Bab Ii Geologi Regional Daerah Penelitian.docx

  • Uploaded by: Arman
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Ii Geologi Regional Daerah Penelitian.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,012
  • Pages: 11
BAB II GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN

2.1. Geomorfologi Daerah Penelitian Kabupaten Barru dan sekitarnya merupakan pegunungan dan padan umumnya terdapat didaerah bagian timur,wilayah bagian barat merupakan pedataran yang relative sempit dan dibatasi oleh selat makasar.Daerah ini menyempit ke Utara dan dibatasi oleh perbukitan dengan pola struktur yang rumit,kemudian di sebelah selatan dibatasi oleh pegunungan yang disusun oleh Batugamping.Proses Geomorfologi merupakan perubahan yang dialami oleh permukaan bumi baik secara fisik secara fisik maupun kimia (THORNBURY 1954) penyebab dari proses perubahan tersebut dapat dibagi atas 2 golongan yaitu: 1. Tenaga Eksogen Tenaga ini bersifat merusak,dapat berupa angina,suhu,dan air.Dengan adanya tenaga Eksogen dapat terjadi proses denudasi berupa erosi,pelapukan,dan degradasi. 2. Tenaga Endogen Tenaga ini cenderung untuk membangun,dapat berupa gempa,gaya-gaya pembentuk struktur dan vulkanisme akibat dari adanya tenaga endogen maka dapat terbentuk struktur gunung api dan agradasi. Dengan adanya tenaga-tenaga tersebut diatas maka terbentuknya bentang alam dengan kenampakan yang berbeda satu sama lainnya sesuai dengan tenaga yang mempengaruhi pembentukannya. Kenampakan bentang alam di daerah Barru umumnya

Geologi Regional Daerah Penelitian - 6

merupakan daerah perbukitan dan pegunungan dimana puncaknya sudah nampak meruncing dan sebagian lagi nampak membulat.Perbedaan tersebut disebabkan oleh karakteristik masing-masing batuannya.Pengaruh struktur dan tingkat perkembangan erosi yang telah berlangsung dan akhirnya menghasilkan kenampakan bentang alam seperti yang nampak sekarang ini. Berdasarkan hal tersebut diatas maka pengelompokan satuan morfologi di daerah Barru dapat dibagi berdasarkan pada struktur geologi dan batuan penyusunnya serta proses geomorfologi yang mempengaruhi bentuk permukaan bumi yang nampak sekarang pembagian satuan morfologi adalah sebagai berikut : 1. Satuan morfologi perbukitan Gawir sesar Aledjang-Buludua. 2. Satuan morfologi pegunungan denudasi B.Masula-B.Pitu 3. Satuan Morfologi perbukitan Gawir sesar Aledjang-Buludua Penamaan satuan morfologi ini didasarkan atas struktur geologi yang lebih dominant terdapat pada daerah tersebut dan memberikan pengaruh terhadap pembentukan bentang alamnya. A. Satuan morfologi perbukitan Gawir sesar Aledjang-Buludua Satuan morfologi perbukitan Gawir sesar Aledjang-Buludua mempunyai sudut kemiringan lereng antara 5-20 %.Satuan morfologi ini umumnya membentuk jalur gawir sesar turun,menempati daerah-daerah bagian utara daerah penelitian yang memanjang dari dusun Galungsalawe,Bale,Ampela,dan Buludua dibagian timur. Permukaan gawir sesar ini menghadap ke Selatan dimana permukaan gawirnya telah mengalami proses erosi lebih lanjut yang ditandai dengan adanya gerakan tanah berupa landslide di Aledjang yang akibatnya

Geologi Regional Daerah Penelitian - 7

material-material hasil erosi tersebut diendapkan pada dasar tebing.Kenampakan morfologi akibat pengaruh sesar dapat pula terlihat pada kenempakan permukaan gawir yang memotong perlapisan batuan dilereng selatan B.Laposso.Kenampakan lainnya berupa ebing yang terjal dengan dasar-dasar lembah yang sempit dan landai dapat dijumpai dibeberapa tempat disepanjang jalur morfologi gawir sesar ini. Sungai yang mengalir pada daerah satuan morfologi ini adalah sungai watu dengan beberaa anak sungai yang mengalir dari arah timur ke barat dengan tipe genetic sungai Obsekuen.Satuan batuan yang menyusun satuan morfologi ini adalah Breksi,Batugamping,dan Napal. Proses erosi yang bekerja pada daerah ini relative besar karena sifat batuannya yang kurang resisten dan adanya aktivitas penduduk setempat yang mengadakan pengolahan lahan untuk diguinakan sebagai daerah permukiman,perkebunan,dan persawahan yang mempercepat terjadinya erosi. B. Satuan morfologi pegunungan denudasi B.Masula-B.Pitu Penamaan satuan morfologi ini didasarkan pada proses geomorfologi serta bentuk morfologi dan keadaan fisik batuan sebagai hasil dari aktivitas denudasi yang terjadi dan dominant terdapat pada derah tersebutAktivitas denudasi berupa proses pelapukan, erosi, dan longsoran merupakan kegiatan yang dapat merombak dan membentuk permukaan bumi. Satuan morfologi pegunungan denudasi B.Musula-B.Pitu menyabar dibagian timur laut B.Laposso (931 m). Penyebaran satuan morfologi ini meliputi beberapa daerah pegunungan yang memenjang dari arah barat ke timur yaitu B.Matjekke (431 m),B.dua (938 m) danm B.Musula (819 m).B.Matonrong (903 m).B.Pitu (342 m),dan Kalukku (407 m) dengan sudut

