BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.
KONSEP DASAR A. Definisi CVA Bleeding atau stroke hemotagik merupakan pecahnya pembuluh darah otak yang menyebabkan keluarnya darah ke jaringan parenkim otak, ruang serebrospinal di sekitar otak, atau kombinasi keduanya. Stroke hemoragik dapat di klasifisikan berdasarkan lokasi pendarahnya. Menjadi perdarahan subaraknoid, pendarahan intraserebral, pendarahan epidoral dan subdutal. B. Etiologi Faktor yang dapat menyebabkan stroke di bedakan menjadi faktor resiko yang tidak dapat di ubah atau tidak dapat di modifikasi dan faktor resiko yang dapat di ubah atau di modifikasi 1. Faktor resiko yang tidak dapat di ubah adalah peningkatan usia dan jenis kelamin, identitas/riwayat keluarga. 2. Faktor yang dapat di ubah adalah antara lain hipertensi, diabetes militus, dan dislipidemia.
C. Manifestasi Klinis 1. Kehilangan rasa pada muka, bahu,kaki, terutama hanya terjadi pada separuh tubuh (defisit neurologis). 2. Merasa bingung, sulit berbicara, atau sulit menangkap pengertian 3. Sulit melihat dengan sebelah mata atau kedua mata, tiba-tiba sulit berjalan, pusing dan kehilangan keseimbangan. 4. Sakit kepala yang amat sangat tanpa di ketahui penyebabnya yang jelas. 5. Penurunan kesadaran. 6. Afisia ataupun disantria. 7. Mual, muntah
3
D. Pemeriksaan Penunjang 1. Angiografi Serebral Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdaraha arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler. 2. Lumbal Pungsi Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal menunjukkan adanya hemoragi pada subaraknoid atau perdarahan pada intrakranial. peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor merah biasanya perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama. 3. CT Scan Pemindahan ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi henatoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemik, dan posisisnya secara pasti. 4. MRI MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak. hasil pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik. 5. USG Doppler Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sitem karotis) 6. EEG Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
4
E. Penatalaksanaan 1. Cairan a) Berikan cairan isotonis seperti 0,9% salin , CVP pertahankan antara 5-12 mmHg. b) Kebutuhan cairan 30 ml/kgBB. c) Balans cairan diperhitungkan dengan mengukur produksi urin sehari ditambah pengeluaran cairan yanng tidak dirasakan. d) Elektrolit (sodium, potassium, calcium, magnesium) harus selalu diperiksaa dan diganti bila terjadi kekuranngan. e) Asidosis dan alkalosis harus dikoreksi sesuai dengan hasil AGDA. f) Hindari cairan hipotonik dan glukosa kecuali hipoglikemia. 2. Nutrisi 3. Pencegahan dan mengatasi komplikasi a) Mobilisasi dan penilaian dini untuk mencegah komplikasi subakut (aspirasi, malnutrisi, pneumonia, DVT, emboli paru, dekubitus, komplikasi ortopedik dan fraktur) b) Berikan antibiotik sesuai indikasi dan usahakan tes kultur dan sensitivitas kuman. c) Pencegahan dekubitus dengan mobilisasi terbatas. 4. Penatalaksanaan medik yang lain a) Hiperglikemia pada stroke akut harus diobati dan terjaga normoglikemia. b) Jika gelisah dapat diberikan benzodiazepin atau obat anti cemas lainnya. c) Analgesik dan anti muntah sesuai indikasi d) Berikan H2 antagonist, apabila ada indikasi. e) Mobilisasi berthap bila hemodinamik dan pernafasan stabil. f) Rehabilitasi g) Edukasi keluarga. h) Discharge planning.
5
Daftar Pustaka
6