pada uji Validitas dan realibilitas Instrumen pada penelitian ini tergolong dalam instrument tes yang mana telah dilakukan pemeriksaan pretest posttest dengan menggunkan pH meter, sehingga dapat dikatakan instrument dalam penelitian ini adalah valid. G.
Prosedur Penelitian Langkah-langkah yang diambil dalam prosedur penelitian adalah sebagai berikut 1. Menyerahkan surat ijin penelitian kepada ketua jurusan keperawatan gigi poltekkes kemenkes Makassar. 2. 30 mahasiswa yang di survei dikumpulkan untuk diberikan arahan. 3. Menyiapkan alat - alat tulis, alat dan bahan untuk keperluan penelitian 4. Mengisi lembar pemeriksaan untuk setiap mahasiswa yang menjadi sampel penelitian. 5. Tiap mahasiswa diambil sampel air liur sebelum mengosok gigi dan sesudah menggosok gigi pada wadah yang telah di siapkan 6. Mengukur pH saliva sebelum menggosok gigi dan sesudah menggosok gigi 7. Mencatat pH saliva sebelum menggosok gigi dan sesudah menggosok gigi pada lembar pemeriksaan. 8. Tiap mahasiswa yang menjadi sempel di berikan sikat gigi dan pasta gigi
untuk menggosok gigi selama 2 menit Setelah 2 menit, sampel diminta kembali mengumpulkan air liur pada wadah 9.
Dilakukan pengukuran pH setelah menggosok gigi
10. Mencatat hasil pengukuran pada lembar pemeriksaan H.
Manajemen Data 1. Data diambil melalui pernyataan dan di urut sesuai lembar yang diteliti dan
membuat uraiaan secara sistematis mengenai hasil penelitian kemudian mendistribusikan ke dalam bentuk table. 2. Data mentah yang telah didapat selanjutnya diolah menggunakan program
SPSS (Statistical Package for Sosial Science) yang pada umumnya digunakan untuk menganalisa data. 3. Uji statistik yang digunakan adalah uji t berpasangan untuk melihat
perbedaan perubahan pH saliva sebelum menggosok gigi dan setelah menggosok gigi. I.
Etika Penelitian Penelitian ini melalui beberapa persetujuan dan izin penelitian dari pihak kampus. dan seluruh biaya yang berhubungan dengan penelitian ini ditanggung sepenuhnya oleh pihak peneliti.