Geologi Regional Daerah Penelitian - 8

kemiringan antara 10-70 % Terdapat bebrapa perbukitan disekitar B.Pitu, B.Masula, dan B.Matonrong dengan arah penyebaran pegunungan bukit yang memanjang dari barat laut tenggara. Aktivitas denudasi dipegunungan seperti B.dua memperlihatkan danya sisa-sisa erosi dan pelapukan yang mengikis sebagian pegunungan tersebut. Pada beberapa tempat ditemukan adanya bukitbukit kecil tumpul yang terbentuk akibat adanya pengaruh erosi dan pelapukan dimana keadaan soil pada bagian puncak bukit sangat tipis namun pada bagian lembah

yang

mempunyai

soil

yang

tebal.

Sungai yang mengalir pada satuan morfologi ini adalah S.Birunga dengan beberapa anak sungainya yang mempunyai pola aliran dentritik dengan tipe genetik sungai Obsekuen. Satuan batuan yang menyusun satuan morfologi pegunungan denudasi ini pada umumnya terdiri dari breksi vulkanik kecuali pada daerah B.dua dan B.Matjekke batuan penyusunnya terdiri dari dari batuan beku andesit dan diorite yang merupakan satuan intrusi bentuk sill.satuan morfologi ini sebagian digunakan oleh penduduk setempat sebagai daerah permukiman dan persawahan. C. Pola Aliran Sungai Sungai yang mengalir didaerah ini adalah sungai watu yang terletak didaerah barat laut dan mengalir dari arah timur ke barat dengan aliran tang tidak teratur sungai-sungai tersebut mengalir pada satuan napal dan breksi batugamping.Sungai urunga dengan beberapa anak sungainya terdapat disebelah selatan dengan aliran tegak lurus dengan sungai utama.Sungai umpung yang mengalir dari arah barat ke timur dan sungai ule mengalir dari arah utara ke

Geologi Regional Daerah Penelitian - 9

selatan.Sungai tersebut mengalir pada satuan breksi vulkanik batugamping dan serpih. Berdasarkan pada kenampakan dan data-data yang telah disebutkan maka dapatlah disimpulkan bahwa pola aliran sungainya adalah aliran rectangular dan dentritik. D. Tipe Genetik Sungai. Sungai-sungai yang mengalir didaerah Barru pada umumnya menunjukkan aliran yang berlawanan dengan arah kemiringan perlapisan batuan, sehingga dengan demikian dapat digolongkan sebagai sungai dengan tipe aliran Obsekuen. E. Kuantitas air sungai Sungai-sungai yang terdapat di Barru termasuk jenis sungai periodic dimana kuantitas airnya besar, pada musim hujan tetapi pada musim kemarau airnya kecil atau kering. F. Stadia Daerah Daerah Barru umumnya memperlihatkan kenampakan bentang akam berupa perbukitan dan pegunungan yang sebagian sudah tampak meruncing dan setempat-setempat

terjadi

penggundulan pada bukit-bukit.Bentuk

lembah

umumnya masih sempit dengan lereng terjal pada proses erosi lebih lanjut. Sebagian sungai nampak menempati dasar lembah dan relative lurus dengan aliran yang tidak begitu deras, disamping itu pula dataran pedaratan belum begitu meluas. Berdasarkan pada kenampakan dari cirri-ciri bentang alam seperti yang telah disebutkan maka dapatlah disimpulkan bahwa stadia daerah termasuk dalam stadia muda manjelang Dewasa.

