BAB II PENELITIAN TINDAKAN KELAS oleh Drs. Abdussamad, M.Pd.
I.
Pendahuluan Kualitas pendidikan yang dihasilkan sebuah lembaga pendidikan di tentukan oleh kualitas komponen yang membentuk sitem. Satu di antara komponen itu adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Penguasaan guru terhadap materi dan strategi pembelajaan menjadi faktor utama yang menentukan keberhasilan pembelajaran. Di samping itu, respon siswa juga memiliki andil yang penting dalam mempengaruhi kualitas dan hasil pembelajaran. Respon siswa, di samping dipengaruhi oleh minat dan motivasinya juga ditentukan oleh pengalaman belajar yang pernah dilaluinya. Seorang guru yang professional akan senantiasa mencermati kualitas dan hasil pembelajaran yang dilaksanakannya. Guru professional akan merasa kecewa atau tidak puas bila suasana kelas ketika dia melangsungkan pembelajaran tidak kondusif. Guru profesional juga akan risau bila siswa atau peserta didik belum mencapai ketuntasan untuk setiap Standar Kompetensi pembelajaran yang diselenggarakannya. Lebih dari itu, guru profesional akan berupaya mencari jalan keluar untuk meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran yang diselenggarakannya. Upaya meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran tidak akan membuahkan hasil yang optimal bila hanya dilakukan secara sporadic. Upaya itu mesti dilakukan secara sistematis. Cara-cara semacam ini diwadahi dalam kegiatan Penelitian Tindakan Kelas.
II.
Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Upaya perbaikan ini dilakukan dengan cara melakukan tindakan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan tugas guru sehari-hari. Permasalahan yang diteliti adalah permasalahan faktual yang benar-benar dihadapi di lapangan, bukan masalah yang dicari-cari atau direkayasa. PTK merupakan salah satu upaya praktis dalam bentuk melakukan berbagai
kegiatan
untuk
memperbaiki
atau
pembelajaran di kelas. PTK merupakan
meningkatkan
kegiatan yang
mutu
langsung
berhubungan dengan tugas guru sehari-hari di kelas atau dengan perkataan lain merupakan kegiatan yang mereka kenal dan hayati dengan baik. III.
Pentingnya Penelitian Tindakan Kelas
PTK merupakan salah satu jenis penelitian yang dapat dilakukan oleh guru atau pengajar sebagai pengelola suatu mata pelajaran. Ada beberapa alasan sehingga PTK dipandang sebagai langkah yang perlu ditempuh dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas. 1) PTK menawarkan suatu cara baru untuk memperbaiki atau meningkatkan kemampuan atau profesionalisme pengajar dalam kegiatan pembelajaran di kelas (Suyanto, 1996). Dengan melakukan PTK guru dapat memperbaiki praktik pembelajaran
menjadi lebih efektif. Di samping itu, pengajar juga dapat belajar secara lebih sistematis dari pengalamannya sendiri. Dengan
cara
itu,
guru
dapat
meningkatkan
wawasan
pemahaman tentang hubungan antara kegiatan mengajar dan belajar. 2) PTK membuat pengajar dapat meneliti dan mengkaji sendiri kegiatan pembelajaran yang dilakukannya sehari-hari. Bila ditemukan permasalahan,
guru langsung dapat bertindak
(berbuat sesuatu) untuk memperbaiki praktik pengajaran yang kurang berhasil sehingga lebih berhasil dan efektif. 3) PTK tidak membuat pengajar meninggalkan tugasnya, artinya ketika melaksanakan penelitian pengajar tetap melakukan kegiatan pembelajaran secara terintegrasi . 4) PTK mampu menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik.
Pengajkar
dapat
mengadopsi
teori-teori
yang
berhubungan dengan bidang studi atau mata pelajaran yang dibinanya. Di samping itu, pengajar juga terdorong untuk meninggalkan praktik pempelajaran yang dinilai sudah tidak relevan dengan perkembangan teori pembelajaran. 5) PTK
dapat
dilakukan
pengajar
secara
bersama-sama
(berkolaborasi) dengan pihak lain, misalnya dengan kepala sekolah, guru mata pelajaran lain, dan peneliti dari perguruan tinggi.
