BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Mobilisasi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk bergerak serta memenuhi kebutuhan sehari-harinya serta pemenuhan terhadap peran yang diembannya (Lewis, 2007). Dengan kemampuan tersebut maka seseorang dapat melakukan aktivitas fisik yang bersifat kebutuhan dasar, olahraga serta dapat mampu untuk berperan serta berpartisipasi dalam kegiatan baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat. Sedangkan imobilisasi adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mampu dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya karena keterbatasan fisik yang dialaminya karena trauma pada tulang, kecelakaan kerja, maupun cidera saat melakukan aktivitas. Di rumah sakit sering di jumpai pasien mengalami masalah gangguan mobilitas fisiknya karena fraktur akibat trauma. Kebanyakan fraktur yang di alami didapatkan akibat dari kecelakaan lalu lintas, sehingga pasien tersebut harus istirahat total agar perawatan dapat berjalan dengan lancar. Akibatnya pasien tersebut mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan ADL nya sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut harus dibantu oleh keluarga maupun perawat, yang mengakibatkan selama menjalani masa perawatan pasien
tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri dan hanya terbaring di tempat tidur bahkan untuk mengubah posisinya harus dibantu dengan orang lain karena takut cideranya akan bertambah parah. (Journal, I. N., Keilmuan) Selama proses pengobatan dapat memberikan efek menguntungkan tetapi jika dilakukan dalam jangka panjang akan mengakibatkan efek negatif berupa penurunan fungsi fisik, intelektual, maupun, fungsional. Jika di diamkan terus menerus dampak yang sering terjadi yaitu penurunan masa otot karena kurangnya aktivitas selama perawatan. Untuk mencegah terjadinya pengecilan otot maka perawat perlu melakukan tindakan ROM pasif untuk membantu mengembalikan masa otot pada saat pasien menjalani perawatan sehingga dampak buruk yang di akibatkan karena terlalu lama berbaring dapatdi minimalisir atau berkurang. Kegiatan ROM tersebut dilakukan secara bertahap dan ditentukan sesuai kemampuan klien. Dari dampak masalah mobiltas fisik yang terganggu dan tindakan keperawatan yang dapat membantu dalam menangani masalah klien tersebut, maka karya tulis ini akan memberikan gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan klien yang mengalami gangguan mobilitas fisik pada post orif fraktur ekstremitas bawah.
B. Tujuan Penulisan 1. TujuanUmum : a. Menggambarkan pelaksanaan asuhan keperawatan dengan gangguan mobilitas fisik pada pasien post orif fraktur ekstremitas bawah 2. Tujuan Khusus : b. Menggambarkan proses pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi gangguan mobilitas fisik pada pasien dengan post orif fraktur ekstremitas bawah c. Serta evaluasi setelah dilakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah. d. Membahas permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan gangguan mobilitas fisik pada klien dengan post orif fraktur ekstremitas bawah
C. Manfaat Penulisan 1. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai referensi untuk meningkatkan mutu pendidikan serta memperluas, menambah pengetahuan, dan mengembangkan keterampilan kepada mahasiswa tentang asuhan keperawatan pada post orif fraktur ekstremitas bawah dengan gangguan mobilitas fisik. 2. Bagi penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman serta dapat menerapkan teori yang didapat saat memberikan asuhan di lahan terutama tentang asuhan keperawatan pada post orif fraktur ekstremitas bawah dengan gangguan mobilitas fisik 3. Bagi tenaga kesehatan Menambah pengetahuan panduan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan serta dapat menjadi informasi bagi tenaga kesehatan lain terutama dalam melakukan asuhan keperawatan pada post orif fraktur ekstremitas bawah dengan gangguan mobilitas fisik.
DaftarPustaka
Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien, Jakarta : Salemba Medika Di, F., Rsup, I. A., & Kandou, P. R. D. (2015). No Title, 3. Djamil, M., Sagaran, V. C., Manjas, M., & Rasyid, R. (2017). Artikel Penelitian Distribusi Fraktur Femur Yang Dirawat Di Rumah Sakit, 6(3), 586–589. Journal, I. N., Keilmuan, B., Medikal, K., Studi, P., Keperawatan, I., Kedokteran, F., & Kuala, U. S. (n.d.). MOBILISASI PADA PASIEN FRAKTUR MELALUI PENDEKATAN KONSEPTUAL MODEL DOROTHEA E . OREM Mobilisation Patient Fraktur with Concepts Models Dorothea E . Orem, 26–34. Kushariyadi. 2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Paramita, Trisa P. (2015).LaporanPendahuluan:Fraktur.(online),(https://www.pdfcoke.com/documen t_downloads/direct/262510577?extension=docx&ft=1546123126<=15461267 36&user_id=367697501&uahk=j-IBURbqWvMqnyr5XuResPcnio8 Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan praktik. Edisi
4. Jakarta : EGC.Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa
Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.Wilkinson, Judith M. 2007. Buku saku diagnosa keperawatan dengan intervensi NIC dan EGC.
kriteria hasil NOC. Jakarta :