Geologi Regional Daerah Penelitian - 10

2.2 Statigrafi Daerah Penelitian Daerah Barru disusun oleh beberapa satuan batuan dan tersebar pada jenis bentang alam yang berbeda atau berfariasi dan telah mengalami gangguan struktur sehingga menyebabkan jurus dan kemiringan perlapisan batuan menjadi tidak beraturan.Sebagian batuannya telah mengalami pelapukan dan peremukan hingga nampak kurang segar terutama pada napal. Pengelompokkan dan penamaan satuan batuan didasarakan atas cirri-ciri fisik dilpangan, jenis batuan, posisi stratigrafi dan hubungan tektonik antar batuan dapat dikorelasikan secara vertical maupun lateral dan dapat dipetakan dalam skala 1 : 25.000. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka satuan batuan dapat digolongkan dalam 5 (lima) satuan,mulai dari satuan batuan yang muda sampai yang ke tertua yaitu sebagai berikut : 1. Satuan Batuan Beku Intrusi 2. Satuan Breksi 3. Satuan Napal 4. Satuan Breksi Batugamping Tonasa 5. Satuan Batupasir Mallawa 6. Satuan Serpih Balangbaru Pembahasan lebih lanjut dari setiap satuan batuan dari yang tertua ke yang termuda sebagai berikut :

Geologi Regional Daerah Penelitian - 11

A.

Satuan serpih balangbaru Penyebaran batuan ini tidak terlalau meluas yang menempati bagian sungai

umpung dengan arah umum perlapisan baratdaya-timur laut. Ciri litologi berwarna segar ungu dan jika lapuk berwarna abu-abu dengan tekstur klastik halus berukuran lempung, dan ketebalan perlapisan berukuran antara 1-10 cm. Ukuran butir lempung dan struktur berlapis. Lingkungan pengendapannya dari satuan serpih ini didasarkan ciri-ciri litologi dimana dijmpai perlapisan tipis dengan ukuran butir lempung yang menunjukkan lingkungan pengendapan tenang atau laut dalam. Penentuan umur serpih diperkirakan berumur kapur termasuk dalam formasi Balangbaru. Hubungan stratigrafi dengan litologi diatasnya adalah tidak selaras. B. Satuan batupasir Mallawa Penamaan satuan batuan ini didasarkan atas dominasi dan pelemparan batuan penyusunnya serta cirri-ciri litologi. Penyebaran satuan batupasir ini meliputi bagian barat daerah Barru dengan arah umum perapisan berarah UtaraSelatan. Kenampakan satuan batuan ini menunjukkan adanya kesan perlapisan, dalam keadaan segar berwarna kuning kecoklatan, tekstur klastik kasar, mengandung mineral kuarsa. Dalam satuan ini terdapat angota-anggota berupa batupasir, konglomerat, batulanau, batulempung dan napal.Dengan sisipan batubar berupa lensa. Umur satuan batuan ini diperkirakan antar Paleosen sampai Eosen Bawah, hubungan stratigrafi dengan satuan batuan dibawahnya adaklah tidak selarasa dengan satuan batuan diatasnya.

Geologi Regional Daerah Penelitian - 12

C.

Satuan breksi batugamping Penamaan satuan batuan ini didasarakan pada dominasi dan pelemparan

batuan penyusunnya. Ciri litologi kompak dan keras serta bersifat karbonatan. Batruan ini terdiri atas fragmen berupa sekis,glaukonit,kuarsit, batugamping dan fosil serta matriks berupa lempung. Berdasarkan hal tersebut diatas makasatuan batuan ini dinamakan satuan breksi batugamping. Penyebaranm satuan ini meliputi sebelah barat alut dan sebagaian didaerah Buludua, yang pada umumnya menempati daerah satuan morfologi perbukitana gawir sesar Aleojang Buludua denga nsudut kemiringan lereng antara 10-20 %. Arah umum perlapisan batau relatif berarah baratlaut-tenggara dengan sudut kemiringan 25-37. ketebalan relative satuan breksi batugaming adalah 264 m. Kenampakan satuan breksi batugamping menunjukkan adanya kesan perlapisan umum namun adapula yang terdapat dalam bentuk bongkahan. Tebal lapisan antara 16-60 cm. berwarna putikh kekuning-kuningan dalam keadaan segar dan lapuk berwarna abu-abu kehitaman. Klastik kasar dengan sortasi jelek dan mengandung fosil,mineral glukonit,muskovit,dan sekis. Fosil yang dijumpai berupa foraminifera besar yaitu Nummulites gizehensis TAMARCK dan Discocyline indopacticia GALLOWAY. Berdasarkan cirri-ciri litologi dimana ada dijumpai perlapisan dengan tebal yang berbeda, disusun oleh mineral mineral berbutier kasar dengan pemilahan jelek dan kehadiran mineral glaukonit. Penetuan umur dari satuan ini dari satuan ini didasarkan atas kandungan fosil yang dijumpai antar Eosen Awal sampai Eosen Tengah. Hubungan stratigrafi antar satuan breksi batugamping dengan satuan di bawahnya adalah selaras adan menjemari denga nsatuan Batunapal yang tidak

Geologi Regional Daerah Penelitian - 13

selaras dengan breksi vulkaik yang berasda diatasnya. Satuan batuan ini ternmasuk dalam formasi tonasa. D.