IV.
Prinsip-prinsip Dasar Peneltitian Tindakan Kelas
Sebagai penelitian praktis yang dilaksanakan oleh guru sebagai praktisi pendidikan , PTK memiliki beberapa prinsip, antara lain sebagai berikut. 1) Dalam pelaksanaan PTK guru tetap mengajar secara efektif. Dengan demikian, dalam PTK guru mengembangkan perannya termasuk perannya sebagai guru profesional. 2) Masalah yang diteliti harus menarik bagi peneliti dan diangkat dari permasalahan pembelajaran yang bersifat ‘faktual’ dan layak diangkat dalam penelitian. 3) PTK berorientasi pada perbaikan pendidikan dengan melakukan perubahan yang dituangkan dalam tindakan. Kesiapan guru untuk “berubah” merupakan syarat penting bila akan melakukan perbaikan. Oleh sebab itu kesadaran dan keinginan untuk melihat kelemahan diri sendiri dan kemauan untuk memperbaiknya sangat diperlukan. 4) PTK merupakan suatu proses belajar yang sistematis. Penelitian ini memerlukan kemampuan dan keterampilan intelektual. Proses belajar dengan menggunakan pemikiran yang kritis sudah dimulai sejak penentuan permasalahan, perencanaan tindakan baik yang bersifat teoritik maupun praktis dan dikembangkan pada tindakan pendidikan. 5) PTK sebaiknya dimulai dari hal-hal yang sederhana lebih dahulu, tetapi nyata. Dengan demikian siklus dimulai dari yang kecil sehingga perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi dapat membuat isu, ide, dan asumsi menjadi lebih jelas. 6) Dalam PTK guru perlu melihat dan
menilai secara kritis apa yang
dikerjakannya dikelas. Dengan melihat unjuk kerjanya sendiri, kemudian
direfleksikan dan diperbaiki guru akhirnya menjadi lebih trampil dalam melakukan profesinya. Keterbukaan inilah yang merupakan ku8nci keberhasilan suatu penelitian praktis dalam kancah kelas.
V.
Metodologi Penelitian Tindakan Kelas Langkah-langkah umum PTK pada dasarnya adalah (1) mengidentifikasi masalah, (2) melakukan analisis masalah, (3) merumuskan masalah, (4) merumuskan hipotesis tindakan, (5)
menetapkan
rancangan
(desain)
penelitian,
(6)
melaksanakan tindakan, dan (7) membuat laporan
1. Identifikasi Masalah Mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang akan diteliti merupakan langkah penting yang harus ditempuh oleh seorang peneliti. Tanpa identifikasi dan perumusan yang jelas sebuah penelitian akan kehilangan makna dan landasan ontologis sebagai kerangka kajian yang akan dilakukan.Untuk membantu proses identifikasi masalah dapat digunakan panduan berikut. 1) Kemukakan masalah-masalah atau kendala-kendala yang Anda hadapi ketika melakukan kegiatan belajar-mengajar selama ini! 2) Pilihlah salah satu masalah yang menurut Anda mendesak untuk segera dicarikan pemecahannya! 3) Berikan alasan mengapa masalah tersebut penting untuk segera dicarikan pemecahannya! Dalam proses indentifikasi masalah, peneliti hendaknya dapat membedakan masalah yang bersifat individual, yaitu masalah yang dihadapi oleh
seseorang atau beberapa orang siswa dengan masalah umum, yaitu masalah yang dihadapi oleh sebagian besar siswa dalam kelas. Masalah yang dipilih untuk diteliti adalah masalah yang dihadapi oleh sebagian besar siswa.
2. Analisis Masalah Penelitian Secara umum diketahui bahwa suatu masalah merupakan suatu gejala yang timbul oleh satu atau sejumlah sebab. Mengingat penelitian dibatasi faktor waktu, dana, tenaga, dan kemampuan, maka peneliti perlu membatasi masalah yang akan diteliti. Untuk itu dapat dilakukan langkah berikut. 1) Analisislah faktor-faktor penyebab munculnya masalah yang akan diteliti! 2) Temukan satu alternatif pemecahan masalah yang urgen dengan masalah yang ditemukan! Alternatif pemecahan masalah harus bertolak dari hasil analisis dan didasarkan pada teori tertentu.
3. Perumusan Masalah Perumusan masalah adalah upaya untuk menytakan secara tersurat pertanyaan-pertenyaan apa saja yang ingin dicari jawabannya. Sebagai pedoman perumusan masalah perlu diperhatikan rambu-rambu berikut. 1) Masalah hendaknya dirumuskan secara jelas, dalam arti tidak mempunyai makna ganda dan dapat dituangkan dalam kalimat tanya atau kalimat pernyataan. 2) Rumusan masalah hendaknya menunjukkan hubungan antara dua variabel atau lebih 3) Rumusan masalah hendaknya dapat “diuji” secara empirik. Maksudnya, rumusan masalah tersebut dimungkinkan untuk dikumpulkan datanya guna menjawab pertanyaan penelitian.
4. Perumusan Hipotesis Tindakan Hipotesis PTK adalah rangkuman atau kesimpulan teoritis yang diperoleh dari kajian kepustakaan. Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Namun demikian sifatnya sementara kerena belum diuji secara empirik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan hipotesis tindakan adalah sebagai berikut (Sudarsono, 1996). a. Rumuskan alternatif-alternatif tindakan untuk pemecahan masalah berdasarkan kajian (teori referensi). Alternatif tindakan hendaknya mempunyai landasan yang mantap secara teoritis dan atau konseptual. b. Setiap alternatif pemecahan masalah yang diusulkan perlu dikaji ulang atau dievaluasi dari segi bentuk tindakan atau prosedur, segi kelaikan, kemudahan, kepraktisan, (hasil segera dolihat) dan optimalisasi hasil, serta cara penilaiannya. c. Pilih alternatif tindakan dan prosedur yang dinilai paling menjanjikan hasil optimal dan dapat dilakukan oleh guru dalam situasi dan kondiri nyata di kelasnya. d. Tentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan guna membuktikan bahwa dengan tindakan yang dilakukan telah terjadi perubahan, perbaikan atau peningkatan yang bermakna. 5. Penetapan Rancangan Penelitian Rancangan PTK dapat disusun secara berbeda-beda bergantung pada tujuan penelitian, sifat masalah yang digarap, dan karakteristik kelas yang diteliti. Meskipun demikian, ada ciri umum pada rancangan PTK yang sekaligus membedakannya dengan jenis penelitian lainnya. Ciri umum
tersebut tampak pada alur pelaksanaan tindakan yang dilakukan. Adapun alur pelaksanaan tindakan dapat dilihat pada gambar berikut. VI.
Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
PTK merupakan proses pengkajian melalui sistem berdaur dari berbagai kegiatan pembelajaran. Dalam PTK ada ntahap-tahap yang berurutan dan membentuk siklus. Dalam setiap siklus ada tindakan atau perbaikan. Prosedur yang ditempuh dalam melakukan tindakan terdiri atas: (1) merencanakan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi
1. Perencanaan Tindakan Perencanaan tindakan dalam PTK disusun berdasarkan masalah yang hendak dipecahkan dan hipotesis tindakan yang diajukan. Rencana tindakan disusun untuk menguji secara empirik hipotesis tindakan yang diajukan. Langkah-langkah atau tindakan yang akan dilakukan perlu direncanakan secara rinsi sehingga benar-benar dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan tindakan, meskipun tidak tertutup kemungkinan berubah sebagai dampak pelaksanaan tindakan. Pada perencanaan tindakan hendaknya diidentifikasi faktor pendukung maupun penghambat pelaksanan tindakan. 2. Pelaksanaan Tindakan Jenis tindakan yang dilaksanakan dalam PTK harus selalu didasarkan atas pertimbangan teoritik dan empirik sehingga hasil yang diperoleh berupa peningkatan kinerja dan hasil sacara optimal. Selain itu tindakan dilaksanakan sejalan dengan laju pelaksanaan kurikulum dan kegiatan
belajar-mengajar di kelas. Ini berarti bahwa segala aktivitas PTK tidak boleh menghambat proses pembelajaran. Pelaksana tindakan pada dasarnya adalah guru yang bersangkutan. Orang lain, misalnya guru lain atau peneliti lain dapat juga melakukan tindakan tetapi bukan sebagai pelaku utama. Oleh karena itu sifat hakiki dari PTK adalah kolaboratif, peneliti lain harus dapat bekerja sama dengan guru kelas /mata pelajaran yang diteliti.