Satuan Napal Penyebaran satuan ini meliputi daerah Galungsalawe, Bale, dan Ampele dan

sebagian terdapat di daerah timur laut.Sebagian dar isatuan batuan ini menempati daerah satuan morfologi perbukitan sesar,gawir aledjang buludua dan sebagian lagi terdapat pada daerah yang daerahnya relative datar arah umum perlapisan batuan beraraha barat laut-tenggara dengan sudut kemiringan antara 23-840 Kenampakan satuan napal menujukkan adanya perlapisan denga n ketebalan anatar 25-50 cm. dalam keadaan segar, batuan ini berwarna putih keabuan dan lapuk berwarna kuning keabuan, tekstur klastik. Dari hasil analisa secara mikro paleontology dijumpai fosil foraminifera plantonik yaitu Globigerina boweci HOLL dan Glubegeris indeks FINLAY sedang fosil foraminifera bentonik yaitu Textularia agglutinans D` ORBTONY. Berdasarkan kandungan fosi lini ditentukan lingkungan pengendapanya yaitu pada inner neritik-middle neritik denga n kedalaman 0-100m, atau lingkungna laut dangkal(TIPSWORD & SITTZER 1975) Umur satuan ini yaitu Eosen Tengah bagian bawah(POSTUMA 1970) yang ditentukan dari kandungan fosilnya. Hubungan stratigrafi antara satuan in derngan batuan yang ada disekitarnya yaitu ssatuan breksi batugamping menjemari dan dengan satuan breksi vulkanik yang berada diatatasnya adalah tidak selaras. Satuan ini termasuk dalam formasi Tonasa

Geologi Regional Daerah Penelitian - 14

E. Satuan Breksi Vulkanik Satuan breksi vulkanik penyebaranya meliputi beberapa pegunungan yaitu B. laposso, B. masula, B. matonrong, B. Pitu, B. kaluku serta pemukiman seperti menrong, parjiro adjenga,baitu,wuruwue dan litae ssebagian pula tersingkap di daerah aliran sungai kampong Litae, satuan ini menempati daerah satuan morfologi pegununga ndenudasi B. masula,B. pitu denganarah perlapisan batuan umumnya barat laut timur tenggara denga nsudut kemiringan antara 16 – 25 %. Kenampakan dari satuan brekasi vulaknik ini menampakkan adanya perlapisan denag nkletebalan lapisan antara 35-100 cm. Fragmen batuan breksi vulkainik berupa batuan beku yaitu Basalt, andesit, matriks tufa yang disemen oleh silica denga nsortasi buruk. Ukuran fragmen yaitu antara 5-60 cm dan bentuk menyudut tanggung. Pada satuan ini tidak dijumpai adanya fosil mikro dan makro sehingga satuan ini disebandingkan dengan batuan vulkanik camba yang barumur Miosen Tengah sampai Miosen Akhir. Hubungan stratigrafi dengan batuan yang ada di atasnya maupun yang ada diaatasnya adalah tidak selaras. E.

Satuan batuan beku intrusi Satuan in terdiri dar idua anggota yaitu batuan diorite dan batuan andesit.

Batuan beku diorite penyebarannya meliputi daerah B. Matjekke dan sebagian kecil terdapat disebelah selatan barat laut. Batuan ini menempati daerah satuan morfologi pegunungan denudasi B.masula, B.pitu, dalam keadaa segar batua ini berwarna abu-abu dengan struktur kompak,tekstur faneritik dan bentuk kristal subhedral-anhedral ukuran mineral 1-2,3mm. Penentuan umur batua ndiorit disebandingkan dengan hasil peneliti terdahulu (RA SUKAMTO 1982) yaitu

Geologi Regional Daerah Penelitian - 15

berumur Miosen. Kenampakan batuan ini dalam keadaan segara menampakkan warna abu-abu kehitaman, struktur vasikuler,tekstur afanitik, komposisi mineral plagioklas,hornblend. Umur batuan beku andesit ini adalah Miosen berdasarkan hasil radiometri K/Ar terhadap mineral Hornblende.

Geologi Regional Daerah Penelitian - 16

Related Documents


More Documents from ""

Bnga.docx
August 2019 36
Goestruk.docx
June 2020 22
Sampul.docx
June 2020 12