3. Observasi dan Interpretasi Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan kedudukannya dengan kegiatan pengumpulan data dalam penelitian formal. Kegiatan ini pada dasarnya dilaksanakan secara smultan (serentak) dengan pelaksanaan tindakan. Data yang diamati adalah data tentang proses berupa perubahan kinerja pembelajaran, walaupun data tentang hasil pembelajaran juga diperlukan. Data dicatat dalam format yang telah disediakan, dalam catatan guru (jurnal harian) atau rekaman. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa dalam data yang dicatat telah diikuti oleh interpretasi yang diberikan terhadap setiap gejala yang tampak.
4. Analisis dan Refleksi Pada dasarnya refleksi merupakan kegiatan
analisis, sistesis,
interpretasi, dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Setiap informasi yang didapatkan hendaknya dikaji dan dipahami bersama (peneliti dan praktisi). Informasi yang terkumpul perlu diurai, dicari kaitan yang satu dengan lainnya, dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya, dikaitkan dengan teori tertentu dan atau hasil penelitian terdahulu yang relevan. Melalui proses
refleksi yang mendalam dapat ditarik simpulan yang mantap dan tajam. Dengan kata lain, analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yakni reduksi data, paparan data, dan penyimpulan Refleksi dalam PTK juga merupakan upaya untuk mengkaji apa yang telah dan atau tidak terjadi , apa yang telah dihasilkan atau apa yang belum berhasil dituntaskan dengan melakukan tindakan perbaikan. Hasil refleksi digunakan untuk melakukan langkah-langkah selanjutnya
dalam upaya
mencapai tujuan PTK. Bila tindakan yang telah dilakukan belum menuntaskan masalah maka peneliti perlu merenungkan kembali kelebihan dan kekurangan dari tindakan yang telah dilakukan di samping mempertimbangkan dampak sampingan dari tindakan perbaikan yang direncanakan untuk siklus berikutnya. Bila masalah belum tuntas maka kegiatan dilanjutkan pada siklus ke-2 dengan prosedur yang sama seperti pada siklus ke-1. VII. Penutup
Dalam pembelajaran sebenarnya banyak masalah yang dihadapi guru. Rendahnya motivasi siswa, ketidakaktifan siswa dalam proses belajarmengejar, rendahnya kemampuan siswa dalam semua kompetensi yang mesti dicapai merupakan permasalahan mendasar yang perlu segera diupayakan langkah untuk mengatasinya. Namun, semuanmya itu terpulang pada sikap profesioal guru. Seorang guru yang profesional akan selalu tertantang untuk meningkatkan kinerjanya dan salah satu upaya untuk itu adalah dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas.
Daftar Pustaka Kasihani. 2001. Penelitan Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru SLTP. Makalah. Universitas Negeri Malang Sudarsono, F.X. 1996. Rencana, Desain, dan Implimentasi, Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, Bagian Keempat. Yogyakarta: UP3SD BP3SD –UKMP.SD. Suyanto, 1996. Pengenalan Penelitian Tindakan Kelas, Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, Bagian Kesatu. Yogyakarta: UP3SD BP3SD—UKMP.SD